• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOMETRIK ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI PAKAN BERBEDA MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MORFOMETRIK ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI PAKAN BERBEDA MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOMETRIK ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO

SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI

PAKAN BERBEDA

MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfometrik Itik Cihateup dan Itik Alabio serta Persilangannya yang diberi Pakan Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Muhammad Ridho Iskandar

(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR

.

Morfometrik Itik Cihateup dan Itik Alabio serta Persilangannya yang diberi Pakan Berbeda. Dibimbing oleh ASEP GUNAWAN dan RUKMIASIH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan morfometrik itik Cihateup, Alabio dan persilangan Cihateup-Alabio (CA) yang diberi pakan berbeda. Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Alabio, Cihateup, dan CA yang berjumlah 81 ekor terdiri atas 45 ekor betina dan 36 jantan. Pakan yang digunakan dalam penelitian adalah pakan komersial, limbah sawi hijau dan dedak. Hasil penelitian ini menunjukkan performa ukuran tubuh itik jantan lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun kecuali panjang paruh. Panjang

femur, tibia, tarsometatarsus, dan jari kaki ke-3 itik CA dan Cihateup lebih tinggi

dari itik Alabio. Panjang sayap dan lingkar tarsometatrsus itik CA lebih tinggi dari itik Alabio serta itik Cihateup tidak berbeda dengan itik CA dan Alabio. Ukuran tubuh itik betina lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun kecuali untuk panjang sayap dan lingkar tarsometatarsus. Panjang femur, tibia, dan jari kaki ke-3 itik Cihateup lebih tinggi dari itik CA dan Alabio serta itik CA lebih tinggi dari itik Alabio. Itik Cihateup dan CA lebih tinggi dari itik Alabio untuk panjang

tarsometatarsus. Itik Cihateup lebih tinggi dari itik Alabio dan CA pada panjang

paruh.

Kata Kunci: itik alabio, itik ca, itik cihateup, ukuran tubuh

ABSTRACT

MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR

.

Morphometric of Cihateup, Alabio and Cihateup-Alabio CrossBreed Duck fed with Different Ration. Supervised by ASEP GUNAWAN and RUKMIASIH.

The aim of this research was to identify and compare morphometric of Cihateup, Alabio and Cihateup-Alabio crossbreed fed with different ration. This research used 45 females and 36 males ducks. The Feed used in this research was commercial feed, green cabbage and rice bran. The result of this research showed body size performance of males duck more influenced by duck’s types except to

maxilla length. The length of femur, tibia, tersometatarsus, and 3rd digit of CA and Cihateup males was larger than Alabio male. The wing length and

tarsometatarsus circumference of CA male was larger than Alabio and Cihateup

male. The body size of females more influenced by duck’s typesexcept for wing length and circumference of tarsometatarsus. The femur length, tibia length, and 3rd digit length of Cihateup ware larger than CA and Alabion while CA was larger than Alabio female. The Cihateup and CA females ware larger than Alabio female for length of tarsometatarsus. Furthermore the Cihateup female was larger than Alabio duck and CA for maxilla length.

(6)

MORFOMETRIK ITIK CIHATEUP DAN ITIK ALABIO

SERTA PERSILANGANNYA YANG DIBERI

PAKAN BERBEDA

MUHAMMAD RIDHO ISKANDAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Morfometrik Itik Cihateup dan Itik Alabio serta Persilangannya yang diberi Pakan Berbeda

Nama : Muhammad Ridho Iskandar NIM : D14124005

Disetujui oleh

Dr agr Asep Gunawan, SPt MSc Dr Ir Rukmiasih, MS Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Juni 2013 ini ialah Morfometrik Itik Cihateup dan Itik Alabio serta Persilangannya yang diberi Pakan Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr agr Asep Gunawan, SPtMSc dan Ibu Dr Ir Rukmiasih, MS selaku pembimbing atas waktu, tenaga, saran, bimbingan, serta kesabaran yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr Irma Isnafiah Arief SPtMSi selaku dosen penguji dan Bapak Iyep Komala SPt selaku dosen Pembimbing Akademik. Di samping itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Zamhar dan Bapak Hamzah, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, papa (alm), kakak-kakak dan seluruh keluarga, atas segala doa serta kasih sayangnya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih atas kerja sama dan dukungan teman-teman tim penelitian Nur Riza Arifani, Yulia Ningsih, dan Kristian Stevanus Ginting.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2 Bahan 2 Prosedur 3 Pemeliharaan 3 Pengukuran Morfometrik 4 Peubah 4 Rancangan Percobaan 5 Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Ukuran Tubuh 5 Bobot Badan 5 Panjang Paruh 7 Panjang Sternum 8 Panjang Femur 9 Panjang Tibia 11 Panjang Tarsometatarsus 12

Ukuran Tubuh Umur 10 Minggu 13 Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah jantan dan betina pada setiap rumpun 3 2 Kandungan nutrien pakan berdasarkan perhitungan 3 3 Rataan ukuran tubuh rumpun itik Cihateup, Alabio dan CA jantan dan

betina yang dipengaruhi jenis rumpun pada umur 10 minggu 14 4 Rataan ukuran tubuh rumpun itik Cihateup, Alabio dan CA jantan dan

betina yang diberi pakan berbeda pada umur 10 minggu 14 5 Persamaan regresi, koefisien determinasi dan nilai korelasi bobot badan

dengan ukuran tubuh itik jantan dan betina pada umur 10 minggu 15

DAFTAR GAMBAR

1 Anatomi tubuh itik 4

2 Kurva bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu 6 3 Kurva bobot badan itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 6 4 Kurva panjang paruh itik Cihateup, Alabio, dan CA umur 0-10

minggu 7

5 Panjang paruh itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 8 6 Kurva panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10

minggu 9

7 Panjang sternum itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 9 8 Kurva panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10

minggu 10

9 Panjang femur itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 10 10 Kurva panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu 11 11 Panjang tibia itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 12 12 Kurva panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA umur

0-10 minggu 13

13 Panjang tarsometatarsus itik jantan dan betina umur 0-10 minggu 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kurva pertambahan bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA umur

0-10 minggu 18

2 Kurva pertambahan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA umur

0-10 minggu 18

3 Kurva pertambahan panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA umur

0-10 minggu 19

4 Kurva pertambahan panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA umur

0-10 minggu 19

5 Kurva pertambahan panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan

CA umur 0-10 minggu 19

6 Kurva pertambahan panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Itik merupakan unggas lokal yang terus mengalami peningkatan populasi setiap tahunnya. Berdasarkan data Ditjennak (2013) populasi itik di Indonesia sebesar 50 931 000 ekor. Populasi ini telah mengalamai peningkatan sebesar 1.96% dibandingkan tahun sebelumnya (2012) yang berjumlah sebanyak 46 989 522 ekor dengan tingkat penyebaran tertinggi berada di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh Darusalam. Beberapa rumpun itik lokal yang cukup dikenal antara lain itik Mojosari, itik Tegal, itik Alabio, itik Bali, dan itik Cihateup. Itik lokal tersebut memiliki ciri khas dan keunggulan yang berbeda antara satu rumpun dengan rumpun lainnya. Itik lokal yang potensial untuk dikembangkan saat ini karena keunggulanya sebagai produksi daging dan telur masing-masing yaitu itik Cihateup, Alabio dan persilangannya (Matitaputty 2012). Itik Cihateup dibandingkan dengan itik Alabio mempunyai kelebihan dalam hal persentase karkas (paha) lebih besar (Matitaputty 2012). Namun dari segi produksi telur, itik Alabio dan Cihateup betina memiliki potensi yang baik sebagai penghasil telur. Persilangan antar rumpun itik Cihateup dan Alabio secara terprogram dapat menghasilkan komposit rumpun baru yang stabil (Cihateup-Alabio/CA), mempunyai komposisi gen masing-masing 50% diharapkan sesuai dengan permintan pasar, seperti pertumbuhan cepat untuk menghasilkan bobot potong dalam waktu relatif singkat untuk itik jantan dan produksi telur yang tinggi untuk itik betina.

Adanya program persilangan antara itik Cihateup dan Alabio menampilkan karakteristik spesifik pada itik hasil persilangannya sehingga informasi mengenai kekhasan dari masing-masing itik tersebut sangat diperlukan. Salah satu metode untuk mengidentifikasi karakteristik spesifik dari suatu ternak dapat dilakukan melalui analisis morfometrik. Analisis morfometrik dapat mencerminkan pengaruh genetik dari seekor ternak karena berkaitan dengan identifikasi sifat-sifat kuantitatif dari ternak. Sifat kuantitatif yang biasa digunakan untuk analisis morfometrik diantaranya bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh diantaranya adalah panjang femur, tibia, tarsometatarsus, lingkar tulang tarsometatarsus, panjang jari kaki ke-3, sayap dan maxilla (Hutt 1949). Ukuran dan bentuk tubuh dari ternak dapat digunakan untuk menentukan standar pertumbuhan dan menilai (judging) ternak (Ishii et al. 1996). Ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank efektif untuk digunakan dalam menduga konformasi tubuh (Nishida et al. 1982). Sifat kuantitatif memiliki nilai heritabilitas mulai dari sedang (0.2-0.4) sampai tinggi (>0.4) yang berarti perbaikan mutu genetik akan efektif untuk dilakukan (Noor 2008). Perbaikan mutu genetik merupakan cara yang efektif karena dapat memberikan dampak yang lebih permanen (Harahap 2005). Penelitian mengenai morfometrik pada itik dilaporkan pada beberapa penelitian sebelumnya diantaranya pada itik Alabio (Wahono 2005) dan Itik Cihateup (Dudi 2007), akan tetapi masih sedikit penelitian mengenai analisis morfomterik pada itik persilangan.

Selain faktor genetik, performa itik sebagaimana unggas lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang memiliki peranan penting dalam peningkatan performa itik adalah faktor pakan. Itik yang memiliki mutu genetik

(13)

2

yang baik dan didukung pakan dengan nutrien yang baik akan menghasilkan performa yang berkualitas baik diantaranya karkas. Pakan yang berkualitas dengan kandungan nutrien yang seimbang saat ini memiliki harga yang relatif mahal sehingga menuntut biaya produksi menjadi tinggi. Oleh sebab itu, perlu dicari alternatif bahan baku pakan yang dapat menurunkan biaya pakan, salah satunya dengan cara memanfaatkan limbah pasar. Salah satu limbah pasar yang banyak didapat adalah sawi hijau. Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dilakukan suatu identifikasi morfometrik terhadap itik lokal khususnya itik Cihateup, Alabio, dan persilangannya dengan menggunakan pakan yang berbeda.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan morfometrik itik Cihateup, Alabio dan persilangan Cihateup-Alabio (CA) yang diberi pakan berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji pemberian pakan komersial dan pakan yang dicampur dengan limbah sawi hijau pada itik Cihateup, itik Alabio dan itik CA. Kajian ini difokuskan pada ukuran tubuh seperti panjang paruh, panjang sternum, panjang femur, panjang tibia, dan panjang

tarsometatarsus pada umur 0-10 minggu.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2014. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang koloni yang terbuat dari bambu dengan ukuran 1m x 1m dan 1m x 0.7m, jangka sorong digital dan manual, pita ukur, timbangan digital, termometer, boks, pisau, wing band dan benang.

Peralatan kandang yang digunakan berupa tempat pakan nampan beserta tempat minum plastik kapasitas 3 L dan 5 L. Alat kebersihan seperti sapu, sikat, ember, dan serokan sampah juga digunakan sebagai penunjang pemeliharaan.

Bahan

Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Cihateup, Alabio dan persilangan antara jantan Cihateup dengan betina Alabio yang berjumlah 81 ekor terdiri atas 45 ekor betina dan 36 ekor jantan, dengan rincian tertera pada Tabel 1.

