• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Starch 1500® Dan Crospovidone Pada Formulasiorally Disintegrating Tablet (Odt) Antasida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimasi Starch 1500® Dan Crospovidone Pada Formulasiorally Disintegrating Tablet (Odt) Antasida"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI STARCH 1500® DAN CROSPOVIDONE PADA FORMULASIORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) ANTASIDA

OPTIMIZATION OF STARCH 1500® AND CROSPOVIDONE IN ANTACIDS ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) FORMULATION

Dea Gita Ananthi(1), T.N. Saifullah Sulaiman(2), Ishak Lewi(1)

(1)

6HNRODK 7LQJJL ,OPX )DUPDVL ³<$<$6$1 3+$50$6,´ 6HPDUDQJ (2)

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta SARI

*DVWULWLV DWDX VHFDUD XPXP GLNHQDO GHQJDQ LVWLODK VDNLW ³PDDJ´ LDODK peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir lambung.Penyakit gastritis umumya diatasi dengan penggunaan antasida yang merupakan kombinasi antara Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.Orally Disintegrating Tablet diketahui dapat hancur atau melarut dalam mulut tanpa memerlukan air.Antasida diformulasikan dalam bentuk sediaan Orally Disintegrating Tablet

diharapkan mampu memberikan onset yang cepat dengan penggunaan yang lebih praktis.Diperlukan eksipien berupa superdisintegrant untuk dapat meningkatkan waktu hancurnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Starch 1500® dan Crospovidone sebagai superdisintegrant serta interaksi keduanya dan menentukan formula optimum pada karakteristik fisik Orally Disintegrating Tablet (ODT) Antasida.Optimasi Starch 1500® dan Crospovidone dilakukan dengan metode factorial design.Konsentrasi Starch 1500® yang digunakan adalah 5% dan 10%, sedangkan Crospovidone 2% dan 5%.Orally Disintegrating Tablet

(ODT) Antasida dibuat dengan metode kempa langsung dan formula optimum diperoleh dari respons daya alir, kandungan lembab, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur serta wetting time. Formula optimum yang didapat adalah komposisi Starch 1500® sebesar 6,467% danCrospovidone sebesar 2,000%.

Kata kunci :Antasida, Orally Disintegrating Tablet (ODT), Starch 1500®,

Crospovidone

ABSTRACT

Gastritis or generally known by the term pain "heartburn" is an inflammation of the stomach wall, especially in the gastric mucous membrane. Gastritis disease is usually treated with the use of antacids is a combination of Aluminum Hydroxide and Magnesium Hydroxide. Orally Disintegrating Tablets are known to disintegrate or dissolve in the mouth without requiring water. Antacids formulated in dosage forms Orally Disintegrating Tablets are expected to provide rapid onset with a more practical use. Excipients such superdisintegrant necessary to be able to increase the time the destruction. This study aims to determine the effect of Starch 1500® and superdisintegrant Crospovidone as well as their interaction and determine the optimum formula on the physical characteristics of Orally Disintegrating Tablets (ODT) Antacids.

(2)

Starch 1500® and Crospovidone optimization was conducted using factorial design. Starch 1500® concentration used was 5% and 10%, while Crospovidone 2% and 5%. Orally Disintegrating Tablets (ODT) Antacids felts are made with the direct method and the optimum formula was obtained from the response of power flow, moisture content, hardness, friability, disintegration time and wetting time. The optimum formula obtained is Starch 1500® composition of 6.467% and amounted to 2.000% Crospovidone.

Key words :Antacids, Orally Disintegrating Tablet (ODT), Starch 1500®, Crospovidone

PENDAHULUAN

Gastritis atau secara umum GLNHQDO GHQJDQ LVWLODK VDNLW ³PDDJ´ ialah peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir lambung (Rahmi, 2011 : 2).Antasida adalah senyawa yang

mempunyai kemampuan

menetralkan asam klorida (lambung)

atau mengikatnya. Antasida

mengandung kombinasi antara

Aluminium Hidroksida dan

Magnesium Hidroksida untuk

menghilangkan efek samping dari masing-masing zat aktif (ISFI., 2008 : 433-434).

