Motivasi Qurban
KH. Ade Muzaini Aziz, Lc., MA.
(Pengurus Lembaga Dakwah PBNU & Pengasuh Ma’had Al Mu’in Tanggerang Banten)
Khutbah 1
ُىحِ ٟف حلاصٌبث شحٌٕا ْشلٚ ,ْبثشمٌا حثزث ٗ١ٌا ةشمزٌا ٖدبجؼٌ عشش ٞزٌا لله ذّحٌا
بٔذ١ع ْأ ذٙشأٚ ,ْبٕزِلإاٚ ًضفٌا ٚر ٌٗ ه٠شش لا ٖذحٚ الله لائ ٌٗئ لا ْأ ذٙشأٚ .ْآشمٌا
غئاششث َبل ِٓ ًضفأ ٌٗٛعس ٚ ٖذجػ امحمد
ْبّ٠لإا كمح ٚ َلاعلإا
.
ٍص
الله داٛ
ِلاع ٚ
ٗ
,ٝجزجٌّا ٚ ٝفطصٌّا ,ٓ١ِلأا ّٟؼٌا ٟثشؼٌا ٟجٌٕا ٍٝػ
بٔذ١ع
ٍذّحِ
.ٓ٠ذٌا َٛ٠ ٌٝئ ٗؼجرا ِٓ ٚ ٗثبحصأ ٚ ٌٗآ ٍٝػ ٚ
ٝف ٌٝبؼر الله يبل
ٍٗ٠ضٕر ُىحُِ
:
٠
ب
ٓ٠زٌا بٙ٠أ
آ
اٚذ٘بجٚ خٍ١عٌٛا ٗ١ٌئ اٛغزثاٚ الله اٛمرا إِٛ
جع ٟف
ٍ١
ُىٍؼٌ ٗ
ْٛحٍفُر
.
.ْٛمزٌّا صبف ذمف الله ٜٛمزث ٝغفٔ ٞبّ٠ئٚ ُى١صٚأ
ذؼث بِأ
.
Zumratal muwahhidîn rahimakumullâh.
Tidak lama lagi kita akan merayakan Iedul Adha, Hari Raya Qurban. Syari’at qurban ini telah dimulai pada generasi pertama umat manusia, anak Adam as.. Allah SWT. berfirman dalam Surah Al-Mâ`idah ayat 27:
ِِ ًَّْجَمَزُ٠ ٌَُْ َٚ بَِِّ٘ذَحَأ ِِْٓ ًَِّجُمُزَف بًٔبَث ْشُل بَث َّشَل ْرِئ ِّكَحٌْبِث َََدآ َْْٟٕثا َأَجَٔ ُِْْٙ١ٍََػ ًُْرا َٚ
َيبَل ِشََ ْ٢ا َٓ
َٓ ِِ ُ َّاللَّ ًَُّجَمَزَ٠ بََِّّٔئ َيبَل َهٍََُّٕزْلَ َلأ
َٓ١ِمَّزٌُّْا
Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua anak Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima (qurban itu oleh Allah) dari salah seorang dari keduanya (qurban milik Habil) dan tidak diterima (qurban) dari yang lain (milik Qabil). Ia (Qabil berkata: Aku pasti akan membunuhmu. Berkatalah (Habil): Sesungguhnya Allah (hanya) menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa.
Syari’at qurban ini kemudian dilestarikan di dalam syari’at Nabi Ibrahim as., sebagaimana dapat kita lihat di dalam Surah as-Shâffât ayat 102:
ٜ َشَر اَربَِ ْشُظْٔبَف َهُحَثْرَأ َِّٟٔأ َِبٌََّْٕا ِٟف ٜ َسَأ ِِّٟٔئ ََُّٟٕث بَ٠ َيبَل َْٟؼَّغٌا َُٗؼَِ َغٍََث بٍَََّّف
.
ِذَثَأ بَ٠ َيبَل
Artinya: Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama (Ibrahim), (Ibrahim) berkata: Wahai puteraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?. (Ismail) menjawab: Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.
Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa berqurban merupakan ujian dari Allah atas kesabaran kita. Apakah kita bersabar ketika Allah menuntut kita untuk mengorbankan sebagian harta yang kita cintai, sebagaimana Ibrahim dapat bersabar saat Allah menuntut ia mengorbankan harta kecintaannya, yaitu puteranya sendiri. Beruntunglah kita yang hanya diperintahkan untuk berqurban dengan hewan, dan bukan dengan menyembelih darah daging sendiri. Malulah kita terhadap Ibrahim yang rela menyembelih puteranya, jika kita mampu namun enggan untuk menyembelih sekadar seekor hewan qurban yang tiada berharga sedikitpun dibanding nyawa Ismail.
Dan lihatlah!... Allah tidak akan pernah mensia-siakan kesabaran, ketaatan dan pengorbanan hamba-hambanya. Allah SWT pun berfirman Surah as-Shâffât ayat 107-111:
ٍُ١ِظَػ ٍحْثِزِث ُٖبَْٕ٠َذَف َٚ
.
َٓ٠ ِش َِ ْ٢ا ِٟف ِْٗ١ٍََػ بَْٕو َشَر َٚ
.
َُ١ِ٘ا َشْثِئ ٍََٝػ ٌَ َلاَع
.
َٓ١ِِٕغ ْحٌُّْا ٞ ِضْجَٔ َهٌَِزَو
.
َٓ١ِٕ ِِ ْإٌُّْا بَِٔدبَجِػ ِِْٓ َُِّٗٔئ
Artinya: Dan kami tebus anak itu (Ismail) dengan seekor sembelihan yan besar. Kami abadikan untuk Ibrahim pujian yang baik di kalangan kaum-kaum sesudahnya. Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Betapa mulia, Allah SWT sendiri yang menyematkan predikat-predikat keagungan dan kemuliaan kepada Ibrahim dan Ismail ‘alayhimassalâm: as-Shâbirîn (hamba yang senantiasa bersabar), Muhsinîn (hamba yang senantiasa berbuat baik) dan al-Mu`minîn (hamba yang senantiasa kokoh dan teguh dalam keimanannya).
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Dalam syariat Islam, tradisi qurban para nabi di atas kemudian dilestarikan melalui firman Allah SWT dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:
شحٔاٚ هّثشٌ ًّصف
Artinya: Maka shalat (Iedul Adha)-lah kamu kemudian berqurbanlah. Perintah Allah tersebut kemudian dipertegas oleh sabda Rasulullah Saw:
لاف ّحض٠ ٌُ ٚ خؼع ذجٚ ِٓ :ٍُع ٚ ٗ١ٍػ الله ٍٝص الله يٛعس يبل :يبل حش٠ش٘ ٝثأ ٓػ
)ذّحأ ٚ ٗجبِ ٓثا ٖاٚس( بٔلاصِ ّٓثشم٠
Artinnya: Dari Abi Hurayrah ra, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang mampu namun tidak berqurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat (Iedul Adha) kami (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
Dari hadits di atas, maka Imam Abu Hanifah, Imam Maliki ibnu Anas dan Imam Ahmad ibnu Hanbal berpendapat bahwa berqurban wajib hukumnya bagi yang mampu. Adapun madzhab As-Syafi’i menyatakan bahwa berqurban adalah sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan), bahkan termasuk fardhu kifayah. Ma’âsyiral mu’minîn rahimakumullâh.
Tentang syariat qurban, beberap hal perlu kita garis bawahi dan perhatikan, antara lain:
Pertama, sebagaimana semua amal ibadah lainnya, ibadah qurban ada yang diterima oleh Allah SWT, ada juga yang tidak diterima. Sebagaimana telah dikisahkan di dalam Surah Al-Mai`idah ayat 27 di awal khutbah ini, bahwa Allah menerima qurban dari Habil dan tidak menerima qurban dari Qabil. Ayat di atas diakhiri dengan firman Allah:
ٓ١مزٌّا ِٓ الله ًُجمز٠ بّٔئ
Artinya: Sesunggunya Allah hanya menerima (qurbannya) orang-orang yang bertaqwa.
Prinsip taqwa dalam berqurban ini kembali dipertegas di dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
ُُىْٕ ِِ ٜ َْٛمَّزٌا ٌُُٗبََٕ٠ ِْٓىٌَ َٚ بَُ٘ؤبَِِد َلا َٚ بَُُِٙٛحٌُ َ َّاللَّ َيبََٕ٠ ٌَْٓ
...
