• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Penanggung Jawab:

Kapuslit Metalurgi – LIPI

Dewan Redaksi :

Ketua Merangkap Anggota:

Ir. Ronald Nasoetion, MT

Anggota:

Dr. Ir. Rudi Subagja Dr. Ir. F. Firdiyono Dr. Agung Imadudin Dr. Ika Kartika, MT Ir. Yusuf

Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM – LIPI) Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto (Puslitbang TEKMIRA)

Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI) Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)

Sekretariat Redaksi:

Pius Sebleku, ST Tri Arini, ST

Arif Nurhakim, S.Sos

Penerbit:

Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI

Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470

Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553

Alamat Sekretariat:

Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI

Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470

Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553 E-mail : metalurgi_magz@yahoo.com Majalah ilmu dan teknologi terbit berkala setiap tahun, satu volume terdiri atas 3 nomor.

VOLUME 26 NOMOR 2, AGUSTUS 2011 ISSN 0126 – 3188

AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009

Pengantar Redaksi ………. xv Pembuatan Batang Pelet La Abstrak ………..xvii

2-2xSr1+2xMn2O7 Sebagai Bahan Penumbuh Kristal Tunggal

Perekayasaan Alat Simulasi Reduksi Pelet Bijih Besi Berkarbon Agung Imaduddin ………53

Peranan Unsur Refraktori didalam Nickel-Based Superalloys : Suatu Review

Edi Herianto, Yusuf, Arifin Arif………59

Efendi Mabruri ……….……..67 Peluang Penelitian untuk Memperbaiki Teknologi Proses untuk Mengolah Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia

Percobaan Pengerasan Permukaan Komponen Gerus Attrition Mill Puguh Prasetiyo ………..79

Fabrikasi Nanorod Seng Oksida (ZnO) Menggunakan Metode Sol-Gel dengan Variasi Konsentrasi Polyethylene Glycol dan Waktu Tunda Evaporasi Amonia

Yusuf dan Iwan Dwi Antoro ...………..93

Optimasi Proses Pelapisan Anodisasi Keras pada Paduan Aluminium

Akhmad Herman Y dan Hasriardy D ...101

Eka Febriyanti ………...109 Indeks

(2)
(3)

Pengantar Redaksi

| xv

PENGANTAR REDAKSI

Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 26 Nomor 2, Agustus 2011 kali ini

menampilkan tujuh buah tulisan.

Tulisan pertama hasil penelitian disampaikan oleh Agung Imaduddin berjudul ”

Pembuatan Batang Pelet La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

Tulisan terakhir oleh Eka Febriyanti, yang berjudul “Optimasi Proses pelapisan

Anodisasi Keras pada Paduan Aluminium”.

Sebagai Bahan Penumbuh Kristal Tunggal”.

Selanjutnya Edi Herianto, Yusuf dan Arifin Arif tentang ”

Perekayasaan Alat Simulasi

Reduksi Pelet Bijih Besi Berkarbon”. Efendi Mabruri menulis tentang ”

Peranan Unsur

Refraktori didalam Nickel-Based Superalloys : Suatu Review”. Puguh Prasetiyo menulis

tentang ”

Peluang Penelitian untuk Memperbaiki Teknologi Proses untuk Mengolah Bijih

Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia”. Yusuf dan Iwan Dwi Antoro menulis tentang ”

Percobaan

Pengerasan Permukaan Komponen Gerus Attrition Mill”. Berikutnya Akhmad

Herman Yuwono dan Hasriardy Dharma menulis tentang ” Fabrikasi Nanorod Seng Oksida

(ZnO) Menggunakan Metode Sol-Gel dengan Variasi Konsentrasi Polyethylene Glycol dan

Waktu Tunda Evaporasi Amonia”.

Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dunia penelitian di Indonesia.

(4)
(5)

Abstrak

| xvii

METALURGI

(Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 207.7

Agung Imaduddin (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI ) Pembuatan Batang Pelet La2-2xSr1+2xMn2O7

Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Sebagai Bahan Penumbuh Kristal Tunggal

Bahan Mn oxide telah lama diketahui mempunyai sifat magnetoresistance yang besar. Untuk dapat mempelajari sifat fisika dari electronnya, diperlukan kristal tunggal dengan kualitas yang tinggi. (La, Sr)1+nMnnO3n+1 (n=2) yang mempunyai lapisan Mn-O yang berdekatan 2 lapis, mempunyai sifat magnetoresistance yang terbesar dibandingkan grup n = 1, maupun n = ∞.Pada tulisan kali ini, kami akan melaporkan hasil data kami ketika membuat batang pellet yang nantinya akan dipakai sebagai bahan penumbuh kristal tunggal. Kami akan menyampaikan data mengenai pembuatan batang pellet ini dengan analisa DTA / DTG (Differential Thermal Analysis/ Differential Thermal Gravimetry), dan XRD (X ray diffraction)

Kata kunci : La2-2XSr1+2XMn2O7

Mn oxide has long been known having a large magneto resistance properties. In order to study the physical properties of the electron, high quality of single crystal is required. (La, Sr)

, Superkonduktor, Kristal tunggal, DTA/DTG

1 + nMnnO3n +1 (n = 2) which has two

layers of Mn-O, has the largest magneto resistance properties in comparison with group n = 1, and n = ∞. In this research, manufacturing of pellet rod that will be used as a raw material for growing single crystal is studied. Then, pellet rod product is analyzed by using DTA/DTG (Differential Thermal Analysis/Differential Thermal Gravimetry) dan XRD (X-Ray Diffraction).

