ANGGUR MERAH
Buat Kami
Ada Jalan Keluar
Koperasi atau BUMdes ?
9
“Merpati” Yang Cuek
14
Pembaca yang bijak,
Bukan rahasia lagi, jika angka kemiskinan penduduk NTT telah menunjukkan trend penurunan. Untuk kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014 saja, penurunan angka penduduk miskin itu tercatat sebesar 3,43%. Untuk Tahun 2010, angkanya tercatat sebesar 23.03%, menjadi 19,60% pada tahun 2014. Penurunan jumlah penduduk miskin terbesar, terjadi di desa dengan angka 21,78 %. Penduduk perkotaan mengalami sedikit pergeseran angka, sebesar 10,68% saja. Angka positif itu, diikuti lagi dengan Pertumbuhan Ekonomi NTT pada Tahun 2014 sebesar 5,04%, melampui Pertumbuhan Ekonomi Nasional yaitu 5,02 %.
Bagaimana kita memaknai semua angka di atas itu? Debatable, bisa saja iya. Itu bukan wilayah kami untuk menilainya. Pastinya, rilis angka-angka itu menjadi rujukan semua kita. Informasi kuantitatif yang terbatas itu, perlu untuk ditelusuri lebih jauh.
Pembaca yang arif,
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah sudah memberi warna untuk pekerjan rumah kita itu. Peningkatan produktvitas, geliat sektor pertanian, berpacunya aneka usaha ekonomi produktif, bisa dilihat pada desa/kelurahan penerima manfaat. Inilah bentuk nyata revolusi mental pemerintah. Kebijakan anggaran yang cukup besar diperuntukan mendukung usaha ekonomi rakyat.
Pemberdayaan adalah jalan keluar itu. Hasil liputan edisi Oktober kali ini, akan kita jumpai juga cerita miris pengelolaan program. Tetapi, masyarakat sudah harus memulainya. Masyarakat desa berhak untuk salah. Mereka juga berhak untuk keliru. Tentu bukanlah pembenaran untuk mekanisme pengelolaan keuangan kita yang sangat teknokratis, prosedural itu.
Pembaca yang setia,
Pemberdayaan adalah pendekatan yang tepat untuk masyarakat kita. Telah lama, mereka didikte. Telah panjang pula waktu mereka mengamini semua buah pikir yang kita drop atas nama pembangunan masarakat desa.
Saatnya kini, mereka kita libatkan. Biarkan mereka merencanakan, melaksanakan, mengorganisir diri hingga mengevaluasinya. Jangan lingkari diri kita dengan kecemasan akan ketidakmampuan mereka. Beri mereka ruang untuk merasakan nikmatnya kreasi mandiri membangun diri. Bukankah tidak ada upaya yang namanya gagal, bila aktifitas itu memberikan mereka pengalaman eksotis menatap masa depan?
Kita boleh cemas melihat masyarakat desa bergelut dengan dana ini. Kita harus terus melangkah, karena kita telah melangkah. Semua temuan Kelemahan program, menjadi pekerjaan lanjutan kita. Janganlah serta merta kita mengambil langkah ekstrem, seperti menghentikan program yang mungkin menggerus rasa percaya diri warga di desa.
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer (Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis (Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015Mengapa
Anggur Merah...?
9
11
4
14
20
24
30
33
22
35
17
38
Suara PKM
Koperasi atau
BUMdes ?
Kepala Desa TendaJangan
Waliwoe
Kepala Desa Turunalu
“Merpati” Yang Cuek
Tingginya
Rasa Malu
Parade Foto
Di Bheramari
Menenun Harapan
Anggur Merah
Berjodoh Dengan
Saya Mau Ketemu Langsung
Bapak Frans Lebu Raya
Pjs. Desa Ndito
Rosadalima Kainiu, Desa Tenda
Desa watu sipi
Rambu Adriana
Koperasi Anggur Merah Sinar Detu Tema
Herman Y. Sawa
Tidak
Sawe Dolokaina
Desa Nualise
Niaro, Ngero
Kepala Desa Nualise
Dengan Koperasi
Sinergi
Fransiskus Sio
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
S
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar
(fresh
money)
Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
d
iwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
p
embangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Tujuan Anggur Merah
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas
musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan.
(Tim redaksi)Dibantu PKM
“Masyarakat kami dibingungkan dengan kehadiran Badan Usaha Milik Desa
(BUMdes). Sesuai amanat Undang-undang Desa, lembaga ini harus dibentuk.
Tetapi kami, bersama masyarakat melihatnya tidak perlu lagi,
karena sudah ada koperasi.”
Koperasi atau BUMdes ?
“Kalau boleh saran, berikan pilihan. Bagi desa yang sudah memiliki koperasi jalan dulu. Terutama, bagi desa penerima Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah, yang sudah memilki koperasi. Bagi desa yang belum memiliki koperasi yah, tidak apa-apa... Jadi, sebaiknya BUMdes bagi desa yang belum memilki koperasi saja.” Demikian tambah kepala desa yang sudah menjabat sejak Tahun 2010 itu.
Pendapat lelaki yang selalu tersenyum ramah itu, mendapat dukungan dari Dominggus Longga (50) dan Muhamad Zainudi (49). Mereka adalah
Sekretaris Desa Tenda yang mulai menjabat pada Tahun
1998 dan Kepala Seksi PMD Kecamatan Wolojita,
yang mulai menduduki jabatannya di Tahun 2011.
Ketiganya menjadi informan awal kami, sebelum memasuki desa mereka, di hari ke tiga peliputan.
Menurut mereka, kehadiran beberapa program telah mengarah kepada pembentukan koperasi di desa.
emikian pendapat Romualdus Woge (49), Kepala Desa Tenda
D
saat kami temui malam itu, Selasa (17/11) di Hotel Dwi Putra. Redaksi berkesempatan menjumpainya, di sela-sela kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa bagi perangkat desa dan kecamatan. Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi NTT disebut sebagai penyelenggara kegiatan ini.
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah bahkan secara tegas telah
mempersyaratkannya.
Mereka juga mengakui telah merasakan manfaat nyata dari koperasi itu. Karenanya, mereka menilai sudah tepat, kalau koperasi hadir di desa sebagai lembaga keuangan atau badan usaha yang dimiliki
masyarakat. Bukan milik perangkat desa saja.
“Memang kami akui, kami belum mempelajari BUMdes ini secara lengkap. Tetapi kami melihat ada penjelasan yang berbeda dari SKPD teknis. Orang koperasi bilang, koperasi harus jalan terus. Orang BPMPD menyebut semua unit usaha di desa, harus masuk dalam wadah BUMdes. Tidak bentuk koperasi juga tidak apa-apa” kurang lebih seperti itu jelas Dominggus dan Muhamad
Wawancara malam itu, menyadarkan kami akan pentingnya sosialisasi yang lebih luas. Ketentuan teknis tentang desa dan
pelaksanaannya mesti menjadi perhatian yang serius. Tekad Pemerintah Provinsi NTT untuk menjadi Provinsi Koperasi, tentu harus juga didukung.
Kami menyarankan, agar topik tersebut diangkat dalam forum Bimbingan Teknis yang direncanakan berlangsung dari Hari Senin (16/11) hingga Jum'at (20/11) itu. Informasinya, hadir lebih dari 100 orang pada gelombang pertama kegiatan itu.
. Pesertanya berasal dari perwakilan aparat Desa dan Kecamatan Ende, Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Wolojita. 18 Kecamatan lainnya, diatur pada gelombang berikut.
