• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN INTERIOR POLI REHABILITASI MEDIK DENGAN KONSEP BIOCLIMATIC DESIGN BERLANGGAM POSTMODERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN INTERIOR POLI REHABILITASI MEDIK DENGAN KONSEP BIOCLIMATIC DESIGN BERLANGGAM POSTMODERN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Keberadaan fasilitas rehabilitasi medik sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat sangat dibutuhkan.Yaitu sebagai fasilitas pelayanan terpadu untuk mempercepat pemulihan fungsi organ yang terganggu sebagai pendukung upaya penyembuhan gangguan kesehatan. Sebagai bangunan publik, sebuah fasilitas rehabilitasi medik mengkonsumsi energi dalam jumlah besar sehingga menimbulkan banyak pula efek negatif yang diberikan pada lingkungan. Pemborosan energi adalah salah satu contoh efek negatif. Namun sejauh ini penerapan desain interior belum terlalu diperhatikan untuk solusi pada permasalahan ini.

Dengan pertimbangan tersebut diperlukan sebuah usulan rancangan desain interior rehabilitasi medik dengan konsep bioclimatic design yang di satu sisi memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang sebagai aspek fungsi, serta dapat mengkomunikasikan image ramah lingkungan sebagai aspek fungsi bahasa.

Metode desain yang digunakan meliputi pengumpulan data yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Survey dan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan. Dilanjutkan dengan proses analisa data dan proses desain yang memperhatikan hasil analisis data secara menyeluruh.

Hasil dari desain interior ini adalah usulan desain interior interior rehabilitasi medik dengan kenyamanan optimal yang memiliki konsumsi energi minimal dan bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.

Kata Kunci—Rehabilitasi Medik, Bioclimatic Design, Postmodern

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

emakin banyak masyarakat Indonesia yang mengalami berbagai masalah kesehatan seperti stroke, melemahnya fungsi organ, sakit tua, pasca operasi, kecacatan, dan sakit tulang (kelainan tulang) yang membutuhkan pelayanan vokasional khusus seperti rehabilitasi medik. Maka keberadaan fasilitas rehabilitasi medik sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat sangat dibutuhkan. Namun, pada saat ini mayoritas rehabilitasi medik kurang memenuhi standar.

Keberadaan fasilitas rehabilitasi medik yang menyatu sebagai bagian dari ruamh sakit menimbulkan permasalahan

mengenai kurangnya luasan bangunan untuk aktivitas pengobatan yang sukar terselesaikan. Dikarenakan persoalan keterbatasan luasan bangunan maka solusi paling optimal adalah mengolah ruangan yang tersedia dengan maksimal. Desain interior dapat menjadi salah satu solusi untuk memaksimalkan fungsi ruang dari fasilitas rehabilitasi medik tanpa menambah luasan bangunan.

Viktor Papanek mengungkapkan bahwa trend desain di abad 21 setidaknya akan terpengaruh pada upaya-upaya pelestarian lingkungan karena adanya pandangan dan gerakan gerakan baru ke arah “green design”. Yaitu gaya desain yang lebih futuristik, berbasis teknologi, bernuansa anggun dan tahan lama, serta lebih enviromental friendly [8]. Konsep desain ramah lingkungan tidak hanya menjadi tren namun telah menjadi suatu keharusan untuk penerapan desain, termasuk desain interior.

Donald Watson mengungkapkan bahwa bioclimatic design adalah sebuah konsep desain bangunan yang sangat memperhatikan faktor lingkungan [16]. Mendesain dengan memperhatikan keadaan iklim sekitar bangunan dengan pertimbangan aspek ekologis untuk memenuhi kebutuhan konservasi energi adalah kunci utama bioclimatic design. Dengan pertimbangan pandangan tersebut serta didukung realita bahwa suatu poli rehabilitasi medik adalah bangunan publik dengan konsumsi energi yang relatif tinggi, maka ditetapkan konsep bioclimatic design sebagai konsep usulan perancangan desain interior poli rehabilitasi medik. Pada artikel ini akan dibahas metode desain, uraian konsep dan penerapannya pada poli rehabilitasi medik.