Orally Disintegrating Tabletadalah tablet yang dapat hancur atau melarut dalam mulut tanpa memerlukan air. Bentuk sediaan ini diharapkan dapat memberikan onset yang cepat

dengan penggunaan yang lebih praktis.

Starch 1500® merupakan

superdisintegrant dengan mekanisme

swelling. Starch 1500® merupakan

partially pregelatinized starch yang biasa digunakan sebagai disintegrant

pada konsentrasi 5-10% (Rowe et.al., 2009 : 691-692). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Didi et.al., (2015 : 30), superdisintegrant yang

menggunakan mekanisme

mengembang (swelling) memiliki

waktu hancur lebih lama

dibandingkan dengan

superdisintegrant dengan mekanisme kapiler (wicking).

Crospovidone bekerja dengan kombinasi mekanisme perembesan (wicking), pengembangan (swelling) dan perubahan bentuk (deformation) (Santanu et.al., 2012 : 210),.

(3)

superdisintegrant pada konsentrasi 2-5%.

Berdasarkan hal tersebut

dilakukan optimasi dengan

metodeFactorial Design yang digunakan untuk mendapatkan konsentrasi dari Starch 1500® dan

Crospovidoneyang dapat memberikan karakteristik fisik tablet yang paling optimum dengan

menggunakan metode kempa

langsung.

METODE PENELITIAN

Obyek penelitian adalah karakteristik campuran serbuk dan karakteristik fisik pada Orally Disintegrating Tablet Antasida dengan kombinasi disintegrant

Starch 1500® dengan konsentrasi 5% dan 10% serta Crospovidone dengan konsentrasi 2% dan 5%.

Bahan yang digunakan yaitu bahan dengan pharmaceutical grade

adalah Aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Starch 1500®(Colorcon), Crospovidone

(Actavis), Ludiflash®(BASF), aspartam (Sinosweet),PEG 6000 dan aerosil (Cabot Blue Star Chemical). Bahan dengan technical grade yaitu aqua destilata dan etanol 96%.Alat yang digunakan yaitu neraca analitik (pacisa) dan neraca digital (AND GF 600) serta anak timbangan, mortir

dan stamfer, loyang, mesin kempa tablet Single Punch, Stakes monsanto hardness tester (Prima), friability tester (Prima), disintegration tester, alat uji waktu alir (Stainless Steel),

stopwatch dan alat-alat gelas. Penelitian dilakukan optimasi terlebih dahulu dirancang sesuai metode factorial design.

Tabel 1.Komposisi Tablet

Bahan (mg) Run

I II III IV V VI VII VIII

Al(OH)3 200 200 200 200 200 200 200 200 Mg(OH)2 200 200 200 200 200 200 200 200 Starch 1500® 30 60 60 60 30 30 60 30 Crospovidone 12 12 12 30 30 12 30 30 Aspartam 6 6 6 6 6 6 6 6 PEG 6000 12 12 12 12 12 12 12 12 Aerosil 12 12 12 12 12 12 12 12 Mentol 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 ludiflash® 126,2 96,2 96,2 78,2 108,2 126,2 78,2 108,2

(4)

Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida dibasahi terlebih dahulu dengan etanol 96% kemudian dikeringkan.Starch 1500®,

Crospovidone, ludiflash®, mentol dan aspartam ditimbang kemudian

dicampur dengan aluminium

hidroksida dan magnesium

hidroksidahingga homogen.Diambil sebagian campuran serbuk untuk dilakukan pengujian karakteristik campuran serbuk yaitu daya alir dan kandungan lembab.Timbang PEG 6000 dan aerosil, campur ke dalam

campuran serbuk kemudian

dihomogenkan. Pengempaan tablet dilakukan dengan menggunakan mesin kempa tablet dengan bobot tiap tablet 600 mg.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian daya alir serbuk merupakan salah satu parameter penting dalam pembuatan Orally Disintegrating Tablet Antasida

karena akan mempengaruhi

keseragaman pengisian ruang kempa.

