• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN HISTOLOGI, PROTEIN HEMOLIMP DAN EKSPRESI ALLOZYME (GPI, PGM, EST, SOD DAN SP) PADA UDANG L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN HISTOLOGI, PROTEIN HEMOLIMP DAN EKSPRESI ALLOZYME (GPI, PGM, EST, SOD DAN SP) PADA UDANG L."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kasus infeksi virus terutama TSV (Taura Syndrome Virus) pada pemeliharaan udang vaname masih merupakan kendala utama dalam keberhasilan produksi udang. Kenyataan adanya sifat toleran terhadap respons infeksi TSV tersebut mendorong untuk dilakukan penelitian tentang performansi histologi, protein haemolymph dan ekspresi enzim (GPI, PGM, EST, SOD, dan SP) pada udang yang sehat, toleran, dan terinfeksi TSV. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara seluler dan enzimatik dari perubahan performansi dari pada udang vaname yang sehat, toleran, dan moribund. Hasil dari penelitian ini terlihat adanya perubahan keragaan histologi hepatopankreas dan protein haemolymph menunjukkan perbedaan pada kelompok udang turunan pertama (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV dengan udang SPF. Hal yang sama juga terlihat dari perbedaan pola ekspresi enzim EST, SOD, dan SP, hal ini kemungkinan akibat dari mekanisme pertahanan udang dalam melawan infeksi TSV yang terekspresi sebagai interaksi kebal (imun). Namun demikian, belum dapat diyakinkan secara pasti bahwa ekspresi EST, SOD, dan SP mampu berdiri sendiri, tetapi diduga oleh adanya pengaruh interaksi dengan tekanan stres serta kondisi lingkungan. KATA KUNCI: enzim, toleransi, SPF, Taura Syndrome Virus, udang vaname

PENDAHULUAN

Keterpurukan produksi udang windu nasional telah membuka peluang terhadap udang introduksi. Beberapa kelebihan udang introduksi yang dipromosikan adalah bersifat bebas dari beberapa jenis patogen (SPF), cepat tumbuh dan relatif tahan terhadap perubahan lingkungan. Dengan adanya pemberian rekomendasi impor bagi udang Litopenaeus vannamei dan L. stylirostris pada tahun 1999 oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, bisnis udang beralih pada kedua spesies tersebut. Pada awal perkembangannya induk udang L. vannamei yang digunakan dalam pembenihan adalah induk-induk yang diimpor dari Hawaii dan Florida. Namun sejalan dengan keberhasilan pembudidayaannya permasalahan adanya infeksi Taura Syndrome Virus pada budidaya udang ini mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan.

Untuk mengevaluasi status kesehatan pada budidaya udang, sekarang ini petambak umumnya hanya berdasarkan beberapa variabel, yang mencakup produktivitas yaitu sintasan, mortalitas, laju pertumbuhan, FCR (feed conversion ratio), variasi ukuran, dan perubahan warna bagian tubuh. Di samping itu juga, berdasarkan uji stres, tingkah laku, fisik, dan pengujian isi usus (Brock & Main, 1994). Kejadian infeksi dapat dideteksi lebih spesifik dengan histopatologi, elektron mikroskop dan metode immuno-cytochemical (Brock & Main, 1994) serta molekuler DNA dan RNA dengan PCR (Poly-merase Chain Reaction). Kondisi dan perubahan histologi dari hepatopankreas dapat menjadi salah satu indikator kesehatan udang baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hepatopankreas terletak pada cephalotorax yang merupakan salah satu organ yang dapat memproduksi enzim-enzim pencernaan, menyimpan hasil metabolisme dan membuang sisa metabolisme tersebut. Organ tersebut sangat vital karena memiliki fungsi yang sama dengan organ hati dan pankreas pada mamalia. Menurut Karin (2002), organ hepatopankreas pada udang terdiri atas tubuli yang tertutup dan produksi enzim-enzim yang dialirkan melalui duktus hepatopankreatikus. Secara umum, satu parameter kesehatan idealnya dapat merefleksikan satu fungsi kebal (imun) yang relevan dihubungkan dengan kondisi kesehatan dan mudah untuk diukur dan diamati. Haematologi merupakan salah satu dari perangkat “(tools)” diagnostik tentang penyakit udang. Haemolymph akan merespons tidak lama setelah terjadi infeksi atau aplikasi stimulus. Indikator tersebut mampu untuk mendemonstrasikan tingkatan infeksi

