JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA
KELOMPOK : 4 (Empat) SHIFT : A (Reguler A)
SOAL :
I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dibidang obat-obatan, bentuk sediaan farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti serbuk dan kapsul. Sediaans setengah padat seperti salep, cream, pasta, dan gel. Serta sediaan cair yaitu suspensi, larutan dan emulsi. Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberi kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, apotek, instalasi kesehatan maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid).
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan cair juga mempunyai keunggulan dalam hal kemudahan untuk dikonsumsi bagi anak-anak dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan sendok takar. Sediaan cair atau larutan merupakan wujud cair yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat diaplikasikan.
Dari pernyataan di atas maka dilakukanlah praktikum pembuatan sediaan larutan. Sediaan yang akan dibuat yaitu menggunakan bahan aktif vitamin C 100mg/5ml yang dibuat dalam bentuk sirup. Diharapkan setelah melakukan praktikum ini praktikan dapat memahami dan membuat formulasi sediaan larutan menggunakan bahan aktif vitamin C.
II. Preformulasi a. Zat Aktif
Struktur kimia
(Depkes RI, 1979) Rumus molekul C6H8O6 (Depkes RI, 1979)
Nama kimia Asam Askorbat (Depkes RI, 1979)
Sinonim Vitamin C / 3-okso-L-gulofuranolakton (Depkes RI, 1979) Berat molekul 176,13 (Depkes RI, 1979)
Pemerian Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi (Depkes RI, 1979).
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P (Depkes RI, 1979).
pH larutan 2.1–2.6 (HOPE, 2006)
pKa pKa1 = 4.17
pKa2 = 11.57
(HOPE, 2006) Titik lebur 190°C(HOPE, 2006)
Stabilitas Panas
Hidrolisis/oksidasi
Dalam bentuk bubuk, asam askorbat relatif stabil di udara. Ketiadaan oksigen dan oksidator stabil dalam panas. Asam askorbat tidak stabil dalam larutan, terutama larutan alkali, mudah mengalami oksidasi pada paparan Udara. Proses oksidasi
Cahaya dipercepat oleh cahaya dan panas dan dikatalisis oleh tembaga dan besi. Larutan asam askorbat menunjukkan stabilitas maksimum pada sekitar pH 5.4. Larutan dapat disterilkan dengan penyaringan (HOPE, 2006).
Kegunaan Antiskorbut, antioxidant, therapeutic agent(HOPE, 2006). Wadah dan
penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (DepkesRI,1979).
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Asam Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan (krim/salep) :
Kemasan : Botol
b. Eksipien (zat tambahan)
1) Gliserin Struktur kimia
Nama kimia Gliserin
Sinonim 1,2,3-propanetriol Berat molekul 92,09
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna;rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajamatau tidak enak). Higroskopik; netral terhadaplakmus (Depkesi RI, 1995).
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan denganetanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalamminyak lemak dan dalam min yak menguap (Depkes RI, 1995).
pH larutan - pKa - Titik lebur 17,8°C Konstanta Dielektrik 45 Bobot jenis ≥1.249 Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa tetapi terurai pada pemanasan, dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilenaglikol secara kimiawi stabil. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah
Kegunaan Pemanis
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari kontak dengan air karena gliserol bersifat higroskopis dan terhindar dari senyawa pengoksida kuat. Penyimpanan dalam wadah yang kedap untuk menghindari absorpsi.
2) Sorbitol Struktur kimia
Rumus molekul C6H14O6
Nama kimia D- glucitol
Sinonim Sorbitol
Berat molekul 182,17
Pemerian Tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna, serbuk higroskopis, tingkat kemanisan 50-60% dari gula.
Kelarutan 1:0,5 dalam air pH larutan 3.5–7.0
pKa -
Titik lebur Anhydrous form: 110–1128C Gamma polymorph: 97.78C Metastable form: 938C Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,507 g/cm3
Stabilitas Inert, kompatibel dengan banyak eksipien, tidak terdekomposisi pada suhu tinggi atau dengan adanya amin, non korosif, non
Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya volatile Kegunaan Pemanis Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
3) Aquadest Struktur kimia
Rumus molekul H2O
Nama kimia Aqua Destilata
Sinonim Air Suling/ Aqua Purificata Berat molekul 18,02
Pemerian Cairan jernih; tidak berwama; tidak berbau. Kelarutan Bercampur dengan hampir semua pelarutpolar. pH larutan 5,0 - 7,0
pKa -
Titik lebur 100°C
Konstanta Dielektrik 78,54
Bobot jenis 1g/cm3pada suhu 25°C.
Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya - Kegunaan Pelarut Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat
4) Beta-carotene Struktur kimia
Rumus molekul C40H56
Nama kimia Beta-carotene
Sinonim β- carotene
Pemerian Bubuk kristal berwarna merah kecoklatan.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam sikloheksana, praktis tidak larut dalam etanol anhidrat.
pH larutan - pKa - Titik lebur 183°C Konstanta Dielektrik - Bobot jenis - Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya
Beta-karoten sangat rentan terhadap oksidasi dan antioksidan seperti asam askorbat, natrium askorbat, atau tokoferol harus ditambahkan. dilindungi dari cahaya pada suhu rendah (-208C) dalam wadah tertutup di bawah nitrogen.
Kegunaan Pewarna
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak melebihi 25 ° C.
5) Propilen glikol Struktur kimia
Rumus molekul C3H8O2
Nama kimia 1,2-Propanediol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum Berat molekul 76,09
Pemerian Kental, bening, tidak berwarna, cairan higroskopis, larut dengan air dan dengan etanol (96%).
Kelarutan Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 di 6 bagian eter; tidak larut dengan minyak mineral, tetapi akan larut dalam beberapa minyak esensial.
pH larutan - pKa - Titik lebur -59°C Konstanta Dielektrik - Bobot jenis 1.038 g/cm3 at 20°C Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di tempat tertutup, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka cenderung teroksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propylene glycol stabil secara kimia bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf.
Kegunaan Antimicrobial atau pengawet Wadah dan Simpan dalam wadah kedap udara.
penyimpanan
III. Permasalahan Farmasetika
1. pH larutan vitamin C sangat rendah sehingga rasanya sangat asam.
2. Vitamin C dalam bentuk larutan sangat tidak stabil, terutama dalam larutan alkali. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya dan panas, serta ion Cu2+ dan Fe3+. Walaupun vitamin C yang teroksidasi tersebut tidak menghasilkan hasil urai yang toksik, namun menghasilkan warna larutan yang gelap.
3. Karena beberapa zat dalam sediaan ini jika tidak disimpan dengan baik maka akan timbul mikroorganisme yang akan membahayakan bagi pengguna atau bahkan dapat bersifat toksik.
IV. Penyelesaian Masalah
1. Karena rasa larutan sangat asam, sediaan perlu ditambahkan pemanis. Setelah mempertimbangkan data kelarutan, stabilitas dan inkompatibilitas beberapa eksipien yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan oral, diputuskan untuk menggunakan gliserin sebagai pemanis dalam sediaan ini.
2. Vitamin C dalam bentuk larutan sangat tidak stabil, terutama dalam larutan alkali. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya dan panas, serta ion Cu2+ dan Fe3+. Walaupun vitamin C yang teroksidasi tersebut tidak menghasilkan hasil urai yang toksik, namun menghasilkan warna larutan yang gelap. Karena sediaan ini biasanya ditujukan bagi anak- anak maka warna yang dihasilkan oleh sediaan harus baik agar menarik bagi anak- anak sehingga perlu ditambahkan pewarna, pewarna yang digunakan adalah beta karoten. Kemudian, karena beberapa zat dalam sediaan ini jika tidak disimpan dengan baik maka akan timbul mikroorganisme yang akan membahayakan bagi pengguna atau bahkan dapat bersifat toksik maka perlu dicegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut dengan menambahkan pengawet yaitu propilen glikol.
3. Pertumbuhan mikroorganisme harus dicegah dengan menambahkan pengawet yaitu propilen glikol.
V. Pendekatan Formula (Formula Yang Diusulkan)
NO. Bahan Jumlah Fungsi Bahan Alasan Penambahan
1 Vitamin C 2000 mg Zat aktif -
2 Gliserin 15% Pemanis Karena rasa larutan
sangat asam, sediaan perlu ditambahkan pemanis
3 Sorbitol 30% Pemanis Karena rasa larutan
sangat asam, sediaan perlu ditambahkan pemanis
4 Essens jeruk 0,1% Perasa Karena sediaan ini
ditujukan bagi anak- anak maka
dibutuhkan perasa jeruk yang umumnya digemari anak- anak, sehingga sediaan rasa nya lebih enak.
5 Tratrazin qs Pewarna Karena vitamin C
menghasilkan warna yang gelap bila teroksidasi, sediaan perluditambahkan pewarna untuk
menutupi warna hasil oksidasi tersebut sehinggapenampilan sediaan tetap
menarik, terutama karena sediaan ini ditujukan bagianak-anak.
6 Aquadest Ad to 60ml Pelarut Karena zat aktif yang digunakan yaitu vitamin C mudah larut dalam air
VI. Perhitungan
Volume zat aktiffnya vit. C untuk 100mg/5ml , maka dibutuhkan 2000 mg vit. C = 100 mg/5ml x 100 ml
= 2000 mg
Volume zat pemanis gliserin 20 % sehingga dibutuhkan 20 ml = 20% x 100 ml
= 20 ml
Volume sorbitol 30% , maka yang dibutuhkan 30 ml = 30% x 100 ml
= 30 ml
Volume propilen glikol 15% , maka yang dibutuhkan 15 ml = 15% x 100 ml
VII. Penimbangan
NO. Bahan Jumlah dalam
formula Jumlah penimbangan 1 Vitamin C 100mg/5mL 2000mg 2 Gliserin 20% 20mL 3 Propilen glikol 15% 15 mL 4 Sorbitol 30% 30 mL 5 Aquadest Ad to 100 mL Ad to 100 mL 6 Beta-carotene Qs Qs 7 Lemon essence Qs Qs
VIII. Prosedur Pembuatan
1. Kalibrasi botol sediaan dengan menuangkan aquadest pada gelas ukur sebanyak 100 ml. Kemudian aquadest tersebut di masukkan ke dalam botol sediaan lalu diberi tanda pada bagian tepat 100 ml.
2. Ditimbang bahan aktif maupun zat eksipien yang akan digunakan. Ditimbang sebanyak 2000 mg vitamin C, gliserin sebanyak 20 ml, sorbitol sebanyak 30 ml, propilen glikol sebanyak 15 ml.
3. Vitamin C, gliserin, sorbitol dan propilen glikol dilarutkan masing- masing dengan menggunakan aquadest pada gelas kimia yang berbeda- beda.
4. Di dalam gelas kimia yang berisi vitamin C yang telah dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan gliserin, sorbitol dan propilen glikol secara bertahap.
5. Setiap penambahan bahan gelas kimia harus dibilas dengan aquadest. Aquadest bilasan tersebut harus dimasukkan ke dalam campuran vitamin C dan aquadest tadi dan diaduk hingga homogen.
6. Setelah homogen, ditambahkan beberapa tetes beta karoten kemudian lemon essence secukupnya.
7. Terakhir, campuran yang telah jadi tersebut dimasukkan ke dalam botol sediaan yang telah dikalibrasi sebelumnya.
8. Dilakukan evaluasi untuk sediaan larutan.
9. Setelah selesai dilakukan evaluasi, sediaan dimasukkan ke dalam kemasan dan diberi etiket.
IX. Analisis titik kritis pembuatan sediaan
Semua bahan yang dibuat harus tercampur dan larut dalam sediaan.
X. Evaluasi N
o Jenis evaluasi Prinsip evaluasi
Jumlah sampel Hasil pengamatan Syarat 1 Uji organoleptis (warna, bau, rasa dan kejernihan) Pengamatan secara visual. 1 Warna: kuning Bau : khas lemon Mikroorganisme: - Cap-locking: - 2 Uji pH larutan Berdasarkan 1
perubahan warna pada kertas pH indikator yang kemudian
dibandingkan dengan warna standar pada berbagai pH. pH = 3 3 Penentuan densitas larutan (FI IV, 1030) Menentukan densitas larutan dengan menimbang massa larutan sebanyak volume tertentu (10 mL) dengan piknometer yang kemudian dibandingkan dengan cairan yang telah diketahui
densitasnya
(aquadest) pada suhu tertentu 1 Wsediaan: 26,45 Wkosong: 16,60 Wair : 25,25 Dimasukkan ke dalam rumus: air Wkosong Wair Wkosong Wsediaan liter gram / 138 , 1 1 65 , 8 85 , 9 1 60 , 16 25 , 25 60 , 16 45 , 26 - 4 Penentuan viskositas larutan dengan alat Hoppler Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh bola yang digunakan untuk jatuh sejauh jarak tertentu. 2 Tidak dilakukan - 5 Uji stabilitas sediaan Sediaan disimpan pada temperatur kamar untuk mengamati lamanya stabilitas sediaan. 1 Tidak dilakukan
6 Uji volume Pengukuran volume sediaan dengan gelas
30 Dibuat 60 ml dilebihkan 2%
terpindahkan ukur. menjadi 61,2 ml 7 Penetapan kadar
zat aktif
Penetapan kadar zat aktif dengan metode analisis yang sesuai
1 Tidak dilakukan
XI. Hasil Percobaan
Pengamatan H0 H1 H2 H3
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Rasa Manis Manis Manis Manis
Aroma Lemon Lemon Lemon Lemon
Mikroorganisme - - - -
Cap- Locking - - - -
XII. Pembahasan
Dalam praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semi Padat kali ini, dilakukan pembuatan sediaan larutan. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam.
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah Asam askorbat atau yang lebih dikenal dengan Vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang sangat penting. Vitamin ini diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan neurotransmitter. Hewan dan tumbuhan dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri. Akan tetapi, vitamin ini tidak dapat disintesis oleh manusia karena
tidak memiliki enzim gulonolakton oksidase. Vitamin ini sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hingga saat ini, fungsi vitamin C yang dikenal oleh masyarakat adalah sebagai peningkat sistem imun, pembentuk kolagen, pencegah penuaan, dan sebagai obat untuk common cold (flu).
Pembuatan larutan vitamin C ini harus didukung dengan penambahan zat eksipien atau zat tambahan. Karena terdapat beberapa permasalahan farmasetika seperti yang telah dicantumkan pada jurnal larutan vitamin C ini. Adapun permasalah farmasetika dalam pembautan sediaa ini yaitu pH larutan vitamin C sangat rendah sehingga rasanya sangat asam untuk itu agar sediaan ini dapat dikonsumsi dengan baik untuk pasien maka perlu ditambahkan nya pemanis agar rasa asli dari vitamin C yang sangat asam ini dapat tertutupi dengan rasa manis. Pemanis yang digunakan dalam sediaan ini adalah gliserin. Gliserin dapat larut dengan baik pada air sama hal nya dengan zat aktif yang digunakan yaitu vitamin C sehingga penambahan gliserin pada sediaan tetap stabil. Penambahan gliserin ini cenderung menyebabkan caplocking yaitu timbulnya kristal pada bibir botol sediaan sehingga perlu ditambahkan nya anti caplocking yaitu sorbitol. Dipilih sorbitol karena sorbitol umumnya memiliki stabilitas yang baik dengan banyak eksipien dan dapat larut dengan air. Selain gliserin, perlu juga ditambahkan perasa yaitu lemon essence. Dipilih lemon essence karena sediaan yang dibuat merupakan sirup vitamin C dan umumnya di dalam buah lemon terdapat kandungan vitamin C, sehingga rasa lemon dirasa cocok jika ditambahkan dalam sediaan ini. Permasalahan farmasetika selanjutnya adalah vitamin C dalam bentuk larutan sangat tidak stabil, terutama dalam larutan alkali. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya dan panas, serta ion Cu2+ dan Fe3+. Walaupun vitamin C yang teroksidasi tersebut tidak menghasilkan hasil urai yang toksik, namun menghasilkan warna larutan yang gelap. Karena sediaan ini biasanya ditujukan bagi anak- anak maka warna yang dihasilkan oleh sediaan harus baik agar menarik bagi anak- anak sehingga perlu ditambahkan pewarna, pewarna yang digunakan adalah beta karoten. Kemudian, karena beberapa zat dalam sediaan ini jika tidak disimpan dengan baik maka akan timbul mikroorganisme yang akan membahayakan bagi pengguna atau bahkan dapat bersifat toksik maka perlu dicegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut dengan menambahkan pengawet yaitu propilen glikol.
