A. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap PT. Inkordan International merupakan perusahaan yang sedang berkembang sehingga jumlah karyawannya tidak terlalu banyak. Dengan menggunakan sistem self assessment perusahaan diberikan tanggung jawab dan keperceyaan dalam melakukan perhitungan, pemotongan, dan melaporkan
besarnya jumlah pajak yang harus dipotong dan disetorkan atas penghasilan
karyawan sehubungan dengan pekerjaannya.
Dalam hal tersebut diatas, perusahaan menghitung pajak penghasilan
pasal 21 dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan misalnya
jumlah pendapatan kotor, tunjangan-tunjangan, potongan-potongan yang
diperoleh karyawan dan informasi mengenai status karyawan tersebut.
Dari data-data tersebut perusahaan melakukan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 sebagai berikut:
1. Semua pendapatan dikumpulkan dan dijumlahkan termasuk
tunjangan-tunjangan yang ada untuk mendapatkan jumlah pendapatan kotorkaryawan dalam sebulan.
2. Penghasilan kotor sebulan yang didapat kemudian dikurangkan dengan
jumlah potongan-potongan sebesar 5% dari penghasilan kotor atau
maksimal Rp 108.000 per bulan dan maksimal Rp 1.296.000 per tahun.
Perusahaan menyelenggarakan program Jamsostek yang dibayar oleh perusahaan.
3. Pendapatan bersih dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesuai dengan status karyawan. Jumlah PTKP tersebut disetahunkan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun.
4. Jumlah PKP tersebut kemudian dikalikan dengan tanf pemotongan pajak
penghasilan pasal 21 sesuai dengan tarif progresif yang berlaku. Yaitu untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 25.000.000 dikenakan tarif 5%, untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000
dikenakan tarif 10%, untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 100.000.000 dikenakan tarif 15%, untuk penghasilan kena pajak sampai
dengan Rp 200.000.000 dikenakan tarif 25%, dan untuk penghasilan kena
pajak diatas Rp 200.000.000 dikenakan tarif 35%.
5. Hasil dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi 12 untuk
memperoleh PPh pasal 21 yang menjadi beban karyawan dalam sebulan.
Dari penjelasan uraian diatas dapat terlihat bahwa sistem perhitungan
dan pemotongan PPh pasal 21 diperusahaan tidak mungkin menyimpang dari ketentuan yang beriaku. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah contoh dari perhitungan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan.
Kan awan I
Ibu Nina Yuniwati adalah seorang manager personalia di PT. Inkordan hiternational, ia menikah dan mempunyai 3 orang anak dan memperoleh gaji
sebulan sebesar Rp 2.250.000,-. la mendapatkan tunjangan jabatan dan tunjangan makan siang masing-masing sebesar Rp 300.000,- dan Rp 195.000,-. Serta memperoleh tunjangan pajak sebesar Rp 100.350,-. Perusahaan juga mengikuti program Jamsostek, pemi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh perusahaan masing-masing sebesar 0,24% dan 0,30%. Perusahaan menanggung Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 4,70 % sedangkan Nina Yuniwati membayar iuran Jaminan
Hari Tua sebesar 1% setiap bulan.