(6)

xviii | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 302.2

Edi Herianto, Yusuf, Arifin Arif (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI ) Perekayasaan Alat Simulasi Reduksi Pelet Bijih

Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Sumber daya bijih besi Indonesia ada tiga tipe seperti besi laterit yang paling potensial, diikuti oleh pasir besi dan terakhir besi metasomatik. Dilihat dari langkanya batubara antrasit dan berlimpahnya bituminus /sub bituminus di Indonesia serta sifat viskositas slag dari pasir besi tampaknya proses reduksi langsung) untuk mendapatkan besi spons (sponge iron) adalah proses pengolahan yang lebih sesuai bagi semuanya.Terkait dengan itu telah dilakukan perencanaan pembuatan tungku reduksi dengan umpan berupa pellet bijih bercampur dengan batubara. Faktor utama dalam proses perencanaan ini adalah kapasitas (skala lab) dan bentuk tungku. Diantara bermacam tungku yang ada ditentukan yang akan didisain adalah jenis Paired Straight Hearth (PSH) furnace. Diharapkan selain untuk mendapatkan besi spons, reduksi juga memungkinkan untuk mendapatkan besi nugget. Oleh karena itu tungku didisain untuk dapat bekerja pada temperatur 1200 °C dan bila memungkinkan sampai temperatur 1500 °C. Kapasitas alat dirancang untuk bijih besi dengan umpan seberat 16,7 kg pelet dan menggunakan bahan bakar solar atau gas elpiji.

Kata kunci : Bijih besi, Perancangan alat simulasi, Reduksi temperatur tinggi, Direct reduced iron (DRI), PSH furnace, Tunnel kiln

There are three types of iron ore resources in Indonesia such like iron laterite as the most potential, followed by iron sand and the last is iron metasomatic ore, where all of them still have not developed. According to the lack of anthracite and the abundant of bituminous / sub bituminous coal in Indonesia, beside the slag viscosity of iron sand it looks that the direct reduction process to get sponge iron (DRI) is more suitable to threat all of the ores. For that the plan to design a simulation reduction furnace for treating coal bearing pellets of the iron ores have been carried out. The main factors in design are the type and capacity of the furnace (lab.scale). Among the kind of furnaces that decided to design is Paired Straight Hearth (PSH) furnace. It is expected beside to get sponge iron, the reduction also possible to get nugget iron. Due to the furnace is designed to be capable for a temperature of 1200 °C and if possible for 1500 °C. The capacity of the simulation furnace for iron ore is designed for 16,7 kg green pellets of feed, and using heavy fuel oil or LPG as its fuel.

Keywords : Iron ore, Design simulation furnace, High temperature reduction , Direct reduced iron (DRI), PSH furnace, Tunnel kiln

(7)

Abstrak

| xix

METALURGI

(Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 297.3

Efendi Mabruri (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)

Peranan Unsur Refraktori Di Dalam Nickel-based Superalloys: Suatu Review Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Nickel based superalloys digunakan secara luas sebagai sudu turbin gas mesin pesawat dan pembangkit listrik karena memiliki kapabilitas suhu tinggi yang dapat mempertahankan kakuatan struktur dan stabilitas permukaan. Penambahan unsur refraktori terutama rhenium (Re) ke dalam superalloy berbasis nikel berpengaruh besar terhadap peningkatan kekuatan mekanik pada suhu tinggi khususnya ketahanan terhadap creep. Akan tetapi penambahan dengan jumlah yang besar akan mengakibatkan munculnya fasa TCP yang tidak diinginkan pada kondisi operasi suhu tinggi. Tulisan ini akan mengulas “the role” dari unsur Re ini di dalam superalloy berbasis nikel terutama dikaitkan dengan faktor-faktor penting di dalam material suhu tinggi. Faktor-faktor yang diulas adalah koefisien partisi, misfit kisi, dan perilaku interdifusi unsur rhenium didalam paduan nikel. Akan diulas juga pengembangan nickel based superalloys generasi keempat yang mengandung komposisi yang cocok antara Re dan Ru.

Kata kunci : Superalloy, Nikel, Rhenium, Ruthenium, Fasa topologically close packed

Nickel based superalloys are widely used in the aircraft engine and in the land-based gas turbine as the blade material due to its high temperature capability to maintain structural strength and surface stability at elevated temperatures. The addition of refractory elements, particularly rhenium into single crystal nickel based superalloys increases high temperature mechanical properties remarkably especially creep resistance. However, the addition of refractory elements in a large amount in the superalloys induces the formation of the deleterious TCP phases at high temperature. This paper overviews the role of rhenium in the single crystal nickel based superalloys in relation with the important factors in the high temperature processes such as partition coefficient, lattice misfit and interdiffusion behavior of rhenium in the superalloys. In addition, the development of the fourth generation of single crystal nickel based superalloys containing rhenium and ruthenium is discussed briefly.

(8)

xx | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 512

Puguh Prasetiyo (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)

Peluang Penelitian Untuk Memperbaiki Teknologi Proses Untuk Mengolah Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia

Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Indonesia kaya dengan SDA (Sumber Daya alam) bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit. Laterit berkadar nikel tinggi saprolit (Ni>1,8%) sudah diolah dengan jalur proses pirometalurgi di Sulawesi Tenggara untuk memproduksi ferro nikel (FeNi) oleh PT Aneka Tambang di Pomalaa, atau untuk memproduksi Ni-matte oleh Vale INCO di Soroako. Laterit berkadar nikel rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit dengan Ni<1,8 %, belum diolah di tanah air. Untuk mengolahnya digunakan proses Caron atau proses HPAL/PAL (High Pressure Acid Leaching). Dimana kedua proses tersebut termasuk jalur proses hidrometalurgi. Pemerintah telah memberi ijin kepada pihak asing untuk mengolah laterit kadar rendah pulau Gag Papua dengan proses Caron pada PT Pasific Nickel USA pada tahun 1967 (menjelang awal Orde Baru). Akibat harga minyak dunia yang naik secara dramatis setelah 1973, maka PT Pasific Nickel membatalkan rencananya dan mengembalikan ijin ke pemerintah. Ijin juga diberikan pada dua PMA (Penanaman Modal Asing) pada Januari 1998 (menjelang akhir Orde Baru) untuk mengolah laterit kadar rendah dengan proses HPAL/PAL, yaitu PT BHP Australia untuk mengolah laterit pulau Gag Papua, dan PT Weda Bay Nickel (WBN) Canada untuk mengolah laterit teluk Weda Halmahera. Dalam perjalanan waktu PT WBN Canada dimiliki Eramet Perancis sejak Mei 2006, dan sampai saat ini (2011) tidak ada kepastian kapan PT WBN Eramet Perancis merealisasikan proyeknya. Sedangkan PT BHP Australia mengembalikan ijin pulau Gag ke pemerintah pada awal tahun 2009. Kenyataan mundurnya tiga (3) PMA dari Indonesia untuk mengolah laterit kadar rendah dengan jalur proses hidrometalurgi. Bisa menjadi peluang bagi pemerintah untuk menguasai sebagian teknologi yang akan digunakan oleh pihak asing untuk mengolah laterit kadar rendah. Penguasaan teknologi tersebut diperoleh dari aktifitas penelitian, dan hasil penelitian dipatenkan. Dengan demikian diharapkan pemerintah bisa punya posisi tawar untuk meningkatkan kepemilikan saham dengan pihak asing.