Artinya: Daging hewan qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian…
Qurbannya orang bertaqwa antara lain dan yang terpenting adalah ditandai dengan landasan niat untuk mentaati perintah Allah semata, bukan untuk menaikkan gengsi sosial dan niat-niat duniawi lainnya. Maka ketika kita berqurban, pastikan bahwa hanya keikhlasan yang ada di hati kita, hanya demi menggapai ridha Allah SWT. Taqwa di sini juga berarti bahwa hewan qurban tersebut berasal dari harta yang halal. Karena, ibadah apapun yang dibiayai dari harta yang haram pasti tertolak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
)دٚاد ٛثا ٖاٚس( سٛٙط ش١غث حلاص لا ٚ يٍٛغ ِٓ خلذص ًج ٚ ضػ الله ًجم٠ لا
Artinya: Allah Azza wa Jalla tidak menerima shadaqah dari harta yang haram dan (tidak menerima) shalat tanpa bersuci (HR. Abu Daud)
Juga sabda Rasulallah Saw.:
جم٠ لا ت١ط الله ْئ !طبٌٕا بٙ٠أ
... بج١ط لائ ً
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Suci dan tidak menerima kecuali yang suci… (HR. Muslim)
Kedua, tentang distribusi daging qurban, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 28:
ِٟف ِ َّاللَّ َُْعا اُٚشُوْزَ٠ َٚ ٌَُُْٙ َغِفبََِٕ اُٚذَْٙشَ١ٌِ
َِبَؼَْٔ ْلأا ِخَّ١َِٙث ِِْٓ َُُْٙل َص َس بَِ ٍََٝػ ٍدبٍَُِْٛؼَِ ٍَبَّ٠َأ
ش١ِمَفٌْا َظِئبَجٌْا اُِّٛؼْطَأ َٚ بَِِْٕٙ اٍُُٛىَف
Artinya: (Tujuan ibadah haji dan qurban itu adalah) agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, atas rizki yang telah Allah berikan kepada mereka, yaitu
berupa binatang ternak, maka makanlah sebagian darinya dan berikanlah sebagian lainnya untuk dimakan oleh orang-orang yang papa lagi fakir.
Dari ayat di atas dapat kita ambil sebuah tuntunan bahwa orang-orang yang berqurban atau panitia qurban harus memastikan bahwa qurban tersebut didistribusikan secara baik dengan prioritas pembagian hasil qurban untuk para fakir miskin, disamping si empu qurban juga memiliki hak untuk menikmati sebagian daging qurbannya. Ini adalah bentuk solidaritas sosial, agar pada Iedul Adha, kita semua, tanpa terkecuali, betul-betul dapat merayakannya dengan riang gembira dan penuh suka cita. Jangan sampai pada Iedul Adha nanti ada perut-perut lapar yang berangan-angan tentang nikmatnya daging qurban, sementara perut kita kekenyangan setelah menyantap hidangan lezat hasil qurban.
Hal ketiga yang kiranya perlu kita ketahui adalah tentang wasiat Rasulullah Saw:
الله ٟضس حش٠ش٘ ٝثا ٓػ
ذٍج عبث ِٓ :ٍُع ٚ ٗ١ٍػ الله ٍٝص الله يٛعس يبل ,يبل ٕٗػ
)ٟمٙ١جٌا ٚ ُوبحٌا ٖاٚس( ٌٗ خ١حضأ لاف ٗز١حضأ
Artinya: Diriwayatkan oleh Abi Hurayrah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang menjual kulit hewan qurbannya maka sesunggungnya dia tidak berqurban (HR. Al-Hakim dan Al-Bayhaqiy).
Wejangan Rasulullah di atas adalah sebuah tuntunan agar dalam berqurban kita harus total, optimal dan sempurna, tidak setengah-setengah. Dengan demikian, ganjaran baik yang kita peroleh dari Allah pun menjadi sempurna pula. Maka, tidak sah qurban seseorang yang kulit qurbannya dijadikan upah untuk si tukang sembelih atau tukang jagal qurbannya.
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah SWT.
Akhirnya, khatib berharap, semoga khutbah ini dapat membangkitkan kesadaran dan keinginan kita untuk berlomba-lomba mempersembahkan qurban terbaik kita. Semoga Iedul Adha nanti semakin banyak saudara kita yang tersenyum bahagia
karena menikmati hidangan daging qurban yang kita sembelih, hanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Amin yâ Rabbal ’âlamîn.