• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI PROPINSI RIAU EL SYABRINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI PROPINSI RIAU EL SYABRINA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELEMBAGAAN PENYULUHAN

PERTANIAN DI PROPINSI RIAU

EL SYABRINA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Bersama ini saya menyatakan sebenarnya, bahwa Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau Tugas Akhir adalah karya dan pemikiran saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun dan oleh siapapun kepada perguruan tinggi manapun dimana karya tulis ini murni muncul dari pemikiran saya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dituliskan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Februari 2009

El Syabrina

(3)

ABSTRACT

EL SYABRINA. Analysis of Agricultural Extension Institutions in the Province of Riau. Under the Supervision of DEDI BUDIMAN HAKIM and FREDIAN TONNY.

This era of regional autonomy with its emphasis on the efficiency of institutions and improved human resources has made some changes in the extension paradigm. Different regions have different responses. Some still maintain their extension institutions as they were in the past while others have changed the extension system. The varied institutions that are responsible for agricultural extension have certainly resulted in different performance, and consequently affected the main target of agricultural development, namely farmers.

This study was intended to: (1) identify the structure of agricultural extension institutions in the regional autonomy era in the Province of Riau, (2) analyze the implementation of agricultural extensions in different institutions, and (3) analyze the effect of different extension implementation on the performance of extension workers and the degree of technological application among farmers. This is a descriptive study through a survey conducted from March to April 2008 in three regencies/towns, namely Pekanbaru, Kampar Regency and Pelalawan Regency.

The data collected for the study consist of primary and secondary data. The primary data were obtained from a structured interview by using questionnaires and a focus group discussion. The secondary data were collected by examining documents or reports from the related institutions. To determine alternative strategies in developing the extension institutions in the Province of Riau, an analysis was made on the internal and external factors, followed with a further analysis of SWOT (strengths, weakness, opportunities, and threat); and to determine the strategy priorities, the study used the method of quantitative strategic planning matrix (QSPM).

The study results showed that the implementation of Laws Number 22/1999 and Number 32/2004 along with the regulations under the laws has

(4)

caused the agricultural extensions in the Province of Riau to experience co-evolution in the social infrastructure of agricultural extensions in both regencies/towns and districts. In the implementation, the functions of services and arrangement still dominate the working system of extension. The existence of extension institutions has not been able to accommodate the interests of extension, and the frequency of LAKU is not fully implemented yet. The condition of an extension institution can influence the performance of agricultural extension and give different views on appropriate recommendations in the technology application by farmers. The formulated strategy in developing the agricultural extension institutions in the Province of Riau is to form a separate and specific institution that regulates agricultural extension through the following programs: a) reorganization of the agricultural extension institutions, b) improvement of human resource for agricultural extension, c) improvement in the quality of agricultural extension activities. Therefore, it is urgent to unite extension workers under one institution that can accommodate the interests of agricultural extension workers and farmers as the implementation of Law Number 16/2006.

(5)

RINGKASAN

EL SYABRINA. Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Propinsi Riau. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai ketua dan FREDIAN TONNY sebagai anggota komisi pembimbing.

Sejak diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1999 yang diamandemen dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian dan Peraturuan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Kelembagaan Daerah, telah mewarnai penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penafsiran yang berbeda-beda terhadap kebijakan publik tersebut, telah merubah pranata dan struktur kelembagaan penyuluhan pertanian serta operasionalisasinya di daerah. Keragaman kelembagaan yang menangani penyelenggaraan penyuluhan pertanian mengakibatkan beragamnya kinerja penyuluhan tersebut, dan konsekuensinya berpengaruh terhadap sasaran utama pembangunan pertanian yaitu para petani. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi dan keterpaduan kegiatan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota bahkan sampai ke tingkat desa dalam satu system penyuluhan pertanian yang disepakati bersama dengan melibatkan petani, swasta dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam kenyataannya sekarang, masing-masing instansi berjalan sendiri-sendiri, sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian menjadi tidak produktif, tidak efektif dan efisien.