Kata kunci : Laterit kadar rendah, Limonit, Saprolit, Hidrometalurgi, Proses Caron, Proses HPAL

The low grade laterite (limonite and saprolite with Ni < 1.8 %) has not yet processed in Indonesia. It uses process hydrometallurgy. The government of Indonesia has been give permission to foreign company to process the low grade laterite with hydrometallurgy (Caron process and HPAL process). Process Caron is used to process laterite Gag island Papua for PT Pasific Nickel USA on 1967. The dramatical increase price of fuel oil after 1973, it become PT Pasific Nickel give up plan and it give back the permission to the government. Process HPAL (High Pressure Acid Leaching) are used to process laterite teluk Weda (Weda Bay) Halmahera for PT Weda Bay Nickel (WBN) Canada and Gag island Papua for BHP Australia. Two companies got the permission on last new era on January 1998. The permission of Gag island Papua is returned by BHP Australia on first year 2009 and the uncertainity when PT WBN Eramet France (PT WBN Canada takes over by Eramet on May 2006) to build HPAL plant. It becomes opportunity to control the part of technology to process the low laterite via research. So the government has bargaining position to increase share at foreign company.

(9)

Abstrak

| xxi

METALURGI

(Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 621.2

Yusuf, Iwan Dwi Antoro (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI ) Percobaan Pengerasan Permukaan Komponen Gerus Attrition Mill Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Untuk dapat menggerus material yang cukup keras, komponen gerus attrition mill perlu memiliki kekerasan yang cukup tinggi. Hal itu dapat diperoleh dengan menggunakan bahan berkekerasan tinggi atau bahan (baja) biasa yang permukaannya diperkeras. Salah satunya adalah dengan pemberian lapis khrom. Ada dua pilihan yang ditawarkan untuk pemberian lapis khrom ini, yaitu dengan cara lapis listrik atau pelapisan difusi. Percobaan menunjukkan bahwa kedua cara memberi kekerasan permukaan yang jauh lebih tinggi dibanding logam dasarnya. Hasil lapis listrik memberi kekerasan antara 737 hingga 852 BHN, sementara pengerasan difusi dapat mengeraskan permukaan baja hingga 1100 BHN. Daya lekat hasil lapis difusi juga sangat baik karena terjadi gradasi fasa dan kekerasan antara lapisan putih (khrom), lapisan difusi hingga ke logam dasar, sedangkan pada hasil lapis listrik terjadi perubahan menyolok antara lapis khrom dengan logam dasarnya. Secara teknis metode lapis difusi lebih dianjurkan untuk pengerasan komponen gerus attrition mill.

Kata kunci : Pengerasan permukaan, Attrition mill, Lapis listrik, Khrom keras, Lapis difusi

In order to be able to grind a relatively hard material, the working component of an attrition mill should have a good strength and hardness. To obtain such a component, it can be done by using a special high quality steel or by using an ordinary carbon steel with surface hardening. One of the hardening method is the surface chromizing. There are two methods of surface chromizing, namely the electroplating method and the diffusion (pack cementation or case hardening) method. Both methods can produce better surface hardness compare to its base metals. The product of electroplated hard chrome can improve its surface hardness to 737 to 852 VHN, while the product of diffusion hardening can reach more than 1100 VHN. The adhesion of diffusion surface also better than the product of electroplated hard chrome because of the existence of diffusion layer between the chrome layer and the base metal. On the other hand, the electroplating product give a drastic different layer between the chrome layer and the base metal. From the technical point of view the diffusion method is more recommended for the surface hardening of the attrition mill working components.

(10)

xxii | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188

METALURGI (Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 621.2

Akhmad Herman Yuwono dan Hasriardy Dharma ( Departemen Metalurgi dan Material FTUI)

Fabrikasi Nanorod Seng Oksida (ZnO) Menggunakan Metode Sol-Gel Dengan Variasi Konsentrasi Polyethylene Glycol dan Waktu Tunda Evaporasi Amonia

Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Seng oksida (ZnO) adalah salah satu material semikonduktor yang banyak digunakan dalam aplikasi katalitik, elektronik dan optoelektronik. Pada penelitian ini, ZnO nanorods telah berhasil disintesis menggunakan metode sol-gel dengan campuran (Zn(NO3)2.4H2O), NH4

Kata kunci: Nanorod ZnO, Konsentrasi PEG, Waktu tunda evaporasi, Kristalinitas

OH, dan polyethylene glycol (PEG). Variasi pada konsentrasi PEG dan penahanan laju evaporasi amoniak pada larutan telah dilakukan dan nanorod ZnO yang dihasilkan dikarakterisasi dengan XRD dan SEM untuk menginvestigasi perbedaan diameter, morfologi dan tingkat nanokristalinitas nanorod ZnO. Penambahan PEG dari 1 hingga 3 gram pada larutan meningkatkan ukuran diameter rata-rata nanorods dari 157 menjadi 464 nm. Namun demikian tidak didapatkan adanya peningkatan ukuran nanokristalit ZnO di dalam struktur solid nanorod tersebut. Pada variasi waktu tunda evaporasi amonia selama 1 dan 2 jam, terjadi penurunan diameter nanorod menjadi 410 dan 328 nm, sebagai perbandingan terhadap diameter nanorod ZnO tanpa proses penundaan evaporasi ammonia yang mencapai 464 nm. Sebaliknya, besar kristalit di dalam struktur nanorod ZnO bertambah dari 121,49 menjadi 166,59 nm sejalan dengan penambahan waktu tunda evaporasi ammonia dari 1 hingga 2 jam, sebagai perbandingan terhadap ukuran kristalit nanorod ZnO tanpa proses penundaan evaporasi ammonia yang hanya mencapai 94,77 nm.

Zinc oxide (ZnO) is one of semiconductor materials which has been widely used for catalytic, electronic and optoelectronic applications. In the present research, ZnO nanorod has been successfully synthesized through a sol-gel method using (Zn(NO3)2.4H2O), NH4

Keywords: ZnO nanorods, PEG concentration, Evaporation delay time, Crystallinity

OH, and polyethylene glycol (PEG) precusrors. Variation in PEG concentration and ammonia evaporation delay time were performed and the resulting ZnO nanorods were characterized by XRD and SEM to investigate the difference in diameter, morphology and nanocrystallinity. It was revellead that the addition of PEG concentration from 1 to 3 grams has increased the average diameter of ZnO nanorods from 157 to 464 nm. However, there was no an increase in the crystallite size on those nanorod solid structures. The ammonia evaporation delay time from 1 to 2 hours has resulted in a deacrease in the average diameter of ZnO nanorods from 410 to 328 nm, in comparison to those of without evaporation delay time which can reach up to 464 nm. By contrast, the average crystallite size of ZnO phase in the nanorod structures has increased from 121.49 to 166.59 nm when the evaporation delay time was prolonged from 1 to 2 hours, as compared to those of without evaporation delay time which can only reach 94.77 nm in size.

(11)

Abstrak

| xxiii

METALURGI

(Metallurgy)

ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 2 Agustus 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.

UDC (OXDCF) 621.2

Eka Febriyanti (Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur – BPPT) Optimasi Proses Pelapisan Anodisasi keras Pada Paduan Aluminium Metalurgi, Volume 26 No.2 Agustus 2011

Aluminium merupakan logam yang banyak digunakan untuk bahan baku komponen otomotif karena ringan dan mudah diproses menjadi bentuk yang diinginkan. Namun disamping keunggulan tersebut aluminium juga mempunyai kelemahan yaitu mudah terdeformasi dan mempunyai nilai kekerasan dan ketahanan aus yang rendah, sehingga tidak sesuai untuk aplikasi yang kondisinya harus bergesekan dengan komponen lainnya. Karena itu untuk aplikasi tersebut aluminum harus ditingkatkan kekerasan dan ketahanan ausnya, salah satunya dengan proses anodisasi keras. Pada penelitian ini proses anodisasi keras dilakukan dengan memberi konsentrasi asam sulfat 15 wt % yang dicampur dengan konsentrasi asam oksalat yang berbeda-beda dengan pengaturan temperatur yang berbeda pula, serta dilakukan pada waktu anodisasi yang berbeda beda. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dengan penambahan konsentrasi berat asam oksalat dapat meningkatkan ketebalan dan kekerasan lapisan hasil proses anodisasi keras sampai titik optimal. Namun hal tersebut berbanding tebalik dengan kenaikan temperatur anodisasi, semakin meningkatnya temperatur anodisasi ketebalan dan kekerasan lapisan anodis menurun. Dengan bertambahnya waktu anodisasi justru meningkatkan ketebalan lapisan anodis dan menurunkan kekerasannya. Ketebalan lapisan anodis terbaik sebesar 89,6 μm didapat dari penelitian anodisasi keras dengan temperatur 9 °C, asam oksalat 2 wt %, dan waktu anodisasi selama 60 menit. Kekerasan lapisan anodis tertinggi sebesar 515 HV didapat dari penelitian anodisasi keras dengan temperatur 5 °C, asam oksalat 1 wt %, dan waktu anodisasi selama 30 menit.

Kata kunci : Aluminium, Anodisasi keras, Konsentrasi, Temperatur, Waktu, Ketebalan, Kekerasan

Aluminum is one of the metals that commonly used for automotive parts because it has specific character such as light weight and easy to be processed to the desired shapes. Nevertheless, aluminum is also easy to be deformed, has low hardness and low wear resistance. Therefore, aluminum needs to be treated for application where abrasive process is taken place. One of the treatment for aluminum to improved its hardness and wear resistance is hard anodizing. In this research , hard anodizing has been proceed using 15 wt % sulphate acid mixed with various weight of oxalic acid at different temperature and duration arrangement. Experimental result show that addition of oxalic acid concentration can increase thickness and hardness value of anodized layer to the optimal point. However, by increasing anodizing temperature the thickness and hardness of anodized layer decrease. With increasing anodizing time, it can improves thickness of anodized layer but decreases its hardness value. The optimum thickness of anodized layer that can be obtained is 89,6 μm at variation of temperature 9 °C, oxalic acid of 2 wt % and 60 minutes of anodization time. The optimum hardness that can be obtained is 515 HV at variation of temperature 5 °C, oxalic acid of 1 wt % and 30 minutes of anodization time.

(12)
(13)

PEMBUATAN BATANG PELET La

2-2X

Sr

1+2X

Mn

2

O

SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

7

Agung Imaduddin

Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI

Gd 470 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314

E-mail : agungi@gmail.com

Intisari

Bahan oksida Mn telah lama diketahui mempunyai sifat magneto resistance (hambatan listrik dalam medan magnet) yang besar. Untuk dapat mempelajari sifat fisika dari elektronnya, diperlukan kristal tunggal dengan kualitas yang tinggi. (La, Sr)1+nMnnO3n+1 (n=2) yang mempunyai lapisan Mn-O yang berdekatan 2 lapis,

mempunyai sifat magneto resistance yang terbesar dibandingkan grup n = 1, maupun n = ∞. Pada penelitian ini telah dipelajari proses pembuatan batang pellet yang digunakan sebagai bahan penumbuh kristal tunggal. Batang pellet hasil proses kemudian dianalisa dengan DTA/DTG (Differential Thermal Analysis/Differential Thermal Gravimetry) dan XRD (X-Ray Diffraction).

Kata kunci : La2-2XSr1+2XMn2O7 , Superkonduktor, Kristal tunggal, DTA/DTG

Abstract

Mn oxide has long been known having a large magneto resistance properties. In order to study the physical properties of the electron, high quality of single crystal is required. (La, Sr) 1 + nMnnO3n +1 (n = 2) which has two

layers of Mn-O, has the largest magneto resistance properties in comparison with group n = 1, and n = ∞. In this research, manufacturing of pellet rod that will be used as a raw material for growing single crystal is studied. Then, pellet rod product is analyzed by using DTA/DTG (Differential Thermal Analysis/Differential Thermal Gravimetry) dan XRD (X-Ray Diffraction).

Keywords : La2-2XSr1+2XMn2O7 , Superconductors, Single crystal, DTA/DTG

PENDAHULUAN

Sejak penemuan bahan oksida Cu

superkonduktor yang mempunyai suhu

kritis T

C

yang tinggi, perhatian dunia

terhadap struktur perovskite ini juga

semakin meningkat. Bahan oksida Mn

yang mempunyai struktur perovskite juga

mendapat perhatian untuk dilakukan

penelitiannya. Bahan oksida Mn

mempunyai struktur dasar perovskite,

dimana atom Mn terletak di tengah dan

dikelilingi 6 atom oksigen dan kemudian

pada tiap-tiap sudut struktur perovskite itu,

terletak atom La dan Sr. Bahan oksida Mn

mempunyai rumus umum (La,

Sr)

1+n

Mn

n

O

3n+1

(n = 1, 2,

∞), dimana n

adalah jumlah layer Mn-O pada tiap

molekulnya. Bahan ini telah lama

diketahui mempunyai sifat magneto

resistance (MR)

[1,2,6]

Untuk mempelajari sifat fisika dari

elektron pada ion Mn dalam (La,

Sr)

.

1+n

Mn

n

O

3n+1

, diperlukan sampel kristal

tunggal dengan kualitas yang tinggi. Dan

untuk membuat sampel kristal tunggal

(terutama dengan mempergunakan metoda

FZ (Floating Zone)

[3-5]

, diperlukan adanya

batang pellet (pellet rod material) yang

homogen dan berbentuk lurus untuk

menghindari penggumpalan ataupun

terputusnya bahan saat penumbuhan kristal

tunggal. Pada penelitian ini telah dibuat

batang pellet untuk penumbuhan kristal

tunggal dan kemudian dianalisa dengan

DTA/DTG dan XRD.

(14)

54 | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58

PROSEDUR PERCOBAAN

Tahap pembuatan batang pellet ialah

menganalisa perubahan entropi dengan

DTA/DTG pada pemanasan masing

masing bahan (serbuk SrCO

3

, Mn

3

O

4

, dan

La

2

O

3

) untuk mengetahui suhu dimana

masing masing masing bahan itu akan

stabil. Setelah itu semua serbuk bahan

dicampur dan diaduk dengan alat

pengaduk selama sekitar 10 jam dan

dipanaskan pada lingkungan udara.

Kemudian diaduk lagi dengan alat

pengaduk selama sekitar 10 jam. Setelah

itu untuk membentuk bahan panjang dan

lurus, serbuk dimasukkan kedalam balon

karet, yang kemudian dipres dalam air

dengan memakai alat CIP (Cold Isostatic

Press) hingga tekanan 1,5 ton/cm

2

.

Kemudian karetnya dibuka hingga

tertinggal bahan yang berbentuk panjang

dan lurus. Setelah itu dipanaskan lagi pada

lingkungan udara, terbentuklah batang

pelet. Batang Pelet tersebut kemudian

ditumbuhkan dengan metoda FZ

[5]

. Alur

pembuatan batang pellet dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Alur pembuatan batang pellet untuk penumbuhan kristal tunggal

HASIL DAN PEMBAHASAN

DTA/ DTG (Differential Thermal

Analysis/ Differential Thermal

Gravimetry)

Gambar 2 menunjukkan hasil dari

analisa DTA pada serbuk SrCO

3

, Mn

3

O

4

,

danLa

2

O

3

Pada Gambar 2 terlihat bahwa untuk

serbuk La

. Data diambil dari suhu ruangan

sampai 1300

°C. Serbuk alumina

digunakan

sebagai standar sampel dan

diukur pada atmosfir gas argon dengan

kecepatan kenaikan suhu 90 °C/menit.

2

O

3

terjadi reaksi penyerapan

panas pada sekitar suhu 300

°C dan 500

°C. Sedangkan pada serbuk SrCO

3

terjadi

pada suhu 950

°C dan 1100° C, serta pada

serbuk Mn

3

O

4

terjadi pada suhu 1150°C

(Gambar

2). Serbuk La

2

O

3

mudah

bereaksi dengan udara menjadi La(OH)

3

.

Untuk serbuk La

2

O

3

, analisa DTA

dilakukan sebelum dan setelah dipanaskan

hingga suhu 1000

°C selama 10 jam.

Setelah pemanasan, penyerapan panas

pada suhu 300° C terlihat mengecil dan

pada suhu 500

°C tidak terjadi reaksi

penyerapan panas. Hal ini menunjukkan

bahwa pemanasan hingga suhu 1000

°C

selama 10 jam dapat menghasilkan serbuk

La

2

O

3

Bersamaan dengan analisa DTA,

perubahan berat juga dianalisa. Gambar 3

menunjukkan hasil perubahan berat

terhadap kenaikan suhu pada masing

masing serbuk. Pada La

yang lebih stabil (Gambar 2).

2

O

3

sebelum

pemanasan pada suhu 500

°C terlihat

perubahan berat secara drastis, sedangkan

pada suhu diatas 500

°C, La(OH)

3

nya

menjadi La

2

O

3

. Pada serbuk SrCO

3

Gambar 4 dan 5 memperlihatkan serbuk

yang telah dicampur dan telah dipanaskan

pada suhu 1300

°C. Pada data ini

,

serbuk

La

, ketika

suhu sekitar 1100

°C terlihat adanya

penurunan berat yang sangat drastis

(sekitar 48%), ini menandakan terlepasnya

karbon pada suhu tersebut (Gambar 3).

2

O

3

yang digunakan setelah dipanaskan

pada suhu 1000

°C selama 10 jam. Pada

(15)

Pembuatan Batang Pelet…../ Agung Imaduddin

| 55

Gambar 4 dan 5, terlihat pada suhu 1170

ºC, serbuk yang hanya dicampur saja yang

mengalami penyerapan panas sebesar 5

kali, sedangkan pada suhu diatas 1170

°C

tidak ada perubahan. Pada serbuk yang

telah dicampur dan kemudian dipanaskan

pada suhu 1300

°C, tidak terlihat lagi

adanya reaksi penyerapan panas. Dari sini

diketahui bahwa pada suhu pemanasan

lebih dari 1200

°C , bahan dasar serbuk

(SrCO

3

, Mn

3

O

4

, La

2

O

3

) bereaksi

membentuk bahan yang ingin dibuat

(Gambar 4-5).

Gambar 2. Hasil pengamatan DTA pada serbuk berbahan dasar SrCO3, Mn3O4, La2O3

Gambar 3. Perubahan berat pada masing-masing serbuk bahan dasar terhadap kenaikan suhu

Gambar 4. Hasil pengamatan DTA pada bahan serbuk sebelum dikalsinasi dan bahan serbuk setelah dikalsinasi

Gambar 5. Hasil pengamatan perubahan berat terhadap perubahan suhu pada bahan serbuk sebelum dikalsinasi dan bahan serbuk setelah dipanaskan/ dikalsinasi

(16)

56 | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58

XRD (X-Ray Diffraction)

Untuk mendapatkan fasa tunggal pada

batang pellet yang akan dibuat, campuran

serbuk

SrCO

3

, Mn

3

O

4

dan La

2

O

3

dianalisa dengan memakai XRD (dilihat

pada 2θ/θ) setelah pemanasan awal untuk

melihat strukturnya. Suhu yang digunakan

pada pemanasan awal antara 1200

°C

sampai 1450

°C, dengan konsentrasi Sr,

x=0,4. Pemilihan suhu pada 1200

°C

dikarenakan dari hasil uji dengan DTA,

pada rentang suhu tersebut serbuk akan

bereaksi membentuk hingga tidak adanya

perubahan struktur. Hasil pengujian

dengan XRD dapat dilihat pada Gambar

6

[4-5]

. Pada suhu lebih rendah dari 1200 °C,

sebagian besar puncaknya adalah lapisan

oksida Mn dari (La, Sr)

1+n

Mn

n

O

3n+1

(n =

2). Selain itu puncak dari n=1 juga terlihat

(pada sudut 2θ = 33 °). Hal ini

memperlihatkan tidak terbentuknya fasa

tunggal. Setelah suhu dinaikkan puncak

dari n=1 terlihat semakin mengecil, dan

akhirnya pada suhu pemanasan 1450

°C

puncak itu tidak terlihat lagi, hal ini

menandakan pada suhu 1450

°C , hanya

n=2 saja yang bereaksi membentuk fasa

tunggal (Gambar 6).

Pembuatan Batang Pellet

Berdasarkan analisa dengan DTA/DTG

dan XRD, maka kemudian dibuat batang

pellet dengan bahan serbuk La

2

O

3

, SrCO

3

,

dan Mn

3

O

4 [4-5]

. Masing-masing serbuk

dipanaskan pada suhu 1300

°C

(lingkungan udara), selama 10 jam,

kemudian dicampur untuk mendapatkan

komposisi La

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

(x=0,4) dan

diaduk selama 10 jam. Setelah diaduk,

dilakukan pemanasan awal pada suhu

1450

°C (lingkungan udara). Setelah itu serbuk

diaduk lagi selama 10 jam. Kemudian

dimasukkan kedalam balon karet. Proses

pemasukan serbuk bahan kedalam balon

karet. Proses pemasukan serbuk bahan ke

dalam balon karet memakai cara seperti

pada Gambar 7. Pompa vakum dipakai

untuk membuat balon karet merapat ke

dalam dinding tabung kaca sehingga

proses pemasukan serbuk bahan ke dalam

balon karet dapat dilakukan dengan

mudah. Setelah serbuk bahan dimasukkan,

ujung balon karet diikat (Gambar 7).