Gambar 1. Contour plot daya alir campuran serbuk ODT Antasida

Daya alir memiliki

persamaan factorial designY = 36,52 ± 0,80 Xa - 0,80 Xb + 1,00x10-3

XaXb.Starch 1500® dan

Crospovidone memberikan pengaruh terhadap penurunan kecepatan alir serbuk dengan nilai koefisien (-0,80) untuk Starch 1500® dan (-0,80) untuk Crospovidone. Interaksi antara Starch 1500® dan Crospovidone

meningkatkan daya alir serbuk (+1,00x10-3) dengan pengaruh yang

kecil sehingga peningkatannya tidak signifikan dalam mempengaruhi daya alir serbuk.

0HQXUXW 6D¶DGDK and Fudholi (2011 : 309), semakin tinggi berat jenis suatu serbuk maka daya alirnya akan semakin cepat. Berdasarkan CoA Starch 1500® pada lampiran 3, diketahui Starch 1500® memiliki berat jenis sebesar 0,88 g/ml, sedangkan Crospovidone memiliki

(5)

berat jenis sebesar 0,273 g/ml (Rowe

et.al., 2009 : 209).

Berdasarkan persamaan

factorial design, diketahui pengaruh Starch 1500®dan Crospovidone

memberikan nilai yang sama. Hal ini berarti terdapat faktor lain yang mempengaruhi daya alir serbuk selain berat jenis serbuk. Ukuran partikel serbuk juga mempengaruhi daya alir serbuk. Starch 1500® memiliki ukuran partikel 30- P (Sheth et.al., 1980: 78), sedangkan

Crospovidone memliki ukuran

partikel 130- P

(Balasubramaniam and Bee, 2009 : 3). Semakin besar ukuran partikel serbuk, sifat free flowing serbuk semakin meningkat maka daya alir campuran serbuk akan semakin besar.

Tujuan dilakukan uji kandungan lembab yaitu untuk mengetahui

kandungan lembab di dalam

campuran serbuk, sebab lembab dalam campuran serbuk dapat berpengaruh terhadap aliran campuran serbuk ke dalam hopper.

Gambar 2. Contour plot kandungan lembab campuran serbuk ODT Antasida Kandungan lembab memiliki

persamaan factorial designY = 0,37 + 0,22 Xa + 0,13 Xb + 2,33x10-3

XaXb. Starch 1500® dan

Crospovidone sebagai

superdisintegrant memberikan meningkatkan kandungan lembab serbuk, namun komponen Starch 1500® (+0,22) memberikan pengaruh

yang lebih besar daripada

Crospovidone (+0,13) dikarenakan Starch 1500® memiliki nilai

kelembaban yang lebih besar yakni 7,60% daripada nilai kelembaban

Crospovidone yakni 0,6%. Interaksi

antara Starch 1500® dan

Crospovidone meningkatkan

kandungan lembab serbuk

(+2,33x10-3) dengan pengaruh yang kecil sehingga peningkatannya tidak signifikan dalam mempengaruhi kandungan lembab serbuk.

Peningkatan kandungan

(6)

1500® memiliki kelembaban yang tinggi (Rowe et.al., 2009 : 692), begitu juga dengan Crospovidone

yang juga merupakan serbuk yang sangat higroskopis (Rowe et.al., 2009 : 208). Kandungan lembab serbuk yang tinggi menyebabkan waktu alir serbuk menjadi lama,

sehingga apabila dilakukan

pengempaan hasilnya kurang baik. Pengujian kekerasan tablet ini

ditujukan untuk mengetahui

kekuatan tablet, yang dimaksudkan tablet tersebut dapat tahan terhadap

tekanan mekanik, menahan

goncangan pada saat pengemasan dan pendistribusian.