PERUBAHAN HISTOLOGI, PROTEIN HEMOLIMP DAN EKSPRESI ALLOZYME

(GPI, PGM, EST, SOD DAN SP) PADA UDANG

L. vannamei

SELAMA INFEKSI

TAURA SYNDROME VIRUS (TSV)

Gusti Ngurah Permana*), Haryanti*), dan Rustidja**) *) Balai Besar Riset Perikanan Budiaya Laut

Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81101 E-mail: rimgdl@indosat.net.id

(2)

dini, akut atau kronis. Kemampuan pertahanan udang L. vannamei terhadap infeksi taura syndrome virus (TSV), perlu diketahui baik dari segi kekabalan tubuh udang serta genetiknya.

Adanya sifat toleran dari udang L. vannamei terhadap infeksi TSV dapat dilihat dari beberapa parameter di antaranya adalah perbedaan struktur histologi dari hepatopankreas pada udang yang tidak terinfeksi (sehat) dan terinfeksi TSV serta ekspresi protein enzim. Beberapa peneliti menyatakan bahwa ekspresi allozyme polimorfisme dan heterosigositas dapat dipengaruhi oleh stres lingkungan (Nevo, 1986; Ben-Shlomo & Nevo, 1988). Lebih lanjut Yap et al. (2004) mengemukakan adanya korelasi yang positif antara kandungan metal dengan allozyme polimorfisme pada kerang hijau, Perna viridis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui performansi perubahan histologi, protein hemolimph, dan pada ekspresi protein allozyme pada udang L. vannamei yang bersifat SPF, turunan pertama (F-1) sehat, terinfeksi Taura Syndrome Virus (TSV) dan moribund serta enzim polimorfisme sebagai biomarker. MATERI DAN METODE

Sampel Udang L. vannamei

Sampel udang L. vannamei yang digunakan adalah udang yang bebas virus atau tidak terinfeksi virus (SPF: spesific pathogen free) asal Florida dan turunan pertama (F-1) sehat masing-masing sebanyak 15 ekor. Demikian pula udang turunan pertama (F-1) yang terinfeksi TSV dan masih bertahan hidup dan moribund diambil masing-masing sebanyak 15 ekor. Penentuan SPF, sehat dan terinfeksi dideteksi dengan PCR menggunakan Kit IQ-2000.

Analisis Histologi

Sampel udang difiksasi dengan formalin 10% dengan tujuan mempertahankan sel-sel agar tidak rusak dan disimpan selama 24 jam dalam suhu ruang. Selanjutnya setelah 24 jam sampel dicuci dengan akuades untuk menghilangkan larutan fiksasi tersebut. Tahap berikutnya adalah dehydrasi dilakukan dengan merendam dalam alkohol bertingkat yaitu 70%, 90%, dan alkohol absolut masing-masing selama 45 menit. Proses penjernihan atau clearing menggunakan larutan xylol masing-masing-masing-masing selama 45 menit. Langkah penanaman sampel (embedding) dilakukan dengan menggunakan parafin cair yang dipanaskan dalam oven pada suhu 60°C dan pembuatan blok (blocking). Pengirisan (section-ing) dilakukan pada terhadapi irisan hepatopankreas yang tipis dan dicuci dengan air dingin, kemudian ditempelkan pada pada objek gelas selanjutnya dicelupkan ke dalam water bath suhu 40°C-50°C. Tahapan terakhir dari proses ini adalah staining menggunakan hematoxylin-eosin.

Total Protein Hemolymph

Haemocyte Lysate Supernatant (HLS) dipersiapkan dari haemolymph yang diambil dari udang sebanyak 0,1 mL; ditambahkan 0,4 mL larutan KC-199 dan disentrifugasi dengan kecepatan 2.500 rpm selama 10 menit pada suhu 4°C. Hemosit dicuci dan dikumpulkan dalam buffer cacodylate dingin (CAC) pH-7. Selanjutnya larutan tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 15.000 rpm selama 20 menit pada suhu 4°C. Pengukuran Total Protein Haemolymph (TPH) menggunakan mesin Gene quant. Standar menggunakan blanko BSA dalam PBS bufer dengan panjang gelombang 560 nm, selanjutnya sebanyak 70 μ volume HLS dimasukkan dalam cuvet dan dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran merupakan konsentrasi TPH dalam mg/mL.

