• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) KABUPATEN ACEH SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) KABUPATEN ACEH SELATAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 1

Pada kerangka pendanaan infrastruktur bidang cipta karya sebagaimana yang sesuai dengan PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

(2)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 2

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

(3)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 3

Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011

Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

(4)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 4

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD;

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005

Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan

Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

(5)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 5

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

 Kerawanan sanitasi;

 Cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

(6)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 6

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIIJM bidang Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional. 3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota. 4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama

pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social

Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Distribusi dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.2 Perkembangan Aspek Pendanaan

Pembahasan mengenai aspek pendanaan dalam penyusunan RPIIJM ini adalah pada dasarnya adalah untuk membuat taksiran dan proyeksi dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Aceh Selatan, yang meliputi :

(7)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 7

a. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun.

b. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan dan peningkatan prasarana yang ada. c. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Dalam melaksanakan suatu program, anggaran menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menentukan berjalan tidaknya suatu program. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam melaksanakan proses pembangunan juga membuat anggaran, yaitu APBD Kabupaten Aceh Selatan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Aceh Selatan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

1. Adanyan Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

2. Adanyan Transparansi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

(8)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 8

3. Memiliki Disiplin Anggaran

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif. 4. Adanya Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula.

5. Memiliki Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.

6. Adanya Taat Azas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

5.3 Profil Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Selatan

Profil APBD Kabupaten Aceh Selatan menggambarkan struktur APBD Kabupaten Aceh Selatan selama 5 tahun terakhir (2011-2015) dengan sumber data yang berasal dari dokumen realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Belanja daerah terbagi atas Belanja Aparatur dan Belanja Pelayanan Publik. Sejak berlakunya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan

(9)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 9

Daerah yang diubah dengan Undang-undang Nomor 59 Tahun 2007, kelompok belanja daerah telah dibagi menjadi Belanja tidak Langsung (Pengganti Belanja

Aparatur) dan Belanja Langsung (Pengganti Belanja Pelayanan Publik).

Sedangkan belanja daerah itu sendiri adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dirubah dengan

Permendagri Nomor 56 Tahun 2007).

Tabel 5.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

NO

. URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 ӯ

1 PENDAPATAN 547.859.994.363,09 642.698.980.652,67 761.093.208.089,68 1.012.397.892.485,61 1.078.416.819.389,00 18,82 1.1

. Pendapatan Asli Daerah 18.574.111.449,09 33.502.663.375,45 42.809.358.878,68 73.784.427.485,30 79.039.081.500,00 46,91 1.1.

1 Pajak daerah 3.870.111.774,00 4.585.365.114,00 5.357.269.350,00 6.071.842.491,00 6.581.064.500,00 14,26 1.1.

2 Retribusi daerah 5.993.238.117,00 19.129.061.932,00 23.729.405.000,00 9.112.245.412,00 5.105.233.000,00 34,41 1.1.

3 Bagian Laba Usaha Daerah 1.580.862.233,23 1.731.949.422,45 2.459.195.788,68 2.690.273.354,30 2.850.000.000,00 16,72 1.1.

4 Zakat 1.412.896.333,00 1.838.089.297,00 2.264.000.000,00 2.812.000.000,00 4.500.000.000,00 34,37 1.1.

5 Lain-lain PAD yang sah 5.777.002.991,86 6.218.197.610,00 8.999.488.740,00 53.098.066.228,00 60.002.784.000,00 138,85

1.2

. Dana Perimbangan 467.442.996.602,00 547.002.147.611,00 627.980.615.664,00 678.402.001.000,00 712.877.710.000,00 11,23 1.2.

1 Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 34.490.796.602,00 33.016.758.611,00 32.462.490.664,00 32.500.000.000,00 27.473.452.000,00 (5,33) 1.2.

2 Dana alokasi umum 388.771.100.000,00 465.287.229.000,00 528.579.445.000,00 582.668.161.000,00 604.474.808.000,00 11,81 1.2.

3 Dana alokasi khusus 44.181.100.000,0 48.698.160.000,00 66.938.680.000,00 63.233.840.000,00 80.929.450.000,00 17,53 1.2.

4 Dana Perimbangan dari Provinsi -

1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 61.842.886.312,00 62.194.169.666,22 90.303.233.547,00 260.211..464.000,31 286.500.027.889,00 61,00

1.3. 1 Hibah - - 13.578.638.547,00 1.676.330.543,00 1.309.300.000,00 (54,77) 1.3. 2 Dana darurat - - 1.3. 3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya

10.875.975.39

2,00 12.067.601.666,22 15.500.000.000,00 19.941.615.043,31 17.000.000.000,00 13,33 1.3.