(Lwl/hms)
Muhamad Zainudi, Kepala Seksi PMD Kecamatan Wolojita Dominggus Longga,
Jangan
Waliwoe
“Saya tegaskan, babi, kambing boleh Mati. Anggur Merah tidak boleh mati!
Karena itu, Ketua Koperasi jangan Waliwoe (gunakan sembarang).
Mari kita saling jaga. Saya jaga kamu, kamu jaga saya.
Supaya desa kita maju”
enegasan di atas disampaikan oleh Ambros Naja, Kepala
P
Desa Turunalu, siang itu Rabu (18/11). Hadir bersama mereka, Shinta tenaga PKM, empat kepala dusun, Sekretaris Desa Turunalu, pengurus kelompok dan beberapa anggota penerima manfaat. Mereka serius mendengarkan
penegasan kepala desanya itu. Desa ini memilki 4 dusun, 4 RW dan 8 RT. Masing-masing kepala dusun bertindak selaku Ketua Kelompok. Ada Dusun Wolonenu, Nuanaga, Ratekako dan Raga.
“Lewat
perjuangan-perjuangan bersama, desa kita bisa dapat program ini. Saya sendiri, harus sampai ke Kupang, untuk ketemu Bapak Gubernur. Akhirnya, uang Rp.250 juta itu bisa datang juga ke desa kita. Pengurus harus jujur dan tetap jaga
bersama atasi persoalan
kemacetan pengembalian yang ada. Kasihan tenaga PKM, harus jalan sendiri untuk tagih dari rumah ke rumah” tambah Ambros.
Pagi hari itu, Tim 3 memulai tugas peliputan dengan menyusuri jalan trans yang menghubungkan Kabupaten Ende dan Maumere, untuk sampai ke Desa Turunalu.
Bernadus Pemba bersama usaha perkiosannya
Kami harus bergegas, karena sedang dilakukan pengerjaan jalan. Informasinya, akan ada buka tutup jalan yang kami lintasi pada jam-jam tertentu. Sebelum jam 07.30 kami sudah melewati dua titik proyek pekerjaan jalan raya itu.
Kami sempat melewati tikungan jalan menuju desa tujuan kami itu. Persisnya ada jalan rabat, sebelah Kantor Desa Roa. Kami harus memutar balik arah, setelah bertanya pada warga sekitar. Maklum, belum pernah ke sana.
Setelah Desa Roa, kami melewati beberapa ruas rabat dan kali dalam Wilayah Desa Rateroru. Akhirnya, sampai juga di Kantor Desa Turunalu.
Supaya tidak membuang waktu, kami datangi saja beberapa rumah anggota penerima program. Bernadus Pemba (48) dan Emiliana Rima berhasil kami temui. Bernadus adalah salah-satu anggota Kelompok Matahari. Ia memilih
pinjamannya adalah Rp.12 juta. Sedangkan Emiliana Rima memilih usaha budidaya jahe. Ia meminjam Rp.2 juta, dengan lahan seluas kurang lebih 0,5 hektar. Mereka berdua belum pernah mencicil.
“Sebenarnya kelalaian dari diri saya sendiri. Kalau dari awal saya cicil, pasti sekarag sudah beres. Waktu itu, uang yang saya pinjam saya pakai untuk menambah barang-barang kios. Tetapi jujur saja pak. Lebih banyak saya pakai buat rumah” demikian ungkap Bernadus yang mulai meminjam di Bulan Oktober 2013 lalu. sebaiknya pak mereka sampaikan juga dari rumah ke rumah. Kalau kami yang omong, nanti tidak baik lagi. Dari yang tadinya baik, bisa jadi tidak baik lagi” tambah Emiliana sambil
menggendong anaknya. Beberapa saat kemudian, PKM menginformasikan bahwa Kepala Desa bersama beberapa orang telah ada di Kantor Desa.
Bernadus dan Emilia dengan pesan-pesan menguatkan.
Rupanya benar telah
menunggu Ambros Naja sang Kepala Desa, Valentinus Sundu Sekretaris Desa, Fransiskus Turu Kaur Pemerintahan, Donatus Male anggota Kelompok
Matahari, Nikolau Nama Kepala Dusun Roga, Laurensius Lawa Kelomok Saate juga beberapa anggota masyarakat lainnya.
Hari itu mereka memang mengagendakan pertemuan rutin desa. Karena informasi kedatangan kami sudah mereka ketahui juga, kami
dipersilahkan memulainya terlebih dahulu. Mereka tahu kami harus mengunjungi
beberap desal lainnya. Hari itu, kami tergetkan setidaknya tiga desa lagi harus bisa dikunjungi.
“Jumlah pengembalian saat ini adalah sebesar Rp.88 juta. Kami memang mengalami kendala pada bulan-bulan tertentu. Misalnya saja
kelompok jahe. Dari 12 orang peminjam, baru 1 kali mencicil. Kesepakatannya, cicilan mulai pada bulan ke enam. Dua tahun panen sekali. Tetapi kami
Donatus Male,
tetap dorong pengembalian, tidak menunggu hasil panen saja. Jadi sebenarnya tidak dapat dibilang macet juga” begitu keterangan awal Valentinus Sundu, Sekretaris Desa Turunalu.
“Setiap bulan kami adakan pertemuan rutin seperti ini dengan pengurus. Waktunya tidak tentu. Biasanya, kami lakukan rapat itu menjelang Rapat Koordinasi di Kecamatan. Saat itu kami juga membahas perkembangan program ini” demikian tambah PNS yang kelompok, dengan jenis usaha bervariasi. Ada usaha papalele, Ayam kapung, ayam pedaging, Ternak kambing, babi dan penjualan tanaman komoditi. Komoditi terbanyak desa itu berturut-turut kopi, kakau, cengkeh, jahe dan mete.
Keterangan lain juga disampaikan mereka yang hadir. “Kami sepakat seperti yang dikatakan Bapa Desa. Babi boleh mati, uang Anggur Merah tidak boleh mati. Tetap jalankan...” demikian tambah Fransiskus Turu (34). Dia juga menjadi salah-satu dari sepuluh anggota kelompok Sama
Wonga.
Memilih usaha babi, mereka mendapatkan bantuan sebesar Rp.30 juta. Masing-masing anggota mendapatkan dana sebesar Rp.3 Juta. Saat ini mereka telah melakukan pengembalian dengan total Rp.11 juta. Setiap bulannya harus dicicil besaran pokok dan bungan senilai Rp.380.000,-
Dari Kelompok Matahari, Donatus Male ditunjuk mewakili kelompoknya bercerita. Meraka adalah kelompok yang memilih usaha perkiosan.
“Kendala kami karena
pemasukan tidak tentu. Desa ini sudah memilki banyak kios. Ada lima kios sast ini” jelas Donatus. Meskipun demikian, disebut juga Nikolaus Nama yang hampir selesai mengembalikan pinjaman. Ia meminjam Rp.2 juta, sisa pengembalian kurang dari Rp.300 ribu. Donatus sendiri meminjam Rp.5 juta. Telah dilakukan pengembalian
Rp.2,5 juta. Kelompok Saate yang mengusahakan ternak kambing, memiliki anggota sebanyak sembilan orang yang masing-masing anggota
kelompok mendapatkan modal Rp.3 juta.
Meskipun kambing mereka belum dijual, mereka menutupi cicilan dari hasil keuntungan menjual komoditi. Hal itu diakui Fransiskus Turu Kaur Pemerintahan, Shinta tenaga PKM.
“Merpati” Yang Cuek
“Tidak ada istimewanya Desa Ndito ini. Koperasi di sini saya istilahkan
Koperasi Merpati. Kalau kasi makan mereka turun, setelah itu mereka
naik pohon lagi. Panggil-panggil juga mereka tidak turun lagi.
Masyarakat desa ini juga begitu, waktu pijam mereka datang semua”
Mencoba ingin mengetahui lebih jauh persoalan yang ada di desa yang terletak di atas bukit itu, kami berbincang-bincang juga dengan sang Pjs. Kepala Desa itu.
“Kami berterima kasih dengan adanya program Anggur Merah ini. Masyarakat di sini mengusahakan Sri Tani Usaha yaitu pertanian, ternak dan kios” komentar Penjabat yang bukan PNS itu dengan santai, sambil menghisap rokoknya. Ia tidak terlihat terganggu dengan komentar pendamping di atas.
Pjs. Kepala Desa itu memberi kesan kurang ramah sejak awal. Pengurus koperasi yang hadir pun, demikian.
Ada apa gerangan?
Tim Pengendali dari Kecamatan saja tidak mau turun ke desa. Makanya saya juga malas ikut rapat di kecamatan” begitu keluhan Dominikus Wawo,SH, si PKM di hadapan Martinus Too, Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Ndito, Kecamatan Detusoko.
“Dalam minggu ini saya akan keluarkan surat pelunasan pinjaman, kepada seluruh anggota koperasi. Kami akan ambil tindakan tegas, bila perlu sampai penyitaan aset,
walaupun tidak ada perjanjian sita barang. Bersama Aparat Desa, Babinsa dan Polsek, saya akan minta turun sama-sama. Pengembalian masih sangat rendah belum mencapai 50%. Padahal sudah lebih dari setahun sejak pencairan dana” lanjutnya sedikit kecewa.
Setelah melakukan
penggalian yang lebih dalam, akhirnya kami mengerti juga. Lewat wawancara mendalam bersama mereka, barulah kami sadari penyebabnya.
Ternyata sang Pejabat Sementara itu ikut juga meminjam. Pengembaliannya belum ada sama sekali. Ia meminjam Rp.3,3 juta untuk usaha ternak babi. Jatuh tempo pengembalian harusnya pada Bulan April 2015 lalu.
Martinus Too, Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Ndito
Harusnya, dia sendiri menjadi contoh yang baik.
Menyelesaikan pinjamannya, agar bisa diguguh anggota koperasi lainnya. Faktanya, ia malah mengacuhkan tujuan dan manfaat dari program ini.
Berbagai alasan
dikemukakan ketika ditanya tentang hasil usahanya. Terlihat berputar-putar, dia menjawab soal keuntungan dan alasan belum dikembalikannya cicilan.
Mulai dari ternak yang mati, musim yang tidak mendukung, sampai harga jual komoditi yang rendah. Beberapa pengurus koperasi yang hadir juga pasif, ternyata mereka juga adalah penerima dana
pemberdayaan itu. Padahal, jika kami lihat lebih dekat, banyak sekali komoditi yang cukup menjanjikan.
Hampir semua warga desa itu memilki jenis tanaman komoditi.
Mulai dari tanaman kakao, cengkeh hingga aneka tanaman holtikultura lainnya seperti pisang dan sayur-sayuran. Informasi yang kami dapat, biasanya cengkeh dipanen pada Bulan Agustus.
Untuk diketahui, desa ini memiliki sebuah koperasi. Koperasi itu diberi nama Koperasi Lele Tola. Dalam terjemahan bahasa setempat, artinya kurang lebih adalah beringin menolak sial. Koperasi ini beranggotakan 76 orang.
Setiap anggota diberikan pinjaman dengan besaran yang berbeda, mulai dari Rp.3,3 juta hingga Rp.4,5 juta per orangnya.
Desa ini memilki 4 dusun yaitu Dusun Ndito, Dusun Ndito II, Dusun Puuboro dan Dusun Weru. Pencairan awal dilakukan pada Bulan Juni 2014. Hingga saat kunjungan kami, koperasi mereka belum melakukan Rapat Akhir Tahun (RAT). Posisi kas dilaporkan senilai Rp.71 juta. Total pengembalian anggota koperasi adalah sebesar Rp.59 juta.
Sesuai kesepakatan awal pembentukannya, koperasi ini mengenakan Simpanan Pokok sebesar Rp.50 ribu. Simpanan
Wajib sebesar Rp.20 ribu tiap bulannya. Bunga Pinjaman ditetapkan sebesar 1%. Besaran Simpanan Sukarela adalah sebesar 15% sebagai jaminan.
PKM yang biasa disapa Doni itu adalah tenaga pendamping yang bertugas mendampingi tiga desa. Tiga desa tersebut adalah Desa Ndua Ria di Kecamatan Kelimutu, Desa Tanjung di Kecamatan Ende Selatan dan Desa Ndito sendiri di Kecamatan Detusoko itu.
Berbagai keluhan dan persoalan dikeluhkan pendamping, yang
menyelesaikan kuliahnya di Universitas Balikpapan pada Tahun 2009 itu. Saat kami mengonfirmasikan soal Rapat Akhir Tahun (RAT) yang belum terlaksana, bapak dua anak itu menjelaskan kesulitannya.
“Kesulitan terbesar yang dihadapi adalah membuat laporan keuangan hingga neraca. Hal yang berhubungan dengan administrasi keuangan merupakan hal yang awam bagi saya” kata Sarjana Hukum itu.
“Jujur saja, hampir seluruh PKM di Kabupaten Ende belum membuat laporan keuangan karena tidak mengetahui caranya. Memang kami sudah diberikan beberapa pelatihan, tetapi belum menjawab
kebutuhan kami dalam pendampingan program ini. Mohon Pemerintah Provinsi dapat memberikan solusinya. Kalau bisa kasi kami Juknis yang sama, supaya seragam” katanya berharap.
Doni kemudian menceritakan setidaknya tiga kali telah mengikuti pelatihan koperasi, tetapi penyampaiannya
Siang itu kami berkumpul di Kantor Desa Ndito bersama PKM, Pjs. Kepala Desa dan beberapa anggota serta pengurus Koperasi Lele Tola. Terlihat sekilas, ada rasa tidak nyaman ketika menyambut kami siang itu.
Benar-benar seperti kata PKM itu. Bagai burung merpati, mereka berkumpul dan makan ketika makanan dihamburkan. Mereka terbang kembali entah kemana setelah kenyang.
Ada juga wora (guyonan) dalam behasa ende tentang Merpati. Merpati diplesetkan menjadi Mara-Mara - Pati. Kurang lebih artinya adalah duduk-duduk, Kasi (Uang). Defenisi ini kami dapatkan di desa lain, saat bersendagurau dengan masyarakat.(LWL/hms)
karena ada yang menggunakan Undang-Undang lama, ada yang menggunakan ketentuan Undang-Undang terbaru.
Berbekal Neraca sederhana dan beberapa Buku Kas, dia berusaha memberikan informasi yang kami butuhkan.
“Untung saya sempat ikut pelatihan di Kupang. Kami sempat magang di salah satu Puskud. Kami diberikan penjelasan dan beberapa contoh pembukuan serta neraca keuangan. Contoh itu yang saya pakai, karena saya cukup
mengerti” kata pria beranak dua itu menambahkan.