Allozyme Elektroforesis

Analisis allozyme dan prosedur staining dilakukan sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh Sugama (1991). Untuk mengkonfirmasi ekspresi pita yang muncul dilakukan analisis dengan program TFPGA (tool for population genetic analysis) versi 1.3 dengan sistem komputerisasi.

HASIL DAN BAHASAN

Perubahan Struktur Histologi

Struktur histologi udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida, turunan pertama (F-1) sehat, turunan pertama (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV dan turunan pertama (F-1) moribund

(3)

ditunjukkan pada Gambar 1. Sel-sel dari hepatopankreas berbentuk kolumner poligonal dan bentuknya dapat berubah-ubah pada waktu makan. Tubulus hepatopankreas terlihat dengan jelas pada udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida, turunan pertama (F-1) sehat, turunan pertama (F-1) toleran dan tersusun oleh tubulus yang padat. Sedangkan pada udang turunan pertama (F-1) moribund tampak beberapa ruang kosong di antara sel penyusun tubulus. Jaringan pengikat intertubularis menebal yang mengakibatkan jarak antar tubulus menjadi saling berjauhan dan dijumpai inti sel piknotik. Pada udang turunan pertama F1-toleran terhadap TSV terlihat tubulus hepatopankreas tersusun cukup padat (Gambar 1c). Sel tubulus dalam lobuli tampak bervariasi yang menunjukkan adanya aktivitas metabolisme pada hepatopankreas. Proses degenerasi hidrofik sebagai respons adanya infeksi TSV akan membentuk vokuola di dalam sel-sel penyusun tubulus dengan jumlah yang banyak sehingga mampu memproduksi enzim, dan mensekresinya, Lebih lanjut Aspan et al. (1995), menyatakan bahwa hemocyanin dapat diproduksi pada hepatopankreas dan dalam sistem pencernaan yang baik dapat meningkatkan sistem kekebalan (imunitas) udang dalam melawan infeksi.

Histologi dari jaringan daging abdomen tidak memperlihatkan adanya nekrotik, tetapi pada beberapa bagian terjadi kemerosotan (degeneration) pada serat otot daging (Gambar 2d).

Total Protein Hemolymph (TPH)

Nilai total protein hemolymph dalam HLS tertinggi diketahui pada udang L. vannamei turunan pertama (F-1) toleran yaitu sebesar 0,751 mg/mL; F-1 sehat 0,744 mg/mL; dan SPF Florida 0,691 mg/ mL; serta nilai terendah adalah F-1 moribund 0,665 mg/mL (Gambar 3). Nilai pada setiap kelompok tidak berbeda nyata (P>0,05). Namun secara keseluruhan nilai total protein hemolymph udang L. vannamei pada semua kelompok sampel lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis udang lainnya seperti pada udang coklat (Crangon crangon), Squat lobster (Galathea strigosa), dan Norway lobster (Neprophs norvegicus) dengan total protein hemolymph dalam HLS adalah 0,5 mg/mL (Chisholm & Smith, 1995).

Tingkat perubahan komponen plasma telah diamati dengan berbagai kondisi fisiologis yang berbeda pada invertebrata. Hal ini dapat terlihat dari adanya perubahan dalam komposisi protein selama siklus moulting (Chen & Cheng, 1993) dan terjadinya penurunan Total Protein Hemolymph (TPH) selama infeksi (Ford, 1986). Kondisi nutrisi dan kesehatan, serta beberapa faktor lingkungan seperti suhu (Oliver & Fisher, 1995), salinitas (Dall, 1974; Chen et al., 1994a) dan amoniak (Chen et al. 1994b) juga memperlihatkan adanya pengaruh terhadap protein haemolymph.