4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 50.966.910.920,00 46.126.568.000,00 61.224.595.000,00 79.902.481.000,00 111.459.081.000,00 23,31 1.3.

5

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya 4.000.000.000,00 158.691.037.414 ,00 156.731.646.889,00 24,69 1.3. 6 Bantuan Dana Kontinjensi/ Penyeimbang dari Pemerintah -

(10)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 10

Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa belanja tidak langsung Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2011-2015 terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demikian pula dengan biaya langsung, meskipun sedikit berfluktuasi. Komponen yang dianalisis berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung. b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terutama pada Bab V pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa :

I. PAD bersumber dari: a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah.

II. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; dan

(11)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 11

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, telah membuka peluang bagi Provinsi Aceh, termasuk Kabupaten Aceh Selatan untuk mengembangkan zakat sebagai salah satu sumber PAD. Hal ini tercantum dalam Pasal 180 ayat (1) butir (d) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Perkembangan realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan selama lima tahun terakhir relatif mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum maksimal dan fluktuatif. Tahun 2008, jumlah PAD di Kabupaten ini sebesar Rp.14.503.911.817,83. Jumlah PAD ini terus mengalami peningkatan menjadi Rp.16.264.626.725,83 (tahun 2009), Rp.17.585.914.619,26 (tahun 2010) dan Rp.33.502.663.375,45 (tahun 2012). Selanjutnya pada tahun 2014 Realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan meningkat menjadi Rp.73.784.427.485,30 atau naik signifikan 72,36 persen dari tahun 2013. Memperhatikan pencapaian 2014 maka Tahun 2015 pos Pendapatan Asli Daerah diproyeksikan mampu mencapai Rp.79.039.081.500,-.

Sepanjang tahun 2008-2015, pertumbuhan rata-rata PAD Kabupaten Aceh Selatan adalah 46,91 persen setiap tahunnya. Untuk tahun 2014, penerimaan yang sangat menonjol disumbangkan lain-lain PAD yang sah, disamping berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah.

Penerimaan dari lain-lain PAD yang sah pada tahun 2014 mencapai Rp.53.098.066.228,- dari tahun sebelumnya yakni Rp.8.999.488.740,00 atau sekitar 490,01 persen dari tahun 2013. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan oleh masuknya pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSU dr. Yuliddin Away Tapaktuan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, penerimaan yang disumbangkan dari pos lain-lain PAD yang sah ini tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti serta memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Penerimaan dari pos pajak daerah sepanjang tahun 2008 – 2015 belum menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang berarti bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pada tahun 2008 kontribusi Pajak Daerah terhadap

(12)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 12

PAD hanya sebesar Rp.2.142.906.557 (14,77 persen). Sementara itu, retribusi daerah hanya menghasilkan sumbangan sekitar 13,44 persen dari total PAD pada tahun 2008 atau berjumlah Rp.1.849.123.474,92. Demikian halnya dengan pos Bagian Laba Usaha Daerah, juga belum memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PAD. Pada tahun 2008 kontribusi dari pos penerimaan ini yaitu sebesar 9,28 persen atau berjumlah Rp 1.345.889.067,83.

Pada Tahun 2014 penerimaan daerah dari pos pajak daerah mencapai Rp6.071.842.491,- dan proyeksi realisasi pada tahun 2015 sebesar Rp6.581.064.500,-dengan pertumbuhan rata-rata selama Tahun 2008-2015 mencapai 14,26 persen. Begitu juga hal nya dengan pos pendapatan lainnya yakni Retribusi Daerah meningkat rata-rata mencapai 34,41 persen, pos bagian laba usaha yang dipisahkan naik rata-rata 16,72 persen, dan zakat sebanyak 34,37 persen.

Berdasarkan realisasi PAD Kabupaten Aceh Selatan tersebut, menunjukkan adanya disparitas dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Kondisi ini disebabkan belum optimalnya strategi dan kebijakan yang dijalankan serta dipengaruhi pula pertumbuhan perekonomian daerah yang juga relatif masih rendah. Konsekuensi dari permasalahan ini menyebabkan rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2014 juga masih kecil yaitu sebesar 7,28 persen. Ini menunjukkan ketergantungan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi.

b. Dana Perimbangan

Di dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa, Dana Perimbangan terdiri dari :

(a) Dana Bagi Hasil;

(b) Dana Alokasi Umum; dan (c) Dana Alokasi Khusus.

(13)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 13

Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Pasal 11 ayat (2) menyebutkan bahwa Dana Bagi Hasil yang bersumber dari:

(a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); (b) Pajak Penghasilan (PPh).