Gambar 6. Hasil analisa XRD serbuk, setelah pemanasan awal pada suhu 1200 °C – 1450 °C (tanda arah bidang kristal pada puncak di suhu 1450 °C adalah arah kristal untuk (La, Sr)1+nMnnO3n+1 ,

n=2). (sinar X yang dipakai adalah Cu Kα, λ=0,1542 nm)[7]

Gambar 7. Pengisian serbuk bahan ke dalam balon

(17)

Pembuatan Batang Pelet…../ Agung Imaduddin

| 57

Agar tidak terjadi perubahan bentuk

dari batang pellet ketika dipres dalam air,

sample dimasukkan ke dalam pipa

tembaga (Gambar 8a), dan kemudian

dipres dalam air hingga tekanan 1,5

ton/cm

2

(Gambar 8b). Setelah dipisahkan

dari balon karet, kemudian dipanaskan lagi

pada suhu 1300

°C dengan cara

menggantungnya dan digerakkan naik

turun pada lingkungan udara selama 25

jam (Gambar 8c). Keuntungan cara

penggantungan pada pemanasan ini ialah

dapat meratakan suhu pemanasan pada

seluruh batang pellet, dan mencegah

perubahan bentuk ketika pemanasan

,

sehingga dapat dipakai untuk penumbuhan

kristal tunggalnya secara stabil. Batang

pellet yang diperoleh mempunyai diameter

sekitar 0,5 cm dan panjang 14 cm. Untuk

pengkristalisasian dengan metoda FZ

[3-5]

diperlukan 2 batang pellet bagian atas yang

lebih panjang dan bagian bawah yang lebih

pendek.

Gambar 8. Tahapan pembuatan batang pellet (a) serbuk bahan dimasukkan ke dalam balon karet dan disangga dengan pipa tembaga, (b) kemudian dipress dengan memakai CIP, (c) dan kemudian dipanaskan di dalam tungku pemanas

Analisa Akhir Batang Pelet dengan

Memakai XRD

Hasil analisa XRD setelah pemanasan

pada batang pellet ditunjukkan pada

Gambar 9. Arah kristal pada gambar

tersebut adalah arah kristal pada fasa (La,

Sr)

1+n

Mn

n

O

3n+1

(n = 2).

Gambar 9. Hasil XRD pada batang pellet

KESIMPULAN

Dari studi penelitian yang telah

dilakukan pada pembuatan kristal tunggal

dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Masing-masing bahan dasar yaitu

SrCO

3

, Mn

3

O

4

, danLa

2

O

3

2. Setelah pemanasan pada suhu antara

1200°C sampai 1300 °C, masih terlihat

adanya fasa n=1 yang terbentuk.

Sedangkan untuk suhu 1450 °C, puncak

dari fasa n=1 tersebut menghilang, yang

menunjukkan terbentuknya fasa

tunggal

n=2.

tidak

mengalami penyerapan ataupun

pembebasan kalor yang memperlihatkan

tidak terjadinya perubahan struktur pada

pemanasan dengan suhu diatas 1200 °C.

3. Batang pellet berbahan dasar serbuk

SrCO

3

, Mn

3

O

4

, dan La

2

O

3

berhasil

dibuat dengan memakai CIP.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Prof.Yoshizawa dan seluruh

anggota Yoshizawa lab. di Universitas

Iwate, Jepang yang telah banyak

membantu riset ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] T. Kimura, Y. Tomioka, H. Kuwahara,

A. Asamitsu, M. Tamura, “Interplane

(18)

58 | Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188/ hal 53-58

Tunneling Magnetoresistance in a

Layered Manganite Crystal”, Science

vol 274, 6 Dec 1996 hal 1698.

[2] R. Suryanarayanan, J. Berthon, I.

Zelenay, B. Martinez, X. Obradors,

“Semiconductor – metal transition,

thermoelectric power and giant

magneto resistance of the double Mn

perovskite La

1.5

Ca

1.5

Mn

2

O

7

[3] Agung Imaduddin, (2001) “Growth

and physical properties of La

”, Physica

B 259-261 (1999) 837-838.

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

[4] H. Kanazawa, (2000), “FZ method

growth and appraisal of La

single crystals”, Iwate

University.

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

[5] Agung Imaduddin, “Metoda FZ pada

Pembuatan

Kristal Tunggal La

single crystals ”, Iwate

University.

2-2x

Sr

1+2x

Mn

2

O

7

[6] A. Urushibara, Y. Moritomo, T,Arima,

A. Asamitsu, G. Kido, Y. Tokura,

”, Metalurgi, April

2011, preprint .

(1995), “Insulator-metal transition

and giant magnetoresistance in La

1-x

Sr

x

MnO

3

[7] J.A.M. van Roosmalen, P. van

Vlaanderen, E.H.P. Cordfunke, (1995)

“Phase in the perovskite-Type

LaMnO

”, Physical Review B, vol

51, 20, hal.14103.

3+

Solid Solution and the

La

2

O

3

-Mn

2

O

3

Phase Diagram”,

Journal of Solid State Chemistry 114,

hal. 516-523.

RIWAYAT PENULIS

Agung Imaduddin lahir di Bandung, 29

September 1971. Menamatkan pendidikan

bachelor di bidang metallurgy di Iwate

University, Iwate-Japan pada tahun 1995.

Menamatkan master dan doctor di bidang

material science and engineering di Iwate

University, Iwate-Japan pada tahun 1997

dan 2001. Saat ini aktif bekerja pada Pusat

Penelitian Metalurgi-LIPI, Puspiptek

Serpong.

(19)

Indeks

|

Indeks Penulis

A

Agung Imaduddin 53

Akhmad Herman Yuwono 101

Arifin Arif 59

E

Edi Herianto 59

Efendi Mabruri 67

Eka Febriyanti 109

H

Hasriardy Dharma 101

I

Iwan Dwi Antoro 93

P

Puguh Prasetiyo 79

Y

(20)
(21)

Indeks

|

Indeks

A

Aluminium 109,110,111,116

Anodisasi keras 109,110,111,112,

113,114,115,116

Attrition mill 93,94,97,98

B

Ball Mill 94

Band Gap 101,102

Bijih Besi 59,60,61,65,66

C

Caron 76,77,79,80,81,82,83,84,88,89,90

CIP 54,57

Creep 67,68,69,72,73,74,75,76

D

Diffusion hardening 93

Direct reduced iron (DRI) 59,61,65

DSSC 102

DTA/DTG 53,54,56

E

EAF 60

Electroplating 93

Elektrolisa 95,96

Evaporasi 101,103,105,106,107

F

Fasa topologically close packed 67,82,83

FeNi 77,78

Floating Zone 53

Furnace 59,60,61,62,63,64,66,95

FWHM 103,104

H

Hard chrome 93,94,95

Hidrometalurgi 79,80,82,83

HPAL 79,80,81,82,83,84,86,87,89,90

I

Interdifusi 67,68,74,76

Intertwisting 103

Iron ore 59,66

K

Kristalinitas 101,102,103,104

Kristal Tunggal 53,54,57,58,67,68

69,70,72,73,74

L

La

2-2X

Sr

1+2X

Mn

2

O

7

La

52,56,58

2

O

3

Lapis Difusi 93,97,98

54,55,56,57,58

Lapis Listrik 93,94,95,96,97,98

Laterit kadar rendah 79,80,81,82,83,84

Limonit 79,80,81,82,83,84,87,89,90

M

Misfit Kisi 67,72,76

Mn

3

O

4

54,55,56,57

N

Nanorod 101,102,103,104,105,106,107

Nickel based superalloys 67,69,70,71,

72,73,74,75,76

P

PEG 101,102,103,104,105,106,107

Pellet 53,54,56,57,59,60,63,91

Perancangan alat simulasi 59,64

Porous anodic layer 110,115

PSH 59,61,63,64,66

R

Reduksi temperatur tinggi 59

Rhenium 67,68

RHF 59,60,61,62,63,64,66

Rotary Kiln 61

(22)

|

Majalah Metalurgi, V 26.2.2011, ISSN 0126-3188

S

Saprolit 79,80,82,83,84,87,89,90

SEM 101,103,104,105

Semikonduktor 101,102

Single crystal 53,58,67

Spray coating 98

SrCO

3

Temperatur tinggi 59,60,61

54,55,56,57

Superalloy 67,68,69,70,71,72,

73,74,75,76,77

Superkonduktor 53

Surface hardening 93

T

TCP 67,68,74,75

Tunnel kiln 59,64

V

Vickers microhardness 59

W

Wurtzite 53,52

X

XRD 1,4,5,49,51,52,54

Z

ZnO 49,50,51,52,53,54,55

(23)

PANDUAN BAGI PENULIS

1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah

Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau

softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah

diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.

2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya

setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,

font 12.

3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk

hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman

harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman

4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan

judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis

dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa

Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.

5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,

Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,

Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat

Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan

informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font

12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :

PENDAHULUAN

PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.

6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa

Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi

dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :

• Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang

• Metoda yang Digunakan

• Ringkasan Hasil

• Kesimpulan

7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :

• Masalah dan Ruang Lingkup

• Status Ilmiah dewasa ini

• Hipotesis

• Cara Pendekatan yang Diharapkan

• Hasil yang Diharapkan

8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-

langkah percobaan yang dilakukan.

9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :

• Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi

keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,

rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak

diberi tanda titik .

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

(24)

PANDUAN BAGI PENULIS

Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L

Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1

spasi, format “in line with text”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi

tanda titik.

Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L

• Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan

konsep dasar dan atau hipotesis

• Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya

• Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan

10. Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :

• Esensi hasil litbang

Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh

11. Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau

internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional

(SI)

12. Kutipan atau Sitasi

• Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)

sesuai urutan.

• Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung

siku dan tidak ditebalkan (bold).

• Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.

• Tidak perlu memakai catatan kaki.

• Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.

Contoh: Struktur mikro baja SS 316L

[2]

.

13. Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar

pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari

pustaka sebagai berikut :

1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang

dibalik) :

[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk

Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.

[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta :

Rineka Cipta.

2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih

[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. Pedoman Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia.

Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.

3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.

[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program

Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.

4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.

[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa

Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

(25)

PANDUAN BAGI PENULIS

5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)

[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di

Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.

6. Artikel dari bunga rampai

[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”.

Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press.

7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,

Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan

[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,

Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

9. Tulisan Bersumber dari Internet

[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.

(

http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1291

, diakses 14 Januari

2007)

14. Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari

ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.

15. Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali

kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya

disebabkan oleh format atau cara penyajian.

16. Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.

17. Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah

satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.

Serpong, 8 Juni 2009

Redaksi Majalah Metalurgi

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I

Gambar

Gambar 1.  Alur pembuatan batang pellet untuk  penumbuhan kristal tunggal
Gambar 2.  Hasil pengamatan DTA pada serbuk  berbahan dasar SrCO 3 , Mn 3 O 4 , La 2 O 3
Gambar 6. Hasil analisa XRD serbuk, setelah  pemanasan awal pada suhu 1200  °C  –  1450  °C  (tanda arah bidang kristal pada puncak di suhu 1450
Gambar 8.  Tahapan pembuatan batang pellet (a)  serbuk bahan dimasukkan ke dalam balon karet dan  disangga dengan pipa tembaga, (b) kemudian  dipress dengan memakai CIP, (c) dan kemudian  dipanaskan di dalam tungku pemanas

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang pernah mendapatkan tindakan kekerasan psikologis yaitu sebanyak 14 responden (46,67%), kekerasan fisik sebanyak 10 responden

1.. Penetapan A Penetapan Angka Kre$it *'e2 ngka Kre$it *'e2 PBAK.. +ASA +ASA PENILAIA PENILAIAN7 8A N7 8AKTU PELAKSA KTU PELAKSANAAN DAN NAAN DAN ALUR ALUR PENILAIA PENILAIAN A

Detektor Radiasi adalah alat y adalah alat yang ang bekerja atas bekerja atas dasar interaksi antara dasar interaksi antara sinar sinar radio aktif dengan suatu

Jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut menimbulkan keraguan besar auditor tentang kelangsungan hidup entitas yang diaudit dan sudah diungkapkan oleh klien secara

Berdasarkan penelitian dan dilanjutkan dengan penganalisaan serta penafsiran data yang telah penulis lakukan tentang peranan guru Akidah Akhlak dalam

Chevron Geothermal Indonesia, Ltd (CGI) dengan dukungan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) memulai kajian tersebut dengan survei keanekaragaman hayati