• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Berdasarkan pendapat Sawir (2005), media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar labaa yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah proses akhir akuntansi. Setiap transaksi dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.

Menurut pendapat Supangkat (2005), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan dan pengihtisaran semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di perusahaan.

Berdasarkan pendapat Slamet Munawir (2004), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Soemarso (2002), pengertian laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba-Rugi, dan Laporan perubahan posisi keuangan.

(2)

Menurut Sugiyarso dan F. Winarni (2006), laporan keuangan merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun baku yang bersangkutan.

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) adalah sebagai berikut: laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, seperti misalnya, sebagai Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dalam laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu laporan keuangan itu meliputi dua hal pokok, yaitu: Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Neraca mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada saat tertentu. Laporan Laba-Rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

(3)

2. Laporan keuangan disusun untuk memnuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Menurut Rudianto (2006), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu:

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

b. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi.

c. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan.

2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.

(4)

Mereka menggunakan laporan keuangan umtuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a. Investor

Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kerditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

(5)

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjanag dengan, atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlidungan kepada penanam modal domestik.

Menurut pendapat Purba dan Andreas (2005), pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemakai internal dan pemakai eksternal.

a.Pemakai internal •Manajemen

Manajemen berkepentingan melihat besar kecilnya laba perusahaan untuk melakukan evaluasi kinerja keuangan.

b. Pemakai eksternal •Penanam modal

(6)

melekat pada investasi mereka serta berapa besar deviden yang akan mereka peroleh.

•Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman terutama bank, tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar oleh perusahaan pada saat jatuh tempo.

•Pemasok dan kreditur usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

•Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjanag dengan, atau tergantung pada perusahaan.

•Pemerintah dan badan regulator lainnya

Pemerintah dan badan regulasi lainnya berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan.

•Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlidungan kepada penanam modal domestik.

(7)

• Karyawan

Karyawan berkepentingan melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

2.1.4 Komponen Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

a) Neraca, adalah laporan keuangan yang memperlihatkan jumlah dan sifat aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik usaha pada saat tertentu.

•Aktiva, adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.

•Kewajiban, adalah utang yang harus dibayar perusahaan dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.

•Modal, adalah hak pemilik perusahaan atas kekeayaan perusahaan.

Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005), neraca merupakan laporan yang memberikan informasi mengenai jumlah harta, utang dan modal perusahaan pada saat tertentu. Secara garis besar, neraca memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana perusahaan.

b) Laporan Laba-Rugi, adalah suatu daftar yang menggambarkan hasil operasi perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Di dalamnya terdiri dari pendapatan dan beban.

•Pendapatan, adalah aliran penerimaan kas/harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa.

(8)

•Beban, adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.

Berdasarkan pendapat Agnes Sawir (2005), laporan laba-rugi merupakan laporan mengenai pendapatan, biaya-biaya dan laba perusahaan selama periode tertentu.

c) Laporan Perubahan Modal, adalah suatu daftar informasi yang menggambarkan tentang perubahan modal pemilik.

d) Laporan Arus Kas, adalah suatu daftar informasi yang melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu, serta dari mana kas datang dan bagaimana kas tersebut di belanjakan. Didalam laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

•Aktivitas operasi, yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang menghasilkan laba bersih.

•Aktivitas investasi, yang berkaitan dengan akun-akun dalam aktiva tetap. •Aktivitas pendanaan, yang berkaitan dengan akun kewajiban dan ekuitas

pemilik.

Berdasarkan pendapat Supangkat (2005), pada dasarnya perusahaan harus membuat tiga macam laporan keuangan, yaitu:

1. Neraca, adalah ringkasan mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukkan Aktiva sama dengan Kewajiban ditambah Ekuitas. Aktiva terdiri atas aktiva lancar dan Aktiva tidak lancar, sedangkan Kewajiban terdiri atas kewajiban jangka pendek dan kewajibang jangka panjang.

(9)

2. Laporan Laba-Rugi, adalah ringkasan mengenai pendapatan dan biaya yang selisih antara keduanya akan menunjukkakn Laba atau Rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.

3. Laporan Arus Kas, adalah ringkasan mengenai transaksi dalam bentuk kas yang berasal dari tiga macam kegiatan yang dilakukan perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan.

2.1.5 Pasar Modal

Sunariyah (2003) berpendapat bahwa pasar modal adalah: ”Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat) yang memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan jasa perantar pedagang”.

Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar tersebut meliputi: (1) pasar uang (money market). (2) pasar modal (capital market). (3) lembaga pembiayaan lainnya. Pasar keuangan memainkan fungsi yaitu menyediakan mekanisme untuk menentukan harga aset keuangan, membuat aset keuangan lebih likuid dan mengurangi biaya peralihan aset. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (capital market). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu negara. Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja pasar modal merupakan salah satu indikator dari kondisi

(10)

ekonomi suatu negara. Ini berarti pada saat kondisi ekonomi suatu negara sedang mengalami pertumbuhan, maka kinerja pasar modal akan meningkat seiring dengan peningkatan kondisi ekonomi tersebut. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi sedang menurun, kinerja pasar modal juga akan menurun.

