• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 | Nomor 2 | Desember2015

1. Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami

Demam

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti

2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

Afrieani Deasy

3. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015

Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina

4. Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja

Rahayu Savitri

5. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis

Neli Sunarni

6. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014

Lia Nugraha, Iyus Yosef

7. Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi

Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan

8. Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung

Suci Tuty Putri

9. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Kota Bandung

Mulyanti

10. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang

(2)

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

Pelindung:

Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab:

Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua:

Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara: Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor :

Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep

Pemasaran dan Sirkulasi :

Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :

Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.

Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

DEWAN REDAKSI

(3)

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti ... 1 - 9 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

Afrieani Deasy ... 11 - 16 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil

di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015

Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina ... 17 - 24 4. Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja

Rahayu Savitri ... 25 - 29 5. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal

Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis

Neli Sunarni ... 31 - 40 6. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014

Lia Nugraha, Iyus Yosef ... 41 - 47 7. Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi

Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan ... 49 - 59 8. Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan

Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung

Suci Tuty Putri ... 61 - 67 9. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bandung

Mulyanti ... 69 - 77 10. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit

Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang

(4)

61

ARTIKEL PENELITIAN

JKA.2015;2(2):61-67

KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU BERDASARKAN ASPEK KEPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN DI PUSKESMAS PADASUKA KOTA BANDUNG

Suci Tuty Putri ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan/ pengobatan yang intensif dan dalam jangka waktu yang lama. Lamanya masa pengobatan yang dijalani pasien Tb berpengaruh terhadap kualitas hidup individu. Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan dari intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan. Kepatuhan terhadap pengobatan di duga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien Tb. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup dari pasien tuberkulosis paru berdasarkan aspek kepatuhan terhadap pengobatan di Puskesmas Padasuka kota Bandung. Desain penelitian ini adalah Deskriptif observasional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF (2004) dan kuesioner kepatuhan, Metode pemilihan sampel dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 21 orang. Hasil penelitian menunjukkan sebagian responden yang patuh terhadap pengobatan memilki kualitas hidup sedang dan sebagian responden yang tidak patuh terhadap pengobatan juga memiliki kualitas hidup sedang. Pengobatan yang dijalani pasien Tb memiliki efek samping lain terhadap berbagai fungsi organ tubuh sehingga pasien tetap akan merasakan kondisi fisik yang tidak stabil. Lingkungan sosial masyarakat yang kurang mendukung pasien Tb menyebabkan pasien Tb tidak mendapatkan dukungan psikologis yang baik. Hal tersebut di atas secara langsung mempengaruhi kualitas hidup baik yang patuh terhadap pengobatan maupun yang tidak patuh terhadap pengobatan. Selain aspek fIsik, diharapkan selama masa pengobatan pasien Tb juga mendapatkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas hidup baik dari aspek psikologi, sosial dan lingkungan

Kata kunci : kualitas hidup, tuberkulosis paru & kepatuhan pengobatan

Abstract

Tuberculosis is a chronic disease that requires treatment in the long term. The long duration of treatment of TB patients who effect on the quality of life of individuals. Quality of life is an important indicator to assess the effectiveness of health care interventions, both in terms of prevention and treatment. Adherence to treatment is assumed to affect the quality of life of patients with TB. This study aims to describe the quality of life of patients with pulmonary tuberculosis based on aspects of adherence to treatment in Public Health Centers Padasuka Bandung. The study design was observational descriptive. Data were collected using a questionnaire WHOQOL-BREF (2004) and a compliance questionnaire. Sample selection with a total sampling as 21 people. The results showed the majority of respondents were adherent to treatment have the quality of life was moderate and some of the respondents who do not adhere to treatment also has a quality of life was moderate. Treatment undertaken Tb patients have side effects of the various functions of organs so patients will still feel the physical condition unstable. Social environment unfavorable cause patients Tb patients do not get a good psychological support. The foregoing directly affects both the quality of life of people adhere to treatment and who does not adhere to treatment. In addition to the physical aspects, is expected during the treatment period Tb patients also get programs that can improve the quality of life of both aspects of psychological, social and environmental.

