• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO BALAI

REHABILITASI SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN

Arini*), Faridah Aini **), Heni Hirawati P ***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Proses menua menyebabkan gangguan kognitif yang terlihat jelas pada daya ingat dan kecerdasan lansia. Kemunduran fungsi kognitif dapat diperlambat, bahkan dapat dipertahankan dengan baik dengan cara terus melatih otak. Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana yang bermanfaat untuk merangsang seluruh bagian otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia.

Desain penelitian yang digunakan adalah “quasy experimental dengan pendekatan

nonequivalent control group”. Populasi sebanyak 84 orang dengan sampel sebanyak 12 orang

kelompok intervensi dan 12 orang kelompok kontrol dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Alat ukur yang digunakan untuk menilai fungsi kognitif adalah Mini Mental State Examination. Analisis bivariat yang digunakan adalah Mann-Whitney dan Wilcoxon.

Hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara fungsi kognitif lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah senam otak dengan p-value 0.024 dengan α=0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada instansi tempat penelitian agar dapat mempertimbangkan latihan senam otak sebagai program kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia baik secara individu maupun kelompok sebagai upaya pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang semakin berat.

Kata kunci: Pengaruh, Senam Otak, Fungsi Kognitif

(2)

ABSTRACT

The aging process cause cognitive disorder which is clearly seen on the memory and intelligence of the elderly. The decline of cognitive function can be slower, even be maintained properly by continuing to train the brain. Brain gym is a series of simple body movement to stimulate all parts of the brain. This research aims to analyze the effect of brain gym toward elderly cognitive function.

The research design used quasy experimental with non equivalent control group approach. The population were 84 people with 12 people in intervention group and 12 people in control group by using purposive sampling technique. Measuring instrument used to assess cognitive function was Mini Mental State examination. The bivariate analysis used is mann-whitney and wilcoxon.

The result of research by Mann-whitney analysis show significant difference between cognitive function of the elderly in the intervention group and the control group after brain gym with p-value of 0.024 with α=0.05. This shows that there is influence of brain gym toward elderly cognitive function.

Based on the result it is recommended to research location to consider the brain gym exercises as the program activities that can be undertaken by the elderly both individually and as a group as the prevention efforts of more severe cognitive function decline.

Key words: Influence, Brain Gym, Cognitive Function

PENDAHULUAN Latar Belakang

Proses menua merupakan proses alamiah yang akan dialami semua makhluk hidup. Demikian pula sel-sel otak manusia. Setelah manusia melewati usia 2 tahun, pertumbuhan sel otak semakin pesat, percabangan neuron menjadi semakin rimbun, membuat hubungan dengan neuron-neuron dan pembentukan akson yang semakin banyak. Pertumbuhan sel otak manusia dapat terjadi seumur hidup, namun seiring bertambahnya usia, pertumbuhan sel otak juga mengalami proses perubahan. Pada usia 70 tahun, bagian otak yang rusak bisa mencapai sekitar 5-10% pertahun, hal ini berakibat pada proses berpikir yang menjadi lamban, sulit berkonsentrasi dan kemampuan daya ingat menurun. Banyak anggapan di masyarakat, bahwa orang yang sudah lanjut usia akan mengalami demensia, tidak kreatif, pemarah, penyakitan, dan tidak bisa bekerja lagi. Padahal kenyataannya, setiap orang tetap bisa memaksimalkan sel-sel otaknya pada usia

berapa pun (Widianti & Proverawati, 2010).

Banyak jenis kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan lansia, seperti menjaga pola makan, menghindari stess emosional dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga/senam. Senam merupakan kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh manusia, agar tetap merasakan kebugaran dan kesegaran. Aktifitas fisik ini dilakukan dalam rangka menjaga dan mempertahankan fungsi organ tubuh agar tetap dapat bekerja dengan optimal. Sama halnya dengan bagian tubuh lainnya, otak manusia pun perlu mendapatkan aktivitas-aktivitas yang dapat merangsang dan mempertahankan kinerjanya secara optimal, terutama bagi lansia yang dengan bertambahnya usia maka otak pun akan mengalami proses penuaan.