Dari penjelasan dan informasi yang diberikan, memang sudah ada pelatihan oleh Dinas Koperasi Kabupaten Ende.
Tingginya Rasa Malu
“Masyarakat di sini memiliki rasa malu yang tinggi.
Mereka akan sangat malu kalau dikunjungi dan belum menyelesaikan
kewajiban mereka. Karena itu, pengembalian anggota koperasi
di desa kami bagus. Setiap bulan lancar.”
emikian keterangan Rosadalima Kainiu (45), Kepala Urusan
D
Pemerintahan Desa Tenda, Kecamatan Wolojita. Menurutnya, keberhasilan koperasi di Desa Tenda tergantung kepada keaktifan pengurus koperasi.
“Anggota koperasi kami memiliki kesibukan yang cukup tinggi. Umumnya mereka sibuk kerja. Untung, pegurus koperasi aktif sekali. Hal lainnya adalah keseriusan tim verifikasi. Tim ini betul-betul turun, melihat jenis usaha dan membandingkannya dengan besaran usulan. Tiap tiga bulan juga dilakukan rapat evaluasi bersama pengurus. Jadi, pengembalian tidak mandek” begitu kata ibu beranak tiga itu, membuka rahasia sukses Koperasi Serba Usaha (KSU) Tenda Karya.
Wanita yang bertugas sejak Tahun 2000 itu pun memberikan penilaian positif tentang
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah. “Program ini bagus sekali... Bunganya ringan” demikian penilainnya. Lebih lanjut
ditambahakan Kristo Hironimus Poa Aga (38), Kepala Urusan Pembangunan Desa Tenda.
“Kami berterima-kasih mendapatkan batuan perumahan P2LDT, dari
Rosadalima Kainiu, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tenda
Masyarkat juga bersyukur karena tidak kena potongan pajak. Dari bantuan lima buah rumah, Dusun A mendapatkan dua buah rumah. Dusun B, Dusun C dan Dusun D masing-masing satu buah rumah” demikian tambah pria yang memiliki dua orang anak itu.
Desa ini adalah salah-satu desa penerima bantuan
program di tahun 2013. Saat itu, mereka masih berbentuk
Tahun 2015, tepatnya di Bulan Februari dibentuklah koperasi. Upaya ini tidak lepas dari kerja keras Petra (34), sang tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM).
Saat ini, KSU Tenda Karya memilki asset senilai
Rp.399.672.000,- Posisi kas koperasi di tanggal 16 Oktober 2015 adalah sebesar
Rp.36.979.992,- Informasi ini bisa dilihat pada Buku Kas Umum, Buku Setoran dan Buku Pinjaman.
Sisa kas saldo itu dapat kami konfirmasi dari buku rekening koperasi di Bank NTT Cabang Ende, dengan nomor rekening 004 02.07.006166-8. Jumlah uang setoran yang sedang dipegang bendahara ketika itu berjumlah
Rp.5.440.000,-Koperasi ini mengenakan bunga 1 % bagi anggotanya. Simpanan pokok diberlakukan di awal keanggotan dengan nilai Rp.100.000,- Simpanan wajib disepakati sebesar Rp.1.000,- setiap bulannya. Sedangkan simpanan sukarela disesuikan dengan keiklasan anggota.
“Biasanya dari uang-uang sisa (kelebihan setoran) pak. Tergantung keiklasan saja” demikian celetuk Tibertius Soli, bendahara koperasi.
Untuk mendapatkan
gambaran lebih teknis kami pun mencoba menggali informasi dari pengurus koperasi. Hadir bersama kami siang itu Primus Sukarela (63) selaku ketua,
Flafianus Hardi (40) wakil ketua dan Tibertius Soli, bendahara. Beberapa saat kemudian, turut bergabung bersama kami di ruang rapat itu Moses Langga (62), tokoh masyarakat.
Bergiliran, kami meminta mereka berbicara.
Kesempatan pertama untuk berbicara jatuh pada Primus Sukarela, selaku Ketua
Koperasi. Menyusul berikutnya, wakil ketua, bendahara dan tokoh masyarakat.
“Kami banyak belajar dari kegagalan program-program terdahulu. Karena itu, Anggur Merah tidak boleh gagal” kata ayah tujuh anak itu memulai. Dilaporkannya, bahwa
pengembalian biasa dilakukan pada tanggal empat hingga sepuluh setiap bulan. Dia melihat, kehadiran program ini bisa membantu masyarakat terhindar dari tengkulak yang mengenakan bunga pinjaman antara 10% hingga 15%.
“Kami minim pengetahun koperasi. Tolong buat pelatihan bagi pengurus. Saya sendiri walaupun dari segi keuangan kurang bagus” pintanya bersemangat.
Karena sedikit bingung, kami menanyakan maksud dari kata “Pinjam Tendes” itu.
Menurutnya, Pinjam Tendes adalah boleh pinjam lagi, meskipun cicilan belum lunas. Pinjaman kedua itu, untuk mentupi pinjaman pertama dan Melanjutkan usaha lagi. Kurang lebih, seperti itu penjelasannya.
“Kami berterima kasih dengan bantuan yang ada ini. Masyarakat kami jadi terbantu. Tetapi, mereka memilki cita-cita yang tinggi. Sementara bantuan dibatasi jumlahnya. Maksimal pinjam lima juta. Kalau bisa, ke depan ditambahkan besar pinjamannya” demikian kata
Primus Sukarela, Ketua Koperasi Serba Usaha
Tenda Karya
Flafianus Hardi,
Tentang desa. Banyak cerita baik tentang kehidupan masyarakat desa yang sederhana, jujur, suka menolong, iklas dan masih banyak lagi. Kesan itu redaksi rasakan saat meliput di Desa Tenda ini.
Bagi kebanyakan masyarakat Ende, Desa Tenda setidaknya telah dikenal karena tarian gawi dan motif khas kain tenunnya. Semangat kekeluargaan yang ramah kami rasakan sejak pertama menjumpai kepala desa mereka. Kesan itu makin kuat saat kami mengunjungi masyarakat desa di sana. Letih lelah perjalanan hari itu
terobati.
Sebagai aparatur provinsi, kami sangat terhibur
mendapatkan pengalaman berjumpa dengan kelompok masyarakat seperti ini. Kami tidak menyesal kalau harus berbagi dengan mereka. Semangat merubah hidup, nampak dalam aksi nyata mereka. Bapak-bapak dengan usaha tanaman pertanian, ternak juga kebun. Pemudanya dengan usaha ojek, kios dan bengkel. Sementara ibu-ibu menonjol dengan kelompok tenun mereka. (LWL/hms)
Kristo Hironimus Poa Aga, Kepala Urusan Pembangunan
Desa Tenda Tibertius Soli,
Bendahara Koperasi Serba Usaha Tenda Karya
Sementara itu, Tibertus Soli kembali menyinggung tingginya kesadaranmasyarakat Desa Tenda. Bendahara koperasi itu bahkan tidak segan-segan memuji Primus Sukarela sang Ketua Koperasi. Akan tetapi dia juga megusulkan agar insentif pengurus koperasi diperbesar. “Kalau dibagi-bagi, per hari itu honornya pengurus
Rp.2.000,- saja. Sementara, pengurus koperasi dituntut harus selalu aktif melayani” katanya.
“Kami tidak puji masyarakat, tetapi mereka memang baik. Kami tidak terlalu khawatir
kesadaran masyarakat cukup tinggi. Kalau ada keterlambatan tanggal, biasanya mereka kirim sms. Pak ketua sendiri sangat aktif. Pak ketua biasanya langsung jemput uang di anggota yang belum mencicil“ tambah bedahara murah
senyum itu.Lalu, bagaimanakah tanggapan tokoh masyarakat yang diwakili oleh bapak Moses Langga ? berikut petikan
komentarnya.
“Menurut saya, program ini cukup bagus. Masyarakat bisa urus anak sekolah, ekonomi masyarakat juga semakin meningkat. Karena bunga pinjaman kecil, masyarakat tidak ambil ke bank atau koperasi lain. Bunga pinjaman di tempat lain sangat tinggi, lebih banyak masyarakat bisa mendapatkan manfaatnya. Kalau masyarakat sangat butuh modal untuk usaha” demikian usul pria yang menyukai makanan bersambal biji itu.
Nama : Lembertus Resi Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-Nama : Simon Sare
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-Nama : Yosep Denge
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp.
2.500.000,-Nama : Imelda Rendo Alamat : Dusun Nuakesa Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-Nama : Lovita Wadhi
Alamat : Dusun Nua Wari Kelompok : Melati
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Matias Doa Alamat : Dusun Nua Wari Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp. 3.000.000,-Nama : Klemens Dula
Alamat : Dusun Nua Wari Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-Nama : Fransiska Lima Alamat : Dusun Watusipi Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Yakobus Wake Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-Nama : Fransiska Mbuka (Petrus Pedo)
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-Nama : Hendrikus Sara Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Mae
Besar Pinjaman : Rp.
2.500.000,-Nama : Elisabeth Peni (Adrianus Banggo) Alamat : Worhoja Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp. 15.000.000 Nama : Agustina Nija
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Afra Bie
Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-Nama : Damianus Juma
Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Sa Ate
10.000.000,-Nama : Yasinta Goba Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Melati
Besar Pinjaman : Rp. 2.000.000,-Nama : Yohanes Padhi
Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Sa Ate
Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000,-Nama : Falentinus Wagho
Alamat : Dusun Nua Kesa Kelompok : Tau Muri
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Sri Ayu (Hironimus Biku)
Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp. 2.500.000,-Nama : Rolius Gusi Godo Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Sa Ate
Besar Pinjaman : Rp. 10.000.000,-Nama : Yosefina Ewo
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Lusia Diri (Leonemensius Ruka) Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 6.000.000,-Nama : Rosalia Siti
Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Tau Sare
Besar Pinjaman : Rp.
4.000.000,-Nama : Fitaliana Nalu Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Anggrek
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Geradus Petu Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 4.000.000,-Nama : Marta Dida
Alamat : Dusun Nua Wari Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp.
6.000.000,-Nama : Hendrikus Anababa Alamat : Dusun Lowo Kora Kelompok : Merah Delima Besar Pinjaman : Rp. 5.000.000,-Nama : Herman Menga
Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Tau Pawe
Besar Pinjaman : Rp. 4.000.000,-Nama : Elisabet Gedhe
Alamat : Dusun Nua Kesa Kelompok : Tau Muri
Besar Pinjaman : Rp.
2.000.000,-Nama : Yasinta Mima Alamat : Dusun Worhoja Kelompok : Anggrek
2.000.000,-Menenun Harapan Di Bheramari
Saya bertemu dan berkenalan dengan Pak Maksimus Ma tahun 2011 di Kodi. Kami kemudian menikah dan sepakat memulai hidup baru di
kampung halaman suami saya di Desa Bheramari Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende. Kami ke Nangapanda tanpa memiliki modal apa-apa selain rumah peninggalan orang tua dan sebidang tanah di Desa Bheramari”. “Tahun 2013 kami mendapat bantuan dana dari Program Desa Mandiri Anggur Merah sebesar Rp. 5.000.000,-. Itulah modal kami menenun harapan hidup baru di Bheramari”, kata Rambu
Adriana Panda saat disambangi Tim Peliput Buletin Desa Mandiri Anggur Merah di belakang
Sambil matanya menatap bukit gundul kekuningan di kejauhan, Rambu Ana Panda menuturkan, kami benar-benar mulai dari nol. Dengan dana bantua Rp. 5 juta serta bekal pengalaman memelihara ternak di Kodi Sumba Barat Daya, kami suami istri memilih usaha beternak babi.
Langkah awal yang kami buat yaitu membeli sepasang babi. Kami memelihara dan merawatnya bergantian. Kalau tidak saya, maka suami saya yang memberi perhatian.
Lebih lanjut Rambu Panda yang kini didampingi suaminya Maksimus Ma menuturkan, setelah setahun dipelihara, babi mulai bunting dan kemudian
memelihara babi kampung yang kami miliki, ternyata tidak bisa diterapkan saat
memelihara babi pedaging jenis makao (babi pedaging red).
Dari beberapa anak babi yang lahir, karena tidak ditunggui saat beranak, yang hidup hanya 3 (tiga) ekor. Lainnya mati tertindis induknya. Dari tiga ekor ini, 1 kami jual seharga Rp. 700.000,- untuk memenuhi kewajiban setoran, sedangkan dua ekor lainnya kami pelihara.
Tiga minggu kemarin, induk babi yang kami miliki kembali beranak. Dengan pengalaman yang sudah ada serta petunjuk dari penyuluh, kami sudah paham bagaimana tanda-tanda
Untuk proses beranak yang kedua, kami tunggu dan kami terlibat sejak dari beranak, membersihkan anak babi yang baru lahir, sampai kelahiran anak babi yang terakhir. Satu kami bantu bersihkan, jauhkan dari induknya dan beri minum susu sambil menunggu proses beranak selesai.
Hasilnya, kami memiliki 7 menyusu di induknya.
Sambil berteduh di bawah rerimbunan pohon Kakao di belakang rumahnya, Rambu Panda mengungkapkan rasa gembiranya. “program ini kami senang, bunga kecil sesuai kesepakatan kami sendiri. Karena itu, sejak anak babi kamiberanak, saya sejak rutin mengembalikan pinjaman yang kami peroleh. Saat ini saya dengan suami sudah
kembalikan cicilan sebanyak 6 kali”.
”Masih 6 kali lagi karena kesepakatan kemarin, cicil selama 1 (satu) tahun. Saya sadar, apabila dana ini saya kembalikan, dapat dikumpulkan untuk
digulirkan kembali kepada teman-teman kami di Desa Bheramari yang belum mendapat bantuan dana desa Mandiri Anggur Merah” lanjut ibu Rambu menjelaskan kepada tim peliput.
Saat ditanya apa mimpi besar Rambu dan eja Maksi Ma
dengan usaha ini, Rambu Panda dengan mata berbinar menuturkan penuh semangat, kami berdua sudah tahu bagaimana hidup susah, tidak punya apa-apa.
Sekarang program ini kasih kami kesempatan dan harapan untuk hidup baik. Kesempatan ini tidak datang dua kali. Karena itu, kami suami istri sudah bertekad untuk serius pelihara babi yang kami miliki dari program ini.
Kami akan belajar dan berusaha agar jumlah babi yang kami miliki, semakin bertambah banyak. Kalau sudah banyak, beberapa ekor baik,”yakin Rambu yang diamini suaminya Eja Maksi.
Sambil berjalan ke depan rumah Eja Maksi, saya
bergumam dalam hati. Program ini luar biasa. Beri orang kecil perbukitan Nangapanda, wargamu menenun harapan membumbung melewati deretan bukit kerontang meranggas panas kemarau. Di awal desember, gerimis hujan menenun harapan,
menumbuhkan tunas hidup menatang masa depan.
(VM/hms)
Berjodoh Dengan Anggur Merah
“Karena punya pengalaman sebagai anggota di Koperasi Simpan Pinjam
Tukesani yang telah berjalan 30 tahun, saya dipilih secara aklamasi
oleh masyarakat untuk menjadi Ketua Koperasi Anggur Merah.
Saya terima kepercayaan ini sambil mempersiapkan generasi berikut
yang bisa mengembangkan koperasi ini selanjutnya”
ernyataan ini disampaikan oleh Sabinus Nusa, Ketua
P
Koperasi Anggur Merah Sinar Detu Tema Desa Aebara Kecamatan Ndori Kabupaten Ende. Koperasi ini dibentuk pada Maret 2014 dengan Iuran Pangkal sebesar Rp. 50.000,-. Sementara pencairan
dilaksanakan pada bulan Agustus. Jumlah anggota pada awalnya berjumlah 72 orang, kemudian menyusul 10 orang anggota.
Ayah dua orang anak ini menjelaskan bahwa sebagai pengurus Koperasi, dirinya berkomitmen untuk
mengembangkan Koperasi Anggur Merah.
“Kami telah menunggu Bapak sejak pagi setelah ada
pemberitahuan dari PKM tentang kedatangan tim peliput desa Anggur Merah. Kepala Desa Aebara berselisih jalan dengan bapak sekitar 30 menit lalu ke ibukota kabupaten untuk menghadiri kegiatan pelatihan kepala desa,” jelasnya
membuat rasa kantuk tim buletin sirna seketika.
Sambil melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul 14.30 menit, anggota tim meminta maaf atas ketidakyamanan ini.
Setelah santap siang sejenak
Sabinus Nusa, Ketua Koperasi Sinar Detu Tema
bersama tiga srikandi PKM, Regina Wonga, Novi Letor dan Donata M. Embu Rae yang setia menjadi penunjuk jalan sejak dari Desa Nualise bergerak menuju Desa Aebara.
Pepohonan rindang dengan semilir angin-sepoi membuat
menemani perjalanan kami.
Untuk mengurangi rasa kantuk yang mulai menyerang, kami terpaksa
beberapa kali berhenti di pinggiran jalan
negara Ende-Maumere sekadar menarik badan,
merenggangkan otot-otot yang mulai kelelahan. Di kantor desa Aebara pun, beberapa kali harus menguap lebar tanpa rasa malu.
Bapak Sabinus melanjutkan bahwa pengurus koperasi Anggur Merah dituntut untuk memiliki kesabaran lebih. “Saya sudah dipilih jadi ketua
pengurus Koperasi Tukesani. Tetapi karena ada keributan kecil setelah pemilihan, saya memutuskan mengundurkan diri. Rupanya saya lebih berjodoh dengan Anggur Merah,” jelas mantan Kepala Desa Wonda periode 2002
Sekadar memberikan informasi kepada tim buletin, Aebara merupakan pemekaran dari Desa Wonda.
Selanjutnya mantan Guru SMP Vianney dan SMEA Kristen Soe dari tahun 1987 sampai dengan 1992 ini mengatakan bahwa ia pernah dibisiki oleh manager Koperasi Tukesani yang merasa terancam dengan kehadiran Koperasi Anggur Merah.
kemudahan yang ditawarkan oleh KSP Sinar Detutama itu.
“Namun setelah saya memberikan penjelasan dan pengertian kepada mereka dan mengajak mereka bekerjasama untuk sama-sama membangun perekonomian masyarakat desa, mereka akhirnya mengerti akan misi pembentukan
Koperasi Anggur Merah,” jelas Bapak Sabinus yang
dipercayakan juga sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Aebara.
Ia pun menjelaskan bahwa Koperasi Tukesani telah menjadi semacam tempat belajar bagi pengurus Koperasi Anggur Merah yang masih minim pengetahuannya administrasi.
Menyambung hal itu, PKM Desa Aebara Y. Berchmans Balu menambahkan pentingnya upaya pelatihan terhadap pengurus Koperasi Anggur Merah.
“Pengurus hanya punya pengetahuan teoritis tanpa diimbangi dengan pengetahuan yang memadai. Karena itu,kami juga meminta agar kami
dikirimi buletin-beletin tentang koperasi untuk menambah wawasan pengurus,” pinta alumnus Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas
Kristen Duta Wacana
Yogyakarta, terkait pentingnya upaya pembukuan yang baku.
Terkait dengan perguliran dana, pria lajang ini
mengeluhkan juga rumitnya prosedur yang ditetapkan oleh Bappeda Kabupaten Ende.
“Dana yang sudah dikembalikan baru bisa digulirkan lagi setelah ada rekomendasi dari Bappeda. Untuk mendapatkan
rekomendasi, kami harus mengjukan proposal dengan calon peminjam tahap
berikutnya harus lebih dari lima orang. Setelah diteliti lebih lanjut dan dirasa pas oleh tim
Silvester Lando, penerima manfaat Anggur Merah yang turut nimbrung di tengah berlangsungnya obrolan di kantor desa, mengakui manfaat besar dari Anggur Merah. Ia mengatakan bahwa
kesenangannya memelihara babi semakin meningkat setelah Ia meminjaman di Koperasi yang berbunga kecil hanya sekitar 1 %.
Dengan meminjam uang sebesar Rp 3 juta dengan selama setahun saya dapat membeli tambahan babi dua ekor. “Dengan pinjman itu, saya langsung membeli seekor babi kampung milik tetangga yang sedang bunting dan terdesak kebutuhan anak sekolah. Anak babinya telah saya jual
Saya Mau Ketemu Langsung
Bapak Frans Lebu Raya
“Saya sangat berbangga dengan Bapak Frans Lebu Raya.
Kalau tidak ada bantuan Anggur Merah, saya tidak mungkin
punya kehidupan seperti sekarang ini.”
ngkapan polos dengan bahasa Indonesia yang tertatih-tatih dan penuh
U
emosional ini disampaikan oleh Bapak Herman Y. Sawa,
anggota kelompok Pula Karya Desa Liebeke Kecamatan Lio Timur.
Pertemuan dengan Bapak Herman sendiri seakan menjadi sebuah kebetulan yang penuh makna. Setelah menyelesaikan tugas peliputan di Desa Aebara, anggota rombongan tim peliput bertambah seorang dengan bergabungnya Desa Aebara, Y. Berchmans Balu bersama tiga PKM Wanita yakni Renya (PKM Desa Nualise Kecamatan Wolowaru), Novi (PKM Desa Kelisamba Kecamatan Wolowaru) dan Nana (PKM Desa Niramesi Kecamatan Wolowaru).
Matahari sudah mulai beranjak menuju tempat peraduannya saat kami
memasuki tugu ucapan selamat datang di Desa Liebeke. Sambil menanti konfirmasi lanjut dari PKM Desa Liebeke yang tidak bisa hadir menemani kami, berhubung ada acara yang tak bisa ditinggalkan, kami pun berisitrahat sejenak di pinggir
jalan, tepatnya di pintu masuk Desa Liebeke.
Melihat orang baru, seorang lelaki muda berbada besar dan bertelanjang dada, memanggil
tujuan kami. Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan kami,ia pun dengan bangga mengatakan bahwa dirinya mungkin penerima Anggur Merah yang paling sukses untuk
“Dengan bantuan Anggur Merah saya bisa beli oto bemo,” jelasnya dengan penuh. Kami tidak percaya dan menganggap omongannya hanya bualan semata.
