• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI DI

PENGADILAN MILITER 1-03 PADANG

(Studi kasus: Putusan No. 108 - K / PM I-03 / AD / XII / 2012 Pada Pengadilan Militer 1-03 Padang)

Salamat Rijal1, Uning Pratimaratri 1, Yetisma Saini 2 1Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

Email: [email protected]

ABSTRACT

Drug abuse offenses in Indonesia are very worrying. Drug abuse is not limited to civilians but rages on among law enforcement officers also military (TNI). TNI as an institution with the task of national defense has a duty to fortify himself to ward off any threats that may endanger the safety of the nation and the state, including the danger that causes by narcotics offenses will be undertaken by members of the military. The problems of this study are: 1) how does criminal punishment against drug abuse committed by members of the military at the Military Court I-03 Padang? 2) Is the consideration of the judges in criminal punishment against drug abuse committed by members of the military at the Military Court I-03 Padang?. This study uses a normative approach. The material studied is I-03/AD/XII/2012 108-K/PM Court decision. This study uses secondary data. Data were analyzed qualitatively. Based on the results of research are: 1) The decision of the judge in the form of sentences in prison and dismissed from the military service is very incriminating the defendant, at the I-03 Military Court judge dropped criminal Padang is not the same as the other District Court, because the criminal sanctions imposed by the military judge in feel heavier than the District Court. 2) Consideration of the judge in the criminal verdict against narcotics criminals in Military Court I-03, Padang is influenced by the things that burden and ease.

Keywords: Actors, crime, narcotics, military court.

__________________________________________________________________ Pendahuluan

Salah satu perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana adalah tindak pidana penyalahgunaan

narkotika yang diatur dalam Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU Narkotika).

(2)

Narkotika merupakan suatu zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi, atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui ditemukan dalam dunia medis bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia, seperti bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.

Tindak pidana

penyalahgunaan narkotika telah menyerang semua lapisan masyarakat, tanpa memandang umur, status dan jabatan, dari anak remaja, dewasa, maupun orang tua, baik dari golongan menengah ke bawah sampai golongan atas, baik orang yang telah bekerja maupun

pengangguran dan tidak terkecuali para aparat penegak hukum dan anggota TNI. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa tidak hanya masyarakat sipil yang dapat terjerumus dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika, tapi juga di kalangan anggota TNI hal tersebut sangat disayangkan mengingat fungsi TNI yang pertama adalah pertahanan dan keamanan Negara, hal ini merupakan konsekuensi logis menjadi tugas berikutnya setelah negara.

Lain halnya jika seorang anggota TNI terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkotika, hal tersebut sangat mencoreng nama baik TNI, mengingat peran TNI sebagai garda terdepan dalam menghadapi bahaya yang mengancam keutuhan bangsa, maka TNI haruslah kuat dan solid. Apabila terjadi tindak pidana yang dilakukan prajurit TNI, dan

(3)

tindak pidana itu dapat memperlemah TNI maka harus cepat ditanggulangi agar tidak merambat lebih dalam lagi.

Bagi anggota TNI yang melakukan tindak pidana diproses di peradilan tersendiri di luar peradilan umum yaitu diproses di Pengadilan Militer, yaitu yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) pada Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan militer, bahwa selanjutnya disebut (UU Peradilan Militer) peradilan militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman dilingkungan angkatan bersenjata, untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara. Oleh karena itu setiap personil militer harus tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku bagi militer yaitu Kitab Undang-undang Hukum

Pidana Militer (KUHPM) dan peraturan lainnya.

permasalahan yang akan dibahas dan dikaji. Untuk itu akan diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang?

2. Apakah pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang?

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui penjatuhan pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang.

(4)

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang.

Metode Penelitian

penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Penlitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan, doktrin-doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan internet. Dalam penelitian ini penulis meneliti putusan No. 108 - K / PM I-03 / AD / XII / 2012 pada Pengadilan Militer 1-03 Padang. Teknik pengumpulan data menggunakan

studi dokumen yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Data di analisis secara kualitatif

Hasil dan Pembahasan

keputusan hakim boleh terlepas dari hasil pembuktian selama pemeriksaan dan hasil sidang pengadilan. Memproses untuk menentukan bersalah tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, hal ini semata-mata dibawah kekuasaan kehakiman, artinya hanya jajaran departemen inilah yang diberi wewenang untuk memeriksa dan mengadili setiap perkara yang datang untuk diadili. Negara Indonesia menganut asas “the persuasive of presedent” yang menurut asas ini hakim diberi kebebasan dalam memutuskan suatu

(5)

perkara tanpa terikat dengan keputusan hakim terdahulu seperti yang dianut oleh negara yang menganut asas “the binding force of

presedent” sehingga seorang hakim

dapat mengambil keputusan berdasarkan keyakinannya. Namun kebebasan itu tidak mutlak adanya, karena keputusan yang diambil harus konstitusional tidak sewenang-wenang dan berdasarkan alat bukti yang sah.

Hakim dalam menjatuhkan pidana juga harus memperhatikan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Peradilan Militer yang menyatakan Peradilan Militer merupakan pelaksanaan kekuasaan kehakiman di lingkungan TNI untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatiikan kepentingan penyelenggaran pertahanan keamanan Negara. Dalam penjelasan Undang- Undang ini menyatakan

untuk menyelengarakan pertahanan dan keamanan Negara maka kepentingan Militer diutamakan melebihi dari pada kepentingan golongon dan perorangan.

