• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang membedakan remaja yang sukses dalam prestasi di sekolah dengan remaja yang tidak sukse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang membedakan remaja yang sukses dalam prestasi di sekolah dengan remaja yang tidak sukse"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Ambar Istianingrum

Motivasi Berprestasi Remaja yang Ibunya Bekerja Sebagai Guru Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Pada usia remaja prestasi akademik dan keberhasilan di sekolah menjadi pengalaman yang penting untuk mereka. Prestasi akademik dan keberhasilan remaja di sekolah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu intelegensi, kepribadian, bakat-bakat khusus, minat, motivasi berprestasi, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Perhatian ibu yang bekerja sebagai guru dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memiliki idealisme, pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak memiliki kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong untuk belajar dan berprestasi, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu idealisme yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuai tentang gambaran motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebagai guru dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja seb agai guru.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian dalam penelitian kualitatif. studi kasus adalah suatu bentuk penelitian atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan dapat dilakukan dengan sasaran perorangan maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki siswa sekolah menengah pertama yang ibunya bekerja sebgai guru dengan usia 13 tahun yang digolongkan sebagai remaja awal. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara tipe wawancara bebas-terpimpin dan observasi nonpartisipan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada subjek, subjek memiliki motivasi berprestasi tinggi. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi subjek timbul karena faktor orangtua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat (menganggap penting) dalam motivasi berprestasi, anak diajak untuk percaya pada diri sendiri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi, pekerjaan orangtua berpengaruh, ibu yang pekerjaanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak mengembangkan motivasi berprestasi.

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang membedakan remaja yang sukses dalam prestasi di sekolah dengan remaja yang tidak sukses dalam prestasi di sekolahnya adalah pada motivasi berprestasi remaja itu sendiri dan keyakinan diri akan kemampuan yang dimilikinya (Steinberg, 1993). Motivasi untuk berprestasi yang sering disebut ‘’need of achievement ‘’ adalah suatu keinginan untuk meraih keberhasilan dengan standar yang tinggi, terbentuk sejak kecil secara tidak disadari karena pengaruh perilaku orang tua (McClelland, 1976). Ditambahkan oleh Rimm (2000) bahwa motivasi berprestasi termasuk di dalamnya motivasi hasil belajar, dipengaruhi oleh perilaku dari orang tuanya. Orang tua dapat menjadi model aspirasi dalam berprestasi bagi anak-anaknya.

Menurut Shaevitz (1989), salah satu orang tua yang berperan adalah ibu. Ibu berperan sebagai salah satu figur model dalam keluarga, dalam mendorong dan memacu anaknya agar termotivasi untuk berprestasi. Remaja yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi biasanya dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang orang tuanya mengutamakan standar prestasi tinggi tapi

juga tak pernah lupa untuk mendorong dan menghargai setiap usaha dan keberhasilan yang diraih oleh anak. Mereka juga menanamkan kemandirian dan tanggung jawab (Papalia, 1995).

Kini semakin meningkat jumlah wanita yang bekerja dari tahun ke tahun bahkan setelah menikah dan mempunyai anak. Salah satu pekerjaan yang dapat memberikan kebanggaan antara lain adalah guru. Menurut Hoffman (1994), remaja yang ibunya bekerja sebagai guru lebih diajarkan untuk percaya diri, mandiri dan bertanggung jawab. Ibu mengajarkan kemandirian sejak dini, anak termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, menunjukkan tingkah laku untuk berprestasi dan berkompetisi, serta memiliki harga diri yang tinggi. Ada kecenderungan remaja yang ibunya bekerja sebagai guru akan menjadi lebih mandiri, berprestasi dan mempunyai aspirasi atau cita-cita yang tinggi, karena memperoleh contoh model yang membanggakan bahwa ibu menikmati dan memiliki pandangan yang positif akan status pekerjaannya itu serta didukung oleh penghargaan oleh anggota kelurga yang lain.