(14)

3

Tabel 1 Jumlah jantan dan betina pada setiap rumpun

Rumpun Jantan Betina

Cihateup (ekor) 6 16

Alabio (ekor) 14 16

CA (ekor) 16 13

Pakan yang digunakan dalam penelitian adalah pakan komersial yang terdiri atas ransum broiler starter dan broiler grower-finisher, limbah sawi hijau serta dedak. Umur 0-2 minggu, itik diberi 100% pakan komersial broiler starter. Umur 2-4 minggu, itik diberi campuran 50% broiler starter dan 50% dedak. Setelah empat minggu pertama, selanjutnya itik diberi pakan perlakuan yang terdiri atas P1 (90% broiler grower dan 10% dedak) dan P2 (77.40% broiler grower, 22.10% dedak dan 0.5% limbah sawi hijau). Kandungan nutrien pakan yang diberikan tertera pada Tabel 2.

Prosedur Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan mulai dari DOD (day old duck) sampai umur 10 minggu di dalam kandang koloni. Umur 0-4 minggu, itik ditempatkan di dalam kandang koloni yang berukuran 1m x 1m. Selanjutnya, pada umur 4-10 minggu itik ditempatkan di dalam kandang koloni yang berukuran 1m x 0.7m.

Tabel 2 Kandungan nutrien pakan berdasarkan perhitungan Bahan Pakan Pakan 0-2

minggu Pakan 2-4 minggu Pakan Perlakuan (4-10 minggu) P1 P2 Komersial - Starter1) 100 50 - Grower-Finisher2) 90 77.40 Dedak3) (%) 50 10 22.10 Sawi4) (%) 0.50 Jumlah (%) 100 100 100 100 Kandungan nutrien BK (%) 87.00 88.50 87.30 87.71 Abu (%) 7.00 9.17 7.43 8.03 PK (%) 21.00 17.00 18.40 17.71 LK (%) 5.00 5.00 5.00 4.99 SK (%) 5.00 8.50 5.70 6.59 EM (kkal/kg-1) 2 900.00 2 450.00 2 890.00 2 741.90 Ca (%) 0.90 0.48 0.82 0.71 P (%) 0.60 0.70 0.89 0.87

Keterangan : Keterangan : 1) (Charoen Phokhpan BR CP511 2014); 2) (Charoen Phokhpan BR

CP512 2014); 3) (Lesson and Summer 2008); 4) (Analisis Proksimat Laboratorium

(15)

4

Pakan diberikan 1 kali sehari yaitu pada siang hari dan air minum diberikan

ad libitum. Sisa pakan yang terdapat pada tempat pakan ditimbang pada pagi hari

dan dicatat bobotnya sebelum diganti dengan pakan yang baru. Pakan perlakuan berupa limbah sawi hijau diperoleh dari pasar Cibereum dan pasar Bogor. Sawi hijau yang diberikan kepada itik dipotong kecil dan dicampur dengan dedak dan pakan komersial. Perubahan pakan perlakuan pada itik P2 dilakukan pada minggu ke-3 dengan cara bertahap yaitu 75% : 25% pada 2 hari pertama, kemudian 50% : 50% pada 2 hari kedua dan 25% : 75% pada 2 hari ketiga sampai pada minggu ke-4, itik P2 diberikan pakan perlakuan 100%.

Pengukuran Morfometrik

Pengukuran morfometrik dilakukan setiap minggu selama 10 minggu mulai dari DOD sampai akhir pemeliharaan (10 minggu). Pengukuran morfometrik dilakukan pada bagian tubuh sebelah kanan yang meliputi pengukuran maxilla (paruh), panjang sternum (dada), panjang femur (paha), panjang tibia (betis), dan panjang tarsometatarsus (shank) (Gambar1).

1. Panjang maxilla diukur menggunakan jangka sorong.

2. Panjang sternum diukur menggunakan jangka sorong dari ujung tulang dada

bagian depan sampai bagian belakang.

3. Pengukuran panjang tulang femur dilakukan sepanjang tulang paha mulai dari pangkal sampai ujung femur menggunakan jangka sorong.

4. Pengukuran panjang tibia dilakukan di daerah antara femur dan

tarsometatarsus menggunakan jangka sorong.

5. Tulang tarsometatarsus diukur dari pangkal persendian tarsometatarsus sampai ujung metatarsus. Panjang tarsometatarsus diukur menggunakan jangka sorong.

Peubah

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu bobot badan, panjang maxilla, panjang sternum, panjang femur, panjang tibia, dan panjang tarsometatarsus.

Keterangan: A= panjang paruh; B= panjang sayap; C= panjang sternum; D= panjang tibia; E= panjang femur; F panjang dan lingkar tarsometatarsus; G= panjang jari kaki ke-3

Gambar 1 Anatomi tubuh itik Sumber: (Koch 1973)

(16)

5

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 kelompok. Faktor pertama adalah jenis itik yang berbeda yaitu itik Cihateup, Alabio dan itik persilangan Cihateup-Alabio (CA). Faktor kedua adalah jenis pakan. Model statistik yang digunakan menurut Gaspersz (1992) adalah:

Yijk =

μ

+ Kk + Ai + Bj + (AB)ij +

ε

ijk

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada rumpun itik ke-i dan perlakuan pakan ke-j

μ = Rata-rata umum

Ai = Pengaruh rumpun itik ke-i (i = 1, 2, 3)

Bj = Pengaruh perlakuan pakan ke-j (j = 1, 2)

(AB)ij = Pengaruh interaksi antara rumpun itik ke-i (1, 2, 3) dengan perlakuan pakan ke-j (1, 2)

εijk = Pengaruh galat percobaan dari rumpun itik ke-i dengan perlakuan pakan ke-j yang

terjadi pada kelompok ke-k (k = 1, 2, 3).

Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan uji asumsi terlebih dahulu sebelum dianalisis. Apabila hasil memenuhi uji asumsi, maka data dianalisis ragam (ANOVA) dan dilakukan Uji Tukey.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Tubuh

Secara keseluruhan pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antara rumpun itik dan perlakuan pakan terhadap semua ukuran tubuh sehingga penjelasan mengenai ukuran-ukuran tubuh disajikan berdasarkan faktor utamanya.