Prosedur pembautan larutan vitamin C ini adalah pertama perlu dilakukannya kalibrasi pada botol yang akan digunakan untuk sediaan. Karena sediaan akan dibuat sebanyak 100 ml maka botol sediaan dikalibrasi dengan menuangkan aquadest pada gelas ukur sebanyak 100 ml. Kemudian aquadest tersebut di masukkan ke dalam botol sediaan lalu diberi tanda pada bagian tepat 100 ml, setelah itu, aquadest di buang dari dalam botol sediaan tersebut. Tahap selanjutnya adalah menimbang bahan aktif maupun zat eksipien yang akan digunakan. Untuk bahan aktif yaitu vitamin C karena di dalam formula harus 100mg/5ml dan sediaan yang akan dibuat adalah 100 ml maka ditimbang sebanyak 2000 mg. Untuk gliserin digunakan sebanyak 20% yang merupakan syarat minimal gliserin sebagai pemanis, diambil sebanyak 20 ml. Selanjutnya sorbitol digunakan sebanyak 30%, diambil sebanyak 30 ml. Lalu untuk propilen glikol diambil sebanyak 15 ml. Untuk lemon essence dan beta karoten cukup ditetesi saja secukupnya bila sediaan sudah jadi. Setalah menimbang seluruh bahan aktif mapun bahan tambahan, maka dilakukan pencampuran. Pertama- tama bahan aktif dan bahan tambahan yang akan digunakan dilarutkan dengan menggunakan aquadest pada gelas kimia yang berbeda- beda. Setelah itu, di dalam gels kimia yang berisi vitamin C yang telah dilarutkan dengan aquadest, dimasukkan gliserin, sorbitol dan propilen glikol secara bertahap. Setiap penambahan bahan gelas kimia harus dibilas dengan aquadest. Aquadest bilasan tersebut harus dimasukkan ke dalam campuran vitamin C dan aquadest tadi dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen, maka ditambahkan beberapa tetes beta karoten kemudian lemon essence secukupnya. Tahap terakhir yaitu, campuran zat aktif dan zat tambahan yang telah menjadi larutan vitamin C atau sirup vitamin C tersebut dimasukkan ke dalam botol sediaan yang telah dikalibrasi sebelumnya.
Sediaan yang telah jadi tersebut harus dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan teori- teori yang telah ada. Selain itu evaluasi ini juga berguna untuk menjamin mutu dari sediaan yang dibuat. Jenis evaluasi yang dilakukan untuk sediaan ini meliputi uji organoleptis, uji pH larutan, penentuan densitas larutan dan uji volume terpindahkan.
Uji organoleptis yang dilakukan meliputi warna, rasa, aroma, ada tidaknya mikroorganisme dan caplocking. Uji ini dilakukan selama 3 hari dari pembuatan sediaan
sediaan tersebut. Dari hasil pengamatan selama 3 hari tersebut, tidak terjadi perubahan apapun pada sediaan. Warna sediaan dari hari pembuatan hingga hari ketiga pengamatan berwarna kuning. Sediaan memiliki rasa yang manis dan tidak ada perubahan rasa sama sekali pada sediaan hingga hari ketiga pengamatan. Kemudian aroma dari sediaan ini yaitu seperti bau khas buah lemon hingga hari ketiga pengamatan pun tetap sama. Pada uji organoleptis ini tidak ditemukannya mikroorganisme ataupun timbulnya caplocking pada bibir botol sediaan hingga hari ketiga pengamatan. Maka, dapat disimpulkan bahwa sediaan yang telah dibuat stabil selama penyimpanan tiga hari tersebut.
Uji yang dilakukan setelah organoleptis yaitu uji pH larutan. Uji ini dilakukan hanya pada saat sediaan selesai dibuat dengan cara memipet sedikit sediaan kemudian ditetskan pada kertas pH dan dibandingkan dengan warna standar pada berbagai pH. Hasil yang didapat yaitu pH larutan tersebut adalah 3. Ini sesuai dengan literatur bahwa pH vitamin C adalah sangat asam.
Uji yang ketiga adalah penentuan densitas larutan. Uji ini dilakukan dengan cara menimbang massa larutan sebanyak 10 ml dengan piknometer yang kemudian dibandingkan dengan cairan yang telah diketahui densitas nya yaitu aquadest. Tahapannya, pertama gunakan piknomeetr bersih dan kering, lalu timbang piknometer kosong, selanjutnya timbang piknometer yang berisi air yang baru didihkan, setelah itu timbang piknometer yang berisi sediaan larutan. Terkahir dihitung dengan menggunakan
rumus: air Wkosong Wair Wkosong Wsediaan
Dari hasil perhitungan, didapatkan bobot jenis sediaan yaitu 1,138 gram/liter.
Uji yang tarakhir adalah uji volume terpindahkan dengan mengukur volume sediaan dengan gelas ukur. Uji ini dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket.
XIV. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C; Paul J. Sheskey & Marian E. Quinn. 2006. Handbook of
Pharmaceutical Excipients Fifth Edition. New York: RPS Publishing.
The Departement of Health. 2009. British Pharmacopoeia, volume I & II. London: The Stationery Office