Remaja yang ibunya bekerja sebagai guru diajarkan untuk mandiri sejak kecil, anak akan tumbuh sebagai remaja dengan motivasi berprestasi tinggi. Pola asuh yang mengarah kepada kemandirian

(3)

3 dini pada anak. Menurut Sobry (2008), peranan ibu yang bekerja sebagai guru terhadap keberhasilan pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka di rumah. Perhatian orang tua memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak. Dengan adanya perhatian dari ibu, anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebagai guru. Dengan demikian pertanyaan dari penelitian ini adalah :

1. Seperti apa gambaran motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebgai guru ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebgai guru ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebgai guru. Dan untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebgai guru.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki dua manfaat yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan yang berkaitan dengan perkembangan remaja dan motivasi berprestasinya. Lebih jauh lagi penelitian ini diharapkan dapat mengilhami penelitian-penelitian lain yang tertarik dengan topik serupa dan berminat untuk lebih memperdalaminya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya motivasi berprestasi untuk mendukung prestasi di sekolah kepada remaja, dan untuk memberikan masukan pada orang tua, khususnya kaum ibu untuk mengerti perannya sebagai pendidik dan memberikan aspirasi bagi anak untuk berprestasi sesuai kemampuannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MOTIVASI BERPRESTASI 1. Pengertian Motivasi Berprestasi

(4)

4 Davis (dalam Sahlan, 2003) menjelaskan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan, sehingga menyebabkan individu bekerja lebih baik lagi.

Mc Clelland (1976) menyebutkan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mencapai sukses, yang bertujuan untuk berhasil dalam suatu kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat diukur melalui prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat diukur dari prestasinya sendiri.

Smith, Spencer, dan Helmreich (dalam Riyanti & Prabowo, 1998) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai perilaku yang berorientasi pada tugas yang mengizinkan perilaku individu dievaluasi menurut kriteria dari dalam maupun kriteria dari luar, yang melibatkan individu berkompetisi dengan orang lain, atau kalau tidak terlibat pada beberapa standar keunggulan.

Dapat disimpulkan motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri individu sehubungan dengan adanya pengharapan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan alat untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada hasil yang telah dicapai sebelumnya, bersaing dan mengungguli orang lain,

mengatasi rintangan, serta memelihara semangat kerja yang tinggi.

2. Aspek Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (1987) merumuskan bahwa terdapat empat aspek motivasi berprestasi :

a. Tanggung jawab

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi, merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya, ia akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukannya dan tidak meninggalkanya sebelum ia berhasil menyelesaikanya. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Bila mengalami kesulitan dalam mengerjakan, mereka menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang terlalu banyak, sebagai penyebab mereka tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas itu.

b. Mempertimbangkan resiko

Individu yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi,

mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaan. Ia akan memilih tugas dengan derajat kesukaran yang menantang kemampuannya, namun masih memungkinkan untuk berhasil

(5)

5 menyelesaikan dengan baik. Sedangkan individu yang motivasi berprestasi rendah, akan memilih tugas yang sangat mudah. Alasan bahwa tugas yang sangat mudah akan mendatangkan keberhasilan. c. Memperhatikan umpan balik

Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, pemberian umpan balik sangat disukai atas hasil kerja yang tealah dilakukan. Umpan balik yang diberikan ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja yang akan datang. Sedangkan individu yang mempunyai motivasi berprestasi rendah tidak menyukai umpan balik, karena akan memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang sama dalam tugas yang akan datang. d. Kreatif dan inovatif

Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, cenderung bertindak kreatif yaitu dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefisien mungkin. Ia tidak menyukai pekerjaan rutin dengan pekerjan yang sama dari waktu ke waktu. Sedangkan individu yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, menyukai pekerjaan rutin karena mereka mengerjakan tugas

tersebut dengan cara-cara yang sudah jelas.

Dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah seseorang yang bertanggung jawab, mempertimbangkan resiko, memperhatikan umpan balik, kreatif dan inovatif.

Menurut Murray (dalam Alwisol, 2004) faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi individu yaitu : a. Orangtua dan lingkungan budaya

memberikan tekanan yang cukup kuat (menganggap penting) dalam motivasi berprestasi.

b. Anak diajak untuk percaya pada diri sendiri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi.

c. Pekerjaan orangtua berpengaruh. Ibu yang pekerjaanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif

dapat mendorong anak

mengembangkan motivasi berprestasi.

d. Kelas sosial dan pertumbuhan ekonomi (nasional) yang tinggi dapat mempengaruhi motivasi berprestasi.

B. IBU BEKERJA 1. Definisi Ibu Bekerja

Susanti (dalam Satiadarma, Suryadi & Wirawan, 2004) mendefinisikan ibu bekerja adalah

(6)

6 seseorang wanita yang melakukan aktivitas di luar urusan kelurganya baik itu di kantor, yayasan atau wiraswasta.

Tyler (dalam Noegroho & Tanajaya, 1995) ibu bekerja adalah individu yang memiliki pikiran untuk bekerja artinya berada di kantor. Menurut Susanti (2005), ibu bekerja adalah wanita yang selain bekerja di rumah untuk mengatur, merawat dan mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya, ia juga bekerja di luar rumah.

