• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per minggu terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per minggu terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali

per minggu terhadap kadar hemoglobin

pada siswi yang menderita anemia

Sandra Fikawati*, Ahmad Syafiq*, Sri Nurjuaida**

*Lintas Departemen Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Kesehatan Masyarakat UI **Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Tangerang, Jawa Barat

ABSTRAK

Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan sumber daya manusia yang harus dilindungi karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan kualitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi TTD satu kali per minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar hemoglobin (Hb) siswi penderita anemia yang sudah menstruasi di SLTP Kota Tangerang. Disain penelitian adalah non-blinded randomized experiment. Subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per minggu (40 orang) dan dua kali per minggu (38 orang). Pemberian suplementasi TTD diminum di depan peneliti diberikan selama 11 minggu. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kenaikan kadar Hb yang bermakna antara kedua kelompok intervensi tersebut (p=0,31). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberikan suplementasi 1 kali per minggu adalah sebesar 2,20 g/dl sedangkan yang diberikan suplementasi 2 kali per minggu sebesar 2,28 g/dl. Dengan demikian intervensi pemberian suplementasi zat besi, disertai dengan memonitor konsumsi TTD, dapat diberikan cukup satu kali per minggu karena hasilnya terhadap kenaikan kadar Hb tidak berbeda dengan pemberian suplementasi TTD dua kali per minggu .

Kata kunci : Zat besi, defisiensi, suplementasi, anemia, remaja

Effect of once and twice weekly of iron supplementation

on hemoglobin level among students with anemia

ABSTRACT

Despite their importance as potential human resource, female teenager is recognized as a group that prone to iron-deficient anemia. This study aims to investigate difference in hemoglobin level increments between those who received once per week iron supplementation and twice per week supplementation among anemic students in SLTP Kota Tangerang. Design of this study is non-blinded-randomized experiment. Subjects were randomized into two groups, once per week supplementation group (40 subjects) and twice per week supplementation group (38 subjects). Supplementation of iron tablet was given for a consecutive 11 weeks. The study shows no difference found in the increment of the two groups (p=0,31). Mean hemoglobin increment in once per week group was 2.20 g/dl while in the twice per week group the increment was 2.28 g/dl. The study results was in favor of strictly monitored iron supplementation once per week since it provide similar increments in hemoglobin level compared to twice per week supplementation.

(2)

PENDAHULUAN

Populasi remaja di Indonesia mencapai 20% dari total populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 30 juta jiwa.(1) World Health Organization(2) menyebutkan bahwa banyak

masalah gizi pada remaja masih terabaikan disebabkan karena masih banyaknya faktor-faktor yang belum diketahui, padahal remaja merupakan sumber daya manusia Indonesia yang harus dilindungi karena potensinya yang s a n g a t b e s a r d a l a m u p a y a p e m b a n g u n a n kualitas bangsa.

Anemia akibat kekurangan zat gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi utama di Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia s e k o l a h , p r e v a l e n s i a n e m i a t e r t i n g g i ditemukan di Asia Tenggara dengan perkiraan s e k i t a r 6 0 % a n a k m e n g a l a m i a n e m i a .( 3 )

L a p o r a n b e r b a g a i s t u d i d i I n d o n e s i a memperlihatkan masih tingginya prevalensi anemia gizi pada remaja putri yang berkisar antara 20-50%. Survei yang dilakukan oleh G r o s s e t a l( 4 ) d i J a k a r t a d a n Yo g y a k a r t a

melaporkan prevalensi anemia pada remaja s e b e s a r 2 1 , 1 % . P e n e l i t i a n B u d i m a n( 5 )

menyebutkan dari sejumlah 545 orang sampel siswi SLTA di Kabupaten dan Kotamadya Sukabumi, Cirebon dan Tangerang Propinsi Jawa Barat sebanyak 40,4%-nya menderita anemia. Survei Kesehatan Rumah Tangga t a h u n 2 0 0 1 m e l a p o r k a n 2 8 , 3 % a n a k d a n remaja dalam kelompok umur 5-14 tahun menderita anemia.(6) Penelitian Hamid(7) di

Padang, Sumatera Barat mendapatkan angka prevalensi anemia pada siswi SLTA sebesar 2 9 , 2 % . P e n e l i t i a n F e b r u h a r t a n t y e t a l( 8 )

terhadap 137 siswi SLTP di Kupang, Nusa Te n g g a r a Ti m u r m e n d a p a t k a n a n g k a prevalensi anemia sebesar 49,6%.

Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia akibat kekurangan zat gizi b e s i t e r h a d a p p e r t u m b u h a n d a n

perkembangan anak dan remaja.(9,10) Anemia

pada anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal dan menurunkan p r e s t a s i b e l a j a r k a r e n a r a s a c e p a t l e l a h , k e h i l a n g a n g a i r a h d a n t i d a k d a p a t berkonsentrasi.(6) Sedangkan pada remaja

penderita anemia, sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa, anemia akan menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai kualitas hidup yang tidak optimal.(9,10)

Melihat dampak anemia yang sangat besar dalam menurunkan kualitas sumber daya manusia, maka sebaiknya penanggulangan anemia perlu dilakukan sejak dini, sebelum remaja putri menjadi ibu hamil, agar kondisi fisik remaja putri tersebut telah siap menjadi ibu yang sehat.(11) Remaja putri termasuk

kelompok yang rawan terhadap anemia, hal ini disebabkan karena kebutuhan Fe pada wanita 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Wanita mengalami menstruasi setiap bulannya yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah cukup banyak, juga kebutuhan Fe meningkat karena untuk pertumbuhan fisik, mental dan intelektual, dan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang m e r u p a k a n s u m b e r F e y a n g m u d a h d i s e r a p .( 6 , 1 2 ) K e l o m p o k r e m a j a p u t r i

m e m p u n y a i r i s i k o p a l i n g t i n g g i u n t u k menderita anemia karena pada masa itu terjadi p e n i n g k a t a n k e b u t u h a n F e . P e n i n g k a t a n kebutuhan ini terutama disebabkan karena pertumbuhan pesat yang sedang dialami dan t e r j a d i n y a k e h i l a n g a n d a r a h a k i b a t menstruasi.(9) Kelompok ini juga memiliki

kebiasaan makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan berisiko seperti fast food, snack

dan soft drink(13,14) dan tingginya keinginan

mereka untuk berdiet agar tampak langsing(15)

yang mempengaruhi asupan zat gizi termasuk sumber Fe yang adekuat.

(3)

Strategi untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri adalah dengan perbaikan kebiasaan makan, fortifikasi makanan dan pemberian suplementasi Fe. Mengubah pola makan dan fortifikasi makanan merupakan strategi jangka panjang yang penting namun tidak dapat diharapkan dapat berhasil dengan c e p a t .( 1 6 ) C a r a l a i n a d a l a h d e n g a n

m e m b e r i k a n s u p l e m e n t a s i F e m e l a l u i pemberian tablet tambah darah (TTD). Untuk p e n c e g a h a n d a n p e n g o b a t a n a n e m i a , s u p l e m e n t a s i T T D m e r u p a k a n c a r a y a n g efisien karena mudah didapat, efeknya cepat terlihat, dan harganya relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat luas. Brabin and B r a b i n( 1 7 ) m e r e k o m e n d a s i k a n p r o g r a m

pencegahan anemia dengan suplementasi Fe lebih banyak ditargetkan kepada remaja putri dari pada anak-anak, wanita dewasa atau ibu hamil karena pemberian suplementasi kepada remaja putri akan memberi dampak yang lebih b e s a r p a d a k e s e h a t a n r e p r o d u k s i d a n keberhasilan proses reproduksi dibandingkan dengan suplementasi selama masa hamil saja. Remaja putri merupakan calon ibu yang harus s e h a t d a n t i d a k a n e m i a , u n t u k d a p a t melahirkan bayi yang sehat.