B. RUMUSAN MASALAH

Perencanaan desain interior poli rehabilitasi medik dengan konsep bioclimatic design adalah suatu kebutuhan mendesak untuk mendukung pembangunan berkelanjutan yang mendorong perubahan konsep-konsep ruang aktivitas publik untuk lebih ramah lingkungan. Sementara eksisting fasilitas kebanyakan poli rehabilitasi medik adalah sebuah eksisting yang belum dikembangkan dengan pola ramah lingkungan. Maka dirumuskan pertanyaan yang melandasi perencanaan desain interior sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan konsep bioclimatic design berbasis efisiensi energi pada desain interior poli

DESAIN INTERIOR POLI REHABILITASI

MEDIK DENGAN KONSEP BIOCLIMATIC

DESIGN BERLANGGAM POSTMODERN

Okta Putra Setio Ardianto dan Ir.Budiono,MSn

Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: budiono@prodes.its.ac.id

(2)

rhabilitasi medik dengan tanpa merubah banyak eksisting dari selubung bangunan tetap dari fasilitas tersebut untuk kenyamanan pengguna?

2. Bagaimana menampilkan semangat ramah lingkungan dari poli rehabilitasi medik melalui desain interior dengan tema post modern?

C. BATASAN MASALAH

1. Modifikasi desain difokuskan pada beberapa ruang terpilih yang bersifat publik pada tipikal instalasi poli rehabiltasi medik meliputi ruang fisioterapi, zona lobby, ruang periksa dan gymnasium.

2. Desain tidak banyak merubah tatanan layout bangunan eksisting karena keterbatasan fleksibilitas lahan

D. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dari desain interior Poli Rehabilitsi Medik, antara lain :

1. Menghadirkan sebuah desain interior bangunan medis publik dengan pertimbangan utama aspek penghematan energi.

2. Menghadirkan usulan desain interior yang dapat mengkomunikasikan semangat dari konsep ramah lingkungan maksimalisasi komunikasi dan pelayanan. Usulan desain interior poli rehabilitasi medik ini diharapkan memberi manfaat yang luas, antara lain:

1. Memberikan usulan desain interior poli rehabilitasi medik dengan kenyamanan ruang optimal dengan penggunaan energi yang minimal untuk mendukung pelayanan medis 2. Memberikan usulan desain interior poli rehabilitasi medik

dengan menampilkan image ramah lingkungan.

II. DASARTEORIDESAIN A. Teori Desain Interior

Francis D. K. Ching mengungkapkan bidang ilmu desain interior terletak diantara teknik dan seni, karena tanpa adanya teknik, maka desain tidaklah aman, sebaliknya tanpa mempertimbangkan aspek estetika dan seni, maka desain tidak akan menarik [3]. Suatu desain yang tidak mempertimbangkan aspek teknik, berarti mengabaikan aspek konstruksi, akibatnya desain yang dihasilkan tidak akan aman dipergunakan dan pasti akan mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya. Sebaliknya apabila suatu desain hanya mempertimbangkan aspek teknik saja tanpa mempertimbangkan aspek estetika, maka desain tersebut tidak akan laku dijual karena tidak ada yang tertarik untuk menggunakannya.

B. Teori Bioclimatic Design

Donald Watson mengungkapkan bahwa bioclimatic design adalah sebuah konsep desain bangunan “green” yang sangat memperhatikan faktor lingkungan [16]. Mendesain dengan memperhatikan keadaan iklim sekitar bangunan dengan pertimbangan aspek ekologis untuk memenuhi kebutuhan konservasi energi adalah kunci utama bioclimatic design. Karakteristik bioclimatic design adalah envelope-dominated yang fokus pada penggunaan selubung bangunan sebagai strategi penghematan energi untuk mencapai kenyamanan di interior bangunan. Konsep seperti ini lazim dan dianjurkan

digunakan pada bangunan publik yang membutuhkan tingkat konsumsi energi yang besar untuk tujuan konservasi energi. Sehingga penerapan bioclimatic design yang fokus pada konversi energi pada bangunan perkantoran dan rumah sakit dengan aktivitas pubik padat serta memiliki tingkat konsumsi energi besar sangat mendesak untuk diterapkan.