Perhitungan PPh Pasal 21 Nina Yuniwati adalah sebagai berikut:
Penghasilan gaji sebulan Rp 2.250.000
Tunjangan jabatan Rp 300.000
Tunjangan makan siang Rp 195.OOO
Tunjangan Pajak Rp 100.350
Premi asuransi kecelakaan kerja (0,24% x Rp 2.250.000) Rp 5.400 Premi asuransi kematian (0,30% x Rp 2.250.000) Rp 6.750 +
Jumlah penghasilan bruto Rp 2.857.500
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.857.500 =Rp 142.925) Maksimum diperkenankan Rp 108.000 2. Iuran JHT(l%xRp 2.250.000) Rp 22.500 +
Rp
130.500-Penghasilan neto sebulan Rp 2.727.000
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 2.727.000 Rp 32.742.000
3. PTKP
Untuk WP Pribadi Rp 2.880.000 Tambahan status kawin Rp 1.440.000 Tambahan 3 anak Rp 4.320.000 +
Rp
8.640.000-Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 24.084.000 PPh Pasal 21 setahun = 5% x Rp 24.084.000
= Rp 1.204.200
PPh Pasal 21 sebulan = Rp 1.204.000 : 12
= Rp 100.350 Karvawan II
Tn. Sugiyanto adalah seorang staff personalia pada PT. Inkordan International, ia telah menikah dan belum mempunyai anak. Tn. Sugiyanto menerima gaji pokok sebulan sebesar Rp 1.600.000 dan juga mendapatkan tunjangan jabatan, tunjangan makan siang, dan tunjangan transport masing-raasing sebesar Rp 200.000, Rp 108.000, dan Rp 135.000. serta memperoleh tunjangan pajak sebesar Rp 82.575,-. Beliau juga didikut sertakan sebagai anggota Jamsostek dengan menerima tunjangan berupa premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan premi asuransi kematian sebesar 0,30% dari gaji pokok. Untuk Jaminan Hari Tua dibayar sendiri oleh Tn. Sugiyanto sebesar
1% dan 4,70% ditanggung oleh perusahaan dan langsung dipotong oleh perusahaan.
Perhitungan PPh Pasal 21 Tn. Sugiyanto adalah sebagai berikut:
Penghasilan gaji sebulan Rp 1.600.000
Tunjangan jabatan Rp 200.000
Tunjangan makan siang Rp 108.000
Tunjangan transport Rp 135.000
Tunjangan Pajak Rp 82.575
Premi asuransi kecelakaan kerja (0,24% x Rp 1.600.000) Rp 3.840 Premi asuransi kematian (0,30% x Rp 1.600.000) Rp 4.800 +
Jumlah penghasilan bruto Rp 2.134.215
Pengurangan:
1. Biayajabatan (5%xRp 2.134.215) Rp 106.711 2. luran JHT (1% x Rp 1.600.000) Rp 16.000 +
Rp
122.711-Penghasilan neto sebulan Rp 2.011.504
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 2.011.504 Rp 24.138.048
3.PTKP
Untuk WP Pribadi Rp 2.880.000 Tambahan status kawin Rp 1.440.000 +
Rp 4.320.000
PPh Pasal 21 setahun = 5% x Rp 19.818.048 = Rp 990.902
PPh Pasal 21 sebulan - Rp 990.902 :12 = Rp 82.575
Karvawan III
Ibu Taramia seorang operator di PT. Inkordan International, ia belum menikah
dan memperoleh gaji pokok sebulan sebesar Rp 600.000. Ibu Taramia
mendapatkan tunjangan jabatan, tunjangan makan siang, dan tunjangan transport masing-masing sebesar Rp 100.000, Rp 82.000, dan Rp 75.000. serta memperoleh tunjangan pajak sebesar Rp 29.986,-. Perusahaan juga mengikut sertakan baliau dalam program Jamsostek dimana premi asuransi kecelakaan
kerja dan premi asuransi kematian di bayar oleh perusahaan masing-masing sebesar 0,24% dan 0,30%. Untuk Jaminan Hari Tua dibayar sendiri oleh Ibu Taramia sebesar 1% dan 4,70% ditanggung oleh perusahaan dan langsung
dipotong oleh pemsahaan.
Perhitungan PPh Pasal 21 fbu Taramia adalah sebagai berikut:
Penghasilan gaji sebulan Rp 600.000
Tunjangan jabatan Rp 100.000
Tunjangan makan siang Rp 82.000
Tunjangan transport Rp 75.000
Tunjangan pajak Rp 29.986
Premi asuransi kecelakaan kerja (0,24% x Rp 600.000) Rp 1.440
Jumlah penghasilan bruto Rp 890.226 Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 890.226) Rp 44.511 2. luran JHT (1% x Rp 600.000) Rp 6.000 +
Rp 50 511
Penghasilan neto sebulan Rp 839.715
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 839.715 Rp 10.076.580
PTKP
Untuk WP Pribadi Rp 2.880.000 +
Rp 2.880.000
-Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 7.1%.580
PPh Pasal 21 setahun = 5%xRp 7.196.580 - 359.829
PPh Pasal 21 sebulan = Rp 359.829 : 12 = Rp 29.986
Berdasarkan hasit analisis mengenai perhitungan PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap yang diterapkan pada PT. Inkordan International, maka peniliti menyimpuikan bahwa di dalam perhitungan PPh Pasal 21 sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Hal ini dapat dilihat dari fonnat perhitungan PPh Pasal 21 yang ada di dalam peraturan perpajakan, contohnya seperti
1. Tunjangan-tunjangan
2. Iuran-iuran, seperti Pensiun, JHT, dll.
3. BiayaJabatan
4. Besarnya jumlah PTKP yang digunakan untuk menghitung hasil
PKP.
Ada 3 pilihan metode perhitungan PPh Pasal 21. yaitu; a. Metode Gross Basis (PPh ditanggung oleh karyawan) b. Metode Gross Basis (PPh ditanggung oleh perusahaan) c. Metode Gross Up (PPh ditunjang oleh perusahaan)
Dalam metode Gross Up, dimana PPh nya ditunjang oleh perusahaan, maka yang dapat dijadikan sebagai biaya 3M (Mendapatkan, Menagih, Memelihara) buat perusahaan adalah biaya gaji sebesar Rp 2.250.000 (Contoh karyawan 1) ditambah dengan tunjangan PPh 21 sebesar Rp 100.350. dalam metode ini, baik karyawan maupum perusahaan, sama-sama diuntungkan karena karyawan menerima utuh gajinya dan perusahaan tetap dapat menjadikan PPh Pasal 21 yang ditunjang tersebut sebagai 3M.
Berikut ini contoh Ilustrasi Perhitungan Pasal 21
1. Pengbasilan PPh Pajak 21 Atas Karyawan Menerima Penghasilan dari Satu Pemberi Kerja di mana Istrinya Bekerja pada Pemberi Kerja pada Perusahaan Lain dan memiliki Usaha Lain
ALI NUR bekerja pada PT. ALIBABA, ia menikah dan mempunyai 2 orang anak dan istri Ali Nur juga bekerja di PT. Altek dan ia mempunyai usaha sampingan yaitu salon kecantikan merek EVA.
A. PENGHASILAN DAR1 PENGHASILAN ALI MIR
Ali Nur menerima gaji sebesar Rp 3.000.000. la mendapatkan tunjangan jabatan, tunjangan makan dan tunjangan transport masing-masing sebesar Rp 350.000, Rp 180.000, dan Rp 150.000. Serta memperoleh tunjangan pajak sebesar Rp 212.175, sebagaimana karyawan lain beliau di ikut sertakan sebagai anggota jamsostek dengan menerima tunjangan premi asuransi kerja 0,24% dan premi asuransi kematian 0,30% dari gaji pokok. Untuk JHT dibayar sendiri oleh Tn. Ali Nur sebesar 1% dan 4,70% ditanggung oleh perusahaan dan langsung dipotong oleh perusabaan. Perhitungan Neto sebagai berikut:
Penghasilan gaji sebulan Rp 3.000.000
Tunjangan jabatan Rp 350.000
Tunjangan makan siang Rp 180.000
Tunjangan transport Rp 150.000
Tunjangan pajak Rp 212.175
Premi asuransi kematian (0,30% x Rp 3.000.000) Rp 9.000+
Jumlah penghasilan bruto Rp 3.908.375
Pengurangan;
1. Biayajabatan (5%x Rp 3.908.375 = 195.418) maksimum diperkenankan Rp 108.000
2. luran JHT (1 % x Rp 3.000.000) Rp 10 000 +
Rp 138
000-Penghasilan neto sebulan Rp 3.770.375
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 3.770.375 Rp 45.244.500
B.PENGHASILAN Nv. EVA fistri)
I* Penghasilan sefaubungan dengan nekeriaan
la bekerja sebagai pegawai tetap di PT. ALTEK memperoleh gaji Rp 1.800.000. PT. ALTEK mengikuti program jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JK) ditanggung oleh pemberi kerja masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. Ny. Eva membayar iuran THT sebesar Rp 30.000 perbulan. Kemudian dari gaji Ny. Eva dipotong iuran pensiun untuk dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebasar Rp 40.000 perbulan.
II. Penghasilan dari Salon Kccantikan
Dari usaha salon kecantikan merek "EVA" di rumah tahun 2004 diperoleh penghasilan bruto Rp 75.000.000. dengan seizin dari
Kantor Pelayanan Pajak ia menghitung penghasilan neto dari usahanya ini dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto - 30%.
PENGHASILAN Nv. EVA (istrh
I. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
Gaji setahun = 12 x Rp 1.800.000 Rp 21.600.000 Premi JKK (0,5% x Rp 21.600.000) Rp 108.000 Premi JK ( 0,3% x Rp 21.600.000) Rp 64.800 + Penghasilan Bruto Rp 21.772.800 Pengurangan: - Biaya Jabatan 5%x Rp 21.772.800= Rp 1.088.640 - hiran pensiun = 12 x Rp 40.000 = Rp 480.000 - luran JHT = 12 x Rp 30.000 = Rp 360.000 Rp 1.928.640-Penghasilan neto Rp 19.844.160 PTKP (WP Pribadi) Rp 2.880.000-Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 16.964.160 PPhPasal21 setahun = 5% xRp 16.964.160
= Rp 848.208 PPh Pasal 21 sebulan - Rp 848.208 : 12
II. Penghasilan dari Salon Kecantikan
Penghasilan Neto = 30% x Rp 75.000.000 = Rp 22.500.000
Dari penjelasan tersebut diatas maka PPh yang terutang oleh Ali Nur dihitung sebagai berikut:
- Penghasilan neto Ali Nur Rp 45.244.500
- Penghasilan neto istri sehubungan dengan pekerjaan Rp 19.844.160 - Penghasilan neto dari salon Kecantikan
PTKP (K/I/2) -WPPribadi -Kawin -Istri - 2 Orang Anak Jumlah Neto Rp 2.880.000 Rp 1.440.000 Rp 2.880.000 Rp 2.880.000 +
Penghasilan Kena Pajak Setahun
Rp 22.500.000+ Rp 87.588.660 Rp 10.080.000-Rp 77.508.660 PPhPasal21 setahun: 5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 27.508.660 = Rp 4.126.299 + Rp 7.876.299 PPh Pasal 21 sebulan = Rp 7.876.299 : 12 -Rp 656.358
2. Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawati Menerima Penghasilan dari Satu Pemberi Kerja, dimana Suaminya Tidak Bekerja dan Ada Surat Keterangan dari Kecamatan.
Rina adalah seorang kaiyawati dengan status menikah tanpa anak, dia bekerja pada PT. BERKAH dengan gaji sebulan Rp. 2.000.000. rina membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriamiya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 40.000 sebulan. Berdasarkan surat keterangan Pemda (Kecamatan) tempat Rina berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui suaminya tidak mempunyai penghasilan. Penghitungan PPh Pasal 21: Gaji sebulan Rp 2.000.000 Pengurangan; - Biaya Jabatan (5% x 2.000.000) = Rp 100.000 - Iuran Pensiun ^Rp 40.000 + Rp 140.000-Penghasilan Neto Rp 1.860.000
Penghasilan Neto Setahun (12 x Rp 1.860.000) Rp 22.320.000
PTKP (K/0)
-WPPribadi Rp 2.880.000 - Kawin Rp 1.440.000 +
Rp 4.320.1 Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.000.000
PPh Pasal 21 setahun - 5%x Rp 18.000.000 = Rp 900.000
PPh Pasal 21 sebulan - Rp 900.000 : 12 -Rp 5.000
3. Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawati Menerima Penghasilan
dari Satu Pemberi Kerja, di Mana Suaminya Bekerja pada Pemberi Kerja di Perusahaan LainNy. Ani bekerja di PT. Sulindafin memperoleh gaji Rp 1.500.000.
la juga mendapatkan uang Transport dan makan masing-masing sebesar
Rp 130.000 dan Rp 110.000. PT. Sulindafin mengikuti program jamsostek,
premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JK)ditanggung oleh pemberi kerja masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji.