(Scale bar Ш =121,19 μ dan magnifikasi 2x). 4 A B 3 2 1 C 3 D 5

Gambar 1. Struktur histologi hepatopankreas udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida (A), turunan pertama (F-1) sehat (B), F-1-toleran (C), dan F-1-moribund (D), (1) tubulus bentuk kolumner poligonal, (2) jaringan pengikat ekstratubularis, (3) vokuola (4) inti sel normal, (5) inti sel piknotik

(4)

Ekspresi total protein hemolymph dalam HLS pada sarcoplasmic protein dengan analisis allozyme elektroforesis terlihat pada (Gambar 4). Ekspresi protein tidak terdapat perbedaan, namun pola pita pada udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida terlihat memiliki relatif mobilitas lebih tinggi atau berat molekul protein lebih tinggi jika dibandingkan dengan turunan pertama (F-1) sehat, (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV dan F-1-moribund.

Ekspresi Genetik dengan Analisis Allozymes Elektroforesis Aktivitas Enzim

Enzim yang terekspresi merupakan protein yang mencerminkan informasi genetik berupa gen yang terdapat dalam lokus-lokus pada kromosom (Watson et al., 1998). Pada umumnya di dalam sel,

A B

C D

(Scale bar Ш = 400 μ).

Gambar 2. Struktur histologi daging udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida (A), turunan pertama (F-1) sehat (B), toleran (C), dan F-1-moribund (D). Kemerosotan pada serat otot (tanda panah)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

SPF Florida F1 sehat F1 toleran F1 moribund

mg

/m

l

Gambar 3. Pola total protein hemolymph L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida, turunan (F-1) sehat, turunan (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV dan F-1-moribund

(5)

enzim berfungsi sebagai pemelihara, di mana enzim berfungsi untuk membantu proses metabolisme dasar yang diperlukan oleh sel. Namun demikian ada beberapa enzim yang mengatur atau membantu proses metabolisme hanya pada sel-sel tertentu (Sugama et al., 1996). Aktivitas beberapa enzim pada udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida, (F-1) sehat, turunan pertama F-1 toleran, F-1-moribund terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas enzim pada udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida, turunan pertama (F-1)-sehat, F-1-toleran dan F-1-moribund dengan menggunakan allozyme elektroforesis

Keterangan:

* : udang L. vannamei dengan sifat SPF yang di impor dari Florida ++ : aktivitas tinggi

+ : aktivitas rendah - : tidak ada aktivitas SPF : Specifik Pathogen Free

Gambar 4. Ekspresi dari total protein hemolymph pada HLS dalam sarcoplasmic protein; 1-3 (udang yang bersifat SPF dari Florida), 4-6 (F-1- moribund), 7-9 (F-1-toleran) dan 10-12 (F-1-sehat) dengan analisis allozyme elektroforesis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Semua enzim yang dianalisis pada setiap kelompok sampel menunjukkan aktivitas yang hampir sama, namun enzim SOD dan AAT pada kelompok udang turunan pertama (F-1)-moribund tidak aktif. Menurut Cohen (1997), menyatakan bahwa SOD dan AAT merupakan enzim yang berperan penting dalam melindungi sel dari adanya radikal bebas di dalam tubuh yang diakibatkan oleh adanya pemicu seperti stres, invasi virus serta neurotransmitter yang tidak seimbang. Namun demikian, kemampuan enzim ini untuk bertindak sebagai salah satu anti-mikroba pada krustase dalam sistem pertahanan tubuh masih belum diketahui.

Deskripsi Lokus

Hasil deskripsi lokus dari 8 enzim yang dianalisis (ADH, MDH, GPI, PGM, SP, SOD, AAT, dan EST) terdeteksi 15 lokus pada udang turunan pertama (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV, 13 lokus pada udang yang bersifat SPF dari Florida dan F-1 sehat, sedangkan hanya 12 lokus terdeteksi pada udang F-1-moribund. Jumlah lokus tertinggi pada F-1-toleran, hal ini dapat dimungkinkan karena kemampuan udang dalam mengaktifasi beberapa lokus enzim yang ada dalam tubuhnya untuk

(6)

melewati fase akut. Selain itu, adanya posisi relatif lokus dalam sel yang dapat berubah oleh karena adanya mutasi gen.

Lokus yang terdeteksi pada semua kondisi udang L. vannamei (sifat SPF-Florida, sehat, F-1-toleran, dan F-1-moribund) diketahui, semuanya bersifat monomorfik (Tabel 2). Hal ini dapat terjadi karena induk udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida yang dipergunakan dalam breeding merupakan hasil selektif breeding yang telah terseleksi dengan homozigositas tinggi.