Penjatuhan pidana terhadap Prajurit TNI juga didasarkan penilaian Hakim Militer mengenai kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa sehingga dianggap tidak layak lagi dipertahankan dalam kehidupan kalangan Militer. Kepercayaan yang diberikan kepada Hakim Militer tidak dapat dialihkan kepada Hakim Peradilan Umum dalam penjatuhan pidana. Penjatuhan pidana oleh Hakim Militer harus tercakup dan tersirat dalam pertimbangan hukum putusan Hakim dan hal yang paling essensial apabila tidak dijatuhkan pidana yang sesuai maka kehadiran terpidana nantinya dalam kalangan Militer setelah ia selesai menjalankan pidana akan menggoyahkan

(6)

sendi-sendi ketertiban dalam masyarakat Militer. Pertanyaan yang timbul berapakah batas minimum jangka waktu pidana penjara yang dijatuhkan untuk dapat menambahkan pidana? Untuk menjawab hal ini Hakim didalam mempertimbangkan layak tidaknya Prajurit TNI untuk tetap dipertahankan dalam kalangan Militer, selain berpedoman kepada aspek sosiologis dan psikologis bagi Terdakwa, juga berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan interen di lingkungan TNI.

Bahwa menurut ketentuan Pasal 183 KUHAP menegaskan bahwa: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Bahwa pada bagian

penjelasan pasal bersangkutan dinyatakan “Ketentuan ini adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum bagi seseorang”.

Mengingat dan menimbang perkara di atas sehingga majelis hakim mengadili dan menyatakan Terdakwa Joni Indra, Koptu NRP 31940437860674 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan alternatif pertama ”Tanpa hak dan melawan hukum memiliki Narkotika Golongan I”. Memidana terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun. Menetapkan selama waktu terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Ditambah dengan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar

(7)

diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan, dan pidana tambahan dipecat dari dinas Militer.

Penerapan berat ringannya pidana yang dijatuhkan tentu bagi seorang hakim disesuaikan dengan apa yang menjadi motivasi dan akibat perbuatan si pelaku, khususnya dalam penerapan jenis pidana penjara, namun dalam hal Undang-Undang tertentu telah mengatur secara normatif tentang pasal-pasal tertentu tentang pemidanaan dengan ancaman minimal dan maksimal seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Kesimpulan

1. Penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang telah memenuhi rasa keadilan di

mata hakim, masyarakat dan terdakwa, hakim menjatuhkan putusan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasannya yang terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika sehingga hakim menjatuhkan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun. Menetapkan selama waktu terdakwa berada dalam tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Ditambah dengan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan, dan pidana tambahan dipecat dari dinas Militer.

(8)

2. Pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang dipengaruhi oleh adanya hal-hal yang dapat memberatkan dan meringankan hukuman, hakim memberatkan hukuman terdakwa dikarenakan bertentangan dengan tugas, hak, kewajiban, dan fungsi utama TNI sebagai garda terdepan pertahanan negara. Hal-hal yang dapat meringankan hukuman terdakwa salah satunya adalah perasaan hati nurani seorang hakim dan jasa-jasa terdakwa terhadap negara.

Daftar Pustaka

B. Bosu. 1982, Sendi-sendi

Kriminologi, Usaha Nasional,

Surabaya.

Djoko Prakoso, dkk, 1987,

Kejahatan-Kejahatan Yang

Merugikan Dan

Membahayakan Negara, Bina

Aksara, Jakara.

E. Y Kanter, 1981, Hukum Pidana

Militer Indonesia, Alumni

AHM-PTHM, Jakarta.

H. M. Imron Anwari, 2012, Rakernas Mahkamah Agung, dengan pengadilan tingkat banding seluruh Indonesia,

Penjatuhan Pidana Tambahan Pemecatan Prajurit TNI dari Dinas Militer dan Akibatnya.

Manado.

Hakim Arief, 2007, Narkoba

Bahaya dan

Penanggulangannya, Cetakan

1, Penerbit Jember.

Jimly Asshiddiqie, 1996,

Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Angkasa, Bandung

Makaro, Moh. Taufik, dkk, 2003,

Tindak Pidana Narkotika,

Ghaila Indonesia

Moch. Faisal Salam, 2006, Hukum

pidana Militer di Indonesia,

CV Mandar Maju, Bandung. R. Abdoel Djamali, 1999, Pengantar

Hukum Indonesia , PT. Raja

Grafindo, Jakarta.

Soedjono, D. 1996. Segi Hukum

Tentang Narkotika di

Indonesia. Karya Nusantara,

Bandung.

____________________ 1990,

Hukum Narkotika Indonesia,

PT Citra Aditya ,Bakti, Bandung.

(9)

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum

Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sudikno Mertokusumo, 1999,

Mengenal Hukum, Liberty,

Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan Undang-undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika

Undang-undang No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer

Referensi

Dokumen terkait

Obyek wisata Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) dengan fasilitas yang ada memiliki daya tarik utama sebagai tempat konservasi satwa.Dengan daya tarik yang dimiliki

Setakat yang dibenarkan oleh undang-undang, tidak di dalam apa-apa keadaan Penganjur atau pegawai, pekerja, wakil dan/atau ejen (termasuk, mana-mana pembekal..

Lebih lanjut, Permendagri ini menyatakan bahwa ada mixed- approach sebagai pengejawantahan prinsip-prinsip tersebut, “Orientasi Proses Pendekatan Perencanaan Politik (penjabaran

Skripsi yang berjudul “Fraksinasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Kapang Endofit dari Daun Tanaman Iler ( Coleus atropurpureus Benth.) terhadap Bakteri.. Staphylococcus aureus

Dilihat dari tujuan komunkasi tersebut maka komunikasi yang dilakukan oleh seorang petugas lapangan khususnya pada kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada pengguna

ANALISIS KOMPETENSI PEKERJA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari beberapa penelitian sebelumnya penulis ingin membangun sebuah aplikasi sistem informasi yang tidak hanya sekedar mengelola data – data yang ada dalam sistem

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah : (1) Untuk dimensi percaya diri berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa