• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, PERSEPSI, DAN PRAKTIK PERLINDUNGAN DIRI TERHADAP RISIKO BAHAYA KIMIA PADA KARYAWAN PERCETAKAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN, PERSEPSI, DAN PRAKTIK PERLINDUNGAN DIRI TERHADAP RISIKO BAHAYA KIMIA PADA KARYAWAN PERCETAKAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGETAHUAN, PERSEPSI, DAN PRAKTIK PERLINDUNGAN DIRI TERHADAP RISIKO BAHAYA KIMIA PADA KARYAWAN PERCETAKAN

DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

Knowledge, Perception, and Practice of Self Protections Against Chemical Hazards Risk in Printing Workers in Makassar 2013

Astriana1, Furqaan Naiem1, Muhammad Rum Rahim1 1

Bagian Kesehatan dan Keselamatam Kerja FKM UNHAS (astriastriana@gmail.com/085242106890)

ABSTRAK

Kebutuhan akan berbagai produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya beragam kegiatan industri dalam upaya peningkatan pemasaran, penjualan, dan lain sebagainya. Dalam rangka peningkatan tersebut, kini banyak dimanfaatkan jasa percetakan. Percetakan adalah industri kimia intensif dengan pekerja yang pada umumnya terpapar bahan kimia berbahaya dalam jumlah besar, sehingga dapat menimbulkan risiko bahaya terhadap pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, persepsi, dan praktik perlindungan diri terhadap risiko bahaya kimia pada karyawan percetakan di Kota Makassar Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran karyawan dengan pengetahuan tinggi sebanyak 38 orang (26,0%), sedang 90 orang (61,6%), dan berpengetahuan rendah sebanyak 18 orang (12,3%). Karyawan dengan persepsi positif sebanyak 112 orang (76,7%), persepsi negatif sebanyak 34 orang (23,3%). Karyawan yang melakukan cara kerja aman sebanyak 122 orang (83,6%) sedangkan cara kerja tidak aman sebanyak 24 orang (16,4%). Karyawan yang menggunakan alat pelindung diri dengan kategori tidak baik sebanyak 126 orang (86,3%) sedangkan kategori baik sebanyak 20 orang (13,7%). Diharapkan agar karyawan lebih memperhatikan penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, dan baju lengan panjang saat sedang bekerja.

Kata kunci: pengetahuan, persepsi, praktik perlindungan diri, bahaya kimia, percetakan.

ABSTRACT

Demand for various goods and services encourage the growth of a variety of industrial activities in order to improve marketing, sales, and etc. In the framework of the increase, is now widely used printing services. Printing is intensive chemical industry with workers are generally exposed to hazardous chemicals in bulk, so it can pose a risk of harm to workers. This research is aims to describe the knowledge, perceptions and practices of self-protection against chemical hazards. This research was a descriptive study. Overview of the results obtained with the high knowledge workers as many as 38 people (26.0%), middle 90 people (61.6%), and low knowledge as 18 people (12.3%). Workers with positive perceptions is 112 people (76.7%), negative perceptions is 34 individuals (23.3%). Workers who perform work safely manner is 122 people (83.6%) while the work is not safe manner is 24 people (16.4%). Workers who use personal protective equipment by category is not good that 126 people (86.3%), while both categories with 20 people (13.7%). It is expected that workers will pay more attention to the use of personal protective style such as gloves, masks, and long sleeves at work.

(2)

2 PENDAHULUAN

Kebutuhan akan berbagai produk barang dan jasa oleh masyarakat mendorong tumbuhnya beragam kegiatan industri yang menyediakan barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Bidang industri pun tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan individu tetapi juga sudah mencakup kebutuhan yang bersifat massal. Misalnya sektor-sektor usaha lain membutuhkan jasa dalam upaya peningkatan pemasaran, penjualan, dan lain sebagainya. Dalam rangka peningkatan tersebut, kini banyak dimanfaatkan jasa printing atau juga biasa disebut percetakan.