(5)

62 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

Keyword : quality of life, tuberculosis & adherence to treatment

Program Studi Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN

Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi tantangan dalam masalah kesehatan masyarakat baik global maupun nasional. Berdasarkan Global Tuberculosis Control WHO

Report tahun 2007, Indonesia berada di peringkat

ketiga jumlah kasus tuberkulosis terbesar di dunia (528.000 kasus) setelah India dan Cina. Dalam laporan serupa tahun 2009, Indonesia mengalami kemajuan menjadi peringkat kelima (429.730 kasus) setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (Kemenkes RI, 2011). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit Tb merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler (Stroke) pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Prevalensi Tb berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah kasus tertinggi yang di laporkan terdapat di provinsi Jawa Barat(Kementrian kesehatan, 2014)

Seorang pasien Tb dewasa akan kehilangan waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut karena adanya penurunan pada kualitas hidup yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial maupun lingkungan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma sesuai dengan tempat hidup orang tersebut berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya (WHO, 2004). Kualitas hidup seseorang merupakan fenomena yang multidimensional. WHO mengembangkan sebuah instrumen untuk mengukur kualitas hidup seseorang dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan lingkungan.

Kualitas hidup di Indonesia masih

tergolong kurang baik, Indonesia menempati urutan 108 dari 177 negara dengan kualitas hidup rendah secara umum (Human Development Report, 2006) dalam (Yunikawati, 2013). Lamanya proses pengobatan tuberkulosis yang membutuhkan waktu minimal 6 bulan dan lingkungan diduga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien tuberculosis (Yunikawati, 2013). Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk gangguan kesehatan berupa penyakit Tb (Notoatmodjo, 2010).

Peningkatan kualitas hidup adalah hal yang penting sebagai tujuan pengobatan dan merupakan kunci untuk kesembuhan penderita Tb. Sejumlah orang dapat hidup lebih lama, namun dengan membawa beban penyakit menahun atau kecacatan, sehingga kualitas hidup menjadi perhatian pelayanan kesehatan (Yunikawati, 2013). Fenomena di masyarakat sekarang ini adalah masih ada anggota keluarga yang takut apalagi berdekatan dengan seseorang yang di sangka menderita tuberkulosis paru, sehingga muncul sikap berhati-hati secara berlebihan, misalnya mengasingkan penderita, enggan mengajak berbicara, kalau dekat dengan penderita akan segera menutup hidung dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat menyinggung perasaan penderita. Penderita akan tertekan dan merasa dikucilkan, sehingga dapat berdampak pada kondisi psikologisnya dan akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan, keluhan psikologis ini akan mempengaruhi kualitas hidupnya (Ratnasari, 2012).

Menurut penelitian mengenai kualitas hidup pada pasien Tb paru yang pernah dilakukan di BP4 Yogyakarta, menunjukan bahwa kualitas hidup penderita Tb paru yang berobat jalan di BP4

(6)

Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan

di Puskesmas Padasuka Kota Bandung 63

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015 Yogyakarta terkait aktivitas pada satu minggu

terakhir tergolong baik. Sebanyak 34 orang (68%) responden, menyatakan bahwa mereka dapat bekerja atau belajar dengan normal. Sebaliknya, responden yang menyatakan tidak mampu bekerja atau belajar dalam keadaan apapun sebesar 4%. Sebesar 80% responden menyatakan mereka dapat makan, mencuci, berpakaian sendiri, naik kendaraan umum tanpa bantuan orang lain. Kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mengurus diri sendiri serta dapat berfungsi sosial merupakan salah satu komponen dalam kualitas hidup terkait kapasitas fungsional (Ratnasari, 2012)

Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan dari intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan. Pengobatan Tb bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Dalam konteks pengendalian Tb, kepatuhan terhadap pengobatan merupakan tingkat ketaatan pasien-pasien yang memiliki riwayat pengambilan obat terapeutik terhadap resep pengobatan. Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO 2009 dalam Hayati, 2011). Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan merupakan masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti pada penyakit tuberkulosis paru. Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap terapi TB paru, termasuk karakteristik pasien, hubungan antara petugas pelayanan kesehatan dan pasien, regimen terapi dan sistem penyelenggara pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

Peran perawat sebagai perawat pelaksana merupakan peran yang sangat penting karena peran ini membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses perawatan. Proses perawatan tidak hanya sekedar sembuh dari penyakit tertentu, namun dengan keterampilan yang dimiliki perawat, peran perawat pelaksana mampu meningkatkan kesehatan fisik, dan mengembalikan emosional dan spiritual (Potter & Perry, 2004).

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Puskesmas Padasuka Kota Bandung.. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien Tuberkulosis paru dan tingkat kepatuhannya dalam menjalani regimen terapeutik, instrumen kualitas hidup pasien Tb menggunakan instrumen WHO QoL BREFf, sedangkan instrumen kepatuhan menggunakan instrumen kepatuhan pengobatan yang di adaptasi dari penelitian sebelumnya. Pemilihan sampel menggunakan teknik total

sampling, dimana sampel jumlah adalah 21

orang. Analisis statistik yang mengunakan cross

tabulation data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik N % Usia 17-25 (remaja akhir) 1 5 26-35 (dewasa awal) 6 25 36-45 (dewasa akhir) 3 15 46-55 (lansia awal) 11 54 Jenis Kelamin Laki-laki 15 71 Perempuan 6 29

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pada Pasien TB Paru

(7)

64 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa karakteristik dari 21 responden sebagian responden berusia 46-54 tahun dengan jumlah sebanyak 11 orang (54%) dan didominasi oleh responden laki-laki dengan jumlah 15 orang (71%).

Berdasarkan tabel 2 berikut ini diketahui bahwa sebagian responden yaitu 10 orang (47,6 %) memiliki kualitas hidup sedang.

Kriteria Qualitas Hidup F %

Sangat Buruk 0 0 Buruk 6 28,35 Sedang 10 47,6 Baik 5 23,81 Sangat Baik 0 0 Total 21 100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Kualitas Hidup Secara Umum Pada

Pasien TB Paru di Puskesmas Padasuka

QoL Physical Health Psychological

Social Relationship Environment F % F % F % F % Sangat Buruk 3 14 0 0 0 0 0 0 Buruk 4 19 2 9,52 0 0 8 38,10 Sedang 9 43 18 85,71 6 28,35 5 23,81 Baik 4 19 1 4,76 11 52,38 8 38,10 Sangat Baik 1 4,76 0 0 4 19,05 0 0 Total 21 100 21 100 21 100 21 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Domain-Domain Kualitas Hidup Pada Pasien TB Paru di Puskesmas Padasuka

Berdasarkan tabel 3, dapat didiketahui bahwa pada aspek physical health pasien TB bahwa sebagian besar pada kategori kualitas hidup sedang (43%), pada aspek Psychological pasien TB sebagian besar pada kategori kualitas hidup sedang (85,71%), pada aspek social relationship sebagian pada kategori baik (52,38%) sedangkan pada aspek environment responden sebagian berada pada kategori buruk dan baik yang sama (38,10%).

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui gambaran kepatuhan pengobatan pada pasien Tb paru di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung sebagian besar berada pada kategori patuh, yaitu sebanyak 16 orang (76,19%), sisanya kategori tidak patuh sebanyak 5 orang (23,8%).

Kriteria kepatuhan F %

Patuh 16 76,19

Tidak patuh 5 23,80

Total 21 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Kepatuhan Pengobatan

Pada Pasien Tb Paru Di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung

(n=21)

Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien Tb paru yang menjalani kepatuhan pengobatan hampir sebagian besar berada dalam kualitas hidup sedang yaitu sebanyak 7 orang (43,75%). Hal yang sama juga ditemukan pada pasien Tb yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 3 orang (60%) berada dalam kualitas hidup sedang.