Dapat disimpulkan ibu yang bekerja adalah wanita yang selain bekerja di rumah untuk mengatur, merawat dan mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya, ia juga bekerja pada suatu tempat di luar rumah.

2.Peran Guru

Peran guru meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams dan Decey (dalam Usman, 1995), yaitu :

a. Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannnya dalam arti meningkatkan kemampuannya

dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mengelola kelas sebagai lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah pada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. c. Guru Sebagai Mediator dan

Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang besifat melengkapi dan merupakan bagian intergral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

(7)

7 Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahuai apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup teapat. Semua pertanyaan tersebut akan dijawab melaluai kegiatan evaluasi atau penilaian.

C. REMAJA 1. Definisi Remaja

Remaja adalah masa transisi ketika individu berubah secara fisik dan psikologis dari masa anak-anak menjadi dewasa (Hurlock, 1990). Kata remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin “adolescere’’ yang mempunyai arti tumbuh, dewasa (Steinberg, 1993).

Hall (dalam Papalia, 1995) remaja adalah masa transisi dimana mereka mengalami berbagai perubahan dan perkembangan mulai dari perubahan biologis, psikis atau kematangan emosional, sosial dalam dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi amat pesat, dan dikatakan masa “storm & stress “ .

2. Pembagian Batasan Usia remaja

Menurut Hurlock (1990) batasan usia remaja dibagi menjadi :

1). Remaja awal (early adolescence), berkisar antara 13-17 tahun bagi remaja wanita dan usia 14-18 tahun untuk remaja pria.

2). Remaja akhir (late adolescence), yang berkisar antara usia 17-18 tahun baik untuk remaja pria dan remaja wanita.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurs (dalam Yusuf, 2000) menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya

b. Mencapai peran sosila sebagai pria atau wanita

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi

f. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan)

g. Mempersipkan pernikahan dan hidup berkeluarga

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara

i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

(8)

8 D. Motivasi Berprestasi Remaja Yang

Ibunya Bekerja Sebagai Guru Menurut McClelland (1976) motivasi berprestasi sebagai adalah usaha untuk mencapai sukses yang bertujuan untuk berhasil dalam suatu kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat diukur melalui prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat diukur dari prestasinya sendiri.

Menurut Murray (dalam Alwisol, 2004), faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi individu yaitu orangtua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat (menganggap penting) dalam motivasi berprestasi, anak diajak untuk percaya pada diri sendiri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi, pekerjaan orang tua berpengaruh. Ibu yang pekerjanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak mengembangkan motivasi berprestasi dan kelas sosial dan pertumbuhan ekonomi (nasional) yang tinggi dapat mempengaruhi motivasi berprestasi.

Fungsi utama wanita sebagai seorang ibu adalah mendidik dan membimbing anak-anaknya. Hal ini didukung oleh pendapat Conger (1991) bahwa orang tua khususnya ibu mempunyai pengaruh penting dalam

menumbuhkan motivasi berprestasi dari anak-anaknya.

Menurut Hoffman (1984), remaja yang ibunya bekerja sebagai guru lebih diajarkan untuk percaya diri, mandiri dan bertanggung jawab. Ibu mengajarkan kemandirian sejak dini, anak termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, menunjukkan tingkah laku untuk berprestasi dan berkompetisi, serta memiliki harga diri yang tinggi. Ada kecenderungan remaja yang ibunya bekerja akan menjadi lebih mandiri, berprestasi dan mempunyai aspirasi atau cita-cita yang tinggi, karena memperoleh contoh model yang membanggakan bahwa ibu menikmati dan memiliki pandangan yang positif akan status pekerjaannya itu serta didukung oleh penghargaan oleh anggota keluarga yang lain.

Usaha-usaha membina motivasi berprestasi pada remaja dilakukan secara tidak langsung, secara tidak sengaja atau tidak disadari oleh ibu yang bekerja sebagai guru yaitu imitasi (meniru) perilaku ibu yang dijadikan model oleh remaja. Pada remaja terjadi proses belajar, yakni mendapat sesuatu hal baru dari proses mengamati model. ciri-ciri kepribadian pada model ingin ditiru, apalagi kalau ciri kepribadian yang diperlihatkan ibu yang bekerja sebagai guru mencapai suatu keberhasilan. Demikian pula kalau ciri-ciri kepribadian

(9)

9 pada modelnya (ibu) adalah motivasi berprestasi tinggi, seorang yang ulet, gigih dan berorentasi terhadap kemajuan, maka pada remaja juga cenderung meniru hal-hal demikian. Keberhasilan pada ibu yang bekerja sebagai guru ingin ditiru oleh remaja sebagai suatu proses identifikasi terhadap tokoh model yang ideal karena objek penokohanya adalah ibu sendiri (Gunarsa, 2000).

Menurut Sobry (2008) Peranan ibu yang bekerja sebagai guru terhadap keberhasilan pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka di rumah. Perhatian orang tua memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak. Dengan adanya perhatian dari ibu, anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar.

Dapat disimpulkan bahwa ibu yang menaruh perhatian dan harapan tinggi dengan memberikan dukungan atau dorongan semangat kepada anak-anaknya, serta menanamkan kebebasan yang bertanggung jawab dan kemandirian dapat melahirkan anak-anak yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian dalam penelitian kualitatif.

B. Subyek Penelitian 1. Karakteristik Subyek

Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang ibunya bekerja dan duduk di kelas 2 SMP dengan usia 13 tahun.

2. Jumlah Subyek

Barnister (dalam Poewandari, 2001) mengatakan dengan fokusnya, pada kedalaman dan proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Suatu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih banyak, dan bila kasus tunggal memang diperlukan informasi yang sangat mendalam. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini subyek yang diambil berjumlah satu orang.

C. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Tahap persiapan penelitian

Peneliti melakukan persiapan dengan menyusun pedoman wawancara, panduan observasi dan lembara data

(10)

10 diri. Menyiapkan tape recorder untuk merekam wawancara agar tidak ada yang terlupa.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Sebelum pengumpulan data subyek, peneliti menghubungi dan membuat janji dengan subyek untuk melakukan wawancara . Setelah bertemu, peneliti memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan penelitian, mengajukan pertanyaan dan segala sesuatu yang berhubungan. Saat pelaksanaan, peneliti melakukan observasi, mencatat ataupun merekam semua jawaban subyek. Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi, peneliti mengalisis data yang ada dan menulis laporannya. 3. Tahap hasil penelitian

Setelah melaksanakan penelitian, peneliti menyusun laporan hasil penelitian yang terdiri dari Bab I yang merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II yang berisi landasan teori, Bab III metode penelitian, yang berisi pendekatan penelitian, subjek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, keakuratan penelitian, dan teknis analisis penelitian. Bab V merupakan

penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luas, metode dan tipe pengumpilan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam disesuaikan dengan masalah, tujuan peneliti, serta obyek yang akan di teliti (Poerwandari, 2001). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi. 1. Wawancara

Menurut Banister (dalam Poerwandari, 2001) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.

Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

(11)

11 Menurut Walgito (1999) ada beberapa macam jenis wawancara, yaitu :

a. Wawancara bebas, adalah bentuk wawancara di mana orang yang diwawancarai diberi kebebasan dalam mengemukakan pendapat, dalam bicara. Suatu kesulitan atau kelemahan bila peneliti tidak dapat mengendalikan jalannya wawancara, peneliti akan kehilangan arah, aktivitas akan dipegang oleh yang diwawancarai. Situasinya memang merupakan situasi bebas.

b. Wawancara terarah, adalah wawancara yang dituntun atau diarahkan oleh peneliti atau pewawancara. Peneliti membacakan pertanyaan-pertanyaan yang pada umumnya sudah disiapkan dalam bentuk tertulis, sehingga seakan-akan merupakan bentuk kuesioner yang dibacakan. Karena itu situasinya merupakan situasi yang kurang bebas, kurang alami dan jalannya wawancara agak kaku.

c. Wawancara bebas-terpimpim, adalah kombinasi dari kedua macam tersebut. Dalam wawancara ini kebebasan juga diberikan, dalam arti yang diwawancarai dapat memberikan jawaban dalam

situasi bebas, tetapi peneliti juga mengendalikan, peneliti memberi arah dari wawancara.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe wawancara bebas-terpimpim dimana peneliti menciptakan suasana wawancara yang alami dengan memberikan kebebasan pada narasumber untuk mengemukakan jawabannya, namun peneliti masih dapat mengendalikan arah wawancara dan tujuan penelitian.

2. Pengertian Observasi

Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan mempertahankan istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2001).

Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk, dalam Poerwandari, 2001).

Menurut Kartono (dalam Basuki, 2006) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut : ‘’studi yang di sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan

(12)

12 pengamatan dan pencatatan’’. Selanjutnya dikemukakan tujuan oberservasi adalah : ‘’mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomene sosial serba kompleks dalam pola-pola kultul tertentu.

Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memperhatikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode alamiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati tahap-tahap latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang diteliti dan lengkap. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kegiatan yang diamati.

Beberapa jenis observasi menurut Sukandarrumidi (2006), dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Observasi Partisipan

Dimana orang yang melakukan pengamatan berperan ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobsevasi.

b. Observasi Non Partisipan

Apabila observer tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan observee.

c. Observasi Sistematik

Apabila pengamatan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan yang menjadi ciri utama jenis pengamatan ini seperti kerangka atau struktur yang jelas.

d. Observasi tidak Sistematik

Apabila pengamatan dilakukan tidak menggunakan instrument pengamatan.

e. Observasi Eksperimental

Pengamatan yang dilakukan dengan cara observee dimasukkan kedalam suatu kondisi atau situasi tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan dimana dalam penelitian peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi.

E. Alat Bantu Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2000), ada beberapa alat bantu yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian studi kasus, antara lain yaitu : 1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian agar apa yang ingin

(13)

13 diketahuai oleh peneliti tidak terlewatkan.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi, apabila perilaku subjek terlihat saat observasi, maka diberi tanda checklist () dalam kolom ‘’Ya’’ dan bila tidak terlihat pada saat observasi diberi tanda checklist () pada kolom ‘’Tidak’’ serta memberi komentar pada kejadian, baik yang muncul maupun tidak muncul.

3. Alat Perekam (tape recorder)

Alat perekam digunakan untuk merekam jalannya wawancara. Alat perekam yang digunakan berupa tape recorder dan beberapa buah kaset. 4. Buku Catatan

Berupa sebuah notes (buku catatan kecil) untut mencatat hal-hal yang penting selama wawancara. Selain itu notes juga digunakan untuk mencatat observasi terhadap jalannya wawancara. 5. Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan berupa pulpen untuk mencatat hal-hal yang penting selama berlangsungnya wawancara dan mencatat hasil observasi atau pengamatan secara langsung.

F. Keakuratan Penelitian Yin (1994) mengatakan ada empat kriteria keabsahan dan keajegan yaitu :

1. Keabsahan Konstruktif (Construct Validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Salah satunya dengan cara triangulasi, Menurut Moleong (2000) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.

Patton (dalam Poerwandari, 2001) menyatakan triangulasi dapat dibedakan dalam :

a. Triangulasi Data, yaitu digunakan variasi sumber-sumber data yang berbeda seperti : dokumen, arsip, hasil wawancara dan hasil observasi.

b. Triangulasi Peneliti, yaitu digunakannya beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda seperti : dosen pembimbing c. Triangulasi teori, yaitu digunakannya

beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasikan data yang sama.

d. Triangulasi Metodologis, yaitu dipakianya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi.

(14)

14 Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan yang sesungguhnya. 3. Keabsahan Eksternal (External Validity)

Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digenerelisasikan pada kasus lain. 4. Keajegan (Reliability)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh peneliti berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian pada yang sekali lagi. Dalam penelitian kualitatif, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama.

G. Analisis Data

Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 2000) adalah proses

mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan variasi dasar. Patton membedakan dengan penafisiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik analisa data

kualitatif yang diajukan Poerwandari (2001). Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa langkah, antara lain :

1. Mengorganisasikan Data

Mengorganisasikan data terdiri dari tiap-tiap subjek dengan rapi, sistematik, dan selengkap mungkin. 2. Membubuhkan kode-kode (coding)

Membubuhkan kode-kode (coding) pada materi yang diperoleh. Coding yang dimaksud untuk dapat

mengorganisasikan dan

mensistematikan data secara lengkap dan mendetail, sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Coding yang terdiri dari baris, hasil wawancara, dan tema. Verbatim disusun, dilanjutkan baris dicoding , setelah itu dibaca berulang-ulang.

3. Menginterpretasikan Data

Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Saat menginterpretasikan data, peneliti memeliki perspektif mengenai apa

yang ditelitinya dan

menginterpretasikan data melalui prespektif tersebut.

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL A. Hasil

(15)

15 1. Gambaran Motivasi Berprestasi

Remaja yang Ibunya Bekerja Sebagai Guru

Subjek bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya, subjek selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sampai selesai, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas sekolah. karena jika subjek menunda pekerjaannya, maka tugasnya akan semakin menumpuk. Biasanya subjek mengerjakan tugasnya didalam kamar sambil mendengarkan musik agar tidak merasa jenuh. Jika subjek mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, maka subjek akan bertanya pada ibu, teman-temannya, dan mencari informasi di internet. Menurut McClelland (1987) aspek motivasi berprestasi yang tampak adalah Individu dengan motivasi berprestasi tinggi, merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya, ia akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukannya dan tidak meninggalkanya sebelum ia berhasil menyelesaikanya. Hal ini dikarenakan individu tersebut merasa berhasil jika telah berhasil menyelesaikan tugas dan merasa gagal bila ia tidak dapat menyelesaikan tugas itu. Hal ini juga diperkuat oleh Murray (dalam Alwisol, 2004) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, yaitu: lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri.

Subjek selalu mempertimbangkan resiko yang akan subjek hadapi sebelum memulai suatu tugas karena subjek sudah mengetahui resiko yang akan dihadapi, sehingga subjek akan lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya. Subjek jarang mengalami kegagalan dan jika subjek menemui kegagalan subjek merasa kecewa, namun subjek akan bangkit kembali dan semangat untuk memulainya kembali. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh McClelland (1987) aspek motivasi berprestasi yaitu Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaan. Ia akan memilih tugas dengan derajat kesukaran yang menantang kemampuannya, namun masih memungkinkan untuk berhasil menyelesaikan dengan baik. Hal ini juga diperkuat oleh McClelland (1987) karakteristik motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri seseorang antara lain: memiliki kecenderungan untuk membuat tujuan keberhasilan yang sedang dan untuk mengambil resiko yang sudah diperhitungkan

Subjek menyukai umpan balik, seperti kritikan pujian yang diberikan oleh guru. Umpan balik seperti itu dirasakan oleh subjek karena dapat membuatnya lebih baik lagi. Subjek selalu mengharapkan hadiah atas prestasi yang

(16)

16 pernah subjek raih selama ini, subjek akan menunjukkan nilai yang subjek raih kepada ibunya. Menurut McClelland (1987) aspek motivasi berprestasi yaitu Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, pemberian umpan balik sangat disukai atas hasil kerja yang telah dilakukan. Umpan balik yang diberikan ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja yang akan datang. Hal ini juga diperkuat oleh McClelland (1987) karakteristik motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri seseorang antara lain: Memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan umpan balik tentang cara kerja mereka.

Subjek tidak menyukai mengerjakan tugas yang bersifat rutin karena subjek tidak suka dengan tugas yang sama dari waktu ke waktu, namun subjek tetap mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Subjek suka mencari penyelesain soal dengan cara yang kreatif, biasanya subjek mengerjakan tugasnya sendiri dan jika subjek mengalami kesulitan, subjek selalu bertanya pada ibunya. Subjek mencari cara baru untuk menyelesaikan tugasnya agar tugas yang dikerjakannya dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Subjek mencari cara baru tersebut dengan bertanya pada ibunya, teman, dan mencari diinternet. McClelland (1987) aspek motivasi berprestasi yaitu Individu yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi, cenderung bertindak kreatif yaitu dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefisien mungkin. Ia tidak menyukai pekerjaan rutin dengan pekerjan yang sama dari waktu ke waktu. Hal ini juga diperkuat oleh Murray (dalam Alwisol, 2004) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, yaitu: menolak kerja rutin.

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Remaja yang Ibunya Bekerja Sebagai Guru

Orang tua subjek selalu memperhatikan dalam belajar agar subjek mendapatkan prestasi yang terbaik di sekolah. Orang tua memberikan perhatian pada subjek dengan menanyakan kesulitan apa yang dihadapi subjek, bahkan subjek tidak akan diijinkan bermain diluar jika subjek belum selesai mengerjakan tugasnya. Subjek merasa senang dengan perhatian yang diberikan oleh orang tuanya. Orang tua subjek selalu mendorong subjek agar subjek memiliki semangat dalam belajar dan berprestasi dalam segala hal dengan cara memberikan hadiah pada subjek dan menyediakan semua keperluan subjek, jika subjek berprestasi. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2004) faktor-faktor yang motivasi berprestasi yaitu orangtua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup

(17)

17 kuat (menganggap penting) dalam motivasi berprestasi. Hal ini juga diperkuat oleh Winterbottom (dalam McClelland, 1976) mengemukakan karakteristik orangtua yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi remaja, yaitu memberikan semangat atau dorongan kepada anak. Menurut Conger (1991) Orang tua yang mampu memotivasi anak-anak mereka untuk meraih prestasi yang tinggi mau melibatkan diri dalam memperhatikan, menemani dan membantu mereka bila remaja mengalami hambatan atau kesulitan yang tak dapat mereka selesaikan sendiri.