Usaha percetakan dalam kegiatannya menggunakan sejumlah bahan kimia yang bisa menyebabkan kerugian baik dari segi peralatan, lingkungan, maupun pekerja itu sendiri. Pada tahun 1930-an, banyak kasus toksisitas benzena yang terjadi dalam industri percetakan dimana benzena dipakai sebagai solven (pelarut) tinta (Ester, 2005). Hasil penelitian Livesley

et al (2002) di Inggris menunjukkan sebanyak 490 responden (41%) melaporkan diri memiliki keluhan kulit. Prevalensi tertinggi pada laki-laki (43%) dan mereka yang bekerja di percetakan (49%). Hasil penelitian Budiyanto (1996) di Percetakan Negeri Yogyakarta menunjukkan hasil pemeriksaan kadar haemoglobine darah pada pekerja yang bekerja di ruang cetak sebanyak 20 orang atau semua yang bekerja di ruang cetak positif mengandung Methaemoglobine diatas kadar normal, dan kadar Methaemoglobine nya berkisar Antenatal 44-68 gram %.

Pekerja yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang bahaya bahan kimia sebanyak 40 responden (76,9%) dan tingkat pengetahuan yang kurang adalah 12 responden (23,1%). Namun responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yang mengalami keluhan dermatitis kontak lebih besar yaitu sebanyak 20 responden (83,3%) dibandingkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yang mengalami keluhan dermatitis kontak hanya 4 responden (16,7%) (Hamid, 2012). Hasil penelitian Bandjar dikutip dalam Etika (2010) tentang analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD pekerja di bagian produksi PT.LGEIN Tangerang menunjukkan bahwa satu-satunya faktor yang berkaitan dengan kepatuhan penggunaan APD adalah persepsi pekerja terhadap bahaya.

Studi yang dilakukan oleh Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia bekerja sama dengan Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, diketahui bahwa terdapat pelarut organik dalam lem berupa toluena lebih dari 70% dan pelarut benzena sekitar 1-2% (Widjaja, 2008 dikutip dalam Hendra, 2008). Lebih lanjut dipaparkan pada pengrajin sepatu yang termasuk industri kecil, setelah diadakan

(3)

3 penyuluhan peningkatan pengetahuan, perilaku aman yang muncul adalah pekerja tidak lagi mengaplikasikan lem dengan jari tangan, melainkan sudah menggunakan kuas. Namun, perilaku yang sulit diubah adalah makan, minum, dan merokok sambil bekerja dengan bahan kimia lem, begitu pula dengan penggunaan masker yang sering diabaikan.

Melihat permasalahan diatas, maka penting dilakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan, persepsi, dan praktik perlindungan diri terhadap risiko bahaya kimia pada karyawan percetakan di Kota Makassar dalam rangka penyusunan program pencegahan penyakit akibat kerja pada karyawan percetakan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar pada bulan April 2013. Waktu pengumpulan data dilakukan tanggal 1-17 April 2013. Populasi dalam penelitian adalah seluruh karyawan industri percetakan di Kota Makassar sebanyak 305 orang dari 77 industri percetakan yang sesuai dengan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar dari tahun 2009-2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 146 orang dari 68 industri percetakan dengan kriteria karyawan yang bertugas sebagai operator di bagian pencetakan dan karyawan yang menggunakan bahan kimia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Informasi yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SPSS selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden paling banyak pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 40 orang (27,4%). Kebanyakan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 114 orang (78,1%) sedangkan perempuan 32 orang (21,9%). Distribusi responden berdasarkan pendidikan paling banyak SMA yaitu 88 orang (60,3%). Untuk distribusi responden berdasarkan masa kerja paling banyak berada pada kategori 1-5 tahun sebanyak 81 orang (55,5%).

Analisis Univariat

Hasil penelitian mengenai pengetahuan karyawan percetakan terhadap risiko bahaya kimia berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pengetahuan sedang lebih tinggi yaitu sebanyak 90 orang (61,6%) sedangkan responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 38 orang (26,0%) dan pengetahuan rendah sebanyak 18 orang (12,3%). Distribusi responden

(4)

4 berdasarkan persepsi terhadap risiko bahaya kimia di percetakan menunjukkan responden yang memiliki persepsi positif sebanyak 112 orang (76,7%) dan persepsi negatif sebanyak 34 orang (23,3%).

Distribusi responden yang bekerja dengan aman sebanyak 122 orang (83,6%) sedangkan yang bekerja tidak aman sebanyak 24 orang (16,4%). Untuk penggunaan APD pada tabel 2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden menggunakan APD dengan tidak baik yaitu sebanyak 126 orang (86,3%) sedangkan yang menggunakan APD dengan baik sebanyak 20 orang (13,7%).

PEMBAHASAN Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara terhadap 146 karyawan percetakan yang menggunakan bahan kimia di Kota Makassar tahun 2013 diperoleh hasil sebanyak 90 orang (61,6%) mempunyai pengetahuan yang sedang sedangkan pengetahuan rendah sebanyak 18 orang (12,3%).

Hasil penelitian Yu et al (2005) yang dilakukan pada pekerja percetakan di Hong Kong berbeda dengan penelitian ini yang menemukan bahwa pengetahuan pekerja percetakan tentang bahaya pelarut organik tergolong rendah hanya 20,4%. Penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian ini mengemukakan hasil wawancara mendalam dengan 20 petani di Mexico diperoleh hasil sebagian besar pekerja sudah mengetahui bahwa pestisida berbahaya, dan merasa bahwa pengendalian yang kurang dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan merupakan faktor yang menonjol yang menyebabkan kurangnya tindakan aman oleh pekerja.

Dari hasil wawancara menggunakan kuesioner menunjukkan pada umumnya karyawan percetakan sudah mengetahui apa saja jenis bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan seperti tinta, pelarut (thinner), lem, serta cat warna. Sebagian besar karyawan mengetahui bahwa risiko dari bahan-bahan tersebut akan menyebabkan gangguan pada paru-paru dan kulit. Akan tetapi gangguan terhadap organ tubuh yang terkena lainnya masih belum banyak yang mengetahui seperti ginjal, hati, saraf, jantung, dan pencernaan. Hal ini disebabkan karena efek yang sering dirasakan oleh karyawan percetakan yaitu gangguan pernafasan seperti sesak napas serta gangguan kulit seperti iritasi ketika bekerja atau kontak dengan bahan kimia khususnya pelarut (thinner). Karyawan percetakan hanya mengetahui efek jangka pendek yang disebabkan oleh bahan kimia di percetakan.

(5)

5 Persepsi

Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indera) di sekitar kita (Widayatun, 1999). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama (Notoatmodjo, 1996).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi karyawan percetakan terhadap risiko bahaya kimia di Kota Makassar tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 112 orang (76,7%) memiliki persepsi yang positif sedangkan 34 orang (23,3%) memiliki persepsi yang negatif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Vesta, Lubis, dan Sinaga (2012) tentang persepsi terhadap risiko kerja pada karyawan di PT. Wilmar Nabati Indonesia yang mengemukakan bahwa sebanyak 37 orang (88,1%) memiliki persepsi baik tentang risiko kecelakaan kerja dan 5 orang (11,9%) memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja.

Pada umumnya persepsi karyawan percetakan di Kota Makassar tahun 2013 sudah positif dalam hal bahwa bahan kimia tinta, pelarut, dan lem berbahaya terhadap kesehatan, namun sebaliknya pada cat. Padahal fungsi cat disini dalam penggunaannya hampir sama dengan tinta. Selain itu karyawan memiliki persepsi positif bahwa untuk mencegah bahan kimia masuk ke dalam tubuh yaitu dengan memakai sarung tangan dan masker, tetapi negatif dalam hal pemakaian baju lengan panjang ketika bekerja. Menurut hasil wawancara, responden tidak setuju memakai baju lengan panjang dengan alasan merasa kepanasan saat harus bekerja memakai baju lengan panjang di ruangan tertutup pada saat mencetak.

Cara Kerja

Cara bekerja dengan bahan kimia juga dapat mempengaruhi persepsi terhadap risiko bahaya kimia di percetakan. Menurut pedoman penggunaan pestisida oleh Kementerian Pertanian tahun 2011 menyebutkan bahwa selama aplikasi pestisida operator pelaksana tidak diperkenankan makan, minum, atau merokok. Selain itu setelah bekerja juga dianjurkan untuk mencuci tangan.

Hasil penelitian pada karyawan percetakan di Kota Makassar tahun 2013 menggambarkan bahwa sebanyak 122 orang (83,6%) bekerja dengan kategori aman sedangkan 24 orang (16,4%) bekerja dengan kategori tidak aman. Penelitian Hendra (2008) menemukan bahwa masih ada beberapa pekerja pengrajin sepatu informal yang minum sambil bekerja dengan menggunakan lem.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan percetakan sudah bekerja dengan cara yang aman dalam hal makan, merokok, serta cuci tangan. Akan tetapi masih terdapat beberapa responden yang masih sering minum sambil melakukan kegiatan pencetakan. Dari

(6)

6 hasil wawancara diketahui bahwa ketika melakukan proses pencetakan menggunakan bahan kimia khususnya pelarut (thinner), karyawan merasa sering cepat haus bila menghirup bau dari pelarut (thinner) tersebut. Rata-rata industri percetakan menggunakan pelarut organik. Pelarut organik terdiri dari berbagai jenis zat organik seperti hidrogen aromatik (misalnya benzena), hidrokarbon alifatik (misalnya n-heksana), hidrokarbon alifatik berklor (misalnya kloroform, CCl4), alkohol, atau glikol dan eternya. Zat-zat kimia ini digunakan secara luas dalam cat, tinta, thinner, bahan perekat, dan lain-lain.

Penggunaan APD

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa sebanyak 126 responden (86,3%) termasuk dalam kategori tidak baik dalam penggunaan APD sedangkan hanya terdapat 20 responden (13,7%) yang termasuk kategori baik dalam penggunaan APD. Alat pelindung yang dimaksud adalah sarung tangan, masker, dan baju lengan panjang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendra (2008) yang mengemukakan bahwa masih ada pekerja yang tidak menggunakan masker saat bekerja dengan bahan kimia lem. Dari hasil kuesioner ditemukan masih banyak karyawan yang tidak pernah menggunakan sarung tangan maupun baju lengan panjang. Untuk penggunaan masker, responden sudah banyak yang menggunakan tetapi frekuensi penggunaannya masih jarang ketika bekerja.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan APD oleh karyawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan, sebagian besar merasa tidak nyaman dan terganggu ketika menggunakan alat pelindung diri. Selain itu faktor ketersediaan APD juga menjadi penyebab lainnya mengingat industri percetakan di Kota Makassar termasuk dalam industri skala menengah ke bawah dengan jumlah pekerja rata-rata di bawah 10 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Taha (2000) bahwa alasan utama yang diberikan responden untuk tidak menggunakan APD adalah tidak tersedianya peralatan dan peralatan itu terlalu berat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian yang dilakukan di industri percetakan Kota Makassar tahun 2013 diperoleh karyawan dengan pengetahuan tinggi sebanyak 38 orang (26,0%), pengetahuan sedang sebanyak 90 orang (61,6%), dan pengetahuan rendah sebanyak 18 orang (12,3%). Karyawan dengan persepsi positif sebanyak 112 orang (76,7%) dan persepsi negatif sebanyak

(7)

7 orang (23,3%). Karyawan yang melakukan cara kerja aman sebanyak 122 orang (83,6%%) sedangkan cara kerja tidak aman sebanyak 24 orang (16,4%). Karyawan yang menggunakan alat pelindung diri pada kategori kategori baik sebanyak 20 orang (13,7%) dan tidak baik sebanyak 126 orang (86,3%).

SARAN

Bagi karyawan agar lebih memperhatikan aspek penggunaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan baju lengan panjang. Sebaiknya pemilik percetakan menyediakan alat pelindung diri bagi karyawan. Bagi dinas kesehatan agar melakukan usaha promosi kesehatan kerja kepada karyawan percetakan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 1996. Hubungan Lama Pemaparan Senyawa Aniline dengan Kadar Methaemoglobine Darah pada Tenaga Kerja yang Bekerja Di Ruang Cetak Percetakan

Negeri Yogyakarta. Disertasi. Universitas Diponegoro (online).

http://eprints.undip.ac.id/8901/1/0484.pdf diakses 2 Desember 2012

Ester (editor). 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (online).

http://whqlibdoc.who.int/hq/2000/WHO_PCS_00.1_ind.pdf diakses 5 November 2012

Hamid. 2012. Faktor Risiko Keluhan Dermatitis Kontak pada Pekerja Percetakan di Kelurahan Ballaparang Kecamatan rRappocini Makassar Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.Makassar: Universitas Hasanuddin.

Etika. 2010. Hubungan Karakteristik Individu dan Persepsi Risiko Kerja dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Bottle Filling LPG PT.Pertamina (Persero) Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Hendra. 2008. Peningkatan Pengetahuan Pengrajin Sepatu Informal tentang Bahaya Kimia dan Cara Kerja Aman dengan Bahan Kimia. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia (online). http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/publikasi/PeningkatanPengetahuanPengrajinSepa tuInformalMengenaiBahayaKimiadanCaraKerjaAmandenganBahanKimia.pdf diakses 19 Desember 2012

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta: Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Livesley et al, 2002. The Prevalence of Occupational Dermatitis in The UK Printing Industry.

Occup Environ Med Volume 59 Nomor 7 Tahun 2002, hal: 487-92 (online) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12107299/ diakses 25 Desember 2012

(8)

8 Notoatmodjo S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

_____________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Taha. 2000. Knowledge and Practice of Preventive Measures in Small Industries in Al-Khobar. Saudi Medical Journal Volume 21 Nomor 8 Tahun 2000, hal: 740-745. (online). http://www.smj.org.sa/PDFFiles/Aug00/Knowledge.pdf diakses 1 Mei 2013

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Vesta, Lubis, dan Sinaga. 2012. Gambaran Persepsi Pekerja Tentang Risiko Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi dan Utility PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara (online) http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/viewFile/441/246 diakses 1 Mei 2013

Widayatun, TR. 1999. Ilmu Perilaku M.A. 104. Jakarta: Sagung Seto

Yu et al. 2005. Knowledge, Attitude and Practice Regarding Organic Solvents among Printing Workers in Hong Kong. The Chinese University of Hong Kong. Journal of Occupational Health Volume 47 Tahun 2005, hal: 305-310 (online). https://www.jstage.jst.go.jp/article/joh/47/4/47_4_305/_pdf diakses 1 Mei 2013

(9)

9 LAMPIRAN

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Percetakan Kota Makassar Tahun 2013

Karakteristik n % Umur (Tahun) 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 ≥ 50 15 40 28 29 17 9 6 2 10,3 27,4 19,2 19,9 11,6 6,2 4,1 1,4 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 114 32 78,1 21,9 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SLTA: SMA SMK STM STM Grafika PT: D3 S1 3 3 18 88 7 2 1 3 21 2,1 2,1 12,3 60,3 4,8 1,4 0,7 2,1 14,4 Masa Kerja (Tahun)

< 1 1-5 6-10 11-15 16-20 > 20 16 81 39 5 4 1 11,0 55,5 26,7 3,4 2,7 0,7

(10)

10 Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan, Persepsi, Cara Kerja, dan Penggunaan APD

oleh Responden terhadap Risiko Bahaya Kimia di Percetakan Kota Makassar Tahun 2013 Variabel n % Pengetahuan Tinggi 38 26,0 Sedang 90 61,6 Rendah Persepsi Positif Negatif Cara Kerja Aman Tidak Aman Penggunaan APD Baik Tidak Baik 18 112 34 122 24 20 126 12,3 76,7 23,3 83,6 16,4 13,7 86,3

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Percetakan Kota Makassar Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

.HGXD PHQMHODVNDQ NHFHQGHUXQJDQ SHUEHGDDQ SUHVWDVL DNDGHPLN DQWDUD VLVZD ODNL ODNL GDQ SHUHPSXDQ SDGD PDWD SHODMDUDQ )LVLND 6RVLRORJL GDQ %DKDVD ,QGRQHVLD 'DSDW GLVLPSXONDQ EDKZD

Hal yang berbeda dengan monyet yang mendapat Perlakuan III, pola tingkah laku dan alokasi waktu makan selama intervensi nikotin lebih tinggi bila dibandingkan sebelum

Kelompok yang ditinjau dalam penelitian mengenai pertukaran informasi berbagi tips pemeliharaan Pitbull pada komunitas American Pitbull Terrier (A.P.B.T) Dago

Waktu penetapan, T s , adalah waktu yang diperlukan kurva tanggapan untuk menetap dalam daerah di sekitar nilai akhir yang ukurannya ditentukan dengan persentase

Pihak investor juga memiliki kepentingan dengan melihat Tanah Kas Desa tersebut sebagai sebuah wilayah yang potensial untuk dijadikan sebuah kegiatan yang berbasis

AVR merupakan seri microcontroller CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) yang ditingkatkan. Hampir semua instruksi

1) Kondisi aktual aktivitas yang terdapat di PPP Sikakap berjalan dengan baik, mulai dari aktivitas pelayanan administrasi, pendaratan ikan, pemasaran ikan,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( Berita