Berbagai studi intervensi menunjukkan bahwa dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian TTD berbeda-beda.(18-20) Namun

demikian dibandingkan dengan dosis yang umumnya relatif hampir sama (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat), frekuensi pemberian per minggu dan lama pemberiannya m a s i h s a n g a t b e r v a r i a s i . D e p a r t e m e n Kesehatan RI(15) menyebutkan dosis terapi

untuk remaja putri yang anemia adalah 1 kali per hari selama satu bulan sedangkan WHO/ UNICEF dalam Gross et al.(4) menyebutkan

dua kali per hari untuk waktu dua sampai dengan tiga bulan. Studi evaluasi program suplementasi Fe sirup untuk balita di Nusa Tenggara Timur menunjukkan pemberian sirup

Fe harian lebih efektif daripada mingguan d a l a m m e n u r u n k a n p r e v a l e n s i a n e m i a balita.(21) Berbagai studi lain memperlihatkan

bahwa suplementasi mingguan cukup efektif dan ekonomis dalam menurunkan prevalensi a n e m i a .( 4 , 1 8 ) S a l a h s a t u m a s a l a h d a l a m

p r o g r a m s u p l e m e n t a s i a d a l a h r e n d a h n y a k e p a t u h a n .( 2 2 - 2 4 ) D a t a S u r v e i D e m o g r a f i

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pada ibu hamil menunjukkan bahwa h a n y a k u r a n g d a r i s e p e r t i g a i b u h a m i l m e n g k o n s u m s i T T D s e b a n y a k 9 0 t a b l e t , sepertiga mengkonsumsi <60 tablet, dan 20% tidak mengkonsumsi sama sekali.(1)

Masalah kepatuhan merupakan kendala utama suplementasi besi harian, dan karena i t u a l t e r n a t i f s u p l e m e n t a s i m i n g g u a n d i h a r a p k a n d a p a t m e n g u r a n g i m a s a l a h kepatuhan ini. Tetapi suplementasi mingguan menghadapi masalah dalam hal dosis Fe yang d i p e r l u k a n u n t u k m e n i n g k a t k a n k a d a r hemoglobin dalam darah agar setara dengan suplementasi harian.(24) Sebagai salah satu

opsi, dengan demikian, diperlukan penelitian untuk mengetahui keefektifan suplementasi Fe dengan frekuensi di antara mingguan dan harian misalnya dua kali per minggu untuk menilai keefektifan suplementasi terhadap kadar hemoglobin (Hb).

Tujuan studi ini adalah menilai pengaruh suplementasi Fe yang diberikan 2 kali per minggu dibandingkan dengan suplementasi 1 kali per minggu dalam menaikan kadar Hb siswi yang anemia.

M E T O D E

P e n e l i t i a n d i l a k u k a n d i S LT P K o t a Tangerang pada Januari-April 2004. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan m e t o d a e x p e r i m e n t a l r a n d o m i s e d n o n

blinded. Pemeriksaan kadar Hb awal dengan

(4)

dilakukan terhadap 254 siswi yang sudah mendapat menstruasi dan ditemukan 81 siswi ( 3 1 , 8 9 % ) m e n d e r i t a a n e m i a . I n t e r v e n s i p e m b e r i a n s u p l e m e n t a s i F e p r o g r a m p e m e r i n t a h y a n g k a n d u n g a n n y a f e r ro u s

sulfat (60 mg Fe dan 0,25 mg asam folat)

dilakukan selama 11 minggu pada 78 siswi dari 81 siswi yang anemia tersebut (sebanyak 3 orang siswi yang anemia pindah ke pesantren sehingga tidak ikut dalam intervensi). Sampel secara acak dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mendapat intervensi suplementasi Fe satu kali per minggu dan dua kali per minggu. Monitoring pemberian Fe dilakukan dengan meminta responden untuk meminum TTD di depan peneliti. Selanjutnya pada akhir intervensi dilakukan kembali pemeriksaan kadar Hb. Uji statistik yang digunakan adalah uji t (independent-t test) untuk menguji perbedaan rata-rata kadar Hb awal studi dan kenaikan kadar Hb setelah pemberian pada kedua kelompok.

HASIL

R a t a - r a t a k a d a r H b a w a l s i s w i y a n g mendapat suplementasi satu kali per minggu sebesar 10,93 ± 0,87 g/dl dan median 11,15 g/ dl sedangkan pada kelompok awal siswi yang mendapat suplementasi dua kali per minggu adalah 10,86 ± 0,83 g/dl dan median 11,10 g/ dl (Tabel 1).

Setelah intervensi didapatkan nilai akhir Hb kelompok suplementasi 1 kali per minggu

sebesar 13,13 ± 1,03 g/dl dan nilai akhir Hb kelompok suplementasi 2 kali per minggu 13,30 ± 1,10 g/dl. Hasil pemeriksaan kadar Hb akhir s i s w i m e n u n j u k k a n b a h w a p e m b e r i a n suplementasi TTD baik satu kali per minggu maupun dua kali per minggu selama waktu 11 minggu dapat menaikkan kadar Hb siswi secara bermakna. Pada kelompok suplementasi satu kali per minggu didapatkan penurunan siswi yang anemia sebesar 95% (38 siswi dari 40 siswi) dan pada kelompok suplementasi dua kali per minggu didapatkan hasil penurunan jumlah siswi yang mengalami anemia sebanyak 9 4 , 7 % ( 3 6 d a r i 3 8 s i s w i ) . G a m b a r 1 memperlihatkan perbedaan antara nilai mean kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. Hasil uji statistik didapatkan peningkatan kadar Hb secara bermakna pada masing-masing kelompok intervensi (p = 0,0000).

Hasil uji beda kenaikan kadar Hb siswi berdasarkan kelompok suplementasi TTD menunjukkan rata-rata kenaikan kadar Hb siswi kelompok suplementasi TTD 1 kali per minggu adalah 2,20 ± 1,39 g/dl dan rata-rata k e n a i k a n k a d a r H b s i s w i k e l o m p o k suplementasi 2 kali seminggu adalah 2,28 ± 1,34 g/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,31 (1-tailed) maka disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberi suplementasi satu kali per minggu dengan rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberi suplementasi dua kali per minggu (Gambar 2).

(5)

Gambar 1. Distribusi rata-rata kadar Hb siswi sebelum dan sesudah intervensi

(6)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil skrining kadar Hb terhadap 254 siswi SLTP Kota Tangerang yang telah menstruasi diperoleh gambaran bahwa 31,9% anak menderita anemia (Hb<12 g/dl) dengan rata-rata kadar Hb awal sebesar 10,9 g / d l . H a s i l i n i s e d i k i t l e b i h b a i k b i l a d i b a n d i n g k a n d e n g a n h a s i l p e n e l i t i a n Budiman(5) terhadap perempuan remaja siswi

S LTA d i K a b u p a t e n d a n K o t a m a d y a S u k a b u m i , C i r e b o n d a n Ta n g e r a n g J a w a Barat yang menujukkan prevalensi anemia sebesar 40,4% dan Saraswati et al(25) pada

r e m a j a p u t r i S M U s w a s t a d a n n e g e r i d i P r o p i n s i J a w a B a r a t d e n g a n p r e v a l e n s i anemia sebesar 42,4%.

Setelah intervensi 11 minggu terlihat kenaikan rata-rata kadar Hb yang bermakna a n t a r a k a d a r H b s e b e l u m d a n s e s u d a h perlakuan dengan rata-rata kenaikan kadar Hb 2,24 g/dl. Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Saidin et al(26)

dengan pemberian suplementasi pil besi satu kali seminggu pada remaja putri di Bandung selama 13 minggu dengan rata-rata kenaikan kadar Hb hanya 0,39 g/dl. Hasil ini juga lebih tinggi dari penelitian Sakti et al(20) tentang

p e n g a r u h p e m b e r i a n t a b l e t b e s i 2 k a l i seminggu terhadap kadar Hb pada remaja putri SLTP d i K a r a n g a w e n s e l a m a 1 2 m i n g g u dengan rata-rata kenaikan kadar Hb 1,08 g/ dl. Hal ini mungkin disebabkan karena pada penelitian lain rata-rata kadar Hb awal siswi lebih tinggi dan dalam penelitian yang lain TTD tidak diminum di depan peneliti.

Melihat jenis intervensi yang dilakukan (suplementasi satu kali per minggu dan dua kali per minggu), ternyata kenaikan kadar Hb antara suplementasi satu kali per minggu dan d u a k a l i p e r m i n g g u t i d a k m e n u n j u k k a n perbedaan yang bermakna. Hasil ini sesuai dengan penelitian Schultink et al(27) yang

menunjukkan efek suplementasi Fe dua kali per minggu sama dengan suplementasi satu kali per hari pada anak-anak pra-sekolah. Demikian pula hasil penelitian Gross et al(4)

dan Ridwan et al(28) pada ibu hamil ternyata

pemberian suplementasi Fe dosis mingguan lebih efektif dan ekonomis dibandingkan dengan suplementasi dosis harian. Hasil studi melaporkan bahwa suplementasi Fe satu kali dalam seminggu pada manusia efisien karena sesuai dengan siklus pembaharuan sel-sel mukosa usus manusia yang terjadi setiap 5 hari.(18)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi efektifitas yang diukur melalui kenaikan kadar Hb, suplementasi mingguan ( s a t u k a l i p e r m i n g g u ) t e r n y a t a s a m a efektifnya dengan suplementasi dua kali per m i n g g u . D a r i s e g i k e p a t u h a n p e m b e r i a n c e n d e r u n g m e n i n g k a t k a n k e p a t u h a n d a n d e n g a n d e m i k i a n d i h a r a p k a n t i n g k a t kepatuhan suplementasi satu kali per minggu lebih tinggi dari suplementasi dua kali per m i n g g u m e s k i p u n d a l a m p e n e l i t i a n i n i kepatuhan merupakan variabel yang dikontrol sehingga tidak dapat dilihat perbedaan tingkat kepatuhan antara dua kelompok suplementasi tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Prevalensi anemia pada siswi yang sudah m e n d a p a t m e n s t r u a s i a d a l a h 3 1 , 8 9 % . Suplementasi TTD satu kali per minggu yang disertai monitoring konsumsi TTD mampu meningkatkan kadar Hb pada siswi yang menderita anemia.

Disarankan melakukan p

emeriksaan

kadar Hb pada siswi yang sudah mendapat

menstruasi untuk seleksi/skrining program

suplementasi TTD.

Pemberian TTD diminum d e n g a n p e n g a w a s a n b a i k o l e h g u r u a t a u petugas kesehatan di sekolah.

(7)

Daftar Pustaka

1. Statistics Indonesia, National Family Planning Board, Ministry of Health, ORC Macro. Indonesia Demographic Health Survey 2002-2003. Maryland: BPS and ORC Macro; 2002-2003. 2. WHO. Adolescent nutrition: a neglected

dimension. WHO; 2003. Available at http:// www.who.int/nut/ado.htm. Accessed May, 19 2004.

3. Tee ES. Priority nutritional concerns in Asia. Food and nutrition Bulletin 2002; 23: 345-8. 4. Gross R, Angeles-Agdeppa I, Schultink W,

Dillon D, Sastroamidjojo S. Daily versus weekly iron suplementation: programmatic and economic implications for Indonesia. Food and Nutrition Bulletin 1997; 18: 64-9.

5. Budiman. Hubungan pengetahuan dengan status anemia pada remaja putri murid SMU dan MAN di 6 daerah tingkat II di Jawa Barat (Tesis). FKM UI: Jakarta 1999.

6. Depkes RI. Program penanggulangan anemia gizi pada wanita usia subur (WUS). Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2001.

7. Hamid S. Peran asupan zat gizi dan faktor lain terhadap kadar hemoglobin siswi SMUN 3 Kota Padang Propinsi Sumatra Barat tahun 2001 (Tesis). FKM UI: Jakarta; 2002.

8. Februhartanty J, Dillon D, Khusun H. Will daily iron supplementation given during menstruation improve iron status better than weekly supplementation? Asia Pacific J Clin Nutr 1992; 11: 36-41.

9. Krummel B. Nutrition in women’s health. New York: Aspen Publ; 1996.

10. Worthington-Roberts BS, Williams SR. Nutrition throughout the life cycle. Fourth ed. McGraw-Hill International Editions, Health Profession Series. Singapore; 2000.

11. Gopalan, C. Nutrition development transition in South-East Asia. WHO Regional Office for South-East Asia, New Delhi; 1994.

12. Bergstorm E, Hernell O, Lonnerdal B, Persson LA. Sex differences in iron stores of adolescents. Iron nutrition in health and disease. In: Hallberg L, Asp NG, Libbey J, editors. Company Ltd; 1996. p. 157-63.

13. Fomon SJ, S Zlotkin. Nutritional anemias. Nestle Nutrition Services. New York: Raven Press; 1992.

14. Moore MC. Pedoman terapi diet dan nutrisi. Jakarta: Hipotekrates; 1997.

15. Depkes RI. Pedoman Pemberian Tablet Besi, Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat; 1999.

16. Angeles-Agdeppa, Imelda T. Daily versus weekly supplementation with iron, vitamin A, folic acid and vitamin C to improve iron and vitamin A status of female adolescents. Med J Indones 1997; 6: 52-69.

17. Brabin and Brabin. Parasitic infections in women and their consequences. Am J Clin Nutr 1992; 55: 955-8.

18. Angeles-Agdeppa I, Schultink W, Sastroamidjojo S, Gross R, and Karyadi D. Weekly micronutrient supplementation to buid iron stores in female Indonesian adolescents. Am J Clin Nutr 1997; 66: 177-83.

19. Schultink W. Iron supplementation programmes: compliance of target groups and frequency of tablet intake. Food and Nutrition Bulletin 1996; 17: 22-6.

20. Sakti H, Rahmawati B, Rahfiludin MZ. Pengaruh suplementasi tablet besi dan pendidikan gizi terhadap pengetahuan, sikap, praktek tentang anemi dan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri. Media Medika Indonesiana 2003;38:24-30. 21. Setiarini A. Evaluation of iron supplementation program among under-five children in East Nusa Tenggara, Indonesia (Tesis). Seameo UI: Jakarta; 1999.

22. Fahmida U, Dillon D, Schultink W, Untoro J. Iron supplementation in women of reproductive age: the influence of distribution channels on compliance. Australian Journal of Nutrition and Dietetics 1998; 55: S 35.

23. UNICEF and Government of Indonesia. Challenges for a New Generation. The Situaition of Children and Women in Indonesia. 2000. 24. Bowman BA, RM Russell. Present knowledge

in nutrition. 8th ed. Washington D.C.: ILSI Press;

2001.

25. Saraswati E, Imam S. Perbedaan tingkat pengetahuan anemia remaja putri Sekolah

(8)

Menengah Umum anemia dan non anemia di enam Dati II Propinsi Jawa Barat. Penelitian Gizi dan Makanan 1997; 20: 16-27.

26. Saidin M, Saidin S, Supaina I, Yuniar Y, Komarudin, Muhilal. Efektivitas suplementasi pil besi satu kali per minggu dalam penanggulangan masalah anemia pada kelompok wanita remaja. Laporan Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi; 1997. 27. Schultink, W, Gross R, Gliwitzki M, Karyadi D,

Matulessi P. Effect of daily vs twice weekly iron supplementation in Indonesian preschool children with low iron status. Am J Clin Nutr 1995; 61: 111-5.

28. Ridwan E, Schultink W, Dillon D, Gross R. Effects of weekly iron supplementation on pregnant Indonesian women are similar to those of daily supplementation. Am J Clin Nutr 1996; 63: 884-90.

Gambar

Tabel 1. Distribusi kadar Hb awal dan dan akhir siswi berdasarkan kelompok intervensi
Gambar 1. Distribusi rata-rata kadar Hb siswi sebelum dan sesudah intervensi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen. Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari program pembelajaran komputer

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhuma, bahwa Atha bin Yasar pernah meminta pada

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknlsnya, maka dengan ini kami umumkan Perusahaan yang yang melaksanakan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :. Kegiatan

Sambutan Selamat Datang Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur (20 Menit) 6. Keynote Speech

Lanjutkan dengan klik menu [Extensions|Template Manager] untuk masuk ke halaman Template Manager: Styles kemudian klik link Beez_20 di kolom Templates (lihat gambar

Selama ini, mediasi yang telah dilakukan tidak menemukan titik terang dari permasalahan tersebut karena Pemkab Klaten merasa Pemkot Solo tetap harus membayar tunggakan

Penelitian ini difokuskan pada hadis-hadis dalam kitab Irsha&gt;d al-‘Aql al- Sali&gt;m ila&gt; Maza&gt;ya&gt; al-Kita&gt;b al-Kari&gt;m karya Abu al-Su’u&gt;d dari segi permasalahan

Dari Gambar 4 diatas dapat dilihat akumulasi parkir Off Street terbesar Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum untuk jenis kendaraan mobil adalah sebesar 99 kendaraan dan sebesar 369