2.1.6 Investasi Di Pasar Modal 2.1.6.1 Pengertian Investasi

Pada dasarnya modal diinvestasikan karena satu alasan dasar, yaitu mendapatkan pengembaalian ekonomi masa depan yang mencukupi untuk memulihkn pengeluaran awal (Helfert, 2000). Dengan demikian seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang.

Sunariyah (2003) berpendapat tentang investasi bahwa “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang”. Jogiyanto (1998) mendifinisikan investasi adalah “Penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman modal atau dana yang digunakan dalam kegiatan ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

(11)

2.1.7 DER (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menjelaskan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang dihasilkan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

DER menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan. Merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. DER adalah rasio pengukur leverage perusahaan, menurut Gitman (2003) rasio leverage adalah “Financial rations that measure the amount of debt being used to support operations and ability of the firm to service its debt”. Semakin tinggi DER, semakin besar persentase modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan, atau semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. DER yang semakin tinggi menunjukkan semakin besarnya proporsi hutang terhadap ekuitas. Sehingga mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi dan resiko yang harus ditanggung investor juga akan semakin tinggi. Pada akhirnya investor akan menghindari saham perusahaan yang memiliki DER yang tinggi.

Debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan total ekuitasnya (Dharmastuti, 2004). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.

(12)

Rasio leverage yang cukup tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk, karena tingkat ketrgantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar semakin besar. Dengan demikian apabila Debt to equity ratio (DER) perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi deviden (Dharmastuti, 2004).

Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to equity ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat di tutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dihitung sebagai berikut (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2006)

2.1 Rumus Debt To Equity Ratio

Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari pada modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity ratio (Samsul, 2006).

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya debt to equity ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi

(13)

kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004).

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2004) Debt to Equity Ratio adalah perhitungana sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, Debt to Equity Ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2004).

Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi. Oleh karena leveerage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan (Weston 2001). Rasio utang (Debt ratio) akan mencapai puncaknya pada saat perusahaan berada pada tahap kedewasaan (mature). Hal ini terkait dengan manfaat dari penggunaan sumber dana utang untuk pemenuhan kegiatan perusahaan. Misalnya, pada tahap ini dimana keuntungan sudah cukup tinggi dan beban pajak juga relatif tinggi pemenuhan dana dari alternatif utang dalam banyak hal dapat menekan besarnya pajak.

Dalam mengukur resiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh

(14)

kreditur dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Debt to equity ratio atau rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan dan digunakan sebagai peranan utang dalam meningkatkan laba per saham (Helfert, 2000). Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh perusahaan.

Keberadaan DER biasanya digunakan untuk mengukur financial leverage suatu perusahaan. Financial leverage dapat didifinisikan sebagai penggunaan yang cermat atas dana yang diperoleh dari kewajiban hutang yang berbiaya tetap untuk pembiayaan peluang investasinya yang berpotensi memberikan laba yang lebih tinggi daripada biaya bunganya (Helfert, 2000).

Menurut Weston dan Copeland (1996), untuk memahami dampak leverage keuangan atau debt to equity ratio atas risiko perusahaan, terlebih dahulu harus dipahami dampaknya terhadap tingkat fluktuasi profitabilitas. Leverage yang semakin besar akan memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaaan. Leverage akan menimbulkan beban bunga hutang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi hubungan antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri.

Weston & Brigham (2001) mengungkapkan: 1. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, 2. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin pengaman sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan maka

(15)

risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur, 3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan dengan pembayaran bunga maka pengembalian tas modal pemilik akan lebih besar.

Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.

2.1.8 OPM (Operating Profit Margin)

Pengertian Operating Profit Margin Menurut Sutrisno (2009) adalah: “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan”. Sedangkan Menurut Harahap Sofyan Syafri (2007) mengemukakan: “Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.”

Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya diperusahaan pada periode tertentu. Operating Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Operating Profit Margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya

(16)

yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.

Operating profit margin (OPM) merupakan ukuran tingkat laba operasi dibandingkan dengan penjualan bersih. Laba operasi merupakan kemampuan perusahaan didalam menjalankan operasi. Laba operasi juga mencerminkan seberapa besar efisiensi dan efektifitas dari operasi perusahaan untuk mendapatkan laba.