Bobot Badan

Perbedaan pertumbuhan bobot badan itik pada penelitian ini dipengaruhi oleh jenis rumpun. Kurva pertumbuhan bobot badan rumpun itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

Pertumbuhan bobot badan antara itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 0 dan 1 minggu sama. Bobot badan itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan itik Cihateup pada umur 2 minggu. Bobot badan itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Cihateup pada umur 3-10 minggu. Titik infleksi pertambahan bobot badan itik Alabio dan CA dicapai pada umur 6 minggu dan selanjutnya mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan sampai umur 10 minggu, sedangkan titik infleksi pada itik Cihateup terjadi pada umur 8 minggu. Rataan bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 1 111.3 gram, 1 292.9 gram, dan 1 357.9 gram.

Pertumbuhan bobot badan itik Cihateup, Alabio, dan CA betina pada umur 0-2 minggu sama. Bobot badan itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Cihateup pada umur 3-9 minggu. Bobot badan pada umur 10

(17)

6

minggu antara itik Cihateup, Alabio dan CA tidak berbeda. Hal tersebut terjadi karena pada umur 6 minggu terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan bobot badan yang sangat signifikan pada itik Alabio dan CA. Rataan bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 1 141.9 gram, 1 150.6 gram, dan 1 249.5 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik silangan CA jantan maupun betina memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kedua tetuanya pada umur 10 minggu. Persilangan timbal balik antara itik Cihateup dengan itik Alabio secara genetik dapat menghasilkan perbaikan pada performa, peningkatan produksi karkas dan perbaikan kualitas sensori daging itik lokal (Matitaputty 2012).

Pertumbuhan bobot badan itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu pada pemberian pakan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. Perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap bobot badan itik yang diamati.

Gambar 2 Kurva bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Gambar 3 Kurva bobot badan itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 2 4 6 8 10 B obot B ada n (g ra m) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 2 4 6 8 10 B ob ot B adan (g ra m ) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(18)

7

Panjang Paruh

Gambar 4 memperlihatkan pertumbuhan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu. Perbedaan rumpun mempengaruhi (P<0.05) ukuran panjang paruh itik jantan dan betina. Pertumbuhan panjang paruh pada umur 0-2 antara itik Cihateup, Alabio dan CA jantan sama. Panjang paruh itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.01) pada umur 3-7 minggu dan lebih tinggi (P<0.05) pada umur 8 minggu dibandingkan itik Cihateup. Rataan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 6.05 cm, 6.13 cm dan 6.22 cm. Nilai rataan panjang paruh itik CA jantan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan kedua tetuanya. Falconer dan Mackay (1996) menyatakan salah satu tujuan persilangan adalah pemanfaatan heterosis yaitu memperoleh ternak keturunan yang memiliki rataan produksi lebih baik dibandingkan rataan produksi tetuanya.

Pertumbuhan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 0-2 minggu sama. Panjang paruh itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Cihateup pada umur 3-5 minggu. Akan tetapi, panjang paruh itik Cihateup lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio pada umur 10 minggu. Hal tersebut terjadi karena pertambahan panjang paruh itik Alabio mengalami penurunan secara signifikan pada umur 4 minggu, sebaliknya itik Cihateup mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan yang tidak signifikan pada umur 2 minggu. Rataan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 6.10 cm, 5.75 cm dan 5.98 cm. Perbedaan panjang paruh antara itik Cihateup dan itik Alabio betina pada penelitian ini dapat terjadi karena disebabkan oleh perbedaan genetik antar kedua rumpun tersebut. Menurut Brahmantiyo et al. (2003) kelompok itik asal Jawa Barat dan Jawa Tengah memiliki hubungan kekerabatan agak jauh dengan itik Bali, Alabio dan itik Khaki Campbell.

Gambar 4 Kurva panjang paruh itik Cihateup, Alabio, dan CA umur 0-10 minggu Perlakuan pakan terhadap pertumbuhan panjang paruh itik umur 0-10 minggu dapat dilihat pada Gambar 5. Itik betina P1 memiliki panjang paruh lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan itik betina P2 pada umur 9-10 minggu. Hal ini dapat terjadi karena kandungan kalsium pada pakan P1 lebih tinggi dari pada pakan P2. Menurut Campbell et al. (2003) sebagian besar dari kalsium dalam ransum pada

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 0 2 4 6 8 10 P anjang P aruh ( C m) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina

(19)

8

ayam yang sedang dalam fase pertumbuhan digunakan untuk pembentukan tulang dan apabila terjadi kekurangan kalsium, maka dapat menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan tulang terhambat.

Gambar 5 Panjang paruh itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu

Panjang Sternum

Panjang sternum pada penelitian ini lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun. Kurva pertumbuhan panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu dapat dilihat pada Gambar 6.

Pertumbuhan panjang sternum itik jantan umur 0-3 minggu pada penelitian ini sama. Panjang sternum itik Alabio dan CA jantan lebih tinggi (P<0.01) dari itik Cihateup jantan pada umur 4-10 minggu. Rataan panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA pada umur 10 minggu berturut-turut 9.78 cm, 10.81 cm, dan 10.92 cm. Pertumbuhan panjang sternum itik betina pada umur 0-2 minggu sama. Panjang sternum itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.05) pada umur 3 minggu dan lebih tinggi (P<0.01) pada umur 4-9 minggu dibandingkan itik Cihateup. Rataan panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 10 minggu berturut-turut 9.91 cm, 10.40 cm, dan 10.45 cm.

Perbedaan panjang sternum antara itik Alabio dan Cihateup lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan tingkah laku itik-itik tersebut. Menurut Matitaputty (2012) itik Alabio memiliki ukuran tulang sternum yang lebih panjang karena kebiasaan hidup itik Alabio lebih banyak di daerah perairan dan suka berenang. Panjang tulang sternum juga berkaitan dengan persentase daging bagian dada. Hasil penelitian Matitaputty (2012) memperlihatkan persentase karkas bagian dada itik AA lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan itik CC dan itik AC namun dengan itik CA tidak berbeda. Tingginya persentase potongan karkas komersial bagian dada itik AA dan CA diduga karena ukuran panjang tulang dada (sternum) itik Alabio besar sehingga diturunkan ke itik CA karena peran induk Alabio sangat besar.