Tabel 2. Jumlah lokus yang terdeteksi pada udang L. vannamei bersifat SPF turunan pertama (F-1) sehat, F-1-toleran, dan F-1-moribund

Keterangan: (“) : tidak ada aktivitas; (*) : lokus enzim

SPF Florida F1-Sehat F1-Toleran F1-Moribund

ADH Adh-1* Adh-1* Adh-1* Adh1*

Mdh-1* Mdh-1* Mdh-1* Mdh-1* Mdh-2* Mdh-2* Mdh-2* Mdh-2* Gpi-1* Gpi-2* PGM Pgm-1* Pgm-1* Pgm-1* Pgm-1* Sp-1* Sp-1* Sp-1* Sp-1* Sp-2* Sp-2* Sp-2* Sp-2* Sp-3* Sp-3* Sp-3* Sp-3* Sp-4*

SOD Sod-1* Sod-1* Sod-1*

-Aat-1* Aat-1* Aat-1* Aat-1* Aat-2* Aat-2* Aat-2* Aat-2* Est-1* Est-1* Est-1* Est-1* Est-2* Est-2* Est-2* Est-2*

Lokus

MDH

GPI Gpi-1* Gpi-1* Gpi-1*

SP

AAT EST

Enzim

Perbedaan lokus enzim yang mengontrol sifat toleran dapat terlihat pada enzim GPI yang dikontrol oleh dua lokus yaitu Gpi-1* dan Gpi-2 sedangkan pada udang yang lainnya hanya terdapat 1 lokus yaitu Gpi-1*. Lokus Gpi-2 diduga merupakan pengontrol kemampuan daya tahan terhadap infeksi virus. Lebih lanjut menurut Haris & Hopkinson (1976), menyatakan bahwa enzim GPI merupakan golongan enzim yang berperan dalam mengontrol metabolisme karbohidrat terutama pada lintasan pentosa fosfat dan dapat mengontrol pertumbuhan. Adanya infeksi virus TSV dimungkinkan akan mempengaruhi metabolime dari udang dan pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dari udang tersebut.

Demikian juga halnya dengan enzim SP dikontrol oleh 4 lokus yaitu Sp-1*, Sp-2*, Sp-3*, dan Sp-4* pada turunan pertama (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV sedangkan pada udang lainnya hanya terdapat 3 lokus yaitu Sp-1*, Sp-2*, dan Sp-3*. Sarcoplasmic protein merupakan gugus protein total yang terekspresi secara kualitatif pada udang, ekspresi lokus Sp-4* merupakan kemampuan dari udang L. vannamei untuk mengaktifasi enzim tersebut sebagai internalisasi pertahanan diri.

Alcohol Dehydrogenase (ADH)

Aktivitas ADH terdeteksi pada jaringan daging, dengan pita bergerak kearah kutub positif. Lokus ADH hanya disusun oleh satu alel homozigot dan mengindikasikan tidak ada perbedaan variasi genetik (monomorfik) dengan struktur enzim monomer. Skema pola pita ADH seperti Gambar 5.

(7)

Enzim ADH (E.C. 1.1.1.1) ini mempunyai kemapuan dalam mengontrol daya tahan terhadap penyakit (Sugama, 1996). Lebih lanjut Astirin (2006) menerangkan bahwa enzim ADH ini dapat digunakan sebagai marker ketahanan penyakit karena enzim ini dapat terekspresi pada semua kolompok udang windu, Penaeus monodon yang tahan terhadap H2S.

Malate Dehydrogenase (MDH)

Enzim MDH terekspresi keberadaannya pada jaringan daging dan keseluruhan dari enzim ini menunjukkan pola yang sama (Gambar 4). Enzim ini bergerak menuju kutub positif. Semua populasi dikontrol oleh dua lokus yaitu MDH-1* dan MDH-2*. Masing-masing lokus memiliki struktur monomorfik. Skema pola pita Mdh ditunjukkan pada Gambar 6.

Enzim MDH (E.C. 1.1.1.37) terdapat dalam siklus asam sitrat yang berlangsung di dalam mitokondria, enzim ini diduga berperan dalam stabilitas dan sensitivitas kinetik protein, sehingga mempunyai toleransi terhadap adaptasi suhu (Dahlhoff & Somero, 1993).

Glucose Phospate Isomerase (Gpi)

Glucose phospate isomerase (E.C. 1.1.1.49) terdeteksi pada daging, dengan pola pergerakan pita menuju ke arah positif. Ekspresi pita sangat jelas dengan dikontrol oleh 1 lokus Gpi-1 (homozigot). Perbedaan aktivitas enzim ini pada udang yang toleran terhadap infeksi TSV adalah munculnya lokus Gpi-2*. Pola pita GPI dari elektroforesis seperti terlihat pada Gambar 7.

Glucose phosphate isomerase merupakan golongan enzim yang berfungsi dalam mengontrol pertumbuhan, selain itu, enzim GPI dan 6-PGD diperlukan dalam reaksi metabolisme karbohidrat (Haris & Hopkinson, 1976; Permana et al., 2006).

Superoxide Dismutase (SOD)

Enzim SOD terekspresi keberadaannya pada jaringan daging, dan secara keseluruhan enzim ini menunjukkan pola yang sama dengan satu lokus yaitu Sod-1*. Enzim ini bergerak menuju kutub positif dan memiliki struktur monomorfik.

Gambar 5. Performansi pola pita ADH pada udang L. vannamei yang mempunyai sifat toleran terhadap infeksi TSV

Adh-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 6. Performansi pola pita MDH pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Mdh-1 Mdh-2

(8)

Skema pola pita SOD dari elektroforesis seperti terlihat pada Gambar 8.

Superoxide dismutase (E.C. 1.15.1.1) adalah enzim detoksikasi yang dapat dijumpai dalam semua organisme aerob untuk mengkatalisis dismutasi radikal seperoksida menjadi molekul oksigen dan hydrogen peroxide. Enzim SOD diproduksi dalam tubuh hewan sebagai antioksidan, tetapi jumlahnya akan menurun tajam ketika banyak terjadi kerusakan metabolisme sel (Cohen, 1997).

Phospoglucomutase (PGM)

Phospoglucomutase (E.C. 2.7.5.1) terdeteksi keberadaannya pada jaringan daging, dengan mobilitas bergerak ke arah kutub positif. Struktur enzim ini monomer dengan ekspresi sama pada semua kelompok sampel, maka dapat dikatakan tidak terdapat keragaman genetik. Skema pola pita PGM dari elektroforesis seperti terlihat pada Gambar 9.

Menurut Lehninger (1982), peran enzim Pgm adalah dalam pemindahan gugus fosfat yaitu dalam metabolisme glukose-6-P pada lintasan asam uronat. Enzim ini mengkatalis reaksi dari glukosa 6-P menjadi glukosa 1-P pada jalur glikogenesis. Pada pembentukan heparin enzim ini juga berfungsi sebagai pemindah gugus posfat dari glukosamin 6-P menjadi glukosamin 1-P.

Gambar 7. Performansi pola pita GPI pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Gpi-1 Gpi-2

Gambar 8. Performansi pola pita SOD pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Sod-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 9. Performansi pola pita PGM pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Pgm-1

(9)

Aspartate Aminotransferase

Enzim AAT (E.C. 2.6.1.1) ini aktif pada jaringan daging, dengan mobilitas ke arah positif. Ekspresi pita dari enzim ini cukup jelas dan dikontrol oleh 2 lokus yaitu Aat-1* dan Aat-2*. Skema pola pita AAT dari elektroforesis seperti terlihat pada Gambar 10.

Sarcoplasmic Protein (SP)

Aktivitas enzim Sarcoplasmic protein ditemukan pada jaringan daging pada kutub positif dan dikontrol oleh masing-masing 3 lokus kecuali pada udang turunan pertama (F-1) yang toleran terhadap infeksi TSV dikontrol oleh 4 lokus. Namun demikian semuanya terlihat homozigot. Skema pola pita SP dari elektroforesis terlihat pada Gambar 11.