Orang tua subjek selalu memberikan kepercayaan diri pada subjek dengam cara memberikan motivasi atau nasehat pada subjek agar subjek bisa lebih berprestasi. Orang tua subjek sering memberikan nasihat pada subjek yang berkaitan dengan sekolahnya, seperti tentang pergaulan atau berteman dan tentang cara belajar subjek. Orang tua subjek memberikan nasihat dengan cara berbicara langsung pada subjek agar subjek lebih berprestasi dalam belajar dan menjadi orang sukses, dan subjek selalu menuruti semua nasihat yang diberikan orang tua. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Murray (dalam Alwisol, 2004) faktor-faktor yang motivasi berprestasi yaitu anak diajak untuk percaya pada diri sendiri dan berusaha

memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi.

Subjek merasa senang terhadap dukungan yang diberikan oleh orang tua karena ibu subjek selalu mendukungnya dalam belajar dimana jika subjek mengalami kesulitan maka ibunya akan selalu membantu. Subjek juga mendukung pekerjaan ibunya sebagai guru. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2004) faktor-faktor yang motivasi berprestasi yaitu pekerjaan orangtua berpengaruh, ibu yang pekerjaanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif dapat mendorong anak mengembangkan motivasi berprestasi. Hal ini juga diperkuat oleh Rimm (2000) ibu bekerja, maka ibu hendaknya tetap memberikan dukungan dan pengarahan agar keberhasilan dapat dicapai dan memberi pesan kerja yang positif pada remaja berupa perhatian, rasa antusias, tantangan, usaha dan kepuasan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Gambaran motivasi berprestasi remaja yang ibunya bekerja sebagai guru

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis lakukan kepada subjek, subjek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, dimana hal ini tergambar dari berbagai hal, yaitu subjek orang yang bertanggung jawab

(18)

18 terhadap tugas yang dikerjakannya, dimana subjek selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Subjek selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan selesai tepat pada waktunya agar tugasnya cepat selesai, karena jika subjek menunda pekerjaannya, maka tugasnya akan semakin menumpuk. Biasanya subjek mengerjakan tugasnya didalam kamar sambil mendengarkan musik agar tidak merasa jenuh. Dan jika subjek mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, maka subjek akan bertanya pada ibu, teman-temannya, dan mencari informasi di internet. Subjek bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah subjek kerjakan karena subjek merasa hal itu merupakan kewajibannya sebagai siswa. Cara subjek mempertanggung jawabkan tugasnya itu adalah dengan menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu.

Subjek selalu mempertimbangkan resiko yang akan subjek hadapi sebelum memulai suatu tugas karena subjek sudah mengetahui resiko yang akan dihadapi, sehingga subjek akan lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya. Subjek jarang mengalami kegagalan dan jika subjek menemui kegagalan subjek merasa kecewa, namun subjek akan bangkit kembali dan semangat untuk

memulainya kembali. Subjek menyukai tugas yang dapat menguji kemampuannya sendiri, seperti soal matematika yang sangat bervariasi karena dengan mengerjakan soal yang bervariasi, berarti subjek bisa mengerti pelajaran tersebut. Dan cara subjek menyelesaikan tugas matematikanya itu adalah dengan menguasai rumus dasar matematika, mempelajari berbagai macam soal, dan mencobanya bersama teman. Biasanya subjek mengerjakan tugas yang sulit terlebih dahulu karena dengan demikian subjek merasa tertantang untuk menguji kemampuannya sendiri dan pada akhirnya subjek berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Subjek sangat menyukai umpan balik, seperti kritikan dan pujian. semua hal itu agar dapat membuatnya lebih baik lagi. Subjek selalu mengharapkan hadiah atas prestasi yang pernah subjek raih selama ini, subjek akan menunjukkan nilai yang subjek raih kepada ibunya agar subjek mendapatkan hadiah. Subjek juga suka berdiskusi dengan teman-teman mengenai pelajaran sekolah dan musik. Subjek berdiskusi dengan teman-temannya dengan cara membagi-bagi tugas atau bahkan diselesaikan bersama-sama. Dengan berdiskusi, subjek mampu menyelesaikan

(19)

19 tugasnya dengan lebih cepat. Subjek memiliki kelompok belajar disekolah dan di rumah karena dengan kelompok belajar tersebut, subjek mampu menyelesaikan masalah dengan lebih cepat. Bagi subjek peran kelompok belajar sangat membantunya dalam hal belajar.