Pertumbuhan panjang sternum itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu yang diberi pakan berbeda dapat dilihat pada Gambar 7. Perlakuan pakan tidak mempengaruhi pertumbuhan panjang sternum pada itik yang diamati. Panjang sternum antara jantan P1 dan P2 serta betina P1 dan P2 sama.

0 1 2 3 4 5 6 7 0 2 4 6 8 10 P anjang P aruh ( cm) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(20)

9

Gambar 6 Kurva panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Gambar 7 Panjang sternum itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu

Panjang Femur

Kurva panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu dapat dilihat pada Gambar 8. Pertumbuhan panjang femur umur 0-2 minggu antara itik Cihateup, Alabio dan CA jantan sama. Panjang femur itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.01) pada umur 3-5 minggu dibandingkan dengan itik Cihateup. Umur 6 dan 7 minggu, panjang femur itik CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan kedua tetuanya dan pada umur 8-10 minggu itik Cihateup dan CA memiliki panjang

femur yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio. Rataan panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 10 minggu berturut-turut

yaitu 7.48 cm, 6.78 cm dan 7.41 cm.

Pertumbuhan panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 0-2 minggu sama. Panjang femur itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.05) pada umur 3-5 minggu dibandingkan itik Cihateup. Umur 7 minggu, panjang femur itik Cihateup dan CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio. Umur 8-10

0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 P anjnag Sternum (c m) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 P anjang Sternum (c m) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(21)

10

minggu, panjang femur itik Cihateup lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio dan CA serta itik CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio. Rataan panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 7.37 cm, 6.64 cm dan 6.97 cm. Panjang femur itik Cihateup jantan dan betina pada penelitian ini lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio pada umur 10 minggu. Seperti halnya panjang sternum, perbedaan panjang femur itik Cihateup dan itik Alabio lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat itik-itik tersebut hidup. Ukuran panjang paha menjadi khas itik Cihateup karena itik ini dikenal sebagai itik gunung (Matitaputty 2012). Panjang tulang femur sangat mempengaruhi persentase daging di bagian paha. Berdasarkan hasil penelitian Matitaputty (2012) persentase potongan karkas komersial bagian paha itik CC dan CA lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan itik AA.

Pertumbuhan panjang femur itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu yang diberi pakan berbeda dapat dilihat pada Gambar 9. Pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap panjang femur itik yang diamati.

Gambar 8 Kurva panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Gambar 9 Panjang femur itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2 4 6 8 10 P anjang fem ur (c m) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2 4 6 8 10 P anjang Fe mur (c m) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(22)

11

Panjang Tibia

Perbedaan jenis rumpun mempengaruhi panjang tibia baik untuk jantan maupun betina. Itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada penelitian ini memiliki pertumbuhan panjang tibia yang sama pada umur 0-3 minggu. Panjang tibia itik CA lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Cihateup dan Alabio pada umur 4-6 minggu. Umur 7-10 minggu, itik Cihateup dan CA memiliki panjang tibia yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Alabio. Rataan panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 12.77 cm, 11.64 cm dan 12.50 cm. Kurva panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu dapat dilihat pada Gambar 10.

Pertumbuhan panjang tibia itik betina umur 0-2 minggu sama. Panjang

tibia itik Alabio dan CA lebih tinggi (P<0.05) pada umur 3-5 minggu

dibandingkan itik Cihateup. Umur 7 dan 8 minggu, itik Cihateup dan CA memiliki panjang tibia yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan itik Alabio. Panjang tibia itik Cihateup lebih tinggi (P<0.01) dari itik CA dan Alabio serta itik CA lebih tinggi (P<0.01) dari itik Alabio pada umur 9 dan 10 minggu. Rataan panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 12.51 cm, 11.20 cm dan 11.77 cm. Panjang tibia itik Cihateup jantan dan betina umur 10 minggu pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan itik Alabio. Menurut Hetzal (1985) lebih dekatnya kesamaan sifat antara itik Cihateup dengan beberapa itik disekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah dibandingkan dengan itik Alabio dikarenakan jarak genetika antara itik Cihateup dengan itik-itik lokal yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih dekat dibandingkan dengan itik Alabio. Hal ini yang menyebabkan itik Cihateup relatif berbeda dengan itik Alabio.

Gambar 10 Kurva panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu Pertumbuhan panjang tibia itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu yang diberi pakan berbeda dapat dilihat pada Gambar 11. Perbedaan pakan tidak mempengaruhi pertumbuhan panjang tibia baik untuk jantan maupun betina.

0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 P anj ang t ibi a (c m ) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina

(23)

12

Gambar 11 Panjang tibia itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu

Panjang Tarsometatarsus

Gambar 12 menunjukkan kurva pertumbuhan panjang tarsometatarsus itik Alabio, Cihateup, dan CA jantan dan betina umur 0-10 minggu. Ukuran panjang

tarsometatarsus dipengaruhi oleh jenis rumpun baik untuk jantan maupun betina.

Panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 0 dan 1 minggu sama. Panjang tarsometatarsus itik CA dan Alabio jantan lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan itik Cihateup pada umur 2-5 minggu. Umur 7-10 minggu, panjang tarsometatarsus itik CA dan Cihateup lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan itik Alabio. Rataan panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA jantan pada umur 10 minggu berturut-turut yaitu 6.25 cm, 5.82 cm dan 6.28 cm.

Pertumbuhan panjang tersometatarsus itik betina pada penelitian ini tidak berbeda pada umur 0-2 minggu. Panjang tarsometatarsus itik CA lebih tinggi (P<0.01) dari itik Alabio dan Cihateup serta itik Alabio lebih tinggi (P<0.01) dari itik Cihateup pada umur 3 minggu. Itik CA umur 4 dan 5 minggu memiliki panjang tarsometatarsus yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan kedua tetuanya dan pada umur 7 dan 8 minggu itik Cihateup lebih tinggi (P<0.01) dari itik Alabio dan CA serta itik CA lebih tinggi (P<0.01) dari itik Alabio. Itik CA dan Cihateup umur 9 dan 10 minggu memiliki panjang tarsometatarsus yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan itik Alabio. Rataan panjang

tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA betina pada umur 10 minggu

berturut-turut yaitu 6.03 cm, 5.52 cm dan 5.99 cm. Panjang tarsometatarsus itik Cihateup jantan dan betina pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan itik Alabio karena itik Cihateup memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan itik Alabio. Ukuran-ukuran tubuh itik Cihateup jantan maupun betina relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran tubuh itik Mojosari, Alabio, Bali, Pagagan dan Khaki Campbell (Dudi 2007).

Pertumbuhan panjang tarsometatarsus itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu yang diberi pakan berbeda dapat dilihat pada Gambar 13. Selain dipengaruhi oleh faktor genetik, panjang tarsometatarsus itik betina juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu pakan pada umur 7-9 minggu. Betina P1 menunjukkan grafik laju pertumbuhan panjang tarsometatarsus yang lebih cepat dibandingkan Betina P2. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan

0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10 P anjang T ibi a (c m) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(24)

13

protein pakan perlakuan pertama yang lebih tinggi. Menurut Jull (1977) pakan yang mengandung kadar protein yang mencukupi akan menyebabkan pertumbuhan tulang yang baik, karena protein sangat berperan dalam meningkatkan stabilitas deposisi mineral dalam tulang.

Gambar 12 Kurva panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Gambar 13 Panjang tarsometatarsus itik jantan dan betina umur 0-10 minggu

Ukuran Tubuh Umur 10 Minggu

Rataan ukuran tubuh rumpun itik Cihateup, Alabio dan CA betina dan jantan yang dipengaruhi jenis rumpun dan jenis pakan pada umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Hasil analisis Tabel 3 menunjukkan performa ukuran tubuh itik jantan pada umur 10 minggu lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun kecuali pada variabel panjang paruh. Itik CA dan Cihateup lebih tinggi dari itik Alabio pada variabel panjang femur, tibia, dan tarsometatarsus, sebaliknya itik CA dan Alabio lebih tinggi dari itik Cihateup pada variabel bobot badan dan panjang sternum. Ukuran

0 1 2 3 4 5 6 7 0 2 4 6 8 10 P anjang tars ome tat arsus (c m) Minggu ke- Alabio Jantan Cihateup Jantan CA Jantan Alabio Betina Cihateup Betina CA Betina 0 1 2 3 4 5 6 7 0 2 4 6 8 10 P anjang T arsome tat arsus (c m) Minggu ke- P1 Jantan P2 Jantan P1 Betina P2 Betina

(25)

14

tubuh itik betina lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun kecuali pada variabel panjang sternum dan bobot badan. Itik Cihateup betina memiliki ukuran tubuh lebih tinggi dari itik CA dan Alabio serta itik CA lebih tinggi dari itik Alabio pada variabel panjang femur dan tibia. Itik Cihateup dan CA betina memiliki panjang

tarsometatarsus lebih tinggi dari itik Alabio betina. Pada variabel panjang paruh

itik Cihateup lebih tinggi dari itik Alabio serta itik CA tidak berbeda dengan itik Cihateup dan Alabio betina.

Tabel 3 Rataan ukuran tubuh rumpun itik Cihateup, Alabio dan CA jantan dan betina yang dipengaruhi jenis rumpun pada umur 10 minggu

Variabel Jenis Kelamin Rumpun Itik Cihateup Alabio CA Bobot Badan (gram) ♂ 1 111.3±112.1B 1 292.9±83.3A 1 357.9±131.4A ♀ 1 141.9±173.3 1 150.6±78.9 1 249.5±75.0 Panjang Paruh (cm) ♂ 6.05±0.22 6.13±0.22 6.22±0.24 ♀ 6.10±0.29A 5.75±0.16B 5.98±0.28AB Panjang Sternum (cm) ♂ 9.78±1.08B 10.81±0.42A 10.92±0.52A ♀ 9.91±0.94 10.40±0.46 10.45±0.38 Panjang Femur (cm) ♂ 7.48±0.15A 6.78±0.17B 7.41±0.40A ♀ 7.37±0.19A 6.64±0.17C 6.97±0.30B Panjang Tibia (cm) ♂ 12.77±0.23A 11.64±0.31B 12.50±0.50A ♀ 12.51±0.44A 11.20±0.41C 11.77±0.36B Panjang Shank (cm) ♂ 6.25±0.18A 5.82±0.18B 6.28±0.24A ♀ 6.03±0.20A 5.52±0.17B 5.99±0.40A

Keterangan : angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01).

Tabel 4 Rataan ukuran tubuh itik jantan dan betina yang diberi pakan berbeda pada umur 10 minggu

Variabel Jenis Kelamin Perlakuan Pakan

P1 P2 Bobot Badan (gram) ♂ 1 283.8±116.6 1 236.2±176.4 ♀ 1 228.3±72.4 1 159.7±92.4 Panjang Paruh (cm) ♂ 6.22±0.20 6.12±0.25 ♀ 5.99±0.34a 5.87±0.16b Panjang Sternum (cm) ♂ 10.85±0.77 10.57±0.68 ♀ 10.36±0.79 10.08±0.51 Panjang Femur (cm) ♂ 7.16±0.42 7.18±0.45 ♀ 6.95±0.41 7.06±0.34 Panjang Tibia (cm) 12.23±0.51 12.19±0.69 11.81±0.74 11.86±0.62 Panjang Shank (cm) 6.13±0.28 6.08±0.32 5.88±0.35 5.79±0.36

Keterangan : angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05).

Hasil analisis Tabel 4 menunjukkan bahwa ukuran tubuh itik jantan dan betina tidak dipengaruhi oleh pakan pada umur 10 minggu kecuali pada variabel

(26)

15

panjang paruh itik betina, pakan perlakuan pertama lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan pakan perlakuan kedua.

Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan

Hubungan Bobot badan dengan ukuran tubuh itik jantan dan betina pada umur 10 minggu tersaji dalam persamaan regresi, koefisien determinasi dan nilai korelasi yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Persamaan regresi, koefisien determinasi dan nilai korelasi bobot badan dengan ukuran tubuh itik jantan dan betina pada umur 10 minggu

Variabel Jenis

Rumpun JK Persamaan Regresi

Koefisien Determinasi Nilai Korelasi Panjang Paruh Cihateup ♂ Y = -906 + 333 X 42.6 0.652 Y = -1973 + 510 X* 72.5 0.851* Alabio ♂ Y = 151 + 186 X 23.6 0.486 Y = -432 + 275 X* 30.3 0.550* CA ♂ Y = -476 + 292 X 29.2 0.540 Y = 632 + 103 X* 14.4 0.379* Panjang Sternum Cihateup ♂ Y = 220 + 91.2 X* 77.6 0.881* ♀ Y = -447 + 160 X* 75.5 0.869* Alabio ♂ Y = -192 + 137 X* 49.0 0.700* ♀ Y = 1214 – 6.1 X 0.1 -0.032 CA ♂ Y = -142 + 137 X* 27.4 0.523* ♀ Y = 446 + 76.8 X 15.0 0.387 Panjang Femur Cihateup ♂ Y = 3692 - 345 X 20.1 -0.448 ♀ Y = -1280 + 329 X 13.5 0.367 Alabio ♂ Y = 634 + 97 X 3.9 0.197 ♀ Y = 1832 – 103 X 4.9 -0.221 CA ♂ Y = 1368 – 1.3 X 0.0 0.000 ♀ Y = 482 + 110 X 19.5 0.442 Panjang Tibia Cihateup ♂ Y = 6429 - 416 X* 74.9 -0.865* Y = -1952 + 247 X* 39.4 0.628* Alabio ♂ Y = 30 + 109 X 16.6 0.407 Y = 580 + 50.9 X 6.9 0.263 CA ♂ Y = 287 + 85.7 X 10.6 0.326 Y = 680 + 48.4 X 5.6 0.237 Panjang Shank Cihateup ♂ Y = 3262 – 344 X 32.3 -0.568 Y = 542 + 99.5 X 1.3 0.114 Alabio ♂ Y = 650 + 110 X 5.4 0.232 ♀ Y = 318 + 151X 10.9 0.330 CA ♂ Y = -262 + 258 X 22.1 0.470 ♀ Y = 1061 + 31.4 X 2.8 0.167

Keterangan : * = persamaan dapat digunakan

Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan adanya hubungan antara bobot badan terhadap beberapa ukuran tubuh itik seperti panjang paruh, sternum, dan tibia. Panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA betina memiliki korelasi

(27)

16

positif terhadap bobot badan dengan nilai korelasi sebesar 0.851, 0.550 dan 0.379. Panjang sternum itik Cihateup jantan dan betina, Alabio jantan, dan CA jantan memiliki korelasi positif terhadap bobot badan dengan nilai korelasi berturut-turut yaitu 0.881, 0.869, 0.700 dan 0.523. Panjang tibia itik Cihateup betina memiliki korelasi positif terhadap bobot badan dengan nilai korelasi sebesar 0.628 yang berarti bahwa semakin tinggi nilai panjang tibia, maka semakin besar bobot badan, sedangkan panjang tibia itik Cihateup jantan memiliki korelasi negatif terhadap bobot badan dengan nilai korelasi sebesar 0.865 yang berarti bahwa semakin rendah nilai panjang tibia, maka semakin besar bobot badan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk menduga bobot badan pada itik Alabio dan CA jantan dapat menggunakan panjang sternum, sedangkan pada itik Cihateup jantan dapat menggunakan panjang sternum dan tibia sebagai penduga bobot badan. Pendugaan bobot badan untuk itik Cihateup betina dapat menggunakan beberapa variabel seperti panjang paruh, sternum, dan tibia, sedangkan pada itik Alabio dan CA betina hanya dapat menggunakan panjang paruh sebagai penduga bobot badan. Menurut Sartika (2000) pada ayam lokal terdapat korelasi positif antara panjang tarsometatarsus, panjang tibia, dan panjang femur dengan bobot badan. Hasil penelitian Kusuma (2002) menunjukkan bahwa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh seperti panjang femur, panjang

tibia, panjang shank, panjang sayap dan lingkar shank memiliki korelasi positif

terhadap bobot badan pada ayam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Secara umum ukuran tubuh itik jantan dan betina pada umur 10 minggu lebih dipengaruhi oleh jenis rumpun. Panjang femur, tibia dan tarsometatarsus itik Cihateup dan CA jantan lebih tinggi dibandingkan itik Alabio jantan, sebaliknya bobot badan itik CA dan Alabio lebih tinggi dari itik Cihateup. Panjang femur dan tibia itik Cihateup betina lebih tinggi dibandingkan itik Alabio dan CA betina serta itik CA betina lebih tinggi dibandingkan dengan itik Alabio betina. Itik Cihateup dan CA lebih tinggi dari itik Alabio pada variabel panjang

tarsometatarsus dan untuk panjang paruh itik Cihateup lebih tinggi dari itik

Alabio serta itik CA betina tidak berbeda dengan itik Cihateup dan Alabio betina. Ukuran tubuh itik seperti panjang paruh, sternum, dan tibia memiliki korelasi terhadap bobot badan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu pemeliharaan yang lebih lama agar dapat diketahui puncak pertumbuhan ukuran tubuh pada itik Cihateup, Alabio dan CA.

(28)

17

DAFTAR PUSTAKA

Brahmantiyo B, Prasetyo LH, Setioko AR, Mulyono RH. 2003. Pendugaan jarak genetik dan faktor peubah pembeda galur itik (Alabio, Bali, Khaki Campbell, Mojosari dan Pegagan) melalui analisis morfometrik. Bogor (ID): Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. 8. No.1.

Campbell JR, Kenealy MD, Campbell KL. 2003. The Biology, Care and

Production of Domestic Animal. Ed ke-4. New York (US): Mc. Graw Hill.

Ditjennak. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Alnindra Dunia Perkasa.

Dudi. 2007. Identifikasi sifat kuantitatif itik cihateup sebagai sumberdaya genetik unggas lokal. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung (ID): Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 7 NO. 1, 39 – 42.

Falconer DS, Mackay TFC. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Fourth Edition. England (GB): Longman.

Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume II. Bandung (ID): Tarsito.

Harahap FA. 2005. Pendugaan parameter genetik sifat-sifat produksi itik alabio dan penggunaannya pada seleksi. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hetzel DJS. 1985. Duck breeding strategies – the indonesian example. In : Duck

Production Science and World Practice. Farrel DJ dan Stapleton P, editor.

Biddeford (GB): The University of New England.

Hutt FB. 1949. Genetics of the Fowl. New York (US): McGraw-Hill Book Company, Inc.

Ishii T, Oda T, Fukuda K, Fukuya N. 1996. Three dimensions measuring apparatus for body form of farm animals. Tokyo (JP): Proceedings The

AAAP Animal Science Congress. Volume 2. Japanese Society of

Zootechnical Science.

Jull MA. 1977. Poultry Husbandry. Ed ke-3. Mc Graw Hill Book (US): New York.

Koch T. 1973. Anatomy of the Chicken and Domestic Birds. Lowa (US): The Lowa State University Press.

Kusuma AS. 2002. Karakteristik sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Merawang dan ayam Kampung umur 5-12 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lesson S, JD Summer. 2008. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Nottingham (GB). Nottingham University Press. England

Matitaputty PR. 2012. peningkatan produksi karkas dan kualitas daging itik melalui persilangan antara itik Cihateup dengan itik Alabio. [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nishida T, Hayashi Y, Hashiguchi T, dan Mansjoer SS. 1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of indonesian native fowl. the origin and phylogeny of indonesian native livestock. The

Research Group of Overseas Scientific Survey III: 85-95.

(29)

18

Sartika T. 2000. Studi keragaman fenotipik dan genetik ayam (Gallus gallus) pada populasi dasar seleksi. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wahono E. 2005. Pengamatan morfometrik pada itik Alabio, Mojosari dan Perilangannya. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kurva pertambahan bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Lampiran 2 Kurva pertambahan panjang paruh itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu 0 100 200 300 400 500 0 2 4 6 8 10 P erta mbaha n B obot B ada n (g ra m) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC betina AA betina CA betina 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 0 2 4 6 8 10 P erta mbaha n P anjang P aruh (c m) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC betina AA betina CA betina

(30)

19

Lampiran 3 Kurva pertambahan panjang femur itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Lampiran 4 Kurva pertambahan panjang tibia itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

Lampiran 5 Kurva pertambahan panjang tarsometatarsus itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 2 4 6 8 10 P er tam bahan P anj ang Fem ur (cm ) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC Betina AA Betina CA Betina 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 0 2 4 6 8 10 P erta mbaha n P anjang T ibi a (c m) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC Betina AA Betina CA Betina 0 0,5 1 1,5 2 0 2 4 6 8 10 P erta mbaha n P anjang Shank (c m) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC Betina AA Betina CA Betina

(31)

20

Lampiran 6 Kurva pertambahan panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Juli 1991 di Desa Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Sudarno Ahmadi dan Ibu Zuryati, B.A. Jenjang pendidikan dasar penulis di mulai pada tahun 1998 di SDN 1 Sungai Lilin dan diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Sungai Lilin dan diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Sungai Lilin dan diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Program Diploma melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pendidikan dilanjutkan dengan mengambil Program Alih Jenis Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor untuk mengambil gelar Sarjana Peternakan.

Selama menempuh pendidikan di Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, penulis telah malaksanakan serangkaian kegiatan praktik kerja lapangan selama satu setengah bulan (05 Juli-13 Agustus 2011) di UD Dony Farm Magelang Jawa Tengah yang bergerak dalam bidang pemeliharaan dan pembibitan ayam petelur. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan kembali praktik kerja lapangan selama dua bulan setengah (06 Februari-14 April 2012) di PT Greenfields Indonesia Malang Jawa Timur yang bergerak dalam bidang pemeliharaan sapi perah. Organisasi yang pernah diikuti Penulis adalah Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) pada tahun 2012-2013. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan di antaranya staf divisi internal pada Kontes Ayam Pelung Nasional tahun 2013 dan pernah menjadi juara 1 dalam cabang sepak bola Dekan Cup tahun 2013 dan 2014.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 0 2 4 6 8 10 P er tam bahan P anj ang St er num (cm ) Minggu ke- CC Jantan AA Jantan CA Jantan CC Betina AA Betina CA Betina

Gambar

Tabel 1 Jumlah jantan dan betina pada setiap rumpun
Gambar 2 Kurva bobot badan itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10 minggu
Gambar 5 Panjang paruh itik jantan dan betina pada umur 0-10 minggu  Panjang Sternum
Gambar 6 Kurva panjang sternum itik Cihateup, Alabio dan CA umur 0-10  minggu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan agama pada ranah budaya di Bali memberikan dampak pola kerukunan umat beragama hanya bisa dimungkinkan tercipta ketika ada kebesaran hati agama Hindu

Demak Kota Wali yang menjadi tagline kota Demak, di lihat dari kondisi wilayah Demak dan unsur budaya kota Demak yang sangat agamis, Demak merupakan kerajaan islam

Tentukanlah nilai x jika

Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian tersebut adalah Sebaiknya fungsi akuntansi terpisah dengan fungsi kas, Sebaiknya dalam sistem akuntansi pengeluaran

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan degradasi dari isolat bakteri yang diisolasi dari cacing tanah ( Lumbricus rubellus ) pada berbagai substrat lignin

Data sekunder yang digunakan terdiri dari laporan pengumuman bond rating tahun 2013-2015 yang dipublikasikan oleh PT PEFINDO yang dapat diakses melalui alamat

Hal ini sejalan dan sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurwani (2016) yang menyatakan bahwa secara empiris variabel suku bunga memiliki pengaruh negatif

Adapun yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum