• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA BERBAGAI JENIS ITIK LOKAL BETINA YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA BERBAGAI JENIS ITIK LOKAL BETINA YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA BERBAGAI JENIS ITIK LOKAL BETINA YANG PAKANNYA DI SUPLEMENTASI PROBIOTIK

(GROWTH AND FEED INTAKE OF VARIOUS TYPES OF FEMALE LOCAL DUCKS WHOSE FEED IS SUPPLEMENTED WITH PROBIOTIC)

Dian Agustina, Ning Iriyanti, Sigit Mugiyono

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e-mail :dian_agustina008@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis itik dan level probiotik serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan konsumsi pakan. Materi yang digunakan adalah itik Mojosari, itik Magelang dan itik Tegal betina umur 22 minggu sebanyak 81 ekor, probiotik starbio. Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3 sebagai faktor A adalah jenis itik (a1, a2, a3) dan faktor B adalah level probiotik (b1, b2,

b3). Ada 9 kombinasi yang diulang 3 kali setiap unit ada 3 ekor. Peubah yang diamati adalah

pertumbuhan dan konsumsi pakan. Data dianalisis dengan analisis variansi. Hasil analisis variansi menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap pertumbuhan dan konsumsi pakan. Rataan pertumbuhan absolut sebesar 201,99±103,66 g, rataan pertumbuhan relatif sebesar 0,020±0,010 g/minggu dan rataan konsumsi pakan sebesar 144,92±2,12 g/ekor/hari. Kesimpulan dari penelitian adalah pemberian probiotik sampai 6 g/kg pakan dan jenis itik tidak meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan.

Kata kunci : jenis itik, probiotik, pertumbuhan, konsumsi pakan

ABSTRACT

The purpose of this research was to knowusing variation types ducks and probiotic levels with the interaction between ducks and probiotic levels on growth and feed intake. The materials used in duck of Mojosari, duck of Magelang and duck of Tegal female age 22 weeks as many as 81 heads, probiotic starbio. Experimental research method was used Completely Randomized Design (CRD) as a 3x3 factorial. As factor A was type of duck (a1, a2, a3) and factor B was probiotic levels

(b1, b2, b3). There are 9 combinations were repeated 3 times each unit there are 3 heads. Variables

that were recorded and observed were growth and feed intake. Averaging absolute growth 201,99±103,66 g, averaging relative growth 0,020±0,010 g/week, and averaging feed intake 144,92±2,12 g/head/day. Data were analyzed using analysis of variance. Variance analysis results showed that use that the treatment effect had no significant (P>0,05) on growth and feed intake. The conclusion of the study is different levels of probiotic 6 g/kg of feed and types various can not improve growth and feed intake.

Keywords : ducks, probiotic, growth, feed intake

PENDAHULUAN

Beberapa jenis itik petelur lokal yang berkembang di Indonesia, antara lain Itik Alabio, Itik Magelang, Itik Mojosari, Itik Mojosari Alabio (MA), Itik Cihateup, Itik Tegal, Itik Bali, dan lain-lain. Masing-masing jenis itik tersebut diberi nama sesuai dengan daerah utama pengembangannya dan mempunyai keunggulan tersendiri serta pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan adalah salah satu parameter untuk menentukan keberhasilan produksi. Kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan (Suparyanto, 2005). Pertumbuhan pada ternak dapat diartikan sebagai pertumbuhan

(2)

dalam bobot badan sampai dewasa kelamin. Menurut Lawrence (1980), pertumbuhan merupakan kenaikan dalam ukuran, maka terjadi pula perubahan bobot tubuh sehingga pertumbuhan sering dikaitkan dengan berat hidup. Pertumbuhan secara mudah yakni “perubahan dalam ukuran” dimana dapat diukur sebagai panjang, volume atau berat. Masa hidup hewan dapat dibagi menjadi masa percepatan dan perlambatan pertumbuhan. Umumnya masa percepatan terjadi sebelum ternak mengalami pubertas (dewasa kelamin) yang kemudian setelahnya terjadi perlambatan (Susanti, 2003).

Pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi pula oleh konsumsi pakan. Konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan (Ensminger, 1992). Tetapi terkadang ternak dapat mengalami penurunan bobot badan yang disebabkan oleh konsumsi pakan yang menurun karena kecernaan nutrien yang rendah. Probiotik merupakan pakan imbuhan berupa mikroorganisme yang dapat hidup di saluran pencernaan, bersimbiosis dengan mikroorganisme yang ada, bersifat menguntungkan, dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta menyeimbangkan populasi mikrobia pada saluran pencernaan, mengendalikan mikroorganisme patogen pada tubuh inang, menstimulasi imunitas inang (Fuller, 1992). Pemberian suplemen probiotik (Lactobacillus) memiliki efek positif pada berat badan akhir sebesar 14,4 %, meningkatkan konsumsi pakan sebesar 7,7% dan mampu memperbaiki performan ayam dan produk ternak yang aman dikonsumsi (Ignatova, 2009).

Probiotik (starbio) yang digunakan dalam suplementasi pakan merupakan koloni bakteri alami. Penggunaan starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap. Sartika et al. (l994) menyampaikan bahwa hasil probiotik starbio mengandung 19,17 % air, 10,42 % protein, 0,ll % lemak kasar, 8,37 % serat kasar, dan 51,54 % abu. Pemberian strabio 2,5 g/kg ransum pada ayam pedaging ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sebesar 11,52 % (Lembah Hijau, 1999). Mengatasi hal tersebut maka perlu penambahan feed aditifdalam pakan yaitu probiotik.

Keuntungan probiotik adalah kemampuannya untuk mencegah reaksi bakteri patogen, merangsang aktivitas peristaltik usus, detoksikasi beberapa komponen makanan yang merugikan dan mengeluarkannya,mensuplai enzim untuk membantu mencerna beberapa bahan makanan (Ray, 1996). Kecernaan pakan dapat ditingkatkan dengan penambahan berbagai jenis enzim-enzim pencernaan, sehingga efisiensi pemanfaatan pakan akan meningkat (Kompiang, 1993). Selain penambahan enzim, telah banyak dinyatakan bahwa penambahan jenis mikroorganisme (probiotik) ke dalam pakan juga akan membantu pencernaan, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan konsumsi pakan.

Penelitian ini menggunakan starbio sebagai probiotik. Probiotik pada unggas dapat memberikan efek menguntungkan seperti menstimulasi produksi enzim pencernaan serta vitamin dan substansi antimikrobial sehingga meningkatkan status kesehatan inangnya (Laksmiwati, 2006). Probiotik yang ada di saluran pencernaan unggas menghasilkan bakteriosin yang berfungsi menekan bakteri patogen, sehingga saluran pencernaan normal terutama mukosa usus dan villi usus yang berfungsi melakukan absorbsi nutrien pakan. Ketika nutrien terserap dengan sempuna, maka konsumsi pakan meningkat dan pertumbuhan juga semakin baik.

(3)

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui interaksi penggunaan probiotik terhadap peningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan pada berbagai jenis itik lokal betina danpemberian probiotik pada level berbeda mampu meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan pada berbagai jenis itik lokal betina.

METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik mojosari betina, itik magelang betina dan itik tegal betina umur 22 minggu masing-masing 27 ekor, sehingga jumlah materi penelitian seluruhnya adalah 81 ekor. Petak kandang dengan ukuran 1m x 1m x 1,5 m untuk itik masing-masing sebanyak 27 unit. Peralatan kandang dan timbangan yang terdiri dari timbangan digital dan timbangan duduk. Bahan pakan yang diberikan adalah jagung kuning giling, dedak, kosentrat dan probiotik starbio.

Metode penelitian adalah eksperimental secara in-vivo disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3 sebagai faktor A adalah jenis itik (itik Magelang, itik Mojosari, itik Tegal) dan faktor B adalah level probiotik ( 0 g/kg pakan, 3 g/kg pakan, 6 g/kg pakan). Ada 9 kombinasi yang diulang 3 kali setiap unit ada 3 ekor itik betina. Kombinasi yang diberikan adalah sebagai berikut:

a1b0 = itik Mojosari yang tidak diberi probiotik (0 g/kg pakan).

a1b1 = itik Mojosari yang diberi probiotik (3 g/kg pakan).

a1b2 = itik Mojosari yang diberi probiotik (6 g/kg pakan).

a2b0 = itik Magelang yang tidak diberi probiotik (0 g/kg pakan).

a2b1 = itik Magelang yang diberi probiotik (3 g/kg pakan).

a2b2 =itik Magelang yang diberi probiotik (6 g/kg pakan).

a3b0 = itik Tegal yang tidak diberi probiotik (0 g/kg pakan).

a3b1 = itik Tegal yang diberi probiotik (3 g/kg pakan).

a3b2 = itik Tegal yang diberi probiotik (6 g/kg pakan).

Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan dan konsumsi pakan pada itik lokal betina.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Absolut

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan absolut menunjukkan kisaran yang normal untuk itik lokal betina. Penelitian yang dilakukan Hardjosworo (1989) rataan pertumbuhan absolut itik Tegal yang pakannya berkadar protein berbeda memiliki rataan sebesar 300,09±19 g sampai 310,91±47,89 g. Sedangkan hasil penelitian Setyawan (2004) terhadap itik betina menunjukkan bahwa rataan pertumbuhan absolut pada itik Magelang, itik Tegal dan itik Mojosari masing-masing adalah 136,01 ± 48,44; 135,17 ± 36,54; 114,87 ± 5,39 g.

Hasil penelitian rataan pertumbuhan absolut, pertumbuhan relatif dan konsumsi pakan itik lokal betina umur 22 minggu sampai 28 minggutertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Absolut Perlakuan Pertumbuhan Absolut

(g) Pertumbuhan Relatif (g/minggu) Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) a1b0 103,00±47,70 0,011±0,005 146,01±1,95

(4)

a1b1 163,67±87,52 0,017±0,009 144,01±0,65 a1b2 205,67±119,34 0,026±0,004 144,13±0,95 a2b0 188,00±106,69 0,020±0,011 145,45±2,85 a2b1 214,00±137,27 0,020±0,013 145,18±3,07 a2b2 304,78±139,01 0,027±0,011 143,96±0,70 a3b0 244,22±51,58 0,019±0,014 147,48±2,40 a3b1 186,00±160,52 0,021±0,017 142,56±4,46 a3b2 208,56±83,37 0,021±0,008 145,55±2,02 Rataan 201,99±103,66 0,020±0,010 144,92±2,12

Keterangan: a1 :Itik Mojosari; a2 : Itik Magelang; a3 : itik Tegal; b0 : probiotik 0 g/kg pakan; b1 : probiotik 3 g/kg

pakan; b2 : 6 g/kg pakan.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi antara jenis itik dan level probiotik terhadap pertumbuhan absolut itik lokal betina memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) begitu juga pada jenis itik dan level probiotik. Interaksi antara jenis itik dan level probiotik berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan absolut itik lokal betina umur 22 sampai 28 minggu kemungkinan disebabkan umur itik yang memasuki masa produksi pada setiap jenis itik berbeda sehingga tidak dapat menggunakan probiotik dengan maksimal untuk pertumbuhan. Wahyuni (1989) menyatakan bahwa rataan umur itik Mojosari saat memasuki masa produksi adalah 156 sampai 161 hari, sedangkan itik Tegal 162 hari. Hal tersebut lebih lambat dari yang dilaporkan Hardjosworo et al (1980) menyatakan umur itik Mojosari saat memasuki masa produksi sekitar 145 hari, itik Magelang 159 hari. Sedangkan itik Mojosari,itik Magelang dan itik Tegal yang digunakan saat penelitian berumur 22 minggu yaitu sekitar 154 hari, sehingga sudah memasuki masa produksi. Probiotik yang masuk dalam pencernaan belum maksimal menempel dan nutrien yang terkandung dalam probiotik yang diserap tubuh lebih digunakan untuk produksi daripada untuk pertumbuhan itik.

Jenis itik yang digunakan selama penelitian berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan absolut itik lokal betina. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh jenis kelamin, hormonal dan umur itik saat penelitian 22 minggu. Selain itu bobot badan awal dari mulai telur itik juga sudah berbeda. Menurut Susanti (2003) faktor genetik sangat mempengaruhi pertumbuhan itik lokal. Selain itu rataan bobot telur dan bobot tetas jenis itik Tegal, itik Magelang dan itik Mojosari berbeda masing-masing adalah 66,82 g, 68,89 g dan 66,64 g serta 40,22 g, 41,72 g dan 38,35 g. Itik Magelang menghasilkan bobot telur yang paling tinggi menghasilkan bobot tetas yang tinggi pula sehingga memiliki pertumbuhan absolut yang paling tinggi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Prasetyo dan Susanti (2004) yang menyatakan bahwa bobot telur itik Mojosari lebih kecil dibandingkan itik Tegal dan itik Magelang. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan itik sampai dewasa.

Level probiotik yang diberikan selama penelitian berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan absolut itik lokal betina. Hal tersebut disebabkan pemberian probiotik sampai 6 g/kg pakan memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan absolut itik lokal betina. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Fuller (1989) menyatakan bahwa respon organisme probiotik belum menunjukkan manfaatnya, karena kemampuan dari probiotik kurang untuk menempel pada jaringan epithel dinding usus, kespesifikan dari inang kurang dan kemampuan untuk tumbuh dalam lingkungan usus masih kurang. Untuk bertahan hidup dalam lingkungan saluran

(5)

pencernaan, probiotik harus dapat menempel dan berkembang biak pada permukaan saluran pencernaan (Jin et al, 1997).

Pertumbuhan Relatif

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan relatif menunjukkan kisaran yang normal untuk itik lokal betina.Berdasarkan penelitian Hardjosworo (1989) rataan pertumbuhan relatif itik Tegal yang pakannya berkadar protein berbeda adalah 0,163 g/minggu sampai 0,192 g/minggu.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi antara jenis itik dan level probiotik memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan relatif itik lokal betina, begitu juga dengan jenis itik dan level probiotik. Interaksi antara jenis itik dan level probiotik berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan relatif pada itik lokal betina kemungkinan dari perbedaan jenis kelamin. Itik jantan mengkonsumsi pakan hanya untuk produksi daging, lain halnya dengan itik betina yang mengkonsumsi pakan untuk produksi telur (Rositawati, 2010). Anggorodi (1979) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan dan respon ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan, serta tata laksana pemeliharaan.Kardaya (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak selain konsumsi pakan adalah jenis ternak, bangsa ternak, jenis kelamin, tipe ternak dan manajemen pemeliharaan.

Jenis itik yang digunakan selama penelitian berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan relatif itik lokal betina. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh konsumsi pakan dan itik yang digunakan merupakan itik pada periode produksi. Karena pada masa awal produksi unggas akan meningkatkan konsumsi pakannya. Hal ini didukung oleh pendapat Nugraha (2012) pada periode ini unggas menggunakan zat-zat nutrisi yang dikonsumsi untuk hidup pokok dan produksi telur, walaupun pertumbuhan masih ada pada awal produksi telur, namun kebutuhan zat nutrisi untuk tumbuh relatif lebih kecil. Menurut Suharto (1995) dengan penambahan probiotik starbio ke dalam ransum ternak dapat mengakibatkan terjadinya penguraian zat gizi menjadi komponen yang lebih sederhana dan mudah diserap secara langsung.Meskipun secara kuantitatif tidak menyebabkan terjadinya peningkatan bobot badan.

Selama penelitian level probiotik berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada pertumbuhan relatif itik lokal betina. Hal ini menunjukkan bahwa probiotik sampai 6 g/kg pakan tidak dapat merangsang pertumbuhan pada itik.Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kesehatan, pakan dan manajemen Campbell (1997). Konsumsi pakan juga mempengaruhi pertumbuhan pada itik Mojosari, itik Magelang dan itik Tegal. Hal ini sesuai dengan pendapat Zahra (1996) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan, semakin banyak pakan yang dikonsumsi semakin tinggi pertambahan bobot badan yang dihasilkan sehingga mempercepat pertumbuhan.

Pakan yang diberikan sangat mempengaruhi pertumbuhan untuk ternak. Hal ini didukung oleh pendapat Untung (2007) efisiensi pemberian pakan mempunyai hubungan yang nyata dengan kualitas dan jumlah pakan, yaitu semakin tinggi kualitas dan konsumsi pakan akan menghasilkan efisiensi pemberian pakan yang semakin tinggi pula, sehingga pertumbuhan meningkat.

Konsumsi Pakan

Rataan konsumsi pakan itik lokal betina selama 6 minggu disajikan dalam Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi pakan menunjukkan kisaran yang normal untuk itik

(6)

lokal betina.Berdasarkan hasil penelitian Rikza (2003) dengan menggunakan berbagai imbangan energi dan protein yang berbeda menghasilkan konsumsi rata-rata sebesar 166,122g/ekor/hari. Sedangkan hasil penelitian Sarengat (1989) menunjukkan bahwa konsumsi ransum itik Tegal yang mendapatkan ransum dengan kandungan protein 15,95% dan EM 2800 kkal/kg secara berturut-turut adalah 151,44 g/ekor/hari. Penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo (2008) terhadap itik Khaki Campbell periode layer umur 7 bulan yang diberikan pakan dedak fermentasi diperoleh konsumsi pakan sebesar 133,40 g/ekor sampai 152,22 g/ekor.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa interaksi antara jenis itik dan level probiotik perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan itik lokal betina begitu juga pada jenis itik dan level probiotik. Interaksi antara jenis itik dan level probiotik berpengaruh tidak nyata kemungkinan dipengaruhi jumlah konsumsi pakan setiap jenis itik berbeda. Menurut Rosiwati et al (2010) menyatakan bahwa konsumsi pakan itik Mojosari sebesar 110,57 g/ekor/hari. Konsumsi pakan itik Tegal sebesar 139,11 g/ekor/hari dan konsumsi pakan itik Magelang 124,53 g/ekor/hari (Hardjosworo, 1980). Sehingga probiotik yang masuk dalam pencernaan tergantung dengan jumlah konsumsi pakan yang dikonsumsi tiap jenis itik.