Subjek merupakan orang yang kreatif dan inovatif dimana hal ini tergambar dari berbagai hal, yaitu Subjek suka mencari penyelesain soal dengan cara yang kreatif, biasanya subjek mengerjakan tugasnya sendiri dan jika subjek mengalami kesulitan, subjek selalu bertanya pada ibunya. Jika terdapat kesalahan dan gagal dalam mengerjakan tugas sekolah, maka subjek akan memperbaikinya dan memulainya dengan semangat. Subjek tidak menyukai mengerjakan tugas yang bersifat rutin karena subjek tidak suka dengan tugas yang sama dari waktu ke waktu, namun subjek tetap mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Subjek mencari cara baru untuk menyelesaikan tugasnya agar tugas yang dikerjakannya dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Subjek mencari cara baru tersebut dengan bertanya pada ibunya, teman, dan mencari diinternet.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi

Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi subjek timbul karena faktor orangtua dan lingkungan budaya memberikan tekanan yang cukup kuat (menganggap penting) dalam motivasi berprestasi. Orang tua subjek selalu memperhatikan dalam belajar agar subjek mendapatkan prestasi yang terbaik di sekolah. orang tua memberikan perhatian pada subjek dengan menanyakan kesulitan apa yang dihadapi subjek, bahkan subjek tidak akan diijinkan bermain diluar jika subjek belum selesai mengerjakan tugasnya. Subjek merasa senang dengan perhatian yang diberikan oleh orang tuanya. Orang tua subjek selalu mendorong subjek agar subjek memiliki semangat dalam belajar dan berprestasi dalam segala hal dengan cara memberikan hadiah pada subjek dan menyediakan semua keperluan subjek

Anak diajak untuk percaya pada diri sendiri dan berusaha memantapkan tujuan menjadi orang yang berprestasi tinggi. Orang tua subjek selalu memberikan kepercayaan diri pada subjek dengam cara memberikan motivasi atau nasehat pada subjek agar subjek bisa lebih berprestasi. Orang tua subjek sering memberikan nasihat pada subjek yang berkaitan dengan sekolahnya, seperti tentang pergaulan

(20)

20 atau berteman dan tentang cara belajar subjek. Orang tua subjek memberikan nasihat dengan cara berbicara langsung pada subjek agar subjek lebih berprestasi dalam belajar dan menjadi orang sukses, dan subjek selalu menuruti semua nasihat yang diberikan orang tua.

Pekerjaan orangtua berpengaruh, ibu yang pekerjaanya melibatkan pengambilan keputusan dan inisiatif

dapat mendorong anak

mengembangkan motivasi berprestasi. Subjek merasa senang terhadap dukungan yang diberikan oleh orang tua karena ibu subjek selalu mendukungnya dalam belajar dimana jika subjek mengalami kesulitan maka ibunya akan selalu membantu. subjek mendukung pekerjaan ibunya sebagai guru.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran untuk subjek, kiranya perlu dipahami bahwa motivasi berprestasi sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi dan keberhasilan di sekolah, dengan kemampuan dan intelegensi saja tidak akan cukup menjamin keberhasilan subjek tanpa didukung

oleh usaha yang giat dan kerja keras dalam belajar.

2. Saran untuk orangtua khususnya ibu hendaknya mengerti perannya sebagai pendidik dalam memberikan aspirasi bagi subjek, dengan menampilkan perilaku yang berorientasi pada prestasi, menetapkan standar keunggulan, mendukung dan memberi arahan, serta menanamkan kemandirian akan mampu meningkatkan motivasi berprestasi bagi subjek. Menjaga hubungan yang hangat, penuh perhatian dan kasih sayang antara subjek dan ibu.

3. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada remaja yang ibunya bekerja sebagai guru dan lebih mendalam lagi.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 menjelaskan bahwa izin usaha untuk pelaku UMKM cukup dengan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dari Kecamatan.Berdasarkan hasil wawancara

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Module Handbook: English - 17 12- 13 CPMK 6: Mahasiswa mampu menerapkan strategi membaca (reading strategies) yang tepat seperti scanning, skimming dan reading for details

selalu dan 20 responden (24%) menyatakan sering membuat kisi-kisi tes, sebagian lagi jarang dan tidak pernah; 2) sebanyak 11 responden (13%) menyatakan selalu dan 20

Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat, yaitu: (1) menerapkan prinsip- prinsip penambangan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi