KOLEKSI SPESIMEN
KOLEKSI SPESIMEN
Oleh : Oleh : Nama
Nama : : Dheasy Dheasy IndriyaniIndriyani NIM
NIM : : B1A016021B1A016021 Rombongan : I
Rombongan : I Kelompok
Kelompok : : 22 Asisten
Asisten : : Dyah Dyah Puri Puri Hayaah Hayaah HandayaniHandayani
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO PURWOKERTO 2018 2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koleksi spesimen merupakan aset ilmiah yang penting sebagai bahan penelitian keanekaragaman fauna baik taraf nasional ataupun taraf internasional. Spesimen adalah contoh binatang, tumbuhan, mikroba utuh, bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang hama, bunga), organ (hati, pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Rio, 2005). Spesimen yang disimpan dikenal sebagai koleksi spesimen, dengan dilakukan pengoleksian, dapat memberikan gambaran mengenai kekayaan biota serta sebaran dari biota tersebut dapat diketahui, Oleh sebab itu pengumpulan (mengkoleksi) dan menyimpan biota sebagai bukti keberadaannya di masa lalu dan saat sekarang sangat diperlukan (Pratiwi & Rahmat, 2015).
Nilai utama koleksi spesimen dalam penelitian dan referensi mendasari pemahaman tentang keanekaragaman hayati. Koleksi ini sangat penting untuk penilaian
konservasi pada masa sekarang dan pada abad-abad yang telah lampau. Koleksi spesimen melayani berbagai tujuan, termasuk memberikan pemahaman dasar bagi taksonomi dan keanekaragaman hayati, dan catatan diverifikasi kondisi fauna dari waktu ke waktu dan ruang yang dapat disebut berulang kali ke masa depan. Koleksi yang terdapat dalam museum digunakan dalam banyak manfaat, termasuk berkontribusi terhadap kesehatan dan keselamatan publik dengan mengizinkan pemeriksaan sejarah penyakit menular dan sumber atau reservoir (Clemann et al., 2014). Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Kegiatan ini tentunya bermanfaat besar untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Deskripsi spesies, keanekaragaman, dan endemik atau tidaknya spesies tersebut merupakan data yang wajib disajikan bersama awetan spesimen. Selain itu, data tentang kesehatan, distribusi, dan fenotip harus dapat dipertanggungjawabkan. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah dan awetan kering (Rocha et al., 2014).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara koleksi spesimen adalah: 1. Mengetahui berbagai teknik pengawetan spesimen.
2. Melakukan pengawetan terhadap hewan avertebrata dan vertebrata. 3. Membuat koleksi spesimen yang dapat bertahan lama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Koleksi spesimen merupakan kegiatan yang meliputi penyimpanan, pembuatan katalog, dan pemeliharaan pada suatu museum atau koleksi zoologi. Koleksi seluruh spesimen hewan harus dilengkapi dengan material yang memungkinkan dilakukannya pengamatan morfologi, anatomi, histologi, sitologi (kromosomal), dan biokimia molekuler dari hewan tersebut. Pembuatan koleksi spesimen dibagi menjadi dua jenis, yaitu awetan basah dan awetan kering (Bachmann, 2012).
Awetan basah yaitu salah satu cara preservasi hewan dengan menggunakan cairan. Tubuh spesimen hewan secara total direndam dalam preservatif cair. Volume tubuh hewan yang sangat besar perlu diinjeksi dengan preservasi agar cairan pengawet dapat mencapai jaringan yang terdalam. Cairan pengawet tersebut umumnya berupa alkohol dengan konsentrasi 50% hingga 70%, campuran formalin, asam asetat, dan larutan FAA atau larutan formalin 4%. Larutan alkohol biasanya digunakan untuk mengawetkan binatang rendah dari Phylum Arthropoda. Pengawet FAA banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen tumbuh-tumbuhan. Larutan formalin 4% digunakan untuk mengawetkan binatang atau bagian tubuh binatang dengan cara merendamkannya (Tevis, 2012).
Awetan kering yaitu salah satu cara preservasi hewan dengan mengeringkan binatang atau bagian-bagiannya baik dengan atau tanpa bahan pengawet. Serangga
tertentu dapat diawetkan dengan cara menaruh kapur barus di tempat penyimpanannya. Contoh media awetan kering lainnya adalah rangka hewan yang dipasang sesuai dengan struktur aslinya dan taksidermi (Rio, 2005).
Taksidermi merupakan hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Selama pembuatannya, hewan akan dikuliti beserta organ-organ dalam dibuang. Setelah itu, hewan dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Hewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil. Taksidermi seringkali digunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata. Taksidermi dapat menunjukkan kondisi suatu spesies sebagaimana tatkala hewan tersebut masih hidup. Oleh sebab itu, uraian tentang habitat asli dari hewan yang akan dijadikan taksidermi sangat penting (Sanders & Hohenstein, 2015).
Insektarium adalah metode pengawetan serangga atau segala jenis insekta. Sampelnya adalah jenis serangga hidup. Insektarium sering menampilkan berbagai jenis serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking, dan lain-lain. Menurut Susilo (2015), insektarium merupakan tempat penyimpanan koleksi spesimen insekta, baik awetan basah maupun awetan kering. Insektarium sering menampilkan berbagai jenis serangga, koleksi serangga merupakan bahan untuk belajar struktur
tubuh serangga secara mendalam, terutama yang berhubungan dengan ciri khasnya, sehingga kita lebih mudah mengenal dan menggolongkan bila sewaktu-waktu menjumpainya kembali dilapangan.
Awetan rangka merupakan awetan spesimen berupa kerangka yang sudah diawetkan. Pengawetan dilakukan dengan membedah dan menguliti spesimen terlebih dahulu hingga bersih dari kulitnya. Lalu dilakukan perebusan untuk mempermudah pemisahan otot dari rangka. Pembersihan otot atau daging dari rangka harus dilakukan dengan hati-hati. Selanjutnya tulang direndam di dalam larutan pemutih agar warnanya putih bersih. Penataan kerangka dilakukan sedemikian rupa agar dapat menunjukkan
Kegiatan koleksi hewan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jangan sampai menggangu keberadaan satwa langka atau merusak sisa-sisa peninggalan dalam gua yang sudah ditinggalkan manusia purba. Hewan yang dikoleksi adalah hewan-hewan yang dibutuhkan untuk pengawetan dengan tujuan pengujian di kemudian hari (Yayuk et al., 2010). Untuk itu dipandang perlu dilakukan pelatihan tentang pembuatan media pembelajaran biologi berupa spesimen tumbuhan (herbarium) dan hewan (taksidermi), sehingga setiap mahasiswa memiliki kemampuan membuat media yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi (Yelianti et al., 2016). Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru (Pratiwi & Rahmat, 2006).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara Koleksi Spesimen adalah jaring serangga, kertas kalkir, killing bottle, kapas, karton, kertas kalkir, pinset, office pin atau jarum, styrofoam, alat tulis, dan kamera.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum acara Koleksi Spesimen adalah chloroform, kapas, steroform, alkohol, berbagai macam hewan avertebrata dan vertebrata.
B. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum acara Koleksi Spesimen adalah: 1. Serangga ditangkap dengan jaring serangga.
2. Serangga dimasukkan ke dalamkilling bottle yang telah diberichloroform. 3. Serangga yang telah mati lemas segera dikeluarkan.
4. Sayap serangga dibuka disatu sisi dan dijepit dengan kertas kalkir dan jarum.
5. Serangga yang telah kaku segera diposisikan dengan menancapkan jarum pada bagian thoraks dan samping tubuh serangga dengan alas styrofoam.
6. Serangga diberi label.
7. Serangga disimpan dalam tempat kering dan kedap udara. 1. Dibuat laporan dari hasil praktikum oleh praktikan..
DAFTAR REFERENSI
Bachmann, K., 2012. Conservation Concerns: A Guide for Collectors and Curators. Washington DC: Smithsonian Institution.
Clemann, N., Karen, M. C. R., Kevin, C. R., Tarmo, R., Martin, G., Peter, M., Joanna, S., Dianne, B., Mark, N. & Jane, M., 2014. Value And Impacts Of Collecting Vertebrate Voucher Specimens, With Guidelines For Ethical Collection. Memoirs Of Museum Victoria, 72(1), pp. 141 – 151.
Pratiwi, R., & Rahmat., 2015. Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda) yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Berita Biologi,
14(2), pp. 195-202.
Rio,, 2005. Dunia Hewan. Jakarta : Bumi Aksara.
Rocha, L. A., Aleixo, A., Allen, G., & Witt, C. C., 2014. Specimen Collection: An Essential Tool.Science, 344(6186), pp. 814-815.
Sanders, D., & Hohenstein, J., 2015.“Death on Display:” Reflections on Taxidermy and
Children Understanding of Life and Death.Curator: The Museum Journal , 58(3), pp. 251-262.
Susilo, M. J., 2015. Analisis Kualitas Media Pembelajaran Insektarium Dan Herbarium Untuk Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah. Jurnal Bioedukatika, 3(1), pp. 10-15.
Tevis, J., 2012. The Wet Collection: A Field Guide to Iridescence and Memory. Minnesota: Milkweed Editions.
Yayuk, S. H. U., & Sartiami E., 2010. Kloeksi Presevasi, Identifikasi, Kurasi dan Manajemen Data. Bandung: Angkasa Duta.
Yelianti, U., Hamidah, A., Muswita, & Sukmono, T., 2016. Pembuatan Spesimen Hewan dan Tumbuhan Sebagai Media Pembelajaran Di SMP Sekota Jambi.