Ny. Ani membayar iuran THT sebesar Rp 30.000 perbulan. Kemudian dari
gaji Ny. Ani dipotong iuran pensiun untuk dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebasar Rp 40.000
perbulan.Perhitungan PPh Pasal 21:
Gaji sebulan
Rp i.500.000
Tunjangan Transport Rp 130.000
Tunjangan Makan Rp \ 10.000
Premi Jaminan Kecelekaan Kerja (0,5% x Rp 1.500.000) Rp
7.500
Premi Jaminan Kematian (0,3% x Rp 1.500.000) Rp 4.500 +Penghasilan Bruto Rp 1.752.000
Pengurangan - Biaya Jabatan (5%x Rp 1.752.000)= Rp 87.600 - luran THT = Rp 30.000 - luran Pensiun = Rp 40.000 + Rp 157 600 -Penghasilan neto Rp 1.594.400
Penghasilan neto setahun (12 xRp 1.594.400) Rp 19.132.800
PTKP(TK/0) Rp
2.880.000-Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 16.252.800 PPh Pasal 21 setahun =5%xRp 16.252.800
= Rp 812.640 PPh Pasal 21 sebulan = Rp 812.640 : 12
= Rp 67.720
B. Pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap Setiap akhir bulan perusahaan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan berdasarkan pembayaran gaji dan tunjangan lain yang dibayarkan kepada kaiyawan dalara bulannya. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui jumlah PPh Pasal 21 terhutang yang harus dibayarkan. Di PT. Inkordan International PPh Pasal 21 ditunjang oieh perusahaan dan tidak membebankan atau memotong penghasilan karyawan.
Karena perusahaan mengikuti kepesertaan Jamsostek, maka pemberian tunjangan lain seperti Premi Asuransi Keceiakaan Kerja, Premi
Asuransi Kematian dan Jaminan Hari Tua dilakukan bersamaan dengan
pembayaran iuran Jamsostek.
Untuk contoh pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan teihadap perhitungan pajak sebelumnya atas karyawan adalah sebagai berikut:
1. Pada saat pembayaran gaji
Biaya gaji Rp 56.783.336
Kas Rp 56.783.336
2. Pada saat perhitungan Jamsostek
Biaya gaji Rp 223.997
Biaya JHT Rp 1.949.607
Hutang premi kecelakaan kerja Rp 99.554 Hutang premi kematian Rp 124.443
Hutang JHT Rp 1.949.607
3. Pada saat pembayaran Jamsostek
Hutang premi kecelakaan kerja Rp 99.554 Hutang premi kematian Rp 124.443
Hutang JHT Rp 1.949.607
4. PadasaatperhitunganPPhPasal21
Biaya gaji Rp 1.836.336
Hutang PPh Pasal 21 Rp 1.836.336
5. Pada saat pembayaran PPh Pasal 21
Hutang PPh Pasal 21 Rp 1.836.336
Kas
Rp 1.836.336
Karena PPh Pasal 21 tidak dibebankan kepada kaiyawan, maka
perusahaan mengambil kebijakan bahwa PPh Pasal 21 yang dibayar
diasumsikan sebagai tambahan gaji karyawan tersebut dicatat dalam biaya
gaji.
Pencatatan-pencatatan yang dilakukan pada PT.
Inkordan
International, yaitu:
1. Pencatatan selumh upah karyawan kedalam kartu gaji yang nantinya akan
digunakan sebagai dasar untuk penghitungan PPh Pasal 21. Dalam kartu
gaji tersebut terinci nama karyawan, status, besamya upah dan tunjangan.
Kartu gaji dibuat 1 lembar untuk satu orang.
2. Berdasarkan kartu gaji tersebut, bagian pajak akan melakukan
penghitungan pajak penghasilan dan memasukkan hasil perhitungannya ke
dalam Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa). SPT Masa memuat
data-data tentang jumlah karyawan bulanan, mingguan, borongan, jumlah upah,
dan perhitungan pajak penghasilan terhutang.
3. Jumlah pajak terhutang tersebut dibayarkan ke Kantor Pos yang ditunjuk
oleh pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), khusus
untuk PT. Inkordan International yaitu Kantor Pos yang terletak di Jl.
Raya Mayor Obing, Bogor. SSP memuat nama PKP dalam hal ini nama
perusahaan, NPWP, alamat PKP dan besamya pajak yang hams dibayar.
SSP terdiri dari lima lembar, lembar kedua, keempat dan kelima diambil
oleh Kantor Pos setempat sedangkan lembar pertama untuk wajib pajak,
dan lembar ketiga untuk dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak.
Pembayaran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4. SPT Masa yang telah diisi lengkap dan sesuai dengan standart pengisian
SPT kemudian dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
melatnpirkan SSP lembar ketiga. Untuk PT. Inkordan International adalah
KPP Bogor. Laporan ini dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. SPT masa ini wajib setiap bulan meskipun jumlah pajak
terhutang pada bulan yang bersangkutan adalah nihil.
Bedasarkan hasil analisis mengenai pencatatan PPh Pasal 21 atas
penghasilan penghasiian pegawai tetap yang diterapkan pada PT. Inkordan
International, maka penehti menyimpulkan bahwa pencatatan PPb pasal 21
sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Hal ini dapat dilihat dari format pencatatan pajak penghasilan pasal 21
1. Pada saaat pembayaran gaji pegawai serta pemotongan pajak
pengiasilan pasal 21, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JK), dan Jaminan Hari Tua (JHT).
2. Pada saat perusahaan menanggung Jaminan Kecelakaan Keija
(JKK), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Hari Tua (JHT).
3. Pada saat penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Dan Jaminan
Hari Tua (JHT).
C Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tefap
Pelaporan dan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan
oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
1. SPT Masa
a. Formulir diambil dari Kantor Pelayanan Pajak setempat. Bagian
accounting menghitung pajak yang ditanggung perusahaan, untuk
kemudian mengisikannya ke dalam formulir SPT masa tersebut.
b. Perusahaan melakukan pembayaran atas pajak tediutang sesuai
dengan perhitungan dalam SPT Masa. Pembayaran dilakukan ke
Kantor Pos dengan menggunakan SSP.c Perusahaan melaporkan SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
perusahaan mendaftarkan PKP. Pada saat pelaporan dilampirkan
lembar ketiga dari SSP yang telah dibayarkan dan disahkan oleh
Kantor Pos setempat. Kantor Pelayanan Pajak akan memberikan tanda
terima atas pelaporan tersebut.d. Untuk PT. Inkordan International pada saat penyetoran dan pelaporan
SPT Masa dilakukan setiap tanggal 7 dan 15 pada bulan berikutaya
setelah akhir masa pajak. Apabila pada tanggal tersebut jatuh pada
hari libur nasional, maka diundur pada tanggal setelahnya.
2. SPT Tahunan
a. Pada akhir tahun dilakukan penghitungan jumlah PPh Pasal 21 secara
keseluruhan selama setahun.
b. Jika dari perhitungan tersebut terdapat kekurangan bayar maka
perusahaan akan mdunasinya ke Kantor Pos dengan menggunakan
SSP. Pembayaran paling lambat tanggal 25 Maret tahun takwim
berikutnya.
c. Melaporkan SPT Tahunan ke KPP disertai lembar ketiga SSP yang
telah disahkan oleh Kantor Pos setempat. Pelaporan paling lambat
tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya.
d. Untuk PT. Inkordan International, melakukan penyetoran SPT
Tahunan dilakukan setiap tanggal 7 Maret tahun takwim berikutnya
setelah akhir tahun pajak.
Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaporan PPh Pasal 21 atas
penghasilan Pegawai tetap yang diterapkan PT. Inkordan International maka
peneliti menyimpulkan bahwa pelaporan PPh Pasal 21 sudah sesuai dengan
peraturan perpajakan (UU No. 16 Tahun 2000).Hal ini dapat dilihat dari batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan adalah:1. Untuk Surat Peraberitahuan Masa paling lambat 20 hari seteiah
akhir masa pajak