C. Teori PostModern

Agus Dharma mengungkapkan dalam materi ajarnya bahwa post modern adalah istilah untuk menyebut suatu masa atau zaman saat berbagai disiplin ilmu mempunyai sudut pandang kebudayaan yang berlawanan dengan istilah modernisme. Karena salah satu bentuk ungkapan bentuk fisik kebudayaan adalah seni, termasuk arsitektur, karena itu post modern banyak digunakan di dalam arsitektur. Arsitektur post modern muncul sebagai reaksi penolakan terhadap arsitektur modern. Penolakan oleh post modern terhadap modern di dasarkan kepada sebuah prinsip. Prinsip arsitektur post modern adalah semua arsitektur bersifat simbolik [2]. Semua bangunan, termasuk banguan modern, sebenarnya sedang berbahasa dengan bahasa dan menyampaikan pesan tertentu.

D. Dasar Teori Terpilih

Permasalahan pada poli rehabilitasi adalah bagaimana memaksimalkan luasan ruang bangunan yang ada untuk memberi kenyamanan maksimal bagi pengguna ruang serta penonjolan identitas poli rehabilitasi tersebut. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan perencanaan desain interior yang memperhatikan fungsi dan estetika seperti yang diungkapkan Francis D. K. Ching [3].

Bioclimatic design diterapkan sebagai konsep untuk aspek fungsi seperti yang diungkap Viktor Papanek sebagai solusi atas trend desain masa kini. Penerapan konsep bioclimatic design dengan strategi meliputi insulasi termal dinding dan jendela, maksimalisasi sun shading, penggunaan night ventilation dan hybrid solar lighting. Strategi tersebut dipilih atas pertimbangan kesesuaian fungsinya pada penerapan iklim tropis lembab tempat obyek desain berada seperti yang disampaikan oleh Szkolay [15]. Sementara untuk aspek estetika dipilih langgam post modern sebagai langgam terpilih. Seperti yang diungkap Charles Jencks bahwa salah satu prinsip post modern adalah suatu desain dapat diciptakan khusus untuk suatu obyek saja dan berbeda dengan yang lain. Semangat ini berlawanan dengan semangat modern yang menyeragamkan bentukan desain atau disebut international style.

Gaya yang didesain khusus dan hanya digunakan pada desain interior poli rehabilitasi medik dimaksudkan agar desain tersebut dapat mengkomunikasikan bentuk image tertentu, dalam konsteks ini image yang akan disampaikan adalah semangat ramah lingkungan.Selain hal tersebut pertimbangan lain adalah post modern memiliki aliran metaphor and metaphysical yang mengambil bentukan alam sebagai inspirasi estetika yang berkesan lingkungan.

Seperti yang diungkapkan Sadjiman Ebdi mengenai kesan bentukan garis [12], maka bentukan elemen interior pada desain ini mengambil bentukan alam yang berkarakter garis lengkung S untuk memberi kesan dinamis sehingga dapat mewakilkan semangat ramah lingkungan yang siap terus berkembang dalam pemeliharaan lingkungan. Selain itu,

(3)

pengambilan garis lengkung S dari alam juga diharapkan dapat memberi nuansa alam sebagai wujud visual dari konsep ramah lingkungan dari aspek fungsi.

III. METODEDESAIN A. Metode Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

Data Primer

Data Primer merupakan dat yang didapat secara langsung di lapangan ( pihak yang bersangkutan ) dengan melakukan pengamatan dan pendokumentasian. Data ini dibutuhkan agar penulis bisa mengerti permasalahan, isu dan kondisi lingkungan yang terjadi pada hal-hal yang sedang kita teliti.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak yang tidak berkaitan langsung dan didapatkan dengan jalan menghimpun data yang ada dan menjadi sumber perolehan data yang akan dianalisis. Dalam tahap pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode pengambilan data, yaitu :

