• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CATDS (1º29’ N, 125º11’ E) wilayah Batuputih, Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (121º-127º BT dan 0º30’-4º0’ LU), (Gambar 3). Wilayah Batuputih dipilih menjadi lokasi penelitian karena merupakan pintu masuk utama kawasan dan kegiatan ekowisata terpusat di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2005, meliputi survei pendahuluan, pengumpulan data di lokasi penelitian, analisis dan pengolahan data.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu analisis pengembangan ekowisata di CATDS, dengan mengacu pada kriteria standar penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (PHKA 2002). Penelitian ini menggunakan analisis penilaian potensi untuk sumberdaya ekowisata dan pengunjung, analisis stakeholder, untuk evaluasi jalur interpretasi dan evaluasi alternatif kebijakan menggunakan analisis metode perbandingan eksponensial atau MPE (Ma’arif & Tandjung 2003).

Penelitian dilakukan dengan metode survei (non experimental) dengan cara pengamatan langsung di lapangan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Pengumpulan data potensi ekowisata (atraksi alam, budaya dan jenis kegiatan wisata lainnya, akomodasi, fasilitas, pelayanan dan infrastruktur), potensi pengunjung dan stakeholder (elemen institusi dan masyarakat di sekitar kawasan) dilakukan dengan teknik in-depth interview dan observasi menurut Kusmayadi (2004). Data keadaan fisik kawasan (topografi; geologi; iklim), daftar jenis flora dan fauna, masyarakat dan penggunaan lahan (kondisi lingkungan sosial ekonomi) dikumpulkan dari sumber bahan dokumentasi dan hasil-hasil penelitian terdahulu serta sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian.

(2)

22

(3)

23

Tahap pertama yang dilakukan adalah studi literatur yang diarahkan untuk merumuskan tujuan-tujuan pengembangan ekowisata. Tahap kedua adalah melakukan identifikasi dan pemetaan potensi ekowisata di kawasan melalui survei dan analisis. Setelah diketahui bahwa daya tarik utama kawasan adalah obyek wisata darat maka dilakukan evaluasi jalur interpretasi yang sering digunakan pengunjung dengan menggunakan MPE. Tahap ketiga adalah menyusun formulasi kebijakan dan rencana pengembangan dimana berdasarkan hasil penilaian potensi, analisis stakeholder dan evaluasi jalur interpretasi ditentukan alternatif kebijakan yang kemudian dievaluasi dengan menggunakan MPE.

3.3. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan cara mentabulasikan dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis dan tujuan penggunaannya.

3.3.1. Analisis Penilaian Potensi

Analisis penilaian potensi ekowisata di CATDS dilakukan dengan cara penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (analisis daerah operasi), dengan menggunakan tabel kriteria penilaian dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam (Lampiran 3), berdasarkan kriteria standar yang ditetapkan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan tahun 2002.

3.3.2. Analisis Paket Kegiatan dan Analisis Sarana dan Prasarana

Dilakukan secara deskriptif terhadap produk utama obyek berupa atraksi dan produk penunjang obyek berupa amenitas (Wiratno 2000). Atraksi yang dianalisis adalah atraksi alam, budaya dan penelitian sedangkan amenitas yang dianalisis adalah sarana dan prasarana dalam kawasan maupun di luar kawasan.

3.3.3. Analisis Pengunjung

Data pengunjung yang merupakan data sekunder dianalisis dengan cara mentabulasikan, menghitung frekuensi dan menguraikan secara deskriptif (Wiratno 2000). Analisis ini sangat penting dalam hubungannya dengan perencanaan,

(4)

diversifikasi obyek, dan segmen pasar. Cakupan analisis pengunjung yang dipakai dalam penelitian ini adalah jumlah, asal, lama kunjungan, jenis transportasi, musim kunjungan dan karakteristik kunjungan (rekreasi, penelitian, pendidikan).

3.3.4. Analisis Stakeholder

Dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam terhadap setiap stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, yaitu stakeholder primer [pemerintah (BKSDA), Pemkot Bitung, masyarakat (kelompok pemandu lokal)] dan stakeholder sekunder (pengunjung, masyarakat lokal, LSM, sektor swasta/industri). Analisis ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peranan dan kepentingan masing-masing stakeholder dalam mendukung kegiatan ekowisata. Tabel 3 menunjukkan analisis stakeholder yang terdiri dari pokok masalah, peranan dan tuntutan-tuntutan dalam menyelesaikan masalah, serta kepentingan masing-masing pihak.

Tabel 3 Analisis stakeholder

Pokok masalah Stakeholder Peranan Tuntutan Kepentingan BKSDA Sulut Masyarakat (kelompok pemandu lokal) Pemkot Bitung Pengunjung Masyarakat lokal LSM Pengembangan ekowisata Sektor swasta (industri)

(5)

25

3.3.5. Analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang dalam skala tertentu (Ma’arif & Tanjung 2003), sehingga hasil yang diharapkan lebih kuantitatif dan obyektif. Penelitian ini menggunakan pendapat-pendapat dari tiga orang pakar/ahli dalam menentukan derajat kepentingan (bobot) setiap kriteria penilaian untuk evaluasi jalur interpretasi dengan menggunakan metode justifikasi langsung, dan pendapat-pendapat dari 20 orang pakar/ahli untuk evaluasi alternatif kebijakan dengan menggunakan metode pembobotan (Eckenrode Method). Konsep dari metode pembobotan adalah dengan melakukan perubahan urutan menjadi nilai, yaitu urutan pertama dengan tingkat (nilai) yang tertinggi, urutan kedua dengan tingkat (nilai) di bawahnya dan seterusnya (Marimin 2004). Penghitungan bobot dengan metode pembobotan:

= ,

= n j ej 1

λ

= k e ej 1

λ

= n j ej

e

1

W

e e = 1,2,3,....k

= nilai tujuan ke λoleh ahli ke j, n = jumlah ahli.

λ

ej

Pemilihan pakar/ahli berdasarkan ilmu, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang keadaan kawasan CATDS saat ini yang terdiri dari pemerintah; akademisi; LSM; peneliti; tokoh masyarakat dan pihak swasta.

Tahapan penghitungan dimulai dengan penentuan bobot setiap kriteria penilaian dari masing-masing pilihan jalur interpretasi dan alternatif kebijakan. Berdasarkan hasil analisis penilaian potensi maka kriteria-kriteria yang digunakan dalam evaluasi jalur interpretasi adalah keindahan alam, keunikan dan potensi sumberdaya alam, keutuhan sumberdaya alam, keamanan dan kerawanan jalur, kebersihan dan kenyamanan jalur, kemudahan melihat satwa liar (mamalia), kemudahan melihat satwa liar (burung), kemudahan melihat satwa liar (reptil), panjang jalur dan fasilitas penunjang. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam

(6)

penentuan alternatif kebijakan pengembangan ekowisata di kawasan CATDS ditentukan berdasarkan hasil penilaian potensi, evaluasi jalur interpretasi dan analisis stakeholder yang terdiri dari obyek dan daya tarik wisata alam, sarana dan prasarana, aksesibilitas, sumberdaya manusia (SDM), pengunjung, sarana dan prasarana di luar kawasan, sosial ekonomi, obyek wisata alam; budaya dan buatan di luar kawasan, serta partisipasi masyarakat. Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bobot setiap kriteria penilaian dari masing-masing pilihan jalur interpretasi dan alternatif kebijakan. Setelah itu, dilakukan penghitungan total nilai dari setiap jalur interpretasi dan alternatif kebijakan dengan rumus:

Rk = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal

TKK = Derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobot

n = Jumlah pilihan keputusan m = Jumlah kriteria keputusan

Tabel 4 Bobot kriteria penilaian jalur interpretasi

No Kriteria Bobot

1 Keindahan alam 0.10

2 Keunikan dan potensi sumberdaya alam 0.15 3 Keutuhan sumberdaya alam 0.10 4 Keamanan dan kerawanan jalur 0.10 5 Kebersihan dan kenyamanan jalur 0.05 6 Kemudahan melihat satwa liar (mamalia) 0.15 7 Kemudahan melihat satwa liar (burung) 0.10 8 Kemudahan melihat satwa liar (reptil) 0.10

9 Panjang jalur 0.05 10 Fasilitas penunjang 0.10 Jumlah 1.00 Total Nilai = j

m

i

j

ij

Rk

ΤΚΚ

=

(

)

(7)

27

Tabel 5 Bobot kriteria penilaian alternatif kebijakan

No Kriteria Bobot

1 Obyek dan daya tarik wisata alam (keunikan/khas) 0.99271

2 Sarana dan prasarana 0.00250

3 Aksesibilitas 0.00082

4 Sumberdaya manusia 0.00305

5 Pengunjung 0.00011

6 Sarana dan prasarana di luar kawasan 0.00006

7 Sosial ekonomi 0.00001

8 Obyek wisata alam, budaya dan buatan di luar kawasan 0.00001

9 Partisipasi masyarakat 0.00071

Jumlah 1.00000 Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan cara pengolahan matriks MPE evaluasi jalur interpretasi dan evaluasi alternatif kebijakan. Jalur interpretasi yang total nilainya masuk urutan tiga besar ditetapkan sebagai jalur potensial, kemudian alternatif kebijakan yang menjadi urutan pertama ditetapkan sebagai pilihan pertama dalam rumusan rencana pengembangan ekowisata di CATDS.

Tabel 6 Matriks MPE evaluasi jalur alternatif

Kriteria penilaian

Kea Kps Ksa Kkj Kdk Kmm Kmb Kmr Pjr Fas

Jalur

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai Prio ritas

Jalur Puncak RK11 TN1 Jalur Pantai Babi

Jalur Pantai Jalur Patar RK41 TN4 Jalur Pinangunian Jalur Kumeresot Jalur Lingkar Jalur Alang-alang Bobot TKK1 TKK2 TKKm

Kea: keindahan alam, Kps: keunikan dan potensi sda, Ksa: keutuhan sda, Kkj: keamanan dan kerawanan jalur, Kdk: kebersihan dan kenyamanan jalur, Kmm: kemudahan melihat mamalia, Kmb: kemudahan melihat burung, Kmr: kemudahan melihat reptil, Pjr: panjang jalur, Fas: fasilitas penunjang.

RK11: derajat kepentingan relatif kriteria penilaian Kea pada Jalur Puncak, RK41: derajat kepentingan relatif kriteria penilaian Kea pada Jalur Patar, TN1: Total nilai Jalur Puncak, TN4: Total nilai Jalur Patar, TKK1: bobot Kea, TKK2: bobot Kps, TKKm: total semua bobot.

(8)

Tabel 7 Matriks MPE evaluasi alternatif kebijakan

Kriteria penilaian Alternatif Kebijakan

Odw Sdp Aks Sdm Peg Slk Sek Olk Pms Nilai Prioritas

Ekowisata di TWA Batuputih dan TWA Batuangus

RK11 TN1 Ekowisata di CA dan

TWA dengan sistem zonasi

Ekowisata di CA dan TWA dengan sistem

perubahan status Bobot TKK1 TKK2 TKKm Odw: obyek dan daya tarik wisata alam, Sdp: sarana dan prasarana, Aks: aksesibilitas, Sdm: sumberdaya manusia, Peg: pengunjung, Slk: sarana dan prasarana di luar kawasan, Sek: sosial ekonomi, Olk: obyek wisata alam; budaya dan buatan di luar kawasan, Pms: partisipasi masyarakat.

RK11: derajat kepentingan relatif kriteria penilaian Odw pada alternatif kebijakan pertama, TN1: Total nilai alternatif kebijakan pertama, TKK1: bobot Odw, TKK2: bobot Sdp, TKKm: total semua bobot.

Gambar

Tabel 4  Bobot kriteria penilaian jalur interpretasi
Tabel 6  Matriks MPE evaluasi jalur alternatif  Kriteria penilaian
Tabel 7  Matriks MPE evaluasi alternatif kebijakan  Kriteria penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu hasil perhitungan yang menunjukkan nilai p < 0,05 pada nyeri saat bangkit dari posisi duduk dan nyeri saat naik tangga 3 trap, artinya terdapat

Agar lebih mudah melihat cakupan jaringan penguat sinyal maka lingkaran cakupan setiap titik yang terdapat pada Contoh 1 dan Contoh 2 akan dikonversi ke dalam

Softwere Microsoft Office Publisher 2007 ini merupakan aplikasi desain yang ringan dan mudah untuk di gunakan.. aplikasi desain yang ringan dan mudah untuk

(Winarsunu, 2006:14) Dalam penelitian ini kelas yang diambil sebagai sampel adalah siswa kelas VIII A yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelompok kontrol dengan

Nilai BOD5 air Sungai Lembu di Desa Logas Kecamatan Singingi masih di bawah ambang Baku Mutu Lingkungan Perairan, Pengukuran BOD5 sangat penting dalam pengelolaan kualitas air,

.6 Grafik Pengaruh Penambahan Organik di atas, diketahui apabila pada penambahan molase 60 ml, 50 ml menghasilkan Total sebesar 0,39%. Dengan demikian, penambahan

Dalam sistem hidrolik, katup berfungsi sebagai pengatur tekanan dan aliran fluida yang sampai ke silinder kerja.. Menurut pemakainnya, katup hidrolik dibagi

[r]