Salah satu aktivitas/senam yang dapat diterapkan pada lansia adalah senam otak karena senam ini tidak membutuhkan banyak energi untuk melakukannya. Senam otak dengan metode latihan Edu-K

(3)

atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Senam otak (brain gym) merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal. Pada dasarnya senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkakn fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia (Widianti & Proverawati, 2010).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran pada 10 orang lansia dengan menggunakan Tes Fungsi Kognitif MMSE (Mini Mental State Examination), diperoleh hasil yaitu 6 orang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif berat, 2 orang dengan gangguan fungsi kognitif sedang dan 2 orang lansia lainnya dengan fungsi kognitif normal. Hal ini menunjukkan bahwa kasus penurunan kognitif pada lansia masih tinggi. Namun, terkait dengan masalah di atas, lansia belum melakukan upaya mandiri untuk mencegah terjadinya penurunan kognitif. Rumusan Masalah

Apakah Ada Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai gangguan kognitif pada lansia sehingga dapat menerapkan intervensi yang tepat dalam melakukan pengelolaan sedini mungkin agar gangguan kognitif tidak berkembang ke arah demensia kronis atau gangguan yang lebih berat.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para lansia untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif sehingga berguna bagi aktifitas hidup sehari-hari, terutama untuk kualitas kehidupan lansia ke depan.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “quasi-experimental dengan pendekatan

nonequivalent control group”, dimana

penelitian ini menggunakan kelompok kontrol tetapi tanpa randomisasi.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu 8 hari dimulai 21 Januari 2016 sampai dengan 28 Januari 2016 di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi

Dalam penelitian ini jumlah populasi yang digunakan adalah seluruh lansia yang ada di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran sebanyak 84 orang.

Sampel

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden, sehingga total sampel yang diperlukan adalah 24 orang.

(4)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi data yang diperoleh dari pengukuran fungsi kognitif lansia menggunakan MMSE.

Data sekunder meliputi jumlah lansia pada bulan Januari yang diperoleh dari hasil rekapitulasi instansi Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi Sosial Anak “Wira Adhi Karya” Ungaran.

Instrument penelitian

Instrumen penelitian untuk mengukur fungsi kognitif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner Mini Mental

State Examination.

Skor Mini Mental State Examination (MMSE) diberikan berdasarkan jumlah

item yang benar secara sempurna.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi (pengukuran) fungsi kognitif lansia sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan (eksperimen).

Analisa Data

Analisis Univariat

Analisis univariat yang digunakan adalah analisis frekuensi untuk melihat fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah diberikan senam otak, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol dan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Analisis Bivariat

Analisis statistik yang digunakan untuk kelompok Independen adalah uji

Mann-Whitney. Analisis statistik yang

digunakan untuk kelompok dependen adalah uji Wilcoxon.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Diagram 1

Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia sebelum senam otak pada kelompok intervensi

Diagram 2

Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia sebelum senam otak pada kelompok kontrol

Diagram 3

Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi

(5)

Diagram 4

Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok kontrol

Analisis Bivariat

Tabel 1

Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi

Fungsi kognitif n Mean Rank p-value Sebelum dan setelah senam otak kelompok intervensi Negatif 0 0.00 0.007 Positif 9 5.00 Sama 3 Total 12 Tabel 2

Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok kontrol

Fungsi kognitif n Mean Rank p-value Sebelum dan setelah senam otak kelompok kontrol Negatif 3 2.00 0.102 Positif 0 0.00 Sama 9 Total 12 Tabel 3

Perbedaan fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Fungsi kognitif post test Kelompok n Mean Rank p-value Intervensi 12 15.67 0.024 Kontrol 12 9.33 PEMBAHASAN Analisis Univariat

Gambaran fungsi kognitif lansia sebelum diberikan senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Hasil kuesioner MMSE menunjukkan bahwa aspek yang tidak mampu dijawab oleh lansia terbanyak adalah pada aspek perhatian dan kalkulasi, mengingat, dan bahasa (menyalin gambar). Menurut peneliti hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh proses menua yang dialami oleh lansia, dimana proses menua tidak hanya terjadi pada fisik saja, tetapi juga terjadi pada sel otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif.

Penurunan fungsi kognitif dapat disebabkan proses penuaan sel otak akibat usia yang semakin bertambah. Menurut Dewi, 2014 bahwa proses menua adalah proses perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup.

Gambaran fungsi kognitif lansia setelah diberikan senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Adanya peningkatan fungsi kognitif pada kelompok intervensi dapat terjadi karena aktivitas keseharian lansia dan juga latihan senam otak yang diberikan. Aktivitas meliputi kegiatan lansia seperti berjalan kaki baik dalam rangka olahraga atau hanya sekedar melakukan rutinitas sehari-hari. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Santoso dan Ismail (2009) yang mengatakan bahwa pusat intelegensi terdapat di otak lapisan luar, dan pada orang yang aktif ternyata bagian ini lebih tebal dibandingkan dengan orang yang kurang aktif, pada lansia lapisan otak tersebut mulai mengalami atrofi, terutama lansia yang kurang aktif, yang hanya duduk-duduk dan tidak melakukan aktivitas apa-apa.

(6)

Analisis Bivariat

Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia kelompok intervensi sebelum diberikan senam otak dan setelah senam otak.