(8)

Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan

di Puskesmas Padasuka Kota Bandung 65

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015 QoL

Kepatuhan pengobatan Tidak Patuh Patuh

F % F % Sangat Buruk 0 0 0 0 Buruk 1 20,00 5 31,25 Sedang 3 60,00 7 43,75 Baik 1 20,00 4 25,00 Sangat Baik 0 0 0 0 Total 5 100 16 10

Tabel 5. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Tb Paru Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kecamatan Cibeunying

Kidul Kota Bandung (n = 21)

Secara spesifik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa domain physical health responden termasuk kedalam kategori sedang dengan jumlah sebanyak 9 orang (37,5%), terdapat responden yang masuk kedalam kategori sangat buruk sebanyak 3 orang(14%) hal ini menunjukkan bahwa aspek fisik pasien Tb mengalami penurunan kualitas. Secara umum kualitas hidup pasien Tb yang patuh dan tidak patuh berada dalam kategori sedang, namun terdapat 5 orang pasien yang patuh yang memiliki kualitas hidup buruk. Pada pasien Tb terjadi penurunan pada beberapa fungsi sistem, seperti sistem pernafasan dan system pencernaan. Obat anti Tb diketahui memiliki side effects seperti Isoniazid dan rimfapicin yang dapat menyebabkan disfungsi liver atau leukopenia hal ini menyebabkan kualitas hidup yang rendah pada domain fisik (Mamani, Majzoobi, Ghahfarokhi, Esna-Ashari, & Keramat, 2014). Hasil penelitian oleh Marra dkk (2004) menunjukkan bahwa sebagian responden pasien Tb mengeluhkan adanya gangguan system pencernaan seperti mual, muntah dan diare serta rasa gatal setelah mengkonsumsi obat (Marra, Marra, Cox, Palepu, & Fitzgerald, 2004). Hal yang sama juga dijelaskan oleh kementerian kesehatan RI bahwa pengobatan pasien Tb saat ini adalah dengan paket Fixed Dose Combination(FDC) dalam bentuk CombiPax memiliki efek samping lain (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hal

tersebut menunjukkan bahwa pasien yang patuh terhadap pengobatan akan mengalami penurunan aspek fisik meskipun penurunan tersebut tidak secara signifikan seperti pada pasien yang tidak patuh menjalani pengobatan. Sebuah penelitian systematic riview yang dilakukan oleh Guo dkk tahun 2008 menyimpulkan bahwa penyakit Tb secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Aspek fisik merupakan aspek yang paling terpengaruh di bandingkan dengan aspek mental (Guo, Marra, & Marra, 2009). Pasien tuberculosis umumnya akan mengalami kelemahan sehingga akan berpengaruh terhadap aktifitas fisiknya. Pasien yang tidak patuh menjalani pengobatan umumnya mengeluhkan adanya efek samping yang tidak menyenangkan terhadap tubuh. Penelitian Xu dkk, menunjukkan 37.8% pasien yang tidak patuh menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhinya adalah reaksi obat yang cukup berat bagi tubuh dan 15,85% lainnya menyatakan kekhawatiran terhadap dampak tubuh.(Xu et al., 2009)

Kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor sosial ekonomi. Semua faktor adalah faktor penting dalam mempengaruhi kepatuhan sehingga tidak ada pengaruh lebih kuat dari faktor lainnya (WHO, 2003 dalam Hayati, 2011). The Health Belief Model yang dikembangkan oleh Rosenstock dan dimodifikasi oleh Beker menjelaskan komponen yang mempengaruhi kepatuhan antara lain kepercayaan pasien terhadap keberhasilan pengobatan, kepercayaan mengenai beratnya penyakit dan konsekuensinya, kepercayaan dalam efikasi terapi, persepsi tentang hambatan pengobatan dan keberadaan pengingat atau support system.(Xu et al., 2009).