Pasal 11 ayat (3) menjelaskan bahwa Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumberdaya alam, berasal dari:

(a) Kehutanan; (b) Pertambangan; (c) Perikanan;

(d) Pertambangan Minyak Bumi; (e) Pertambangan Gas Bumi; dan (f) Pertambangan Panas Bumi.

Jumlah penerimaan Dana Perimbangan selama tahun 2011 - 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 11,23 persen per tahunnya. Hingga akhir tahun 2014, dana perimbangan yang dialokasikan dalam bentuk BHP, BHBP, DAU, DAK dan bantuan keuangan dari Provinsi Aceh, mencapai Rp.678.402.001.000,-. Penerimaan dana perimbangan Tahun 2014 meningkat 8,03 persen dari tahun sebelumnya sehingga untuk Tahun 2015 diproyeksikan dapat mencapai Rp712.877.710.000,- atau meningkat 5,08 persen. Bila dibandingkan dengan penerimaan dana perimbangan pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 405,412 milyar maka penerimaan Dana Perimbangan pada Tahun 2014 telah meningkat sebesar Rp272.990.001.000,- atau meningkat 67,34 persen.

Berbeda halnya dengan sumber Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, maka besaran penerimaan Dana perimbangan sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah Pusat. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka proyeksi penerimaan terhadap sumber ini harus diperhitungkan secara cermat, khususnya yang berkenaan dengan kapasitas fiskal Pemerintah

(14)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 14

Pusat pada tahun-tahun mendatang. Mengacu pada Undang-Undang Pemerintahan Aceh, maka sejak tahun 2008 Provinsi Aceh menerima pendapatan tambahan sebesar 2 persen dari alokasi DAU nasional selama 15 tahun, disusul 1 persen dari alokasi DAU nasional selama 5 tahun berikutnya (sampai 2028). Undang-Undang Pemerintahan Aceh juga menyebutkan Provinsi Aceh menerima 70 persen dari pendapatan migas. Untuk itu pemerintah daerah harus membuat perencananaan pembangunan dan perencanaan anggaran yang komperehensif, sehingga alokasi dana yang cukup besar ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi pembiayaan pembangunan inftrastruktur, pemberdayaan sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta mewujudkan kemadirian keuangan daerah.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri atas dana penyumbang (hibah); dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya; bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya; Dana penyesuaian dan otonomi khusus; dan bantuan dana kontingensi/penyeimbang dari pemerintah. Tahun 2012, realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah mencapai Rp.62.194.169.666,22 sementara pada Tahun 2014 mencapai Rp.260.211.464.000,31. Angka ini akan diperkirakan tetap positif sehingga pada Tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp.286.500.027.889,- atau meningkat 10,10 persen dari tahun 2014.

1. Belanja Daerah.

Manajemen belanja yang digunakan oleh pemerintah daerah selama ini belum menunjukkan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah fenomena umum yang terjadi diberbagai unit kerja pemerintah daerah. Lemahnya manajemen perencanaan pengeluaran akan memunculkan kemungkinan terjadinya underfinancing atau overfinancing, yang kesemuanya mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas unit-unit kerja pemerintah daerah.

(15)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 15

Pada umumnya masalah utama yang dihadapi unit kerja yang mengalami

underfinancing adalah rendahnya kapabilitas program kerja untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan publik. Sedangkan unit kerja yang menikmati

overfinancing, masalah yang dihadapi adalah efisiensi yang rendah. Besarnya

tuntutan kebutuhan publik, dihadapkan dengan dana yang tersedia dalam APBK yang juga merupakan dana publik (public money) yang terbatas menyebabkan kondisi ini dalam jangka panjang akan cenderung memperlemah peran pemerintah daerah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur (wirausaha) dalam proses pembangunan.

Pengelolaan belanja daerah harus dilaksanakan berlandaskan pada anggaran kinerja (performance budget) yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti belanja daerah harus berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung (pro-poor), pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan perluasan lapangan kerja (pro-job).

Dari tabel di bawah ini, menunjukkan bahwa selama periode 2011-2015, realisasi Belanja Daerah yang digunakan untuk Belanja Tidak Langsung tumbuh rata-rata sebesar 23,13 persen. Sebahagian besar digunakan untuk belanja pegawai dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 14,03 %, sedangkan Belanja Langsung sebahagian besar digunakan untuk belanja barang dan jasa serta belanja Modal, sedangkan sisanya digunakan untuk belanja pegawai. Dilihat dari persetase penggunaannya maka perkembangan dari tahun 2011 hingga 2015 terlihat alokasi pemanfaatan anggaran daerah semakin baik. Proporsi belanja tidak langsung semakin mengecil yakni 71,18 persen pada tahun 2011 menjadi 58,75 persen pada tahun 2015. Sementara belanja langsung meningkat dari 28,82 persen pada tahun 2011 menjadi 41,25 persen pada tahun 2015.

Gambaran perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan selama lima tahun terakhir (2011-2015) dapat dilihat dari tabel berikut.

(16)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 16

Tabel. 5.2

Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011-2015 No URAIAN Jumlah ӯ 2011 2012 2013 2014 2015 A Belanja Tidak Langsung 388.588.137.967,00 432.113.338.283,00 471.826.203.946,41 526.434.054.836,00 649.004.845.832,00 13,81 1 Belanja Pegawai 347.420.806.357,00 404.256.405.349,00 434.675.955.946,41 497.584.194.709,00 556.381.326.305,00 12,54 2 Belanja bunga - - 3 Belanja subsidi - - 400.000.000,00 700.000.000,00 700.000.000,00 18,75 4 Belanja Hibah 28.156.452.650,00 24.888.321.934,00 20.645.982.000,00 9.012.395.791,00 8.099.000.000,00 (23,78) 5 Belanja Bantuan Sosial 2.062.275.000,00 48.643.000,00 1.575.250.000,00 4.483.000.000,00 7.000.000.000,00 820,37

6 Belanja Bagi Hasil 3.000.000,00 - 1.168.629.750,00 0

7 Belanja Bantuan

Keuangan 9.339.599.960,00 2.593.968.000,00 13.529.016.000,00 13.254.464.336,00 74.155.889.777,00 201,69

8 Belanja Tidak Terduga 1.606.004.000,00 326.000.000,00 1.000.000.000,00 1.400.000.000,00 1.500.000.000,00 43,55

B Belanja langsung 157.343.228.508,00 180.686.210.978,00 290.467.213.216,00 493.392.748.869,00 455.590.617.334,00 34,45 1 Belanja Pegawai 28.534.035.448,00 37.100.885.744,00 46.238.950.952,00 65.005.096.935,00 28.162.717.580,00 9,64 2 Belanja Barang dan Jasa 74.299.398.073,00 68.744.475.523,00 114.134.259.619,00 188.824.744.409,00 203.400.602.246,00 32,93 3 Belanja Modal 54.509.794.947,00 74.840.849.911,00 130.094.002.645,00 239.562.907.525,00 224.027.297.508,00 47,20 C.Total Belanja (A+B) 545.931.366.475,00 612.799.549.261,00 762.293.417.162,41 1.019.826.803.705,00 1.104.595.463.166,00 23,13

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (diolah)

5.3.1 Proporsi Penggunaan Anggaran.

Selama periode 2008-2015. penggunaan anggaran daerah yang dialokasikan untuk pemenuhan belanja aparatur yaitu mencapai 51,16 persen pada tahun 2008, sebesar 63,90 persen pada tahun 2010, dan meningkat menjadi 72,02 persen pada tahun 2012. Selanjutnya kondisi ini semakin membaik dimulai tahun 2013 proporsi penggunaan anggaran daerah yang

(17)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 17

dialokasikan untuk pemenuhan belanja aparatur menjadi 61,90 persen. Semakin membaik pada Tahun 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 51,62 persen dan 58,75 persen.

Tabel 5.3

Proporsi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2008-2015 No Uraian Total Belanja Untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Total Pengeluaran (Belanja + Pembiayan Pengeluaran) Persentase 1 Tahun Anggaran 2008 245.248.778.199 479.359.801.566,50 51,16 2 Tahun Anggaran 2009 271.900.222.149 451.583.467.525,50 60,21 3 Tahun Anggaran 2010 306.875.199.614 480.260.375.715,49 63,90 4 Tahun Anggaran 2011 375.954.841.845 547.172.346.184,00 68,71 5 Tahun Anggaran 2012 441.357.291.093 612.799.549.261,00 72,02 6 Tahun Anggaran 2013 471.826.203.946 762.293.417.162,41 61,90 7 Tahun Anggaran 2014 526.434.054.836 1.019.826.803.705,00 51,62 8 Tahun Anggaran 2015 649.004.845.832 1.104.595.463.166,00 58,75

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

Hal ini menunjukkan bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir alokasi belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur semakin disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan bagi masyarakat. Kedepan alokasi anggaran belanja ini harus lebih fokus untuk kebutuhan belanja publik (belanja langsung) dalam rangka mempercepat pembangunan daerah, sedangkan belanja aparatur dialokasikan dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur sebagai fasilitator pembangunan. Memasuki tahun 2013 porsi anggaran untuk pemenuhan kebutuhan aparatur semakin berkurang. Hal ini sangat baik untuk percepatan pembangunan di Kabupaten Aceh Selatan. Tahun 2013 alokasi untuk ini menjadi 61,90 persen dan terus menurun hingga menjadi 58,75 persen pada Tahun 2015.