Kajian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi keragaan kelembagaan penyuluhan pertanian di era otonomi daerah di Provinsi Riau, (2) Menganalisis pelaksanaan sistem kerja penyuluhan pertanian pada kelembagaan yang berbeda, (3) Menganalisis dampak penyelenggaraan penyuluhan yang berbeda terhadap kinerja penyuluh dan tingkat penerapan teknologi petani. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey, di laksanakan pada bulan Maret sampai April 2008 di 3 (tiga) kabupaten/kota yaitu : Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan. Data yang dikumpulkan pada kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang peroleh melalui metoda wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan Focus Group

(6)

laporan-laporan dari instansi terkait. Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan di Provinsi Riau digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT (strengths, weakness, opportunities, threat) dan untuk menentukan prioritas strategi digunakan analisis quantitative strategic planning

matrix (QSPM).

Hasil kajian mengungkapkapkan : 1). Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 beserta perangkat peraturan perundangan di bawahnya menyebabkan kelembagaan penyuluhan pertanian di provinsi Riau mengalami perubahan bersama

(co-evolution) pranata sosial kelembagaan penyuluhan baik di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan. Perbedaan tersebut terakomodasi pada ketiga pilar penopang kelembagaan penyuluhan pertanian yakni pilar regulative, normative dan cultural

cognitive. Kelembagaan di penyuluhan pertanian pada kabupaten Kampar dinilai

cukup baik dibandingkan dengan kelembagaan penyuluhan di kabupaten Pelalawan dan kota Pekanbaru; 2). Pelaksanaan fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan masih mendominasi sistim kerja penyuluhan. Keberadaan kelembagaan penyuluhan belum dapat mengakomodir kepentingan penyuluh dan petani Frekuensi LAKU belum sepenuhnya terlaksana. Penyuluh pada lembaga penyuluhan di Kabupaten Kampar menyelenggarakan penyuluhan yang baik dibanding pada penyuluh yang berada di Kabupaten Pelalawan dan Kota Pekanbaru, 4) Rumusan strategi dalam pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau adalah membentuk badan sendiri yang spesifik menaungi penyuluhan pertanian. Program yang dapat mewujudkan pembentukan lembaga penyuluhan pertanian tersendiri di provinsi Riau adalah : a) Program Penataan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, b) Program Peningkatan Ketenagaan Penyuluh Pertanian, c) Program Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian.

Program penataan kelembagaan penyuluhan pertanian diimplementasikan melalui kegiatan antara lain : a) penyelesaian peraturan daerah dan keputusan gubernur sebagai penjabaran dari UU Penyuluhan Pertanian, b) penyusunan pedoman tentang pembentukan kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat

(7)

kabupaten/kota dan kecamatan, c) Pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai home base dan basis pengembangan profesionalisme penyuluh pertanian. Program peningkatan ketenagaan penyuluhan pertanian diupayakan melalui kegiatan : a) pengembangan penyuluh swakarsa dan penyuluh swasta, b) pengangkatan tenaga penyuluh honorer, dan c) penempatan penyuluh pertanian PNS , swakarsa atau swasta untuk mengisi satu desa satu penyuluh. Program ini dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan penyuluh pada kabupaten/kota. Program peningkatan mutu penyelenggaraan penyuluhan pertanian diupayakan melalui kegiatan ; a) penyusunan pedoman kinerja penyuluh pertanian, b) sosialisasi pedoman kinerja penyuluh pertanian, c) peningkatan kepemimpinan dan kelembagaan petani, c) pengembangan kerjasama dan jejaring kerja penyuluh pertanian, d) pengembangan forum koordinasi penyuluhan pertanian di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pemerintah daerah dan penyuluh pertanian dapat dijadikan sebagai pelaksana dari program tersebut.

(8)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(9)

ANALISIS KELEMBAGAAN PENYULUHAN

PERTANIAN DI PROPINSI RIAU

EL SYABRINA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(10)
(11)

Judul Tugas Akhir : Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Propinsi Riau Nama : El Syabrina NRP : A 153050225 Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Dedi Budiman Hakim, MAEc Ir. Fredian Tonny, MS

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr.Ir. Yusman Syaukat,ME Prof.Dr.Ir.Khairil A. Notodiputro, MS

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridho dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah dengan judul “ Analisis Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau”.

