• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IKOR 1102292 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S IKOR 1102292 Chapter1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sepakbola adalah salah satu olahraga yang sangat digemari oleh semua

lapisan masyarakat dunia. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan yang terjadi

pada olahraga sepakbola bahwa permainan ini tambah maju dan mendapat

partisipan dan pengikut paling banyak didunia. Permainan sepakbola cukup

populer jika dibandingkan dengan olahraga lainnya. Sesuai dengan pendapat yang

dikemukanan oleh Timo Scheunemann (dalam Krisnawati, A. D., 2010, hlm. 17)

bahwa “Sepakbola pada saat ini adalah olahraga yang paling populer di dunia,

jauh lebih populer dibandingkan olahraga populer lainya seperti basket, vollyball,

dan tenis”. Di Indonesia sendiri sepakbola telah mendapatkan tempat dihati

masyarakat dan telah menjadi salah satu permainan rakyat yang sangat digemari,

baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan, mulai dari anak-anak

kecil, remaja, sampai orang tua sangat menggemarinya. Hal ini disebabkan oleh

sifat permainan sepakbola itu sendiri yang sangat mudah dimainkan,

menyenangkan dan tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal, permainan

sepakbola bisa diamainkan dimana saja, baik di lapangan bola, tanah lapang,

pekarangan rumah bahkan di persawahan.

Permainan sepakbola merupakan suatu cabang olahraga yang dimainkan

oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang pemain.

Kesebelasan yang dikatakan baik, kuat, dan tangguh adalah kesebelasan yang

terdiri dari pemain-pemain yang mampu melakukan kerja sama, penguasaan

teknik dasar sepakbola dan kemahiran mengolah bola dilapangan. Adapun tujuan

utama dari permainan sepakbola adalah setiap regu atau kesebelasan berusaha

memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar

tidak kemasukkan bola. Seperti yang dijelaskan oleh Sucipto dkk. (2000, hlm. 7 )

menjelaskan bahwa ”Masing-masing regu berusaha memasukan bola

sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak

(2)

Suatu regu dinyatakan sebagai pemenang apabila regu tersebut

memasukkan bola lebih banyak dari kemasukkan, dan apabila hasil akhir sama,

maka permainan dinyatakan seri. Dan pada situasi ini untuk menentukan

pemenang diberikan perpanjangan waktu dua kali 15 menit dan apa bila hasil

masih tetap imbang, permainan ditentukan dengan adu penalti. Semua pemain

harus bisa dan siap dalam menendang penalti tidak terkecuali penjaga gawang.

Tendanag adu penalti sendiri adalah cara yang sekarang sering dipakai

untuk menentukan pemenang dalam pertandingan sepakbola yang harus diakhiri

dengan kemenangan atau kekalahan. Adu penalti diakukan setelah pertandingan

berlangsung 90 menit dan dilanjutkan dengan 2 kali 15 menit perpanjangan waktu

namum keadaan masih seri dan biasanya terjadi ketika permainan menggunakan

sistem gugur. Berbeda halnya dengan tendangan penalti, tendanga ini diputuskan

oleh wasit apabila salah satu pemain tim lakukan pelanggaran di dalam kotak

wilayah penjaga gawang tim sendiri. Sesuai dengan Dekdikbud (dalam Mukti,

2013, hlm. 9) menyatakan bahwa “Penalti adalah tendangan atau tembakan

hukuman karena melanggar peraturan permainan didaerah depan penjaga gawang

pada batas yang ditentukan”. Tendangan diberikan pada pemain lawan dan

dilakukan dengan menendang bola dengan jarak 12 kaki atau 11 meter dari garis

gawang tanpa dijaga oleh pemain lawan (pagar betis).

Menendang penalti bukan hal yang mudah untuk dikerjakan, tetapi

memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam mencapai hasil yang di inginkan

terbukti banyak pemain handal dunia yang gagal dalam melakukan tendangan

penalti. Hal ini pernah dialami oleh pemain berlabel bintang Didier Drogba,

pemain berkebangsaan Pantai Gading ini seperti dibayangi “hantu” setiap kali

membela negaranya di Piala Afrika, dua kali kesempatan di dua final dia gagal

dalam tendangan dan akhirnya Pantai Gading harus gagal pula untuk menjadi

juara (Prasetyo, H., 2012). Hal itu juga pernah dialami oleh pemain real madrid di

semifinal Liga Champions, saat itu Real Madrid kalah 1-3 dalam adu penalti

(3)

normal serta perpanjangan, dan gagal lolos ke final. Ramos bersama Critiano

Ronaldo dan Kaka gagal melaksanakan tugasnya sebagai algojo Madrid. Real

Madrid pun kalah 1-3 (Merdeka, 2012).

Menurut Scroeter dan Bauersfel (dalam Sidik, D., 2008, hlm.2)

menyatakan bahwa:

Pencapaian prestasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari sarana prasarana dan peralatan olahraga dan sistem kompetisi. Sedangkan faktor internal terdiri dari keadaan psikologis atlet, pemahaman taktik atau strategi, keterampilan teknik, kemampuan fisik dan keadaan konsitusi tubuh.

Dari beberapa faktor tersebut faktor psikologis dapat berpengaruh

langsung terhadap keberhasilan tendangan penalti. Diantara faktor psikologis

yang mempengaruhi keberhsilan melakukan tendangan penalti adalah kognitif

atau tingkat kecerdasan yang dapat diukur dengan tes intelektual atau IQ

(Intelligent Quotient). “Intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor penting

yang sering menentukan kemenangan dalam pertandingan” (Suranto dalam

Anggraeni, Y., 2012).

Pada saat melakukan tendangan penalti pemain dituntut untuk memiliki

kemampuan motorik yang baik sehingga peluang untuk menciptakan gol semakin

besar. Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.

Motorik halus adalah kemampuan beraktifitas menggunakan otot-otot halus (otot

kecil) sedangankan motorik kasar adalah aktifias dengan menggunakan otot-otot

besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulative.

Tendangan penalti sendiri melibatkan kemampuan motorik kasar, karena pada

pelaksanaannya menggunakan otot-otot besar. Secara teori keterampilan motorik

berkoordinasi dengan otak sehingga sangat mempengaruhi kognitif.

Perkembanganan motorik akan sejalan dengan dengan perkembangan kognitif,

sesuai dengan pendapat Samsudin (2005, hal. 29) mengungkapkan bahwa:

“Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi,

perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses

(4)

Pada saat melakukan tendangan penalti pemain dituntut untuk berfikir

secara cepat dan tepat, kemudian dapat dilakukan atau direalisasikan dengan

gerakan yang cepat pula untuk menentukan kearah mana bola akan ditendang. Hal

tersebut tentu memerlukan kombinasi dari kemampuan kognitif dan kemampuan

gerak sehingga mengahasilkan tendangan yang baik dan menghasilkan gol.

Tingkat intelektual mengambil pengaruh besar saat proses berikir dan

kemampuan bertindak, intelegensi merupakan kemampuan individual

bertindak, mengambil keputusan, dan menyesuaikan diri dalam situasi

yang baru dan menerapkan hubungan yang relevan antara gagasan dan

kemampuan (Slameto, 2003; Sukmadinata, 2004).

Pemain bola yang memiliki IQ tinggi cenderung akan lebih mudah dalam

mencapai prestasi, sebut saja pemain yang berasal dari Korea Park Chu Young

yang memiliki indeks Inteligence quotient (IQ) mencapai 150. Dengan IQ yang

sedemikian tinggi orang tua dari Park Chu Young pernah mengangankan anaknya

menjadi seorang akadmisi, atau intelektual. Namun, nasib berkata lain. Saat

sedang kuliah di Korea University, ia justru makin tercabur dalam hobinya

bermain sepakbola. Park Chu Young dipanggil untuk mengikuti kejuaraan Piala

Asia Yunior, dan langsung mendapat gelar pemain terbaik, top scorer, sekaligus

mengantarkan negaranya juara. Gelar pemain muda terbaik Asia pun diraihnya

pada tahun 2004 tersebut (Mayasanto, 2011). Dengan tingkat intelektual diatas

rata-rata yang dimiliki Park Chu Young berhasil membawanya menjadi salah satu

pemain terbaik yang dimiliki Asia.

Oleh karena itu tingkat intelegensi amatlah penting sehingga kecerdasan

ini haruslah terus diasah dan tetep mendapatkan stimulus atau rangsangan untuk

berfungsi, dengan cara pemain harus terus dibiasakan untuk menggunakan

kemampuan intelektualnya, karena dengan latihan fisik dan taktik tidak ikut serta

melatih kempuan berfikir atlet. Sesuai dengan pendapat Suranto (2005, hlm. 27)

“Seorang pemain yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik,

tetap tidak memberikan kesempatan melatih proses berfikir akan berakibat

(5)

kemampuan intelektual dalam hal ini intelektual qoutient (IQ) harus mendapatkan

perhatian tersendiri agar mendapatkan hasil yang masimal.

Bagi seorang atlet, intelegensi merupakan salah satu faktor penting untuk

menentukan kemenangan. Pada umumnya penendang penalti harus mengetahui

siapa penjaga gawang tim lawan baik dalm hal kelebihan dan kekurangan. Seperti

yang dijelaskan Suranto (2005, hlm. 27) menyatakan bahwa “Atlet dituntut untuk

menganalisis permainan lawan, yang kemudian diaplikasikan bagaimana seorang

atlet dapt megungkapkan pendapat saat diskusi”. Hal ini berfungsi agar

penendang dapat menentukan kearah mana bola akan ditendang sehingga

menghasilkan gol dan membawa timnya menjadi pemenang. Oleh karena itu

tingkat intelegensi pada penendang penalti sangat berperan penting untuk

menentukan kemenangan dalam permainan.

Pada kenyatannya pemain sepak bola selalu dituntut untuk memiliki

kemampuan mental, fisik dan taktik yang baik, sedangkan tidak hanya ketiga

komponen tersebut yang dibutuhkan pada saat bermain sepak bola. Kemampuan

kognitif atau kecerdasan intelektual (IQ) juga mengambil peran penting dalam

keberhasilan menyelenggarakan permainan yang baik dalam sepakbola terlebih

lagi saat melakukan tenangan penalti, karena orang yang memiliki tigkat IQ yang

tinggi memiliki sudah tentu memiliki kemampuan motorik yang lebih baik,

cenderung lebih bisa berpikir cepat dan dapat mengambil keputusan dengan baik.

Dan apabila seseorang memiliki tingkat intelektual yang baik akan berpengaruh

kepada kemampuan motorik sehingga dalam melakukan tendangan akan lebih

baik dari pada orang yang memiliki tingkat IQ rendah.

Dengan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian ini, karena selain belum adanya penelitian mengenai hubungan tingkat

IQ terhadap keberhasilan tendangan penalti, orang saat ini cenderung melihat

faktor mental yang paling berpengaruh dalam tendanganan penalti, padahal

tingkat intelegensi (IQ) juga mengambil peranan penting. Sesuai yang

diungkapkan oleh Slameto dan Sumadinata (dalam Anggraeni, 2012) bahwa

(6)

menghadapi suatu permasalahan atau tantangan akan cepat menyesuikan diri,

berpikir cepat dan mengambil keputusan secara rasional”. Maka dengan

permasalahan yang telah dipaparkan, penulis mengusung penelitian ini dengan

judul Hubungan Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) dengan Akurasi Tendangan

Penalti Pada Permainan Sepak Bola.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diatas, maka permasalahan penelitian

dirumuskan yaitu Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

kecerdasan intelektual (IQ) dengan keberhasilan tendangan penalti pada

permainan sepak bola?

C. Tujuan Penelitian

Mengacuh pada rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut: Untuk mengetahui hubungan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dengan

keberhasilan tendangan penalti pada permainan sepak bola.