Gambar 3. Contour plot kekerasan ODT Antasida Kekerasan tablet memiliki

persamaan factorial designY = 4,72 - 0,16 Xa ± 0,21 Xb - 1,67x10-3 XaXb Starch 1500® dan Crospovidone

sebagai superdisintegrant

memberikan pengaruh menurunkan kekerasan tabletnamun komponen Starch 1500® (±0,16) mempunyai pengaruh yang lebih kecil dalam menurunkan kekerasan tablet daripada Crospovidone (-0,21). Hal ini dikarenakan Starch 1500® pada konsentrasi 5-10% juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat (Rowe et.al., 2009 : 692), dimana fungsi bahan pengikatnya dapat meningkatkan kekerasan tablet, sedangkan Crospovidone memiliki struktur partikel yang berpori dan

berongga (Balasubramaniam and

Bee, 2009 : 3), sehingga menurunkan kekompakan tablet ketika dikempa yang berefek pada kemampuannya dalam menurunkan kekerasan tablet yang semakin besar. Interaksi kedua

komponen dapat menurunkan

kekerasan tablet (-1,67x10-3) dengan pengaruh yang kecil sehingga penurunannya tidak signifikan dalam mempengaruhi kekerasan tablet.

Kekerasan juga dipengaruhi oleh kandungan lembab campuran serbuk.Kandungan lembab serbuk yang tinggi menyebabkan waktu alir serbuk menjadi lama, sehingga apabila dilakukan pengempaan hasilnya kurang baik.

(7)

Pengujian kerapuhan memberikan gambaran ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutama goncangan yang menyebabkan pengikisan tablet pada

permukaan tablet.Kerapuhan tablet memiliki persamaan factorial designY = -1,04 + 0,17 Xa + 0,18 Xb + 5,67x10-4 XaXb.

Gambar 4. Contour plot kerapuhan ODT Antasida Kemampuan komponen Starch

1500® (+0,17) dalam meningkatkan nilai kerapuhan lebih kecil daripada

Crospovidone (+0,18) karena Starch 1500® pada konsentrasi 5-10% juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat (Rowe et.al., 2009 : 692), dimana fungsi bahan pengikatnya dapat meningkatkan kekerasan tablet sehingga kerapuhannya menjadi lebih kecil, sedangkan Crospovidone

memiliki struktur partikel yang

berpori dan berongga

(Balasubramaniam and Bee, 2009 :

3), sehingga menurunkan

kekompakan tablet ketika dikempa yang berefek pada kemampuannya dalam meningkatkan kerapuhan tablet yang semakin besar. Interaksi antara kedua komponen dapat meningkatkan kerapuhan tablet (+5,67x10-4) dengan pengaruh yang kecil sehingga peningkatannya tidak signifikan dalam mempengaruhi kerapuhan tablet.

Waktu disintegrasi untuk

Orally Disintegrating Tablet

umumnya < 1 menit (Velmurugan

and Vinushitha, 2010 : 8)

(8)

Waktu Hancur tablet memiliki persamaan factorial designY = 19,15 + 0,47 Xa ± 1,45 Xb + 0,11 XaXb. Komponen Starch 1500® (+0,47) mempunyai pengaruh meningkatkan atau memperlama waktu hancur tablet, karena mekanisme aksi dari Starch 1500® adalah swelling. Semakin banyak Starch 1500® yang digunakan, maka partikel akan semakin mengembang dari ukuran asalnya sehingga waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur

semakin lama. Sedangkan,

Crospovidone (-1,45) memberikan

pengaruh menurunkan atau

mempercepat waktu hancur karena mekanisme aksinya adalah wicking

yang menyebabkan semakin banyak air yang diserap sehingga dapat mempercepat waktu hancur tablet. Interaksi antara Starch 1500® dan

Crospovidone (+0,11) meningkatkan waktu hancur tablet karena mekanisme aksi Crospovidone dapat memperbaiki waktu hancur dari Starch 1500®.

Waktu hancur tablet juga dipengaruhi oleh sifat bahan yang digunakan. Starch 1500® pada konsentrasi 5-10% juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat

(Rowe et.al., 2009 : 692), dimana fungsi bahan pengikatnya dapat memperlama waktu hancur tablet, sedangkan Crospovidone memiliki struktur partikel yang berpori dan berongga (Balasubramaniam and

Bee, 2009 : 3), sehingga

meningkatkan jumlah air yang diserap dan mempercepat waktu hancur tablet.

Ukuran partikel dari bahan juga dapat mempengaruhi kecepatan

disintegrasi dari Orally

Disintegrating Tablet. Ukuran yang lebih besar menunjukkan disintegrasi lebih cepat dibandingkan partikel yang lebih kecil (Dalu et.al., 2013 : 8). Starch 1500® memiliki ukuran partikel 30- P 6KHWK et.al., 1980: 78), sedangkan Crospovidone

memliki ukuran partikel 130- P (Balasubramaniam and Bee, 2009 : 3).

Tujuan dari uji wetting time

adalah untuk mengetahui seberapa cepat air akan terserap ke dalam tablet.

(9)

Gambar 6. Contour plot wetting timeODT Antasida

Wetting Timememiliki persamaan factorial designY = 19,92 + 1,60 Xa ± 0,86 Xb + 0,02 XaXb. Komponen Starch 1500® (+1,60) mempunyai pengaruh meningkatkan atau memperlama wetting time tablet, karena mekanisme aksi dari Starch

1500® adalah swelling.

Crospovidone (-0,86) memberikan

pengaruh menurunkan atau

mempercepat wetting time karena mekanisme aksinya adalah wicking.

Semakin banyak Starch 1500® yang digunakan, maka partikel akan semakin mengembang dari ukuran asalnya sehingga waktu yang dibutuhkan tablet untuk terbasahi seluruhnya menjadi semakin lama. Semakin banyak Crospovidone yang digunakanmenyebabkan semakin banyak air yang diserap sehingga dapat mempercepat waktu yang diperlukan tablet untuk terbasahi seluruhnya. Interaksi antara Starch 1500® dan Crospovidone (+0,02)

meningkatkan wetting time tablet

karena mekanisme aksi

Crospovidone dapat memperbaiki

wetting time dari Starch 1500®. Penentuan formula optimum diperoleh dari respons daya alir, kandungan lembab, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur serta

wetting time.Formula optimum yang didapat adalah komposisi Starch

1500® sebesar 6,467%

danCrospovidone sebesar 2,000%. Hasil percobaan masing-masing uji bila dibandingkan dengan hasil teoritis untuk validasi persamaan

factorial design pada formula tersebut menunjukkan hasil berbeda tidak signifikan dengan nilai signifikasi hasil teoritis dengan hasil

percobaan > 0,05 yang

menunjukkan bahwa persamaan dari optimasi Factorial Design dapat digunakan untuk memprediksi formula yang diharapkan.

(10)

Tabel 2. Hasil uji t teoritis dan percobaan Orally Disintegrating Tablet Antasida Parameter Uji Hasil

Percobaan

Hasil

Teoritis Signifikasi Kesimpulan Daya Alir (gram/detik) 29,757 29,791 0,698 Berbeda tidak signifikan Kandungan Lembab (%) 2,133 2,058 0,483 Berbeda tidak signifikan Kekerasan (kg) 3,139 3,264 0,231 Berbeda tidak signifikan Kerapuhan (%) 0,511 0,500 0,162 Berbeda tidak signifikan Waktu Hancur (detik) 20,720 20,683 0,406 Berbeda tidak signifikan Wetting time (detik) 28,777 28,750 0,287 Berbeda tidak signifikan

KESIMPULAN

1. Starch 1500®menurunkan daya alir dan kekerasan, meningkatkan

kandungan lembab dan

kerapuhan, serta memperlama waktu hancur dan wetting time.

Crospovidone menurunkan daya alir dan kekerasan, meningkatkan

kandungan lembab dan

kerapuhan, serta mempersingkat waktu hancur dan wetting time. Interaksi antara Starch 1500® dan

Crospovidone memberikan pengaruh dengan nilai yang kecil atau tidak signifikan terhadap pengujian daya alir, kandungan

lembab, kekerasan dan

kerapuhan, serta memberikan pengaruh yang signifikan dalam memperlama waktu hancur dan

wetting time tablet.

2. Formula optimum Orally

Disintegrating Tablet Antasida adalah komposisi Starch 1500®

sebesar 6,467% dan

Crospovidone sebesar 2,000%.

SARAN

1. Perlu dilakukan uji tanggap rasa untuk mengetahui penerimaan rasa pasien terhadap Orally Disintegrating Tablet Antasida. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut pada pengujian stabilitas fisik Orally Disintegrating Tablet Antasida.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penggunaan Ludiflash® sebagai bahan pengisi pada formula

Orally Disintegrating Tablet

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan penulis panjatkan karena atas bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. T.N. Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., dan Drs. Ishak Lewi, Apt., atas segala waktu, arahan, motivasi, dan nasihat yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepadaI Kadek Bagiana, M.Sc., Apt., danDra. Siti Munisih, M.Si., Apt., atas saran dan masukan yang diberikan untuk penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Balasubramaniam, J., and Bee, T. 2009.Superdisintegrants

:Influence of

Superdisintegrants on the Rate of Drug Dissolution from Oral

Solid Dosage Forms.

Pharmaceutical Technology. Dalu, N.A., Murrukmihadi, M., and

Indriati, O. 2013. Optimasi

Fast Disintegrating Tablet

Ranitidin Hidroklorida

Dengan Variasi Perbandingan

Kadar Superdisintegran

Croscarmellose Sodium dan

Crospovidone : 1-10.

Departemen Kesehatan RI. 2014.

Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Depkes RI.

Didi., Gusmayadi, I., and Prisiska, F. 2015. Pengaruh Kombinasi Krospovidon, Ac-Di-Sol, dan Primojel terhadap Waktu

Hancur Sediaan Orally

Disintegrating Tablet

Dimenhidrinat.BIMFI, 3(2) : 26-31.

Rahmi, G.K. 2011.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada Pasien berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi.Available : curesecure.com/2012/11/Fakt or-gastritis.html (28 Januari 2015).

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and

Quinn, M. E. 2009.Handbook of Pharmaceutical Excipients.6th Edition. USA: Pharmaceutical Press and

American Pharmacists

Association.

6D¶DGDK + )XGKROL $

Optimasi Formula Tablet Teofilin Menggunakan

Co-Processed Excipients Campuran Laktosa dan Avicel.Majalah Farmasi Indonesia, (22)4 : 306-314.

Santanu, R., Hussan, S.D., Pooja, V., Devina, S., and Sonam, S. 2012. A Concise Review On

Novel Aspects Of

Superdisintegrants : A

Review. International

Research Journal of Pharmaceutical and Applied, 2(6) : 207-213.

Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and

(12)

Compressed Tablet in Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets. New York : Marcel Dekker Inc.

Velmurugan.,and Vinushitha, S. 2010. Oral Disintegrating Tablets : An Overview.

International Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences. Vol I (2):1-12.

Gambar

Tabel 1.Komposisi Tablet
Tabel 2. Hasil uji t teoritis dan percobaan Orally Disintegrating Tablet Antasida

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,