Esterase (EST)

Enzim esterase (E.C. 3.1.1.1) terekspresi keberadaannya pada hepatopankreas dan dikontrol oleh dua lokus yaitu Est-1* dan Est-2*. Kedua lokus ditemukan pada semua kelompok sampel. Pola pita hasil elektroforesis Est dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 10. Performansi pola pita AAT pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 11. Performansi pola pita SP pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Sp-1 Sp-3 Sp-4 Sp-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gambar 12. Performansi pola pita EST pada udang L. vannamei yang toleran terhadap infeksi TSV

Est-1 Est-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Aat-1

Aat-2

(10)

KESIMPULAN

1. Performansi histologi hepatopankreas udang L. vannamei terlihat adanya perubahan pada kelompok udang turunan pertama (F-1) yang moribund terhadap infeksi TSV dengan kelompok lainnya. 2. Nilai total protein haemolymph tertinggi terdapat pada udang yang toleran terhadap infeksi TSV,

sedangkan ekspresinya pada Sarcoplasmic protein tidak terdapat perbedaan. Pola pita pada udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida relatif memiliki mobilitas tinggi sehingga berat molekul protein lebih tinggi yang disinyalir mempunyai peran terhadap ketahanan tubuh udang.

3. Hasil analisis allozymes tidak dapat mengekspresikan adanya polimorfisme tetapi terjadi aktivitas enzim yang tinggi pada ADH, SOD, GPI, dan SP serta jumlah lokus yang lebih banyak terkait dalam mengontrol ketahanan tubuh udang.

DAFTAR ACUAN

Astirin, O.P. 2006. Ekspresi genetik udang windu (Penaeus monodon Fab.) sebagai respons ketahanan terhadap pencemar hidrogen sulfida. Disertasi. Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Brawijaya Malang, hlm. 89-128.

Aspan, A.T., Huang, L.C., & Soderhall, K. 1995. cDNA cloning of prophenoloxidase from the fresh water crayfish Pacifastacus leniusculus and its activation. Proc. Natl. Acad. Sci. USA., 92: 939-942. Ben-Shlomo, R. & Nevo, E. 1988. Isozyme polymorphism as monitoring of marine environments: The

interactive effect of cadmium and mercury pollution on the shrimp, Palaemon elegans. Marine Pollu-tion Bulletin, 19: 314-317.

Brock, J.A. & Main, K.L. 1994. A guide to the common problems and diseases of cultured Penaeus vannamei. The World Aquaculture Society, Louisiana State University, Baton Rouge, 242 pp. Cohen, Z. 1997. The chemicals of Spirullina In Vonshak, A. (Ed.). Spirullina platensis (Arthrospira),

Physiology, Cell biology and Biotechnology,Taylor & Francis, Ltd., London, .p 175-204.

Chen, J.C. & Cheng, S.Y. 1993. Studies on hemocyanin and haemolymph protein levels of Penaeus japonicus based on sex, size and moulting cycle. Comparative Biochemistry and Physiology B. 106: 293-296.

Chen, J.C., Chen, C.T., & Cheng, S.Y. 1994a. Nitrogen excretion and changes of hemocyanin, protein and free amino acid levels in the hemolymph of Penaeus monodon exposed to different concentra-tions of ambient ammonia-N at different salinity levels. Marine Ecology Progress Series, 110: 85-94. Chen, J.C., Cheng, S.Y., & Chen, C.T. 1994b. Changes of hemocyanin, protein and free amino acid levels in the hemolymph of Penaeus japonicus exposed to ambient ammonia. Comparative Bio-chemistry and Physiology A., 109: 339-347.

Chisholm, J.R.S. & Smith, V.J. 1995. Comparison of antibacterial activity in the haemocytes of different crustacean species. Comparative Biochemistry and Physiology A., 110: 39-45.

Ford, S.E. 1986. Effect of repeated hemolymph sampling on growth, mortality, protein hemolymph and paratisitism of oysters, Crassostrea virginica. Comparative Biochemistry and Physiology A., 85: 465-470.

Dall, W. 1974. Indices of nutritional state in the Western rock lobster, Panulirus langipes (Milne Edwards). I. Blood and tissue constituents and water content. J. of Experimental Marine Biology and Ecology, 16: 167-180.

Dahlhoff, E. & Somero, G.N. 1993. Kinetic and structural adaptations of Cytoplasmic Malate Dehy-drogenases of Eastern Pacific Abalone (Genus: Haliotis) from different thermal habitats. Biochemi-cal correlates of biogeographiBiochemi-cal patterning. J. Exp. Biol., 185: 137-150.