Kami melanjutkan perjalanan ke kantor desa Liebeke yang berjarak sekitar 100 meter dari kios tersebut sembari berjanji bahwa kami kembali lagi menemuinya. Kantor Desa sudah tertutup rapat.
Masyarakat ramai bersenda gurau, rupanya mereka baru habis membersihkan gedung Kapela Liebeke yang terletak berhadapan dengan kantor desa. Tak lama kemudian, anak-anak kecil memanggil salah seorang pegawai desa yang rumahnya terletak tak jauh dari kantor desa.
“Sebagian besar usaha kelompok masyarakat penerima dana Anggur Merah yang terdiri dari 6 kelompok dengan bidang usaha ternak kambing
mengalami kegagalan. Kambing-kambing bantuan tersebut sebagian besar terkena penyakit menceret dan mati,” jelas Yohanes Mbete, Kaur Umum Desa Liebeke.
Dengan jujur ia mengakui bahwa ia juga merupakan Ketua Kelompok Wowolimbu, salah satu kelompok penerima dana Anggur Merah tahun 2011. Jumlah anggota kelompoknya ada 14 orang dengan usaha
Setelah panjang lebar
mendengar cerita Bapak 3 anak ini tentang keganasan kera hutan yang membabi buta menyerang segala jenis
tanaman masyarakat di daerah perbukitan, kami pun pamit.
Bayangan pemilik kios kecil memancing rasa ingin tahu kami. “Saya ini dari nol betul bapak. Sebelumnya saya tidak punya kios. Saya hanya
bertahan hidup dengan menjadi tukang ojek serabutan dan menjual ikan sesekali,” kata Herman Y. Sawe, di samping kios bambunya.
Sembari meminta maaf karena harus duduk di atas jerigen air, laki-laki tak tamat SD ini menceritakan dengan bahasa Indonesia patah-patah bahwa pada awalnya, ia tidak dirinya, namun uang pinjaman seluruhnya ditujukan untuk ayah 3 anak ini.
“Saya tidak akan lepas ibu PKM Desa Liebeke. Sampai kapanpun saya terus mengingat jasanya,” jelas Herman
menahan tangis. Diceritakan lebih lanjut, ia akhirnya setuju melakukan pinjaman, tetapi dengan dengan syarat kalau ia tidak bisa lagi mencicil
pinjaman, maka itu menjadi tanggung jawab PKM.
Setelah mendapat pinjaman Anggur Merah sebesar Rp. 5 juta, ia memutuskan untuk membuka usaha kios. Saat itu sudah banyak usaha kios di seputaran kampung Liebeke.
“Saya membayar ongkos tukang untuk membangun kios sebesar Rp. 100 ribu. Sisanya
untuk membeli barang kebutuhan kios di antaranya membeli ale-ale 2 dos, rokok surya 2 slof, rokok Nu Mild 1 slof, gula 5 kg, beras 20 kg, serta barang makanan ringan lainnya. Semua barang tersebut, saya beli dengan motor di Maumere,” jelas Herman, diamini oleh isterinya Irene Dona.
Sambil meminta sang isteri menyuguhkan 5 kaleng sprite dan dua bungkus biscuit Roma, ia mengisahkan bahwa Anggur Merah membuat otaknya terbuka.
“Saya jual barang-barang tersebut dengan harga toko. Kalau di kios lain, harga ale-ale 1 buah Rp. 1.5000, saya
menjualnya dengan harga Rp. 1.000,-.Hal ini saya berlakukan untuk semua barang lainnya. Walaupun untungnya kecil, tapi perputaran uangnya cepat,” aku anggota kelompok Pula Karya tentang strategi yang
digunakan untuk menarik minat pembeli. Anggota kelompok
lainnya yang berjumlah 17 orang, mereka bergerak dalam usaha ternak kambing.
Selama satu tahun lebih, ia tetapi memanaskannya.
“Saya sampai terkena penyakit lambung. Saya tidak ambil pusing, karena kalau saya terlalu banyak mengambil beras jualan, keuntungan saya juga berkurang. Saya hanya mendapat untung Rp. 20.000,- dari satu karung beras,” jelasnya menahan haru, mengingat kembali
pengalaman awal membangun usaha kios Anggur Merah. Sekarang ini saya hanya pakai sms untuk memesan barang di Maumere, tambahnya.
Setelah usaha kiosnya
berkembang, ia pun merambah usaha jual bensin dan usaha beli kaki lima. Sambil
tersenyum, tim peliput
menanyakan arti khaki lima. Herman kemudian menunjuk timbangan gantung yang ada di lakukan semenjak tahun 2013, menerima hasil cengkeh, kemiri,kakao dan hasil bumi lainnya,” urai Herman dengan penuh semangat.
Hasil bumi ini ditampungnya sampai beberapa waktu. Di saat harga menanjak, baru dilepas ke Kawi Indah Maumere bahkan lansung bisa dihantar ke
Surabaya.
Semenjak menjalankan peran sebagai penadah hasil,
“Penghasilan dari taksi setiap hari, bersih tidak lari minimal Rp. 5 juta setiap hari. Coba bapak donk cari di goole, cari Inaya, pasti akan muncul gambar bemo miliknya,” katanya sedikit berpromosi.
Sambil meminta maaf karena mobil miliknya barusan
berangkat sekitar 30 menit lalu ke Ende, ia memperlihatkan gambar mobil tersebut di hp miliknya. Untuk menambah penghasilan, ia juga membeli sebuah alat kompresor.
Mendengar cerita sukses ini, PKM Desa Aebara Berchmans Balu mendekat. Rupanya ia juga tertarik dengan kisah Bapak Herman.
“Betul pak, saya ini berangkat dari nol sama sekali.
Seandainya tidak bantan dana Anggur Merah, saya tidak mungkin menjadi seperti sekarang ini. Mengenang semuanya itu, dalam beberapa kesempatan disaat mengobrol berduaan bersama isteri di waktu malam, saya selalu omong kalau kita ini rejeki dengan adanya dana Anggur Merah,” kisahnya dengan bibir bergetar. Ia juga menjelaskan dari uang 5 juta, tabungannya sudah semakin banyak.
“Hari ini mau beli pick up secara cash juga bisa. Saya masih ingin membantu
mewujudkan impian adek saya yang saya sudah tamat SMA untuk menjadi polisi. Karena itu saya menunda keinginan saya untuk membangun rumah yang lebih baik,” kata Herman yang masih setia tinggal di gubuk sekaligus kios sederhana miliknya.
Saat ditanya tentang pengembalian cicilan dana
menjelaskan secara jujur bahwa sisa cicilannya tinggal Rp. 2 juta.
“Saya bukannya tidak bisa mengembalikan. Saya sudah menjelaskan kepada ibu PKM bahwa saat ini juga saya bisa mengembalikan uang tersebut, asalkan yang lain juga
mengembalikan. Saya
berencana meminjam kembali dana tersebut walaupun kecil karena saya dana tersebut membawa rejeki untuk saya,” tegasnya seakan menandaskan kepercayaannya terhadap keampuhan dana Anggur Merah.
Di akhir percakapan, ia mengungkapkan hasrat hatinya yang selama ini dibungkusnya rapat-rapat, tak tahu harus disampaikan kepada siapa.
“Saya ingin ketemu langsung dengan Bapak Frans Lebu Raya.
Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya secara langsung. Tanpa dana bantuan Anggur Merah, hidup saya tidak
mungkin berubah,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Tak lupa ia meminta nomor hp tim buletin sembari berharap suatu saat tim buletin
menfasilitanya bertatap muka langsung dengan Gubernur.
Malam mulai menyapa. Perjalanan pulang ke Wolowaru masih jauh. Jarum penunjuk bahan bakar sudah setengah. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kami membeli satu botol bensin milik Pak Herman dan dua bungkus rokok miliknya. Tak disangka uang kami ditolaknya mentah-mentah.
Beberapa kali, kami
Tidak
Sawe Dolokaina
“Usaha bengkel yang saya bangun sepuluh tahun, hancur dalam satu hari
saat peristiwa kebakaran itu terjadi pada 29 Desember 2014.
Hati saya hancur sekali. Namun kemudian saya sadar, tidak boleh
Sawe Dolokaina (sawe artinya habis, dolokaina berarti di sini, red).
Saya harus bangkit kembali.”
emikianlah ungkapan hati dari Bapak Redemptus Anafeto,
D
salah seorang penerima manfaat Dana Anggur Merah, Desa Nualise Kecamatan Wolowaru. Mengawali
percakapan dengan tim buletin di bengkel yang terletak di
pinggiran jalan negara lintas Flores, Bapak berusia 47 tahun ini menguraikan bahwa bengkel tersebut baru dibangunnya kembali beberapa bulan belakangan.
Sambil menunjuk jejak-jejak kebakaran yakni gosongan
hitam pada seng-seng penutup bengkel, dengan senyum yang dipaksakan ia bercanda ringan tentang keluarganya.
“Anak saya ada 5 orang. Rencananya saya mau
menambah lagi. Kata orang tua dulu, banyak anak, banyak rejeki,” jelas tamatan SMA ini, menutupi raut kesedihan yang terpancar saat mengenang kejadian setahun lalu itu.
. Hal ini mengundang tawa tim buletin dan rombongan. Suasana jadi cair dan obrolan semakin mengalir lancar.
Saat disentil tentang Dana Anggur Merah, Bapak
Redemptus yang telah merintis usaha bengkel motor dan kayu sejak tahun 2004 ini mengaku sangat terbantu dengan kehadiran Anggur Merah.
Ia sendiri meminjam dana sebesar Rp. 10 juta sekitar bulan Nopember 2014 pada Koperasi Simpan Pinjam Feosambi, Koperasi Desa yang dibentuk khusus untuk mengelola dana bergulir sebesar Rp. 250 juta pada tahun 2014.
“Kalau meminjam di Bank, jaminannya sertifikat tanah. Awal-awal pada waktu buka usaha, saya sampai 3-4 kali pergi ke bank, mengajukan
pinjaman, namun tidak
dikabulkan karena saya tidak punya jaminan. Sementara dengan, cukup dengan masuk menjadi anggota koperasi, saya bisa dapat pinjaman.
Prosedurnya tidak terlalu rumit serta banyak keluanakan,” kata pria setengah baya sambil memandang PKM Desa Nualise, Maria Regina Wonga dan Sekretaris Koperasi, Matias Naus yang menemani tim buletin.
Saat usahanya bengkelnya berkembang seiring dengan penambahana dan pengadaan alat motor baru dari hasil pinjaman Anggur Merah, bencana itu pun datang, menghanguskan semuanya.
“Saat itu, anak-anak yang bekerja di bengkel sudah pulang pada jam setengah empat sore. Tak lama kemudian api dengan cepat membakar semua yang ada di bengkel. Tak ada yang tahu pasti, sumber api tersebut. Ada enam motor
dalam bengkel pada waktu itu
terbakar. Beberapa motor milik keluarga tidak diganti rugi karena adanya pengertia dari keluarga. Saya hanya
mengganti satu motor GL 100 seharga Rp. 4 juta
rupiah,”jelasnya dengan suara berat, menahan kesedihan mengingat kembali peristiwa tragis itu.
Setelah beberapa lama ditangani oleh pihak berwajib, Bapak 5 orang anak ini
kemudian meminta aparat untuk menghentikan penyelidikan kasus ini.
Dengan modal yang ada serta pinjaman modal dan alat dari sanak keluarga, Bapak Redemptus membangun kembali bengkel yang tinggal puing-puing tersebut.
“Hanya tersisa satu mesin kayu yang selamat dari amukan api. Sementara mesin
kompresor serta beberapa alat lainnya dipinjam dari keluarga. Karena itu saya minta kebijakan dalam pengembalian cicilan
akan molor nantinya,” harap Bapak Redemptus. Ia mengaku baru beberapa bulan mencicil dana tersebut.
Tak jauh dari bengkel Bapak Redemptus, sekitar 20-an meter, ada sebuah salon kecil. Sang pemilik salon yang barusan kembali dari ibu kota
kecamatan Wolowaru sedang
“Aku sangat terbantu dengan pinjaman dana Anggur Merah. Awalnya ada niat untuk pinjam di bank , namun niat itu aku tunda karena tawaran pinjaman dari koperasi Anggur Merah lebih memudahkan,” jelas Ibu Adita Benu. Wanita yang disapa dengan panggilan Bibi oleh PKM.
Masyarakat sekitar juga mengaku berterima kasih kepada PKM yang telah memberikan motivasi dan dorongan baginya untuk melakukan pinjaman.
Dengan besaran pinjaman Rp. 9 juta, wanita yang cukup lama merantau di ibukota Jakarta ini mengaku dapat melengkapi peralatan di salon Pelangi.
“Aku bisa membeli perlengkapan catok yang harganya cukup mahal, sisiran, obat-obat-obatan. Kalau modal mencukupi dan cicilan saya
meminjam lebih besar lagi untuk membeli alat stimer,” jelas wanita berusia 40 tahun tersebut dengan dialek Jawa.
Wanita yang telah merintis usaha tersebut sejak tahun 2010, menguraikan bahwa penghasilan di waktu sepi ada sekitar Rp. 200.000-300.000 ribu seminggu. Namun di saat ramai misalnya menjelang hari raya natal dan tahun baru serta pada saat ada acara sambut baru, penghasilannnya melonjak tajam.
“Bisa mencapai 2-3 juta perhari. Pengembalian telah mencapai sekitar 1 jutaan lebih,” pungkas wanita asli Ende itu sambil meminta konfirmasi dari PKM Desa Nualise.
Di akhir percakapan, wanita setengah baya ini mengaku bahwa kesulitan utama yang dihadapinya hanya karena instalasi listrik belum mengaliri
PKM Desa Nualise, Maria Regina Wonga dalam
percakapan ringan di sela-sela menemani tim buletin mengaku bahwa ia sedikit mengalami kesulitan dengan cukup tingginya tingkat kemacetan pengembalian dana dari anggota Koperasi.
“Pinjaman diberikan hanya berdasarkan kepercayaan, tidak ada surat perjanjian pinjaman. Hanya ada berita peminjamaan uang yang menyatakan bahwa anggota betul meminjam uang,” aku alumnus Universitas Widya Mandira Kupang ini sambil berjalan kaki kembali ke kantor desa.
Ia mengaku “saya lebih banyak memakai perasaan saat mengunjungi anggota, lalu mereka mengaku belum memiliki uang untuk
pengembalian. Mau paksa, kasihan juga melihat keadaan mereka” pungkas Sarjana Teknik Informatika saat tiba