Ketidakpatuhan terhadap terapi untuk penyakit TB merupakan penyebab paling umum

(9)

66 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

dari kegagalan pengobatan awal dan kekambuhan penyakit ini di seluruh dunia. Kepatuhan dalam pengobatan penyakit TB diperlukan untuk kesehatan individu yang terkena dan masyarakat secara keseluruhan. Standar Internasional untuk Perawatan TB menguraikan tanggung jawab untuk kepatuhan tidak hanya pada pasien namun juga berada pada pihak petugas kesehatan. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Orr,P tahun 2011 pada populasi Canada, menyimpulkan bahwa hambatan kepatuhan mungkin berasal dari interaksi yang kompleks antara sistem kesehatan, faktor personal dan faktor-faktor sosial, yang dapat mencakup disfungsional sistem kesehatan akut dan masyarakat, kesenjangan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, sistem kepercayaan, stres kehidupan, kemiskinan dan stigma sosial.(Orr, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mamani dkk pada tahun 2009-2011 pada pasien Tb menunjukkan bahwa pengobatan pasien Tb selama 6 bulan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup pasien Tb (p = 0.07) dimana kualitas hidup terendah didapatkan pada domain fisik. Hal ini menunjukkan bahwa obat anti Tb memiliki side effects seperti Isoniazid dan rimfapicin dapat menyebabkan disfungsi liver atau leukopenia hal ini menyebabkan kualitas hidup yang rendah pada domain fisik. Alasan dari tetap rendahnya kualitas hidup pasien Tb setelah masa pengobatan 6 bulan mungkin berhubungan dengan dampak psikologi dari penyakit, dimana terjadi isolasi dari komunitas dan keluarga yang dapat mencetus terjadinya depresi. Penelitian di Pakistan menunjukkan bahwa 80% dari pasienTb mengalami depresi selama masa pengobatan. (Mamani et al., 2014). Meskipun belum ditemukan penelitian yang jelas mengenai hubungan kepatuhan pengobatan Tb dengan kualitas hidup lansia, namun menjalani pengobatan secara rutin terbukti menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit Tb (Borgdorff, Floyd,

& Broekmans, 2002). Hal ini mendorong semua penyedia layanan kesehatan untuk benar-benar berupaya meningkatkan upaya managemen penangan Tb lebih luas tidak hanya pada aspek pengobatannya saja.

SIMPULAN DAN SARAN

Pasien Tb yang menjalani pengobatan baik patuh maupun tidak patuh mengalami penurunan berbagai fungsi fisik, sosial, psikologi, maupun lingkungan. Sehingga seorang yang menderita penyakit Tb akan mengalami penurunan kualitas hidup. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian bahwa selain aspek pengobatan yang di tekankan dalam program-program management penanganan Tb, aspek sosial, psikologi dan lingkungan juga harus di upayakan adanya pengembangan sehingga kualitas hidup pasien Tb dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hayati, A., 2011. Evaluasi kepatuhan

berobat penderita tuberculosis paru tahun2010-2011 dipuskesmas pancoran mas depok.(skripsi). Sekolah Sarjana,

Universitas Indonesia, Jakarta. Borgdorff, M. W., Floyd, K., & Broekmans, J.

F. (2002). Interventions to reduce tuberculosis mortality and transmission in low- and middle-income countries.

Bulletin of the World Health Organization, 80(3), 217–227.

http://doi.org/S0042-96862002000300008 [pii] Guo, N., Marra, F., & Marra, C. A. (2009).