Prastowo, Rifka Juliaty (2002) mengemukakan bahwa pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi sehari-hari. Rasio ini sangat berguna membandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda, karena dengan demikian akan diketahui Retum on Investment (ROI) dari perusahaan yang bersangkutan atau dari periode ke periode lainnya

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba operasi dari jumlah penjualan yang dicapai atau berapa laba operasi yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Menurut Weston dan Brigham (2001) mengemukakan rumus Operating profit margin sebagai berikut:

(17)

2.2 Rumus Operating Profit Margin

Didalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberikan gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan ( keberhasilan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan ). Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun ke tahun. Faktor tersebut terutama berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales).

2.1.9 Faktor-faktor penentu Operating Profit Margin

Menurut Bambang Riyanto (2001) yaitu besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales (penjualan) ditentukkan oleh 2 faktor, yaitu net sales (penjualan bersih) dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income (pendapatan operasi bersih) tergantung kepada pendapatan dari penjualan (sales) dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses.

(18)

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Menurut anoraga (2001) harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham.

Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply.

Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. Ada dua model yang lazim dipergunakan dalam menganalisa saham, yaitu model fundamental dan model teknikal. Model fundamental, mencoba memperkirakan harga saham dimasa mendatang melalui dua cara (Husnan, 1998), yakni: pertama melakukan estimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, dan kedua menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Karena itu untuk melakukan evaluasi dan proyeksi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan.

(19)

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk.

Macam-macam saham terbagi berdasarkan peralihan kas, berdasarkan hak tagih dan berdasarkan kinerja itu sendiri.

 Berdasarkan peralihan kas

1. Saham atas tunjuk (Bearer Stock)

Saham atas tunjuk merupakan jenis saham yang tidak menyertakan nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan.

2. Saham atas nama ( Registered Stock)

Berbeda dengan saham atas tunjuk, saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham atas nama juga dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.

 Berdasarkan hak tagih / klaim 1. Saham biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar laba / rugi yang di peroleh perusahaan. Pemegang saham biasa mendapat prioritas paling akhir dalam pembagian deviden dan penjualan asset perusahaan jika terjadi likuidasi.

(20)

Saham preferen adalah saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset.  Berdasarkan kinerja perusahaan

1. Blue Chip Stock

Saham ini merupakan saham unggulan, karena diterbitkan oleh perusahan yang memiliki kinerja yang bagus, sanggup memberikan deviden secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan blue chip stock biasanya perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.

2. Income Stock

Saham ini merupakan saham yang memiliki deviden yang progresif atau besarnya deviden yang di bagikan lebih tinggi dari rata-rata deviden tahun sebelumnya.

3. Growth Stock

Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

4. Speculative Stock

Saham jenis ini menghasilkan deviden yang tidak tetap, karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah namun memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang.

5. Counter Sylical Stock

Perusahaan yang menerbitkan jenis saham ini adalah jenis perusahaan yang operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro.

(21)

Perusahaan tersebut biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.

Menurut Ang (1997) berdasarkan fungsinya nilai dari suatu saham dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Par Value (Nilai Nominal )

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai nominal suatu saham harus ada dan dicantumkan pada surat berharga saham dalam mata uang rupiah, bukan dalam bentuk mata uang asing.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu suatu saham. Harga dasar dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham.

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar suatu efek sudah tutup maka harga pasar adalah adalah harga penutupannya ( closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham.

Menurut Weston dan Brigham (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah:

1. Laba per lembar saham (Earning Per Share)

Seorang investor yang melakukan investasi pada paerusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar

(22)

saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara:

a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang dapat perusahaan

(23)

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunujukkan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

2.1.11 Analisa Harga Saham

Terdapat bemacam-macam pendekatan untuk menganalisis saham, namun pada dasarnya semua pendekatan tersebut merupakan salah satu dari dua pendekatan yang umum. Sunariyah (2003) mengatakan untuk menganalisis saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analsis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar terdapat dua metode yang digunakan untuk menganalisis saham, yaitu: 1. Analisa fundamental

Menurut Francis (1988): “In preparing their estimate of security’s value, fundamental analysts study the basic financial and economic facts about the company that issues the security. They study the level and trend of the firm’s sales

(24)

and earnings, the quality of the firm’s products, the firm’scompetitive position in the markets where its products are sold, the firm’s labor relations, the firm’s sources of raw materials. The government rules that apply to the firm, and many other factors that may affect the value of the firm’s common stock”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 4 langkah yaitu:

a. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan

Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. variabel ekonomi tersebut, misalnya inflasi, suku bunga, neraca perdagangan, dan demand & supply uang.

b. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan

Industri dimana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemahl.

(25)

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu: profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efficiensi (efisiensi).

d. Menghitung nilai saham perusahaan

Seorang fundamental analis dapat memperhitungkan apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued, atau telah memiliki harga yang tepat. Beberapa model penilaian telah disusun untuk membantu di dalam menghitung nilai saham, misalnya model dividen yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang diharapkan, dan model aset yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari aset perusahaan.

2. Analisa teknikal

Sunariyah (2003) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.

Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan teknikal adalah sebagai berikut:

1. Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan

2. Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu. Penekanannya hanya pada perubahan harga.

(26)

3. Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan

di dalam pasar atau suatu saham.

4. Analisis teknikal cenderung berkonsentrasi pada jangka pendek untuk mndeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif pendek.

2.3 Peneliti Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Nasir (2008) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Earning Per Share (EPS), Tingkat Bunga dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebagai populasi. Periode penelitian selama 3 tahun (2004-2006) dengan data triwulanan. Pemilihan sampel penelitian menggunakan metode purpsive sampling dan diperoleh 17 perusahaan sebagai sampel. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan model regresi linear berganda.

Hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa secara simultan (uji F) EPS, tingkat bunga dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pada uji secara parsial (uji t) menunjukkan EPS dan DER yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan tingkat bunga tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ketiga variabel bebas tersebut berkorelasi positif terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa investor cenderung mempertimbangkan faktor fundamental perusahaan untuk berinvestasi saham property di pasar modal.

Penelitian yang dilakukan oleh Victorya Elisa Meir S (2011), Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis pengaruh kinerja keuangan yang

(27)

terdiri dari return on asset, return on equity, return on sales, operating profit margin, economic value added, dan market value added terhadap harga saham pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (serempak) efektifitas operasional (return on asset, return on equity, return on sales, operating profit margin, economic value added, dan market value added) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara return on equity dan return on sales terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh secara positif dan tidak signifikan antara operating profit margin dan market value added terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh secara negatif dan tidak signifikan antara economic value added terhadap harga saham. Model analisis regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan karena terbebas dari uji kelayakan model (asumsi klasik). Kemampuan keseluruhan variabel bebas (Predictors) dalam menerangkan variasi dependent variabel adalah tidak erat dengan ditandai nilai Adjusted R Square tidak mendekati 1.

(28)

2.3 Kerangka Pikir

Adapun model konseptual dari penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikut:

Gambar 2.3 Model Konseptual

Analisa yang dilakukan terhadap laporan keuangan akan mengarahkan kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi keuangan perusahaan. Dalam hal

(29)

ini, peneliti ingin melihat kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran terhadap kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya dan melihat juga sejauh mana perusahaan menghasilkan keutungan.

Salah satu rasio keuangan yang juga berperan dalam leverage perusahaan adalah Debt to Equity Ratio (DER), rasio keuangan yang berperan dalam profitabilitas perusahaan adalah Operating Profit Margin (OPM). dimana DER menjelaskan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang dihasilkan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Sedangkan OPM merupakan ukuran tingkat laba operasi dibandingkan dengan penjualan bersih. Laba operasi merupakan kemampuan perusahaan didalam menjalankan operasi. Laba operasi juga mencerminkan seberapa besar efisiensi dan efektifitas dari operasi perusahaan untuk mendapatkan laba.

Studi dari Mohammad Nasir (2008) bahwa secara simultan (uji F) EPS, tingkat bunga dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pada uji secara parsial (uji t) menunjukkan EPS dan DER yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan studi dari Victorya Elisa Meir S (2011) bahwa secara simultan (serempak) efektifitas operasional (return on asset, return on equity, return on sales, operating profit margin, economic value added, dan market value added) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara return on equity dan return on

(30)

sales terhadap harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh secara positif dan tidak signifikan antara operating profit margin dan market value added terhadap harga saham.

2.4 Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Debt to Equity Ratio dan Operating Profit Margin berpengaruh positif terhadap Harga saham pada PT. Mustika Ratu, Tbk”.

Referensi

Dokumen terkait

“YPTK” Padang, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Debt Equity Ratio (DER), Growth, Net Profit Margin dan Price to book value terhadap Return Saham Perusahaan

1) Produk (product), yaitu semua yang bisa ditawarkan penjual kepada pembeli dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan harapannya. 2) Harga (price), yaitu suatu nilai

Maka dari itu, sejalan dengan permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini, dapat dibentuk sebuah kerangka konseptual dari penelitian ini yaitu untuk melihat

Menurut Laksana (2019:129) dalam Jeklin (2016) pengertian promosi adalah perbincangan antara penjual dan pembeli berdasarkan suatu kabar yang akurat dengan tujuan dapat

Promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya

Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu barang dan jasa yang berlaku

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu, dalam Innas Hasna Haifa dkk.. 26 Banyak

Apabila pembeli tidak membayar harga pembelian, berarti pembeli telah melakukan suatu wanprestasi yang memberikan alasan kepada penjual untuk menuntut ganti-rugi