Observasi Lapangan (langsung)

Observasi yang dilakukan dibagi menjadi 2 objek studi, yaitu observasi pada objek studi. Kedua pengamatan secara langsung pada obyek pembanding yang akan dijadikan studi tentang standar perancangan Poli Rehabilitasi Medik Wawancara

Wawancara yang dilakukan akan ditujukan pada manajemen poli rehabilitasi medik, dokter jaga poli rehabilitasi medik, fisioterapis poli rehabilitasi medik

Studi Literatur B. Metode Analisa Data

Metode yang digunakan adalah metode analitis, dimana setiap hal dalam perancangan akan dianalisa kembali. Adapun teknik analisa yang digunakan oleh penulis antara lain: Metode analisa induktif, adalah metode yang digunakan untuk mencari standarisasi yang diperlukan dalam perancangan untuk dianalisa dan didapatkan standar tetap sesuai dengan tema perancangan yang kemudian dipakai dalam aplikasi perancangan desain. Metode analisa kajian semiotika,metode yang digunkan untuk mencari kaitan antara “tanda” yang ada pada unsur fisik-fisik bangunan dengan “makna” yang terkandung didalamnya. Metode analisa deskriptif , metode yang memaparkan dan menguraikan segala bentuk data yang diperoleh untuk dianalisa. Metode analisa komparasi, metode yang membandingkan data dengan teori atau menganalisa antara data dengan data yang lainnya, yang kemudian diambil data yang sesuai dengan perancangan.

C. Metode Desain

Metode desain dilakukan dengan perancangan desain secara sistematis. Dengan cara menentukan sasaran, variable, dan kriteria desain; memperhatikan analisa data menyeluruh; dan mensintesiskan konsep secara sistematis serta mengevaluasi secara logis sesuai target desain yang telah ditentukan.

D. Sistematika Desain

IV. HASILDANDISKUSI A. Konsep Makro

Sebagai sumber pembentukan konsep makro desain interior poli rehabilitasi medik adalah penerapan dwilogi arsitektur oleh Romo Mangunwijaya bahwa arsitektur bukan hanya sekedar rancang bangun saja melainkan sebagai bentuk “berbudaya” bagi manusia. Dua pertimbangan penting dalam dwilogi arsitektur tersebut adalah aspek citra dan fungsi. Bioclimatic design diterapkan sebagai konsep untuk aspek fungsi seperti yang diungkap Viktor Papanek sebagai solusi atas trend desain masa kini. Penerapan konsep bioclimatic design dengan strategi meliputi insulasi termal dinding dan jendela, maksimalisasi sun shading, penggunaan night ventilation dan hybrid solar lighting (HSL). Strategi tersebut dipilih atas pertimbangan kesesuaian fungsinya pada penerapan iklim tropis lembab tempat obyek desain berada seperti yang disampaikan oleh Szkolay [15]. Sementara untuk aspek estetika dipilih langgam post modern sebagai langgam terpilih. Seperti yang diungkap Charles Jencks bahwa salah satu prinsip post modern adalah suatu desain dapat diciptakan khusus untuk suatu obyek saja dan berbeda dengan yang lain. B. Konsep Mikro

Konsep Bentuk

Gambar. 2. Bagan Konsep Bentuk Gambar. 1. Bagan Sistematika Alur Desain

(4)

Dari pertimbangan 2 aspek konsep makro maka ditetapkan konsep bentukan menggunakan konsep bentukan desain organik. Bentukan ini memiliki ciri-ciri antara lain memiliki bentukan yang dinamis dan terinspirasi dari bentukan benda benda di alam dan memiliki estetika pola perulangan dengan irama dan bentukan asimetris. Contoh penerapan konsep ini dapat dilihat pada gambar 3.

Konsep Warna

Konsep warna yang diterapkan adalah konsep warna yang menjawab permasalahan dari konsep makro yaitu fungsi teknis dan fungsi identitas. Penjabaran penerapannya yaitu:

Warna Pemantul Cahaya

Warna yang digunakan adalah warna-warna terang dengan kemampuan memantulkan cahaya tinggi sehingga membantu efiensi penyebaran cahaya alami bagi interior.

Warna Penyerap Panas

Warna yang digunakan adalah warna-warna gelap yang seusai temadengan kemampuan menyerap panas sehingga membantu efiensi penyerapan energi panas bagi interior.

Warna Tema

Warna yang mewakili warna tema bioclimatic design interior dari yaitu warna-warna alami. Dari warna-warna alami yang tersedia diambil warna-warna yang dingin sebagai

penyeimbang konsep warna sebelumnya. Warna yang dipilih adalah warna tumbuhan dan warna air

Konsep Material

Banyak aspek yang harus ditinjau pada konsep material, namun fokus konsep material yang dikembangkan adalah yang menyelesaikan masalah aspek fungsi yaitu material membantu efisiensi pemantulan cahaya alami dan material

Material Reflektif

Material reflektif yang membantu pemantulan cahaya diharapkan dapat membantu distribusi cahaya alami. Distribusi cahaya alami yang merata akan mengurangi kerja cahaya buatan sehingga penghematan energi.

Material Insulasi

Material insulator yang membantu menangkal gelombang panas dari lingkungan luar diharapkan dapat membantu mengatasi efek bahan pada interior. Panas yang tertahan pada bahan akan mencegah pemanasan udara di dalam ruang, sehingga dapat menghemat energi untuk kerja penghawaan buatan.

V. PENGEMBANGANDESAIN

Poli Rehabilitasi Medik adalah instalasi rehabilitasi medik yang termasuk pada pelayanan rawat jalan pada suatu rumah sakit. Secara garis besar jenis dan alur pelayanan pada interior ruang pada instalasi tersebut adalah sebagai berikut:

Berdasarkan analisa alur sirkulasi pengguna pada poli rehabilitasi medik, maka dapat disimpulkan bahwa Area

Gambar. 5 Warna Pemantul Cahaya

Gambar. 4. Contoh Penerapan Konsep Bentukan untuk Plafon Gambar. 8 Bagan Konsep Material

Gambar. 7 Warna Tema

Gambar. 9 Sirkulasi Pelayanan Obyek Desain Gambar. 6 Warna Penyerap Panas

Gambar. 3 Metafora pada Bentukan Plafon

(5)

lobby, fisioterapi, Gymnasium dan Ruang Periksa memiliki fungsi yang penting dan besar bagi pengguna melakukan aktifitas di instalasi ini sehingga ruangan tersebut menjadi obyek perancangan.

Desain Ruang Terpilih Lobby

Lobby merupakan area pertama yang akan dimasuki pengguna poli rehabilitasi. Area ini merupakan area penghubung ke area inti yaitu berhubungan dengan area-area pelayanan terapi lain seperti fisioterapi, terapi wicara, ruang periksa dan gymnasium yang berhubungan langsung.

Pada gambar 13 terlihat perspektif dari area front office. Di area ini diterapkan elemen estetis berupa panel steel cutting berpola barisan pohon. Meja front office menyatu dengan bagian administrasi dengan bentukan lengkung senada dengan pola lantai dan ceiling. Bagian lantai menggunakan perpaduan warna lantai keramik dengan tema aliran dan buih air. Selain berfungsi estetika juga berfungsi sebagai waypatch bagi pengguna ruang untuk kemudahan akses ke bagian-bagian ruang lainnya.

Bagian ceiling menggunakan metafora yang menganalogikan aliran awan dan udara pada awan tipe cirrus. Dengan juluran melintang ruangan. Warna dari ceiling tidak sepenuhnya mengadopsi warna langit dan awan. Pemberian warna menggunakan warna hijau sebagai pembentuk nuansa. Nuansa hijau dipilih sebagai wujud tema bioclimatic design .

Untuk pencahayaan saat cucaca cerah pada ruang ini menggunakan cahaya alami dari jendela yang menghadap luar ke arah parkir dan dari void tangga untuk general lighting. Untuk Ambient Lighting digunakan HSL yang juga memanfaatkan cahaya matahari dan dipasang di sela-sela sulur

ceiling. Cahaya HSL yang bersifat dinamis sesuai ketersediaan cahaya matahari membuat irama cahaya berubah-ubah setiap saat. Untuk spot lighting di area panel estetika digunakan spot light LED hemat energi. Sementara pada saat cuaca mendung dan ketersediaan cahaya matahari sedikit seluruh pencahayaan menggunakan lampu LED. Untuk penghawaan pada saat siang hari dan ruangan digunakan dikondisikan dengan low energy AC.Dengan dukungan insulasi termal di dinding yang menghadap luar diharapkan penghematan energi semakin ditingkatkan. Pada saat ruangan tidak digunakan jendela ventilasi yang berada di bawah tiap bukaan yang menghadap sisi luar dioperasikan ke dalam posisi terbuka.

Desain Ruang Terpilih Fisioterapi

Ruangan ini dipergunakan untuk area pelayanan fisioterapi dengan aktifitas utama terapi dengan menggunakan peralatan aktif atau elektro-terapi. Secara garis besar seluruh ruangan ini dipergunakan untuk aktifitas terapi. Terdapat 2 bagian area utama. Yaitu bagian administrasi dan terapi.

Pada bagian ceiling menggunakan metafora yang sama dengan penerapan di ruang lobby. Dengan juluran melintang ruangan. Warna dari ceiling tidak sepenuhnya mengadopsi warna langit dan awan. Pemberian warna menggunakan warna hijau sebagai pembentuk nuansa. Nuansa hijau dipilih sebagai wujud tema bioclimatic design. Begitu juga dengan bagian lantai digunakan pola desain sama.

Pada area terapi, jarak antar bed digunakan dan dibatasi oleh kelambu untuk pertimbangan kepraktisan serta fleksibilitas untuk staf medis melakukan terapi dengan penggunaan alat eletronik.

Pada area administrasi furnitur didesain untuk sedikit mungkin memberi resistensi pada aliran udara. Furnitur didesain memiliki lubang-lubang angin seperti pada meja utama administrasi. Selain memiliki lubang angin struktur furnitur dibuat ringan. Untuk bentukan digunakan metafora

Gambar. 12 Penerapan Metafora Pola Awan Cyrus pada Ceiling Gambar. 10 Perspektif Area Lobby

Gambar. 11 Penerapan Metafora Aliran Air pada Pola Lantai

Gambar. 14 Metafora pada Furnitur Gambar. 13 Perspektif Area Fisioterapi

(6)

repetisi pola sawah terasering. Desain Ruang Terpilih Gymnasium

Ruang periksa dan Gymnasium ini sebenarnya adalah satu kesatuan ruang hanya dipisahkan partisi karena kedua area ini memiliki tipe aktifitas yang berbeda. Pada ruang periksa digunakan untuk kegiatan diagnosa fisioterapi sementara pada gymnasium digunakan untuk aktivitas excersise untuk terapi fisik. Untuk Ruang Periksa bagian lantai digunakan pola desain sama dengan ruang-ruang sebelumnya. Namun pada gymnasium untuk area excercise menggunakan parket berpola kayu red oak dengan warna cerah kemerahan. Untuk gymnasium bagian ceiling menggunakan metafora yang sama dengan penerapan di ruang-ruang lainnya.

Sedangkan pada ruang periksa ceiling sedikit berbeda. Karena letak ruang yang berada pada kedalaman bangunan yang cukup besar yang tak dapat dijangkau pencahayaan mempengaruhi bentuk ceiling. Bentuk ceiling masih sama bersulur namun pola suluran tidak lagi repetisi pola awan cirrus namun pola akar-akar tetumbuhan. Pada pola itu diletakkan diffuser HSL untuk pencahayaan alami.

Untuk penghawaan saat siang hari dan ruangan digunakan kedua ruangan ini dikondisikan dengan low energy AC. Dengan dukungan insulasi termal di dinding yang menghadap

luar diharapkan penghematan energi semakin ditingkatkan. Pada saat ruangan tidak digunakan jendela ventilasi yang berada di bawah tiap bukaan yang menghadap sisi luar dioperasikan ke dalam posisi terbuka.

