TESIS – TE092099
Saat ini kemajuan dalam penerapan teknologi informasi di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya telah menuju ambang critical mission,
dimana hampir seluruh aspek kegiatan birokrasi, administrasi, serta layanan masyarakat menggunakan aplikasi /sistem informasi secara penuh.
Beberapa contoh penerapan aplikasi/SIM :
musyawarah rencana pembangunan (MUSRENBANG) perencanaan kegiatan (e-Project)
perencanaan anggaran (e-Budgeting)
pengadaan barang dan jasa (e-Procurement) pengelolaan lelang dan swakelola (e-Delivery) penyerapan anggaran (e-Controlling)
Bagaimana membuat sistem manajemen
ketersediaan untuk jaringan komputer
berdasarkan
framework ITIL
.
Apakah dengan penerapan sistem
manajemen tersebut dapat secara signifikan
mengurangi
downtime
.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data insiden (
history)
yang terjadi
pada periode Januari 2011 sampai dengan
Desember 2011 di lokasi jaringan berbasis
Membuat rancangan sistem manajemen
ketersediaan yang mampu meningkatkan
ketersediaan layanan jaringan komputer.
Meningkatkan ketersediaan layanan jaringan
komputer.
Mengurangi
downtime
pada layanan jaringan
komputer.
Mengurangi frekuensi kegagalan pada
Selesai ITIL v3 Reactive Activities Proactive Activities Pengumpulan Informasi
Monitoring, mengukur dan menganalisa report dan review ketersediaan layanan & komponen
Mulai
Kesimpulan
Merencanakan dan mendesain sistem manajemen ketersediaan
Untuk membantu menguraikan masalah tersebut
digunakan kerangka kerja tata kelola TI yaitu ITIL
(
Information Technology of Infrastructure Library
)
khususnya penerapan proses ‘
Availability
Management’
untuk kegiatan layanan jaringan di
Pemerintah Kota Surabaya.
ITIL
Availability Management
bertujuan untuk
menetapkan, menganalisa, merencanakan, m
engukur dan meningkatkan ketersediaan
layanan TI.
Availability Management
bertanggung jawab untuk memastikan
keseluruhan TI (infrastruktur,
proses-proses, kebijakan-kebijakan) sesuai dengan
target yang ditetapkan.
‘Reactive Activities’, aspek reaktif dari pengelolaan
ketersediaan layanan melibatkan aktifitas pemantauan,
pengukuran, analisa dan manajemen keseluruhan kejadian, insiden masalah terkait hilangnya ketersediaan. Aktifitas-aktifitas tersebut pada prinsipnya terkait dengan operasional roles.
‘Proactive Activities’, melibatkan aktifitas perencanaan, desain
dan usaha-usaha peningkatan ketersediaan. Aktifitas
tersebut pada prinsipnya terkait dengan perencanaan dan desain.
Availability dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
Frekuensi dari downtime Durasi dari downtime
Dampak (scope of impact)
Availability dapat dihitung dengan menggunakan rumus : AV (%) = (AST – DT / AST) x 100%
dengan :
AST = Agreed Service Time
Proses awal dalam manajemen ketersediaan
adalah reactive activities meliputi :
- Monitoring
- Pengukuran
- Menganalisa & memanajemen semua
kejadian, termasuk insiden maupun
De vice Location Total Poll Time (minute s ) Time Un-available (minute s ) Pe rce nt Available Switch 131032,66 2743,56 97,91 BW-JT BW 131032,73 2913,60 97,78 LS-BW LS 131035,35 3615,49 97,24 SK-BW SK 131034,29 6245,48 95,23 PK-BW PK 131036,19 6527,67 95,02 GB-DC GB 131035,56 2975,55 97,73 BJ-DC BJ 131035,25 37776,06 71,17 SL-BM SL 131036,38 4476,49 96,58 LP-BM LP 131026,91 37397,35 71,46 GA-RK GA 131035,72 9237,58 92,95 PMK-BT PMK 131035,09 4835,62 96,31 KR-BT KR 131035,03 4875,59 96,28 SW-BT SW 131034,87 4885,67 96,27 AR-BT AR 131036,42 5556,84 95,76 SM-JT SM 131034,88 6586,69 94,97 TS-SM TS 131035,89 6437,14 95,09 GT-SM GT 131035,83 6797,22 94,81 SP-SM SP 131035,56 7397,09 94,35 TGL-SW TGL 131026,93 6988,02 94,67 DK-SW DK 131036,38 9147,82 93,02 DP-SW DP 131037,20 15190,50 88,41 DS-SW DS 131026,01 31654,53 75,84 KP-JB KP 131035,63 12848,48 90,19 WY-JB WY 131035,78 18890,63 85,58 KOP-DH KOP 131036,35 13479,29 89,71 MR-JT MR 131032,37 9525,67 92,73 BLK-MR BLK 131035,46 39187,80 70,09 KJR-BLK KJR 131037,01 61145,96 53,34
76,09% 90,66% 65,00% 70,00% 75,00% 80,00% 85,00% 90,00% 95,00% Jan-Jun Jul-Des Availability
7,94 43,24 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 Jan-Jun Jul-Des MTBF
2,41 1,93 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 Jan-Jun Jul-Des MTTR
Sering terjadinya downtime pada jaringan MAN akan menimbulkan dampak dan implikasi sebagai berikut :
Timbulnya ketidaknyamanan/ketidakpuasan pengguna dalam
hal ini SKPD yang melayani masyarakat secara langsung.
Masyarakat pun menjadi tidak puas dan merasa dirugikan
dari segi material dan non-material atas waktu yang terbuang.
Kerugian finansial bagi pemerintah kota, bila terdapat layanan
yang berhubungan dengan pembayaran pajak atau retribusi.
Berdasarkan data insiden, yang menjadi penyebab utama terjadinya downtime adalah :
Catu daya listrik mati,
Perangkat (swicth, router, wireless/radio) tidak bekerja
sebagaimana mestinya (malfunction), disebabkan oleh: a. Ketidak-stabilan atau lonjakan tegangan listrik
b. Beban traffic yang tinggi (overload) c. Induksi petir
d. Hujan disertai angin kencang.
Maintenance atau perubahan konfigurasi perangkat jaringan
Identifikasi Fungsi Bisnis Vital (VBF)
Rancangan Ketersediaan
Solusi khusus dengan redundansi penuh
Analisa Kegagalan Perangkat Tunggal (SPof)
Component Failure Impact Analysis
(CFIA)
Fault Tree Analysis
(FTA)
Pemodelan (
Modelling
)
PRIORITAS LAYANAN 1 KTP On-line 2 Koneksi Internet 3 Sistem Informasi 4 CCTV 5 VoIP 6 Video Conference
Redesain Topologi Jaringan
Re-konfigurasi Peralatan
Salah satu penyebab
terjadinya penurunan kinerja adalah IP gateway yang
terletak di luar jaringan LAN SKPD, yaitu berada pada core layer.
Hal ini menyebabkan banyaknya paket yang tidak seharusnya memasuki jaringan layer distribusi dan core, sehingga kinerja jaringan secara
keseluruhan sering mengalami masalah, dan dilakukan restart peralatan.
Ada 2 komponen utama yang saat ini masih tercatat
dalam kategori
Single Point of Failure (SpoF),
atau dalam kata lain komponen tersebut tidak adaperalatan yang membackup atau memiliki
kemampuan
fail-over
, yaitu Switch Utama dan Fortigate (perangkatIPS/Intrusion Prevention
System
). Dengan menerapkan re-desain konfigurasi
perangkat dan topologi, fungsi keduanya akan
segera dapat digantikan bila terjadi kegagalan. Pada switch utama akan tersedia switch pendamping
yang berfungsi untuk redundansi, sedangkan ketergantungan akan perangkat Fortigate akan
semakin menurun dengan dipasangnya router pada masing-masing LAN.
Sistem Manajemen Ketersediaan dengan framework ITIL secara umum dapat
meningkatkan ketersediaan jaringan komputer Pemerintah Kota, ini
dibuktikan bahwa dari sistem manajemen yang dibuat, baru sebagian yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kominfo, namun hasilnya telah memberikan kontribusi pada ketersediaan yang cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya prosentase ketersediaan jaringan selama semester pertama sebesar 76,09% menjadi 90,06% di semester kedua.
Mengenai naik-turunnya nilai MTTR, bisa dijelaskan bahwa sampai saat ini
tidak semua komponen memiliki peralatan redudansi disamping proses pen-dokumentasian mengenai desain, topologi, peralatan, dan konfigurasi
peralatan jaringan yang masih terus dilakukan. Sehingga ketika terjadi insiden, waktu yang dibutuhkan cukup lama. Hal ini terlihat pada analisa pengamatan selama 6 bulan pertama, waktu rata-rata perbaikan/pemulihan sebesar 2,41 jam, lebih lama dibandingkan waktu rata-rata
perbaikan/pemulihan 6 bulan terakhir yaitu 1,93 jam.
Sedangkan untuk lonjakan nilai MTBF (Mean Time Betwen Failure) pada akhir
penelitian dipengaruhi pada implementasi koneksi redundansi (VPN) yang menjadi koneksi utama (primary) menggantikan koneksi wireless/radio yang dijadikan sebagai koneksi cadangan (secondary).
Permasalahan catu daya listrik, dan kondisi cuaca memberikan andil terbesar
1. Perlu pembenahan dokumentasi mengenai
desain, topologi, peralatan dan konfigurasi peralatan yang lengkap
dan sistematis, dan didukung penanganan insiden dengan service
desk yang memadai untuk mempercepat penyelesaian masalah bila
terjadi downtime. Lebih baik lagi apabila ditambahkan sistem
informasi manajemen ketersediaan untuk memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menganalisa insiden pada jaringan.
2. Terkait permasalahan sumber daya listrik, karena terkait lintas sektoral dan dinas perlu adanya koordinasi menyeluruh terhadap penanganan sistem kelistrikan di seluruh kantor Pemerintah Kota. 3. Pada perangkat yang masih dalam daftar SPoF, yaitu Switch Utama
dan Fortigate ditinjau dari dampak yang ditimbulkan bila terjadi kegagalan, maka harus segera disiapkan peralatan
pengganti/cadangannya. Khusus untuk switch utama mengingat perannya sebagai jantung jaringan komputer MAN, perlu kiranya
diadakan peralatan dengan kemampuan fail over secara otomatis.
Sedangkan untuk penanganan masalah malware, perlu dilakukan kajian mengenai penggunaan IPS yang didukung/dikombinasikan dengan kebijakan penggunaan antivirus atau internet security di lingkungan Pemerintah Kota.