Lehninger, A.L. 1982. Principles of Biochemistry, Worth Publishers New York, 102 pp.

Nevo, E. 1986. Mechanisms of adaptive speciation at the molecular and organismal levels. In: Evolu-tionary Processes and Theory Karlin, S. & Nevo, E. (Eds.), Academic Press, New York, p. 439-474. Oliver, L.M. & Fisher, W.S. 1995. Comparative form and function of oyster Crassostrea virginica hemocytes from Chesapeake Bay (Virginia) and Apalachiocola Bay (Florida). Diseases of Aquatic Organisms, 22: 217-225.

(11)

Haris, H. & Hopkinson, D.A. 1976. Hand book of enzyme electrophoresis in Human Genetics. North Holland Publ. Co. Amsterdam, pp. 124.

Karin, V.D.B. 2002. Haemocyte defense in black tiger shrimp (Penaeus monodon). Proefscrift, PhD thesis, Wageninen University, 158 pp.

Permana, G.N., Hutapea, J.H., Moria, S.B., & Haryanti. 2006. Polimorfisme enzim Glucose-6 phos-phate isomerase pad atiga populasi tuna sirip kuning (Thunnus albacares). J. Fish. Sci., VIII(1): 50-56.

Sugama, K. 1991. Studies on Genetic Variation and Chromosome Set Manipulation in Red Sea Bream (Pagrus major). A Thesis of Doctor in Agriculture Science. Ehime United Graduate School-Japan, 171 pp.

Sugama, K., Haryanti, & Cholik, F. 1996. Biochemical genetic differentiation among wild population of Milkfish, Chanos-chanos in Indonesia, IFRJ, IV(I): 11-19.

Watson, J.D., Tooze, & Kurtz, D.T. 1998. DNA Recombinant: Suatu Pelajaran Singkat, Alih Bahasa Wisnu Gunarso, Penerbit Erlangga, pp. 89.

Yap, C.K., Tan, S.G., Ismail, & A., Omar, H. 2004, Allozyme polymorphisms and heavy metal levels in the green-lipped mussel Perna viridis (Linnaeus) collected from contaminated and uncontaminated sites in Malaysia. Environment International, 30(1): 39-46.

Gambar

Gambar 1. Struktur histologi hepatopankreas udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida (A), turunan pertama (F-1) sehat (B), F-1-toleran (C), dan F-1-moribund (D), (1) tubulus bentuk kolumner poligonal, (2) jaringan pengikat ekstratubularis, (3) voku
Gambar 2. Struktur histologi daging udang L. vannamei yang bersifat SPF dari Florida (A), turunan pertama (F-1) sehat (B), toleran (C), dan  F-1-moribund (D)
Gambar  4. Ekspresi  dari  total  protein  hemolymph  pada  HLS  dalam sarcoplasmic  protein;  1-3  (udang  yang  bersifat  SPF  dari Florida),  4-6  (F-1-  moribund),  7-9  (F-1-toleran)  dan  10-12 (F-1-sehat)  dengan  analisis  allozyme  elektroforesis
Tabel 2. Jumlah lokus yang terdeteksi pada udang L.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Adapula maksud dan tujuan dari disusunnya penulisan hukum (skripsi) ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas

Perhitungan kemampuan jangka pendek Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur yang mencakup faktor Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio, dapat diketahui

Keberadaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, yang sebelumnya merupakan pedoman atau acuan dalam

Pada kegiatan ini bidang yang saya pilih adalah dalam bidang pemerintahan, saya memilih kegiatan ini agar membuat masyarakat kampung Genting Bulen lebih memahami

 Dengan estimasi perolehan pendapatan tersebut, perseroan memperkirakan laba bersih akan mencapai Rp7,61 miliar, tumbuh 21,76% dibandingkan dengan Rp6,25 miliar

kemudian Anak korban berlari ke dalam ruang kelas, beberapa saat kemudian Anak korban kembali keluar dari ruang kelas dan bertemu kembali dengan Anak yang

Pertunjukan Tari Barong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan melalui suatu proses, yang mana perubahan Tari Barong sakral akibat

Untuk menentukan nama yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sampel yang digunakan pada