Jenis itik yang digunakan selama penelitian berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada konsumsi pakan itik lokal betina. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh konsumsi pakan yang sesuai dengan ukuran tubuh. Itik dengan ukuran tubuh lebih besar mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan itik yang lebih kecil karena itik yang lebih besar membutuhkan lebih banyak energi metabolis per hari untuk hidup pokok. Amrullah (2003) menyatakan unggas dengan bobot badan kecil konsumsi pakannya lebih sedikit karena kebutuhan hidup pokok lebih sedikit dibanding dengan unggas dengan bobot badan lebih besar.

Level probiotik yang diberikan selama penelitian berpengaruh tidak nyata (P>0,05) pada konsumsi pakan itik lokal betina. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik atau tanpa probiotik memberikan pengaruh yang sama pada konsumsi pakan. Hal ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh jenis, komposisi maupun kandungan nutrien pakan yang sama kecuali level probiotik yang berbeda. Peranan penambahan probiotik dalam pakan perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan.Selain itik yang digunakan sudah memasuki fase produksi sehingga kandungan gizi termasuk energi metabolis (EM) pakan yang diberikan telah memenuhi kebutuhan itik. Jumlah konsumsi pakan dengan tingkat protein dan EM yang tinggi cenderung menurun dan sebaliknya meningkat apabila tingkat protein dan EM rendah (Leeson et al., 1996; Hernandez et al. 2004).

SIMPULAN

Pemberian probiotik sampai level 6 g/kg pakan dan jenis itik tidak meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Ketua LPPM Unsoed atas Dana Hibah Kompetensi,Fakultas Peternakan Unsoed dan rekan-rekan satu tim penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi Kompleks IPB Baranangsiang. Bogor.

(7)

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gajah MadaUniversity Perss.Yogyakarta. Campbell, T.W. 1997. Avian Hematology and Cytology. 3rd Ed. Llowa State University Press. Ames. Ensminger. 1992. Poultry Science. 3rd Ed.Interstate Publisher.Inc.USA

Fuller, R. 1989. Probiotik In Man and Animal J. Appl. Bacterial. Hal 365-378.

Fuller, R. 1992. History and development of probiotic.Dalam : Fuller,R. (Ed). Probiotic The Science Basic. Chapman and Hall, London.

Hammond, JH. 1965. Farm Animal : Their Breeding, Growth and Inheritance 3rd Ed. Edward Arnold Ltd. London.

Hardjosworo, P.S., D. Sugandi, dan D.J. Samosir. 1980. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Kemampuan Berproduksi Itik yang Dipelihara Secara Terkurung. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ignatova M., V. Sredkova and V. Marasheva. 2009. Effect of dietary inclusion of probiotic on chickens performance and some blood indices. Biotechnology in animal husbandry, 25 ( 5-6 ): 1079-1085.

Jin, J. Z., Y. W., Ho. N. Abdullah and S. Jalaludin. 1997. Probiotic in Poultry: Modes of Action. Journal World Poultry Science. Hal 351-368.

Kardaya. 2005. Pengaruh Penaburan Zeolit Pada Lantai Litter Terhadap Persentase dan Komponen Non Karkas Ayam Pedaging Pada Kepadatan Kandang Berbeda. Jurnal Peternakan. Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska.Riau.

Kompiang, I.P. 1993. Formulasi, Pemberian dan Evaluasi Pakan Unggas. Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan. Yogyakarta.

Laksmiwati, N. 2006. Pengaruh pemberian starbio dan effective microorganisme (EM4)sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur 0-8 Minggu. Denpasar. (http://peternakan . litbang.deptan.go.id).

Lawrence, T. L. J. 1980. Growth in Animal. Redwood Burn Lmd. Trobridge and Eshe. Butterwort, London.

Leeson, S., L. Caston and J.D. Summers. 1996. Broiler Response to Dietary Energy.Poult. Sci. 75: 529-535.

Lembah Hijau Multifarm. 1999. Aplikasi Bioteknologi Starbio. LHM Research Station. Solo.

Nugraha, D., U. Atmomarsono dan L. D. Mahfudz. 2012. Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Produksi Telur Itik Tegal. Animal Agricultural Journal, Vol. 1.No. 1. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. Prasetyo, L. H, T. Susanti, P. P. Kataren, E. Juwarini dan M. Purba. 2004. Pembentukan itik lokal

petelur MA G3 dan pedaging seleksi dalam galur pada bibit induk alabio dan itik mojosari generasi F3. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Tahun Anggaran 2004. Balai PenelitianTernak Ciawi, Bogor. Hal.70-82.

Ray, R. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC Press. Boca Raton Inc. New York.

Rikza, M. N. 2004. Performan Produksi Telur Itik Tegal Betina Umur 40-48 Minggu Yang Diberi Ransum Dengan Berbagai Imbangan Energi dan Protein. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang.

(8)

Rositawati, I., Saiful N dan Muharlien. 2010. Upaya Peningkatan Performan Itik Mojosari Periode Starter Melalui Penambahan Temulawak (Curcuma xanthoriza, Roxb) Pada Pakan. Jurnal Ternak Tropika Vol 11 No. 2. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Sarengat, W. 1989. Perbandingan Produksi Telur Itik Tegal, Itik Magelang, Itik Mojosari dan Itik Bali Pada Pemeliharaan Secara Intensif. Prosiding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Diponegoro University Press, Semarang. Hal 188-191.

Setyawan, Danuri. 2004. Pengaruh Jenis Itik Lokal dan Protein Pakan terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Anak Itik Betina. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Siswani. 2006. Gambaran Darah Merah dan Pertumbuhan Mandalung (Mule duck) yang Disuplementasi Vitamin C. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suharto dan Winantuningsih. 1995. Pemanfaatan Probiotik Dalam Pakan Untuk Meningkatkan

Efisiensi Produksi Ternak di Pedesaan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian Buku I. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Bandungan Semarang.

Suparyanto, A. 2005. Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung Melalui Pembentukan Galur Induk. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanti, T. 2003. Strategi Pembibitan Itik Alabio dan Itik Mojosari. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Untung Kurnia, A. A. M, Kiki Haetami dan Yuniar Mulyani. 2007. Penggunaan Limbah Kiambang Jenis Duckweeds dan Azola Dalam Pakan dan Implikasinya Pada Ikan Nilem. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung.

Wahyuni, S. 1989. Pengaruh Imbangan Asam Amino Dengan Energi Metabolisme Dalam Ransum Terhadap Performa Itik Mojosari. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wardoyo, Andi. 2008. Evaluasi Penggunaan Dedak Fermentasi Terhadap Penampilan Produksi Itik Khaki Champbell. Animal Husbandry. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Zahra, T. 1996. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggunaan Protein Dan Kepadatan Kandang Terhadap Performans Ayam Ras Petelur Pada Fase Produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Referensi

Dokumen terkait

dan 3 ulangan (masing-masing 30 ekor itik) menggunakan 90 ekor itik betina dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarnbahah tepung beluntas tidak berpengaruh

Sebanyak 100 ekor itik Alabio betina umur lima minggu dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan rute infeksi, yaitu Kelompok kontrol (K), Kelompok

Skripsi yang berjudul: Pengaruh Pemberian Pakan Kering dan Basah yang Disuplementasi Probiotik terhadap Performa Itik Peking Umur 3-8.. Minggu dan penelitian yang

Skripsi yang berjudul: Pengaruh Pemberian Pakan Kering dan Basah yang Disuplementasi Probiotik terhadap Performa Itik Peking Umur 3-8 Minggu dan penelitian yang

Bobot badan hasil persilangan entok jantan dengan itik betina atau itik Mandalung relatif besar yaitu 2,2 kg pada umur 10 minggu dengan karkas yang dihasilkan

Kadar kolesterol daging itik Pengging, itik Tegal, dan itik Magelang yang tidak berbeda nyata disebabkan karena beberapa faktor, antara lain itik Pengging, itik Tegal

Meskipun pada awal pertumbuhan umur DOD sampai 4 minggu itik AP sangat nyata lebih besar daripada itik PA, namun laju pertumbuhan itik AP mengalami perlambatan

Hasil analisis ragam diketahui bahwa penggunaan level protein pakan sebesar 18 % berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap berat badan akhir itik pedaging umur 10