Adanya peningkatan fungsi kognitif lansia dapat terjadi karena latihan atau senam otak yang dilakukan selama 1 minggu. Sesuai dengan pendapat Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009 yang menyatakan bahwa latihan otak dapat berfungsi untuk melatih otak agar semua kemunduran fungsi kognitif dapat diperlambat, bahkan dapat dipertahankan dengan baik.

Proses menua menyebabkan gangguan kognitif yang terlihat jelas pada daya ingat dan kecerdasan lansia (Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009). Secara keseluruhan, fungsi kognitif menunjukkan sedikit penurunan pada lansia normal. Seiring bertambahnya usia ada penurunan kecepatan belajar, kecepatan di dalam memproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap rangsangan sekitarnya (Santoso Hanna & Andar Ismail, 2009).

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan fungsi otak antara lain adalah latihan vitalisasi otak, senam otak, terapi kognitif, dan manajemen nutrisi.

Perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok kontrol

Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa lansia kelompok kontrol jarang melakukan aktivitas-aktivitas seperti berjalan kaki menuju mesjid ataupun hanya sekedar berjalan kaki untuk berolahraga di luar halaman wisma. Kebiasaan yang dilakukan adalah hanya duduk di dalam wisma sambil menonton televisi dan bercengkerama dengan lansia-lansia lain dalam satu wisma. Adapun aktivitas fisik yang telah diprogramkan

oleh institusi adalah senam lansia, akan tetapi masih ada sebagian lansia yang tidak mau mengikuti kegiatan tersebut dan memilih untuk berdiam di dalam wisma.

Pendapat ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Markam (2009) yang mengatakan bahwa rangsangan yang diberikan pada otak akan mengaktifkan sel-sel otak yang mengalami proses penuaan, sehingga dapat mengoptimalkan fungsi yang telah mengalami kemunduran. Sel-sel otak yang selalu mendapatkan rangsang, akan hidup terus menerus dan membentuk cabang-cabang baru sedangkan sel otak yang tidak dirangsang akan putus hubungan dengan saraf-saraf lain dan mengalami atrofi atau pelisutan.

Perbedaan fungsi kognitif lansia setelah senam otak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Dari segi fungsi, otak terdiri dari dua hemisfer/belahan yaitu kiri dan kanan, seolah mempunyai tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, kita akan memperoleh fungsi otak secara optimal. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah dengan melakukan senam otak (Chatib, 2011).

Jumlah sel saraf memanglah tidak dapat bertambah, justru akan menyusut sesuai pertambahan usia. Namun percabangannya dapat terus terbentuk bahkan hingga usia lanjut. Seperti halnya hukum yang berlaku di alam ini bahwa alat yang tidak digunakan akan melisut, maka otakpun mengalami hal tersebut. Bila tidak digunakan, otak akan melisut, percabangan juluran sel saraf akan akan rusak dan menggersang.

Latihan dapat dilakukan untuk menghindari pelisutan atau atrofi sel otak. Latihan menjadi satu cara pengasupan program ke dalam otak. Latihan tersebut dapat berupa senam untuk otak, karena dalam senam sudah pasti terjadi pemrograman gerakan dalam otak. Pasalnya gerakan-gerakan yang diajarkan

(7)

akan memberikan manfaat untuk otak. Misalnya gerakan yang menyebabkan fungsi otak belahan kiri dan kanan bekerja sama akan memperkuat hubungan antara kedua belahan otak, atau gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan akan melatih hubungan antara pusat penglihatan dan pusat gerakan (Markam, 2005).

Kekuatan yang dimiliki oleh gerakan-gerakan sederhana brain gym mampu mengaktifkan kembali fungsi seluruh otak melalui gerakan-gerakan tubuh. Brain gym terdiri dari gerakan-gerakan terintegrasi kontralateral yang menuntut keseimbangan, yang secara mekanis mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, merangsang sistem (keseimbangan) vestibular untuk mencari keseimbangan, dan mengurangi mekanisme “melawan”. Dalam keadaan ini, lebih mudah bagi kita untuk berpikir, memahami, dan muncul ide serta solusi baru (Dennison, 2008).

Penurunan fungsi kognitif dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya demensia atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah kepikunan. Demensia tidak dapat dicegah, tetapi dapat diperlambat kemunculannya. Caranya dengan memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak. Misalnya olahraga, sosialisasi dan berkarya (Nadesul, 2011).

Senam otak (brain gym) merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi otak, dan juga sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang terhambat agar dapat berfungsi maksimal. Pada dasarnya senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkakn fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia (Widianti & Proverawati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanafi pada tahun 2014 pada 10 orang responden yang diberikan senam otak setiap hari selama satu minggu juga menunjukkan hasil terdapat

perbedaan fungsi kognitif yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan nilai p value=0.038. Keterbatasan

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tentu memiliki kelemahan-kelemahan, seperti pada saat penelitian identifikasi usia lansia sampel penelitian tidak didasarkan atas data yang akurat dari data identitas lansia sehingga data umur sampel hanya diperoleh secara subjektif, karena tidak adanya data identitas yang dimiliki lansia, bahkan dari Institusi terkait sendiri. Selain dari itu keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak dapat mengontrol faktor yang mungkin menyebabkan bias dalam penelitian seperti aktivitas lansia dan kemampuan fungsi kognitif yang telah dimiliki lansia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2014, senam otak yang dilakukan selama 3 minggu dengan perlakuan 2x sehari selama 10-15 menit untuk melihat fungsi kognitif lansia, menunjukkan bahwa senam otak secara signifikan bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia yang mengalami demensia.

KESIMPULAN DAN SARAN Tidak ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.102 (α=0.05).

Ada perbedaan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah senam otak pada kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.007 (α=0.05).

Ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening wardoyo Balai Rehabilitasi sosial Anak Wira Adhi Karya Ungaran dengan p-value 0.024 (α=0.05).

(8)

SARAN

Latihan senam otak ini dapat dipertimbangkan sebagai program rencana kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia baik secara individu maupun kelompok sebagai upaya pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang semakin berat.

Peneliti selanjutnya yang akan meneliti variabel yang sama agar dapat mencari informasi yang lebih akurat tentang data identitas responden, sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih baik. Disarankan juga untuk mencari sampel yang memiliki karakteristik yang homogen dan dapat menggunakan metode penelitian yang lain sehingga hasil penelitian lebih akurat, serta dapat mengupayakan agar dapat mengontrol faktor yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara.

Bandung. Kaifa

[2] Dennison, Paul E. 2008. Brain Gym

and Me, Cetakan I. Editor: A.

Ariobimo Nusantara. Penterjemah: Bakdi Soemanto, Yovita Hardiwati. Jakarta: Grasindo

[3] Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar

Keperawatan Gerontik. Jogyakarta:

Deepublish

[4] Hanafi, Abdullah. 2014. Pengaruh

Terapi Brain Gym terhadap

Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucangan Kartasura.

Program Studi S-1 Keperawatan Unversitas Muhammadiyah Surakarta. (http://eprints.ums.ac.id/32228/24/2.N ASKAH%20PUBLIKASI%2BLEBA R%20PENGESAHAN.pdf), diakses 27 Desember 2015

[5] Markam, Soemarmo. 2009.

Dasar-Dasar Neuropsikologi Klinis, Cetakan

I. Editor: Suprapti Slamet S. Markam. Jakarta: Sagung Seto

[6] --- dkk. 2005. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo

[7] Nadesul, Hendrawan. 2011.

Menyayangi Otak: Menjaga

Kebugaran, Mencegah Penyakit, Memilih Makanan. Editor: Nur Adji.

Jakarta: Kompas

[8] Santoso, Hanna dan Andar Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia, Cetakan 1. Jakarta: Gunung Mulya [9] Widianti, Anggriyana Tri dan Atikah

Proverawati. 2010. Senam Kesehatan:

Aplikasi Senam untuk Kesehatan,

Cetakan I. Jogyakarta: Nuha Medika [10] Setiawan, Rochmad Agus. 2014.

Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Pnati Wredha Darma Bakti Kasih

Surakarta. Program Studi S-1

Keperawatan STIKES kusuma Husada Surakarta.

(http://digilib.stikeskusumahusada.ac.i d/files/disk1/12/01-gdl-rochmadagu-566-1-skripsi_-n.pdf), diakses 16 September 2015

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian penggunaan silase pada beberapa ikan herbivora (bandeng dan baronang) menunjukkan bahwa silase ikan termasuk sumber protein hewani yang baik dan sekaligus dapat

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin

Adanya pengaruh positif antara peduli pada sesama dan nilai yang berlaku terhadap kesiapan mahasiswa akuntansi UNY menghadapi MEA terhadap kesiapan mahasiswa menghadapi

The syntax for creating the Raphael object, which is the base for all other Raphael methods and functions, is as follows:.. var raphaelObj

Someone might say that an important advantage of design (a) is its lower cost, compared to design (b), but that argument may not be as strong when free software like OpenBSD and

Penilaian ini juga diperkuat melalui Kepmenakertrans Republik Indonesia Nomor 220/MEN/X/2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

Berdasarkan hasil penelitian dengan pemanfatan tanaman Typha latifolia dan media tanaman jerami fermentasi untuk menurunkan kadar logam berat seng (Zn) dalam

Ampas tahu yang digunakan dalam ransum ayam pedaging dengan penggunaan 10% - 40% menunjukan pengaruh nyata terhadap pH dan warna daging ayam pedaging, tapi tidak berpengaruh nyata