• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: “Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali“, “Sastra Bali sebagai penunjang kebudayaan Bali“, “Sastra Bali sebagai cermin kebudayaan Bali“, dan sebagainya (Agastia, 1980 : 1). Sekalipun tersirat adanya keraguan-keraguan dalam masing-masing ungkapan tersebut, namun agaknya disadari dan diyakini bahwa peranan sastra Bali cukup berarti dalam usaha pembinaan dan pengembangan kesenian Bali selama ini. Sastra Bali dalam kaitannya dengan dunia bersastra, tentunya dapat dilihat dari output sastra Bali itu sendiri yang disebut dengan karya sastra.

Secara umum karya sastra adalah suatu tulisan yang indah dan dapat menarik minat pembaca untuk membacanya, karena karya sastra merupakan refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatan atas kehidupan tersebut (Djojosuroto, 2006: 17). Pengertian karya sastra yang demikian mengasumsikan bahwa karya sastra adalah sebuah hasil pemikiran imajinatif oleh pengarang yang tentunya didasari oleh daya estetis dan juga mengandung kaidah kehidupan. Merujuk kepada lokal genius masyarakat Bali yang juga memiliki genre karya sastra lokal, maka pengertian karya sastra itu

(2)

2

dapat dijadikan acuan untuk mengetahui proses imajinatif yang mempengaruhi pikiran-pikiran masyarakat Bali.

Karya sastra Bali adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra cukup ketat. Karya sastra tersebut dibentuk oleh satuan pupuh yang memiliki aturan-aturan seperti banyaknya suku kata dalam tiap-tiap baris, banyaknya baris dalam tiap-tiap bait dan bunyi akhir dalam tiap-tiap baris (Agastia, 1980: 16-17). Karya sastra yang dipenuhi aturan-aturan demikian dikenal dengan sebutan sastra tembang atau puisi tradisional Bali. Hal itu sesuai dengan pembagian kesusastraan Bali yang dikemukakan oleh Antara (2005: 2) bahwasanya kesusatraan Bali berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi: 1) sastra tembang (puisi); 2) sastra gancaran (pacaliring atau prosa); 3) sastra palawakya (prosa yang dibaca dengan diiramakan).

Bertalian dengan hal itu, khususnya jika merujuk kepada pembagian salah satu bentuk sastra yakni sastra tembang, didapatkanlah suatu bentuk karya sastra geguritan. Geguritan di era kekinian tampak menjadi karya sastra sebagai pendukung aktivitas magending (bernyanyi) atau matembang di Bali. Aktivitas tersebut kian berkembang seiring dengan meningkatnya keinginan serta kesadaran berdharma gita oleh masyarakat Bali. Lebih daripada itu, berkaitan dengan aktivitas budaya dharma gita yang menyajikan sebuah bentuk wujud rasa bhakti melalui media tembang tentunya memiliki hakikat -hakikat religiusitas yang sesuai dengan paham ke-Hindu-an masyarakat Bali. Karena itulah tidak jarang masyarakat Bali

(3)

3

diidentifikasi sebagai masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah spiritual dan diaplikasikan lewat bersastra. Mendalami sastra, tampaknya selaras dengan tiga kerangka dasar agama Hindu yakni tattwa, susila dan upacara atau upakara. Tattwa adalah tingkat pemahaman filosofis dari susila (tingkah laku), dan susila dilengkapi dengan ritus atau upacara.

Tiga kerangka dasar agama Hindu itu yang kemudian menjiwai setiap gerak-gerik masyarakat Bali, dan bahkan geguritan sebagai salah satu karya sastra pun tidak luput dari konsep itu. Salah satu geguritan yang dapat dinyatakan sebagai implementasi pemahaman konseptual tentang tiga kerangka dasar agama Hindu adalah Geguritan Rare Kumara (GRK). Sesungguhnya Geguritan Rare Kumara (GRK) digubah dari Lontar Rare Kumara yang sangat disakralkan (disucikan). Dalam beberapa periode terakhir keberadaan lontar ini mulai mendapat perhatian oleh aktivis-aktivis sastra karena pada dasarnya Lontar Tutur Kumaratattwa menjadi bahan acuan ketika melakukan upacara ngaruat. Kemudian dengan tujuan melestarikan isi lontar tersebut, maka lontar itu pun digubah ke dalam bentuk geguritan.

GRK bukan saja merupakan karya sastra tradisional yang indah, melainkan karya sastra yang sarat dengan tattwa atau filsafat. GRK termasuk dalam kelompok karya sastra didaktis. Atau dengan kata lain GRK adalah karya sastra yang mengandung unsur-unsur ajaran agama dan filsafat. Oleh karena itu GRK dapat disebut geguritan didaktis-religius. Unsur-unsur ajaran agama yang terdapat dalam GRK tampaknya memiliki kaitan dengan Lontar Tutur Kumaratattwa. Kemudian dilihat dari sudut

(4)

4

pandang wacana sastra yang mengasumsikan adanya keterhubungan teks GRK dengan ruwatan maka hal ini sangatlah menarik untuk dikaji lebih jauh.

Pandangan yang melihat adanya keterhubungan teks GRK dengan ruwatan tentunya merujuk kepada makna-makna yang tersirat maupun tersurat dalam GRK. Akan tetapi satu hal yang perlu dipahami lebih jauh adalah mengenai proses pemaknaan terhadap GRK. Untuk memaknai GRK tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur pembentuk geguritan tersebut. Untuk itu unsur pembentuk karya sastra GRK akan mendapat porsi tersendiri dalam proses pemaknaan GRK.

Pandangan-pandangan konseptual yang mengacu kepada pemurnian hakikat bentuk yang demikian, tentunya akan menyeret pandangan bahwasanya sesuatu yang berbentuk akan memiliki daya guna. Daya guna yang dimaksud adalah fungsi, karena sesuatu dikatakan berfungsi jika telah memiliki suatu daya guna. Tentunya pandangan itu tidak akan menjerumuskan pemikiran kepada hal-hal yang bersifat non-empirik dan bahkan pandangan itu dapat mengarahkan kepada pengetahuan empirik yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam proses pemaknaan GRK.

GRK sebagai salah satu karya sastra geguritan didaktis-religius memiliki peranan tersendiri dalam proses penyampaian konsep ruwatan. Dilihat berdasarkan wacana sastra, maka GRK sesuai dengan yang telah sedikit dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan sebagai sebuah bentuk karya sastra yang berfungsi dan bermakna. Diketahui pula belum ada yang

(5)

5

membahas mengenai wacana ruwatan yang terdapat dalam teks GRK. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwasanya, penelitian terhadap teks GRK sangatlah relevan untuk dilakukan terutama jika mengkajinya dari perspektif tekstual berdasarkan atas bentuk, fungsi serta makna yang terkandung dalam teks GRK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk Geguritan Rare Kumara? 2. Apa fungsi Geguritan Rare Kumara?

3. Makna apa sajakah yang terkandung dalam Geguritan Rare Kumara?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki suatu tujuan yang mendasari penelitian tersebut. Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai secara tepat dan jelas sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dibedakan atas dua tujuan, sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendukung dan melestarikan karya sastra Bali tradisional yaitu geguritan. Selain itu, penelitian ini berperan secara aktif dalam membina dan menumbuh-kembangkan peminat matembang di dalam masyarakat. Dan melalui penelitian ini diharapkan pula dapat

(6)

6

meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra Bali, baik tradisional maupun modern, sehingga akhirnya menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus berkaitan erat dengan masalah dan isi pembahasan dalam penelitian. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan bentuk Geguritan Rare Kumara. 2. Mendeskripsikan fungsi Geguritan Rare Kumara.

3. Mendeskripsikan makna yang terkandung dalam Geguritan Rare Kumara.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya diharapkan akan bermanfaat pada masa mendatang. Ada dua manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu sastra, utamanya dengan analisis wacana sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan literature pendukung mengenai teks geguritan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan media pengenalan bagi masyarakat Bali yang ingin mendalami sastra Bali. Dapat menjadi acuan untuk

(7)

penelitian-7

penelitian berikutnya khususnya di bidang sastra terutama yang berkaitan dengan geguritan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu pembinaan, pengembangan, dan pelestarian karya sastra Bali tradisional sehingga kedepannya dapat terus ditingkatkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam memahami wacana ruwatan dalam GRK. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para pembaca tentang bentuk, fungsi dan makna yang terkandung dalam GRK.

Referensi

Dokumen terkait

The risk of a decline in market value of a company relative to other companies because of the management ’s lack of concern for managing ESG factors and mitigating risk

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

Skema proses ekstraksi dan dehidrasi osmosis simultan ini diharapkan dapat memberikan sedikitnya lima keuntungan, yaitu (i) enzim gaultherase mengalami unfolding,

Hasil uji reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa item-item pernyataan dalam setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel fokus pada anggota sebesar

Harap hubungi penjual persediaan yang telah diisi ulang, diproduksi ulang, atau yang kompatibel untuk informasi yang berlaku, termasuk informasi tentang peralatan pelindung diri,

Desa Pasar Binanga, warga bernama Tamin Hasibuan, umur 50 tahun, pekerjaan tani dan beralamat di Pasar Binanga, Kecamatan Barumun Tengah, Padang Lawas, menerangkan bahwa

Namun belum banyak bukti yang dapat dikemukakan tentang kegemilangan masa lalu peradaban Aceh, yang menurut beberapa penelitian para ahli disebabkan oleh beberapa faktor,