(18)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 18

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang harus diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Tujuan pembiayaan daerah adalah untuk menutupi defisit anggaran dan/atau untuk menyimpan surplus anggaran.

a. Penerimaan Pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan adalah semua uang yang masuk ke kas daerah yang bersumber dari pembiayaan daerah yang bertujuan untuk menutupi defisit anggaran berjalan. Penerimaan pembiayaan terdiri dari beberapa sumber diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), yaitu seluruh anggaran belanja yang tidak terealisasi di kurangi dengan seluruh anggaran pendapatan yang tidak terealisasi.

2. Pencairan dana cadangan, yaitu pencairan dana yang disimpan pada lembaga keuangan atau lembaga lainnya pada tahun sebelumnya, sekarang dana tersebut dicairkan dan masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun berjalan, maupun untuk membiayai program dan kegiatan yang sangat mendesak;

3. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu penjualan Asset Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dananya masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun berjalan maupun untuk membiayai program dan kegiatan yang sangat mendesak;

4. Penerimaan pinjaman daerah, yaitu dana yang kita pinjamkan kepada pihak lain untuk menutupi defisit anggaran;

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, yaitu pinjaman yang diberikan beberapa tahun yang lalu kepada pihak lain, sekarang dikembalikan tanpa bunga pinjaman dan masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun berjalan atau membiayai kegiatan baru;

(19)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 19

6. Penerimaan piutang, yaitu pinjaman yang diberikan beberapa tahun yang lalu kepada pihak lain, sekarang dikembalikan bersama bunga pinjam dan masuk ke kas daerah untuk menutupi defisit tahun berjalan atau membiayai kegiatan baru;

Dana yang bersumber dari pencairan dana cadangan, Penerimaan pinjaman daerah, Penerimaan kembali pemberian pinjaman dan Penerimaan piutang belum dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, mengingat belum adanya Qanun yang mengatur masalah pinjaman daerah.

a. Pengeluaran Pembiayaan.

Pengeluaran pembiayaan adalah semua uang yang keluar dari kas daerah sebagai akibat kelebihan anggaran dari rencana pembangunan daerah pada tertentu atau kebijakan tertentu dari Pemerintah daerah dan dana tersebut digunakan untuk keperluan sebagai berikut:

1. Pembentukan dana Cadangan, yaitu dana yang ditempatkan pada lembaga keuangan (perbankan) baik dalam bentuk deposito atau di pasar Saham;

2. Penyertaan modal (Investasi) Pemerintah daerah, yaitu dana yang ditempatkan pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti PD. Fajar Selatan, PDAM Tirta Naga dan PT.Bank Aceh Cabang Tapaktuan, dengan harapan disamping sebagai penguatan modal, juga keuntungan dari penyertaan modal tersebut menjadi PAD bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan;

3. Pembayaran pokok utang, yaitu dana yang dikeluarkan Pemerintah daerah untuk membayar cicilan pokok utang yang dipinjamkan beberapa tahun lalu; 4. Pemberian pinjaman daerah, yaitu dana yang dikeluarkan sebagai akibat

surplus anggaran dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan akan memperoleh bunga pinjaman, dan pinjaman tersebut merupakan PAD bagi Pemerintah Daerah.

Pembiayaan riil daerah selama tiga tahun terakhir (2010-2012), menunjukkan bahwa realisasi belanja daerah masih diatas (lebih besar) dari pada realisasi pendapatan, yang berarti terjadi defisit anggaran masing-masing sebesar

(20)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 20

Rp. 19.236.517.575,66 pada tahun 2010 dan sebesar Rp.19.216.966.431 pada tahun 2012, sehingga SILPA tahun anggaran sebelumnya perlu dialokasikan untuk menutup defisit tersebut.

5.4 Kerangka Pendanaan

Pada kerangka pendanaan yang bertujuan untuk menghitung kapasitas rill keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama lima tahun kedepan. Kapasitas rill keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangi dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Menindaklanjuti hal tersebut maka perlu dilakukan proyeksi terhadap pendapatan daerah, belanja daerah serta pembiyaan daerah. Kebutuhan dana yang semakin meningkat untuk keperluan pembiayaan pembangunan daerah merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Aceh Selatan di masa mendatang, terutama didalam penyelenggaraan pemerintahan dan implementasi pembangunan yang berkualitas bagi masyarakat. Kebutuhan dana tersebut sebagian besar masih diharapkan bersumber dari dana perimbangan, disamping berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yang bersumber dari PAD.

5.4.1 Analisis Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta prioritas Utama.

Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran. Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh pemerintah daerah seperti gaji dan tunjangan pegawai serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor dan belanja sejenis lainnya. Belanja periodik prioritas utama adalah pengeluaran yang

(21)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 21

harus dibayar oleh pemerintah daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar prioritas Pemerintah Daerah yaitu pelayanan pendidikan dan Kesehatan, seperti honorarium guru dan tenaga medis serta belanja sejenis lainnya. sebagaimana pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4

Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011-2015

NO. URAIAN Tahun 2011 Rp Tahun 2012 Rp Tahun 2013 Rp Tahun 2014 Rp Tahun 2015 Rp

A. Belanja Tidak Langsung

1. Belanja Gaji dan Tunjangan 347.420.806.357 404.256.405.3 49 434.675.955.946 497.584.194.7 09 556.381.326.3 05 2. Belanja Bunga - - 3.

Belanja Bagi hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

3.000.000 - 1.168.629.750

4.

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi /Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 9.339.599.960 2.593.968.000 13.529.016.000 13.254.464.33 6 74.155.889.77 7 B. Belanja Langsung 1. Belanja Pegawai 28.534.035.488 37.100.885.74 4 46.238.950.952 65.005.096.93 5 28.162.717.58 0 2. Belanja Barang dan jasa 74.299.398.073 68.744.475.32

3 130.094.002.64 5 188.824.744.4 09 203.400.602.2 46 C. Pembiayaan Pengeluaran 1. Pembentukan Dana Cadangan - -

2. Pembayaran pokok Utang 240.979.709 36.501.337.92 8 - - - TOTAL (A+B+C) 459.837.819.587 549.197.072.3 44 624.537.925.5 43 764.668.500.3 89 863.269.165.6 58 Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

Dengan memperoleh gambaran awal kebutuhan pengeluaran priodik, wajib dan mengikat serta prioritas utama sebagaimana tabel di atas, maka diproyeksikan pula anggaran belanja dimaksud selama lima tahun kedepan (2013-2018) sebagai dasar penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah.

(22)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 22

Tabel 5.5

Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama

Kabupaten Aceh Selatan tahun 2013-2018.

No Uraian

Data Tahun Dasar Proyeksi

2013 2014 2015 2016 2017 2018

A Belanja Tidak

Langsung 471.826.203.946 526.434.054.836 649.004.845.832 842.725.071.929 912.047.615.782 987.195.238.687

1 Belanja gaji dan

tunjangan 434.675.955.946 497.584.194.709 556.381.326.305 597.998.533.608 624.848.423.629 691.062.055.401

2. Belanja Bunga - - - -

3 Belanja Bagi Hasil 1.168.629.750 1.279.265.300 1.407.191.830 1.561.982.931

4 Belanja Bantuan

keuangan 13.529.016.000 13.254.464.336 74.155.889.777 222.628.793.021 244.891.672.323 269.380.839.555

B Belanja Langsung 152.836.133.412 493.392.748.869 455.590.617.334 516.690.245.152 568.359.269.667 624.826.449.052

1 Belanja Pegawai 43.626.330.821 65.005.096.935 28.162.717.580 33.522.507.430 36.874.758.173 40.193.486.409

2 Belanja Barang dan

Jasa 109.209.802.591 188.824.744.409 203.400.602.246 245.781.268.065 270.359.394.872 297.395.334.359 C Pengeluaran Pembiayaan 1 Pembentukan Dana Cadangan - - - - 2 Pembayaran pokok utang - - - - Total (A+B+C) 762.293.417.162 1.019.826.803.705 1,104,595,463,166 1.359.415.317.081 1.480.406.885.449 1.612.021.687.740

(23)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 23

Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018

No Uraian 2013 Data Tahun Dasar Proyeksi

2014 2015 2016 2017 2018

1 Pendapatan

Daerah 761,093,208,089 1,012,397,892,486 1,078,416,819,389 1,314,787,162,928 1,443,153,838,352 1,590,722,189,125 1.1 Pendapat Asli Daerah

42,809,358,879 73,784,427,485 79,039,081,500 94,153,208,200 111,385,356,220 132,005,630,709 1.1.1 Pajak Daerah 5,357,269,350 6,071,842,491 6,581,064,500 7,432,419,000 8,324,309,280 9,406,469,486 1.1.2 Retribusi Daerah 23,729,405,000 9,112,245,412 5,105,233,000 5,359,334,000 5,627,300,700 5,908,665,735 1.1.3 Hasil pengelolaan Kakayaan Daerah yang dipisahkan 2,459,195,789 2,690,273,354 2,850,000,000 4,000,000,000 4,600,000,000 5,290,000,000 1.1.4 Zakat 2,264,000,000 2,812,000,000 4,500,000,000 6,000,000,000 7,200,000,000 8,640,000,000 1.1.5 Lain-lain PAD yang

sah 8,999,488,740 53,098,066,228 60,002,784,000 71,361,455,200 85,633,746,240 102,760,495,488