Measuring health-related quality of life in tuberculosis: a systematic review. Health

and Quality of Life Outcomes, 7, 14. http://

doi.org/10.1186/1477-7525-7-14 Kementerian Kesehatan RI. (2011). Strategi

Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014, 1–70. Retrieved from http:// www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/ stranas_tb-2010-2014.pdf

(10)

Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan

di Puskesmas Padasuka Kota Bandung 67

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015 KESEHATAN INDONESIA. jakarta:

kementrian kesehatan RI. Retrieved from kemkes.go.id

Mamani, M., Majzoobi, M. M., Ghahfarokhi, S. M., Esna-Ashari, F., & Keramat, F. (2014). Assessment of health-related quality of life among patients with tuberculosis in Hamadan, Western Iran. Oman Medical

Journal, 29(2), 102–105. http://doi.

org/10.5001/omj.2014.25

Marra, C. A., Marra, F., Cox, V. C., Palepu, A., & Fitzgerald, J. M. (2004). Factors

influencing quality of life in patients with active tuberculosis. Health and Quality

of Life Outcomes, 2(1), 58. http://doi.

org/10.1186/1477-7525-2-58

Orr, P. (2011). Adherence to tuberculosis care in Canadian Aboriginal populations, Part 1: definition, measurement, responsibility, barriers. International Journal of

Circumpolar Health, 70(2), 128–140.

http://doi.org/10.3402/ijch.v70i2.17810 Ratnasari, N. Y. (2012). Hubungan dukungan

sosial dengan kualitas hidup pada penderita Tuberkulosis Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru Yogyakarta.

Jurnal Tuberkulosis Indonesia, 8, 1–6.

WHO. (2004). THe WOrld HEalth ORganization QUality of LIfe ( Whoqol )-Bref.

Xu, W., Lu, W., Zhou, Y., Zhu, L., Shen, H., & Wang, J. (2009). Adherence to anti-tuberculosis treatment among pulmonary tuberculosis patients: a qualitative and quantitative study. BMC Health Services Research, 9, 169. http://doi.org/10.1186/1472-6963-9-169

Togatorop, L., 2011. Hubungan Peran Perawat

Pelaksana Dengan Kualitas

Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi HemodialisaDi RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi pada Fakultas

Keperawatan Universita Sumatra Utara : Tidak diterbitkan.

Xu, W., Lu, W., Zhou, Y., Zhu, L., Shen, H., & Wang, J., 2009. Adherence to anti-tuberculosis treatment among pulmonary tuberculosis patients: a qualitative and quantitative study. BMC Health Services Research, 9, 169. http://doi.org/10.1186/1472-6963-9-169

Yunikawati, R. dkk., 2013. Gambaran Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis

Setelah Mengikuti Peer Support Group Therapy Di Rumah Sakit Khusus Paru Respira Upkpm Yogyakarta. Skripsi pada Universitas Gadjah Mada : tidak diterbitkan

(11)

Referensi

Dokumen terkait

IREO Padang adalah perusahaan swata di Sumatera Barat yang mengolah minyak IREO Padang adalah perusahaan swata di Sumatera Barat yang mengolah minyak sawit mentah (CPO) menjadi

Yang penting dampak yang paling organisasi- teori Abdellah untuk praktek keperawatan adalah bahwa ia membantu mengubah fokus profesi dari menjadi "penyakit-berpusat"

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah pengenalan wajah, dengan judul Perbandingan SOM dan LVQ pada Identifikasi Citra

Dalam penelitian ini, ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pada tanggapan responden pada perlakuan gambar AH (kredibilitas tinggi,

Di  samping  Kantor  PDI  (dan  PPP)  terlihat  massa  ‐‐  yang  tampaknya  bukan  dari  PDI  ‐‐  sedang  baku  lempar  batu  dengan  ABRI  yang 

Senyawa oktil para-metoksi sinamat (OPMS) dapat disintesis menggunakan material awal etil para-metoksi sinamat (EPMS) yang diisolasi dari rimpang kencur (Kaemferia galanga

semakinmeningkat. Kepupusan flora dan fauna telah berada dalam zon kritikal dan ia perlu diambil serius selagi masih ada masa. Dalam keghairahan memenuhi keperluan hidup populasi

Faktor sumber pada minggu kedua September 2015 yang dapatdikarakterisasi PMFdiantaranyauntuk faktor pertama adalah dari Kendaraan Bermotor (18,3%), faktor kedua