D. Manfaat / Signifikan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk beberapa pihak, di

antara lain:

1. Manfaat Teoritistis

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai hubungan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dengan

keberhasilan tendangan penalti.

2. Manfaat Praktis

Untuk menjawab mengenai hubungan kecerdasan intelektual (IQ) dengan

keberhasilan tendangan penalti. Serta sebagai informasai bermanfaat bagi

para pelaku olahraga dan pembina olahraga dalam upaya pencapaian

prestasi maksimal. Khususnya dalam meningkatkan keterampilan

menendang penalti dalam olahraga permainan sepakbola.

(7)

Memberikan informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti dalam

bidang keilmuan olahraga, khususnya mengenai tingkat IQ mahasiswa

dengan tendangan penalti. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai

rujukan atau bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin

mengembangkan penelitian ini.

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh

peneliti dalam hal masalah pentingnya tingkat kecerdasan intelektual

(IQ) dalam dunia olahraga khususnya permainan sepak bola. Hal ini

didasari oleh pendapat Suranto (dalam Anggraeni, 2012) menyatakan

bahwa intelegensi atau kecerdasan merupakan faktor penting yang sering

menentukan kemenangan dalam pertandingan. Sorang pemain sepakbola

yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang

lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal

tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap

ilmu yang diberikan sehingga kemampuan dalam memecahkan masalah

yang berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih baik (Eysenck dalam

Trihandini, 2005, hlm. 18). Dalam bab 1 peneliti menyampaikan

informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan urutan

penulisannya sebagai berikut:

A. Latar belakang penelitian

B. Rumusan masalah penelitian

C. Tujuan penelitian

D. Manfaat / signifikansi penelitian

E. Struktur oranisasi skripsi

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORITIS

Bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori yang berhubungan

(8)

kerangka pemikiran dan hipotesis pemikiran. Adapun cara penulisannya

sebagai berikut:

A. Sepak bola

B. Tehnik sepak bola

C. Tendangan penalti

D. Intelegensi

E. Iq dan penalti

F. Penelitian Terdahulu

G. Posisi Teoritis

H. Hipotesis

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 penelitian menjelaskan mengenai metode yang akan

dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan meode penelitian

deskriptif korelasi. Adapun cara penulisannya sebagai berikut:

A. Desain penelitian

B. Partisipan

C. Populasi dan sampel

D. Intrumen penelitian

E. Prosedur penelitian

F. Analisis data

4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab 4 penelitian menjelaskan mengenai analsisi data yang didapat

dari proses penelitian dilapangan.

A. Temuan penelitian

B. Pembahasan

5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Referensi

Dokumen terkait

KEMAHIRAN 11.5 : Menambah sebarang nombor dua digit tanpa mengumpul semula (lingkungan 50) secara lazim.. KEMAHIRAN11.6 : Menambah sebarang nombor dua digit dengan nombor

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen melakukan pernurunan laba (income decreasing), akan tetapi penurunan laba yang dilakukan oleh perusahaan dinilai tidak

Mengakhiri pasal 8 dalam ayat 39, Paulus berkata, bahwa "tidak akan ada yang dapat memisahkan orang percaya/jemaat dari kasih Allah yang ada dalam Kristus

Oleh karena itu hubungan kerjasama dapat berjalan hingga saat ini dan menyebabkan kemudahan dalam pengembangan kerjasama.Selama tiga periode, kerjasama sister city

Selanjutnya, kita atur grid kita sesuai bangunan rumah yang hendak di desain dengan cara pilih “Define” – “coordinate/system grids..”, lalu akan muncul9. Klik

Metode pengumpulan data merupakan metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing, dan teknik lanjutan berupa cakap semuka yang didukung oleh teknik catat

Realisasi bantuan rehabilitasi jaringan irigasi tersier di Subak Margasengkala tidak sesuai dengan yang diusulkan, dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa

digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Masyarakat Sumberrejo seperti hal nya informan Maryati, ia mengatakan dengan di PHK nya ia dari perusahaan tempatnya