1.2 Dana Perimbangan 627,980,615,664 678,402,001,000 712,877,710,000 887,694,662,100 957,844,858,685 1,033,756,429,707 1.2.1 Dana Bagi Hasil

Pajak/bagi Hasil bukan Pajak

32,462,490,664 32,500,000,000 27,473,452,000 28,000,000,000 28,420,000,000 28,846,300,000

1.2.2 Dana Alokasi Umum 528,579,445,000 582,668,161,000 604,474,808,000 649,570,785,000 698,288,593,875 750,660,238,416 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 66,938,680,000 63,233,840,000 80,929,450,000

210,123,877,100 231,136,264,810 254,249,891,291

1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah

90,303,233,547

260,211,464,000 286,500,027,889 332,939,292,628 373,923,623,447 424,960,128,709

1.3.1 Hibah 13,578,638,547 1,676,330,543 1,309,300,000 10,000,000 10,500,000 11,025,000

1.3.2 Dana darurat

1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya

15,500,000,000 19,941,615,043 17,000,000,000 23,392,331,700 25,731,564,870 28,304,721,357

1.3.4 Dana penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 61,224,595,000 79,902,481,000 111,459,081,000 154,542,183,000 190,086,885,090 233,806,868,661 1.3.5 Bantuan Keuangan dari Pemerintah lainnya 158,691,037,414 156,731,646,889 154,994,777,928 158,094,673,487 162,837,513,691 1.3.6 Bantuan Dana Kontinjensi/ Penyeimbang dari Pemerintah

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan)

Keterbatasan kemampuan anggaran yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, mendorong Pemerintah Daerah untuk menginventarisir seluruh sumber daya pembangunan yang ada agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dengan pemanfaatan dan pengalokasian anggaran yang tepat dan sesuai kebutuhan, diharapkan akan dapat lebih mempercepat proses peningkatan kesejahteraan

(24)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 24

perlu dilakukan proyeksi-proyeksi terhadap komponen belanja daerah tersebut.

Tabel 5.7

Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018

No Uraian

Data Tahun Dasar Proyeksi

2013 2014 2015 2016 2017 2018 A Belanja Tidak Langsung 471,826,203,946 526,434,054,836 649,004,845,832 842,725,071,929 912,047,615,782 987,195,238,687 1 Belanja Pegawai 434,675,955,946 497,584,194,709 556,381,326,305 597,998,533,608 642,848,423,629 691,062,055,401 2 Belanja Bunga 3 Belanja subsidi 400,000,000 700,000,000 700,000,000 1,000,000,000 1,100,000,000 1,210,000,000 4 Belanja Hibah 20,645,982,000 9,012,395,791 8,099,000,000 9,891,500,000 10,880,650,000 11,968,715,000 5 Belanja Bantuan Sosial 1,575,250,000 4,483,000,000 7,000,000,000 8,276,980,000 9,104,678,000 10,015,145,800 6 Belanja Bagi Hasil 1,168,629,750 1,279,265,300 1,407,191,830 1,561,982,931 7 Belanja Bantuan

Keuangan 13,529,016,000 13,254,464,336 74,155,889,777 222,628,793,021 244,891,672,323 269,380,839,555 8 Belanja tidak terduga 1,000,000,000 1,400,000,000 1,500,000,000 1,650,000,000 1,815,000,000 1,996,500,000

B Belanja Langsung 290,467,213,216 493,392,748,869 455,590,617,334 516,690,245,152 568,359,269,667 624,826,449,052 1 Belanja Pegawai 46,238,950,952 65,005,096,935 28,162,717,580 33,522,507,430 36,874,758,173 40,193,486,409

2 Belanja Barang dan Jasa 114,134,259,619 188,824,744,409 203,400,602,246 245,781,268,065 270,359,394,872 297,395,334,359

3 Belanja Modal 130,094,002,645 239,562,907,525 224,027,297,508 237,386,469,657 261,125,116,623 287,237,628,285

Total Belanja (A+B) 762,293,417,162 1,019,826,803,705 1,104,595,463,166 1,359,415,317,081 1,480,406,885,449 1,612,021,687,740

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan)

Selanjutnya Proyeksi Pembiayaan Daerah bertujuan pula untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus dan defisit belanja daerah dalam rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah.

(25)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 25

Tabel 5.8

Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013-2018 No Uraian Proyeksi 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Pembiayaan Daerah 1 Penerimaan Pembiayaan 4.366.381.648 3.567.980.346 49.547.067.165 34.018.506.000 34.018.506.000 34.018.506.000 1.1 Sisa lebih Perhitungan

Anggaran tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) 4.366.381.648 3.567.980.346 49.547.067.165 34.018.506.000 34.018.506.000 34.018.506.000 1.2 Pencairan Dana Cadangan 1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1.6 Penerimaan Piutang Daerah Pengeluaran Pembiayaan daerah 500.000.000 1.000.000.000 6.800.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 2.1 Pembentukan Dana Cadangan 2.2 Penyertaan Modal (Investansi) Pemerintah Daerah 500.000.000 1.000.000.000 6.800.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 2.3 Pembayaran Pokok Piutang 2.4 Pemberian Pinjaman Daerah

Sumber : DPKKD Kab.Aceh Selatan (Qanun APBK Aceh Selatan, diolah)

5.5 Pelaksanaan Pembiayaan RPIIJM

Setelah melalui proses penilaian RPIIJM oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, maka selanjutnya adalah program sekaligus proses pembiayaannya. Pada pelaksanaan pembiayaan maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati oleh antara Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dengan Pemerintah Pusat termasuk dana bantuan luar negeri yang dirumuskan dalam dokumen

(26)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 26

5.6 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :

1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:

 Meningkatkan PAD terurtama pajak daerah potensial dan retribusi daertah potensial

 Meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran sehingga terdapat SilPA

 Mengusulkan DDUB kepada Pemerintah Provinsi.

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:

 Meningkatkan penerimaan Pajak daerah potensial dan retribusi derah potensial

 Meningkatkan efisiensi penggunaan dana anggaran berbasis kinerja 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi:

 Meningkatkan kinerja pengelolaan perusahaan daerah untuk meningkatkan pelayanan

 Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat yang masih rendah

 Meningkatkan pengelolaan keuangan perusahaan daerah secara efektif dan efisien sehingga memperoleh kauntungan

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya

 Melakukan kerjasama dengan masyarakat di dalam pemeliharaan prasarana dan sarana pembangunan infrastruktur yang dibangun.

 Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan prasarana dan sarana infrastruktur bidang Cipta Karya.

(27)

BAPPEDA KABUPATEN ACEH SELATAN V- 27

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada

 Biaya operasi dan pemeliharaan infrastruktur permukiman yuang terbangun didanai dari masyarakat pengguna/sewa yang dipungut kepada penghuni

 Untuk biaya perbaikan / renovasi didanai dari APBD.

Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Aceh Selatan untuk mendukung pembangunan didasarkan pada skala prioritas pembangunan yang mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Dukungan dana melalui berbagai sumber pendanaan, seperti: DAU dan DAK masih sangat dibutuhkan Kabupaten Aceh Selatan. Selain itu peningkatan PAD perlu ditingkatkan melalui optimalisasi pendapatan yang ada selama ini dan pengawasan, seperti: retribusi parkir, kebersihan dll serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mendukung kemampuan keuangan daerah, setiap kegiatan pembangunan dapat melibatkan partisipasi dan swadaya masyarakat, swasta. Para investor yang akan masuk ke Kabupaten Aceh Selatan perlu didukung dengan memberikan insentif seperti kemudahan perizinan yang tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Penggunaan tabungan masyarakat (public saving) juga dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kemampuan keuangan Kabupaten Aceh Selatan atau bahkan melalui pinjaman bila mendesak perlu dilakukan. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat dan dukungan dalam pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan pelaksanaan RPIIJM Bidang Cipta Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yaitu pada kondisi dimana iuran partai politik, calon Legislatif dan calon Eksekutif tidak bisa diharapkan lagi, maka untuk mendapatkan

Rasulullah SAW bersabda, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan

Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengering tipe Solar Dryer dengan media udara panas yang dihasilkan dari panas matahari yang ditangkap oleh kolektor termal..

Power Amplifier adalah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal input dengan. amplitude rendah menjadi output dengan amplitude yang lebih tinggi

Variabel CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR secara bersama-sama berpengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada bank di Indonesia , pengaruh yang diberikan sebesar

Pada kondisi dimana radiasi panas di tempat kerja tinggi maka akan menyerap panas lebih banyak karena pembuluh darah mereka yang terdapat pada atau dekat dengan kulit

Gambar 5.24 Hasil Pengujian Dari Fungsi Tampil ImageView Pada Logcat

Pola yang sama juga terjadi pada hasil pengukuran pada citra yang dihasilkan transduser dengan frekuensi 6,2 MHz dimana nilai FWHM dan FWTM memiliki kecenderungan