VI. KESIMPULAN

Usulan perancangan desain interior poli rehabilitasi medik dengan konsep bioclimatic design dapat memberi kenyamanan optimal bagi pengguna ruangan dengan konsumsi energi yang rendah sesuai dengan uraian. Langgam Postmodern digunakan sebagai style dengan pengambilan bentukan lengkung S yang diadaptasi dari bentukan alam dalam mendesain untuk memunculkan semangat ramah lingkungan sekaligus semangat ramah lingkungan pendukung konsep bioclimatic design secara visual.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas kesempatan dan kekuatan, orang tua tercinta untuk dukungan moril dan materiil, pihak Desain Produk ITS yang telah memfasilitasi dan memberikan seluruh kebutuhan studi mengenai desain serta banyak pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu dalam penulisan artikel ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Anggoro. Sury. 2009. Hybrid Solar Lighting sebagai Alternatif

Teknologi Penerangan Alami Bangunan untuk Efisiensi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan. Jurnal Teknik Lingkungan BPPT vol

10

[2] D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York. New York : Maxmillan Publishing Company

[3] D.K. Ching. Francis. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Penerbit Erlangga

[4] Hatmoko. Adi Utomo. 2010. Arsitektur Rumah Sakit. Yogyakarta : Global Rancang Selaras

[5] Heerwagen. Dean. 2004. Passive and Active Environment Control, New York : McGrawHill

[6] Hyde. Richard. 2008. Bioclimatic Housing. London : Earthscan Publisher

[7] Standar Pelayanan. Standar Pelayanan Rehabilitasi Medik. SMF Rehabilitasi Medik RSUD.Dr.Soetomo Surabaya,2008

[8] Kusumowidagdo. Astrid. 2005. Etika Lingkungan pada Karya Desain

Interior. Dimensi Interior vol. 3 no. 2.

[9] Lechner. Norbert. 2001. Heating, Cooling, Lighting:Design Methods for

Architects. New York : Wiley

[10] Pearson. David. 2001. The Breaking Wave: New Organic Architecture.

Stroud: Gaia

[11] Standar Operating Procedures.Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik pada Sarana Kesehatan, KEMENKES RI, Jakarta, 2005

[12] Sanyoto. Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar Seni Rupa dan Desain. Yogyakarta : Jalasutra

[13] Samira.2010.Pusat Rehabilitasi Medik Surabaya.Surabaya [14] Sergio at al. 2010. Building Energy Efficiency. Budhapest: IUSES [15] Szokolay. Steven. 2004. Introduction to Architectural Science:The Basic

of Sustainable Design. Massachusetts: Architectural Press.

[16] Watson. Donald et al. 1997. Timer Saver Standard : Architectural Data

7th edition. New York : McGrawHill

Gambar. 15 Metafora akar Tumbuhan pada Ceiling

Gambar. 16 Perspektif Ruang Periksa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dari 8 keterampilan tersebut Hasil penelitian antara kedua pendidik adalah perbedaannya terlihat jelas dari delapan jenis keterampilan dasar mengajar yakni

Penelitian ini menggunakan desain ADDIE (Analysis- Design-Develop-Implement-Evaluate).Perangkat dibuat dengan menganalisis KI-KD materi rangkaian listrik.Kemudian disusun

Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih

Pelamar yang dinyatakan lulus seleksi administrasi, namun tidak melakukan registrasi ujian dan mencetak/mengunduh kartu ujian sampai dengan hari Sabtu tanggal 25 Maret

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian daun sirsak dengan dosis 1mg/hari per oral dapat meningkatkan ekspresi caspase 3 yang merupakan penanda untuk aktivitas apoptosis pada

Hal yang sama juga ditemukan pada pasien Tb yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 3 orang (60%) berada dalam kualitas

Untuk mengontrol apakah tulangan Dinding Pier yg ditetapkan dengan Diagram Interaksi (tak berdimensi) untuk Uniaxial Bending tersebut telah mencukupi, perlu dilakukan analisis