Penulisan karya ilmial ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program Pasca Sarjana Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Dedi Budiman Hakim, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Frediantonny, MS selaku anggota komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dosen dan pimpinan serta pengelola Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Walikota Pekanbaru, yang telah mengizinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada koordinator dan rekan-rekan PPL pada lokasi penelitian. Orang tua tercinta dan keluarga besar yang telah banyak mendorong, menyemangati dan memberikan perhatiannya sampai selesainya pendidikan ini, diucapkan terimakasih tak terhingga. Kepada teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, diucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan langkah-langkah selanjutnya. Terlepas dari kekurangannya, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak

Bogor , Februari 2009 El Syabrina

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 8 Juni 1963 sebagai anak pertama dari dua orang bersaudara, dari pasangan H. Syahruddin Sidik, BRE dan Hj. Daliana. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi (Budidaya Pertanian), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), lulus pada tahun 1987. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan kuliah pada Program Studi Pembangunan Daerah pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2008.

Penulis bekerja sebagai PNS semenjak tahun 1999 pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau dan pada tahun 2001 pindah ke Dinas Pertanian Kota Pekanbaru-Riau sampai pada tahun 2008. Saat ini Penulis ditempatkan pada Sekretarita Pemerintah Kota Pekanbaru pada bagian Adminsitrasi Sumber Daya Alam.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………... i PERNYATAAN ... ii ABSTRAK ... iii HALAMAN PENGESAHAN ... v PRAKATA ... vii

RIWAYAT HIDUP ………... viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………. ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ………... 5 1.3. Tujuan Kajian ... …………... 8 1.4. Manfaat Kajian ... 8 1.5. Cakupan Kajian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengertian dan Peranan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian... 10

2.2 Perkembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 13

2.2.1. Era Bimas ... 15

2.2.2. Era otonomi ... 17

2.3. Penyuluhan dan Penyuluh Pertanian ... 22

2.3.1. Penyuluhan Pertanian ... 22

2.3.2. Penyuluh Pertanian ... 29

2.4. Kerangka Pemikiran ... 32

III. METODOLOGI KAJIAN ... 36

3.1. Jenis Kajian ………... 36

3.2. Waktu dan Tempat Kajian... 37

3.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37

3.4. Pengumpulan dan Analisis Data ... 38

3.4.1. Jenis Data ... 38

3.4.2. Analisis Data ... 39

(15)

Halaman

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

4.1. Kabupaten Kampar ... 49

4.1.1. Letak dan Luas Wilayah ... 49

4.1.2. Penduduk dan Mata Pencarian ... 50

4.1.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan ... 51

4.1.4. Penggunaan Tanah dan Produktivitas Pertanian ... 51

4.1.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 53

4.2. Kabupaten Pelalawan ... 54

4.2.1. Letak dan Luas Wilayah ... 54

4.2.2. Penduduk dan Mata Pencarian ... 55

4.2.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan ... 55

4.2.4. Penggunaan Tanah dan Produktivitas Pertanian ... 56

4.2.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 57

4.3. Kota Pekanbaru ... 58

4.2.1. Letak dan Luas Wilayah ... 58

4.2.2. Penduduk dan Mata Pencarian ... 58

4.2.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan ... 59

4.2.4. Penggunaan Tanah dan Produktivitas Pertanian ... 60

4.2.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

5.1. Keragaan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 63

5.1.1 Kabupaten Kampar ... 63

5.1.2. Kota Pekanbaru ... 67

5.1.3. Kabupaten Pelalawan ... 70

5.1.4. Ikhtisar ... 73

5.2. Pelaksanaan Sisitem Kerja Penyuluhan Pertanian ... 74

5.2.1. Sistem Penyuluhan ... 74

5.2.2. Persepsi Penyuluh Terhadap Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ... 76

5.2.3. Sistem Kerja Penyuluh Pertanian ... 78

5.2.4. Ikhtisar ... 83

5.3. Dampak Penyelenggaraan Penyuluhan Terhadap Kinerja Penyuluh Dan Tingkat Penerapan Teknologi... 84

5.3.1. Karakteristik Penyuluh ... 84

5.3.2. Kinerja Penyuluh Pertanian ... 87

5.3.3. Karakteristik Petani ... 89

5.3.4. Tingkat Penerapan Teknologi ... 91

5.3.4. Ikhtisar ... 94

5.4. Strategi Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 95

5.4.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal/Eksternal Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan ... 95

5.4.2. Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 98

5.4.3. Tahap Keputusan Strategi ... 102

(16)

Halaman

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ... 108

6.1. Kesimpulan ... 108 6.2. Rekomendasi Kebijakan ... 109 DAFTAR PUSTAKA... 112 LAMPIRAN ... 115

(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produktivitas Pangan (Kw/Ha) dan Nilai tukar Petani di Provinsi

Riau Tahun 2001 s/d Tahun 2007... 3

2. Perubahan Penyuluhan Paradigma Baru dalam Penyuluhan Pertanian... 32

3. Penyebaran Jenis dan Jumlah Responden... 38

4. Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... 41

5. Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ... . 43

6. Matrik SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)... 44

7. Matriks Analisis QSPM ... 46

8. Rincian Metode dan Pengumpulan AnalisisData ... 48

9. Penggunaan Tanah di Kabupaten Kampar ... 52

10. PerkembanganProduktivitas Padi, Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten Kampar Tahun 2001 – 2006 (Kw/Ha) ... 53

11. Penggunaan Tanah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2006... 56

12. PerkembanganProduktivitas Padi, Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten Pelelawan Tahun 2001 – 2006 (Kw/Ha)... 57

13. Penggunaan Tanah di Kota Pekanbaru ... 60

14. PerkembanganProduktivitas Padi, Jagung dan Ubi Kayu di Kota Pekanbaru Tahun 2001 – 2006 (Kw/Ha)... 61

15. Keragaan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Tahun 2007 di Tiga Kabupaten/Kota ... 72

16. Sistem Penyuluhan Pada Kelembagaan Penyuluh Pertanian di Tiga Kabupaten/Kota ... 75

17. Persepsi Penyuluh Terhadap Kelembagaan Penyuluhan di Tiga Kab/Kota ... 77

18. Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian di Tiga Kabupaten/Kota Tahun 2008 ... 81

19. Karakteristik Penyuluh di Tiga kabupaten/kota Tahun 2007... 86

20. Kinerja Penyuluh Pertanian di Tiga Kabupaten/Kota Tahun 2007... 88

21. Karakteristik Petani di Tiga kabupaten/Kota Tahun 2008 ... 90

22. Persepsi Petani tentang Sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) dan Tingkat Penerapan Teknologi ... 92

23. Matrik IFE Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau ... 96

24. Matrik EFE Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau ... 97

25. Matrik SWOT ... 100

26. Hasil Analisis QSPM dalam perumusan Prioritas Strategi Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Provinsi Riau ... 103

27. Strategi, Program dan Pelaksana Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan ... 106

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Analisis Kelembagaan Penyuluhan di Provinsi Riau ... 35

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner untuk Instansi/Kepala Satuan Kerja... 2. Kuesioner untuk PPL... 3. Kuesioner untuk Petani ... 4. Kuesioner Nilai Faktor eksternal dan internal ... 5. Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal ... 6. Matriks Nilai Keterkaitan Faktor Strategis ...

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah kajian yang dapat mengupas seperti apa penggunaan hadits-hadits dalam tafsir sufistiknya Syaikh

No Sasaran Jangka Menengah Renstra Kementerian Dalam Negeri Permasalahan Pelayanan Sebagai Faktor Penghambat Pendorong 1 Tertib Database Kependudukan berbasis NIK

Kasus FP TBTS masih berlangsung hingga tahun 2016 kemarin sebagaimana yang dikutip dalam laman detik.com tanggal 26 Januari 2017, “Direktur Jenderal Penegakan Hukum DJP,

Perilaku aktivitas dari civitas akademika di empat gedung kuliah ini dapat digeneralisasi sehingga perilaku tersebut dapat diartikan sebagai representasi perilaku

Pelaksanaan program ini sebagaimana yang tergambar dalam peraturan walikota Binjai Nomor 39 tahun 2017 yaitu, bahwa seluruh calon pengantin yang sudah mendapatkan jadwal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran pemberian modul pembelajaran, lab-sheet, shoptalk, melakukan perancangan, praktik memprogram, dan

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang

2.802.839.704,00 berdasarkan tanggapan Pemohon Banding atas koreksi Objek Pajak Penghasilan Pasal 26 bahwa sesuai Pasal 5 ayat (3) huruf b Undang-undang Nomor 7