• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP ASMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP ASMA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

KONSEP MEDIS KONSEP MEDIS

A.

A. PEPENGNGERERTITIANAN

Asma atau RAD (

Asma atau RAD ( React Reactive ive Air-waAir-way y DiseasDiseasee) adalah gangguan inflamasi kronik ) adalah gangguan inflamasi kronik    j

  jalalan an nanafafas s yayang ng memelilibatbatkakan n berberbagbagai ai sesel l ininflflamamasasi. i. DasDasar ar penpenyayakikit t inini i adadalalahah hi

hiperperakaktitivivitatas s brbronkonkus us dadalalam m berberbagbagai ai titingkngkatat, , obobststruruksksi i jajalalan n nafnafas as dan dan gejgejalalaa  pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun  pernafasan (mengi dan gerak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible, namun

dapa

dapat t menmenjadjadi i kurakurang ng revreversersiblible e bahkbahkan an relrelatiatif f non non revreversersiblible e tertergantgantung ung berberat at dandan lamanya penyakit.

lamanya penyakit.

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot  polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi  polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi

alveolus. alveolus.

Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap Asma timbul pada orang-orang tertentu yang secara agresif berespon terhadap mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat asma pada mediator-mediator peradangan atau iritan alergi. Faktor resiko adalah riwayat asma pada ke

keluluarargaga, , yyanang g menmengigissyayararattkakan n adadananyya a kecekecendndererunungagan n gegenenetitik k memengngalalamamii  bronkospasme.

 bronkospasme.

Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak. Orang dewasa dapat menderita asma tanpa riwayat asma pada masa anak-anak. Ter

Tercetcetusnyusnya a asmasma a pada pada oraorang ng dewadewasa sa munmungkigkin n berberkaikaitan tan dendengan gan semsemakiakin n parparahnyahnyaa ale

alergi rgi yanyang g sudsudah ah ada. Infeksada. Infeksi i salsalurauran n napanapas s ataatas s yanyang g berberulaulang-ung-ulanlang g juga dapatjuga dapat me

mencncetetususkan kan asasma ma padpada a ororanang g dewdewasasa, a, dedemimikikian an jujuga ga pajpajanaanan n dedebu bu dadan n irirititanan lingkungan kerja.

lingkungan kerja.

B

B.. EETTIOIOLLOOGGII

Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel sebagai Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel sebagai faktor pencetusnya adalah:

faktor pencetusnya adalah: a.

a. FaFaktktor or ekekststririnsnsik ik 

Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi alergen seperti: debu, serbuk, bulu binatang, Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi alergen seperti: debu, serbuk, bulu binatang, makanan

makanan  b

 b.. FaFaktktor ior intntririnsnsik ik 

 Infeksi :Infeksi :

 Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytialVirus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)

(2)

 Bakteri, misalnya Pertusis dan Streptokokus

 Jamur, misalnya Aspergillus

 Cuaca :perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan

 Iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara

 Emosional : takut, cemas dan tegang

 Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas   bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan  pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:

a. Bising mengi (wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop  b. Batuk produktif, sering pada malam hari

c. Nafas atau dada seperti tertekan d. Dipsnea berat

e. Retraksi dada

f. Napas cuping hidung

g. Pernapasan yang dangkal dan cepat

h. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mukus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama. i. Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada

malam hari.

D. PATOFISIOLOGI

Seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi  bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik 

(3)

eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan   bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan

selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini  bisa menyebabkan barrel chest.

E. KOMPLIKASI a. Pneumomediastinum  b. Emfisema subkutis c. Aspergilosis d. Bronkopulmonal alergik  e. Gagal nafas

f. Bronkhitis kronik, bronkhiolus

g. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender  h. Pneumo thoraks

Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk  melakukan ventilasi

i. Kematian

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK   Uji prick tes

 Uji fungsi paru

(4)

 Analisa gas darah:PaCO2> 40 mmHg  PaO2> 70 mmHg

 Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.

 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

   Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.  b. Pemeriksaan darah.

 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

 Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan  peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat

komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

  b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

(5)

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

 Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

 Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock  wise rotation.

  b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right  bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

 Scanning Paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

 Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator  aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol   bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk 

menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek    pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya

(6)

G. PENATALAKSANAAN

 Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : 1) Simtomatik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat :

 Orsiprenalin (Alupent)

 Fenoterol (berotec)

 Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin) Nama obat :

 Aminofilin (Amicam supp)

 Aminofilin (Euphilin Retard)

 Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke   pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau

sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

(7)

Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

 Pengobatan non farmakologik: a. Memberikan penyuluhan.  b. Menghindari faktor pencetus.

c. Pemberian cairan. d. Fisiotherapy.

(8)

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN

 Aktivitas/istirahat

Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur, dispnea.

Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa otot

 Integritas ego

Gejala : perubahan pola hidup

Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang

 Makanan/cairan

Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun

 Hygiene

Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

 Pernafasan

Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk  Tanda : ekspirasi yang memanjang, penggunaan otot aksesori pernafasan,

 bunyi nafas mengi, gelisah

 Keamanan

Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan Tanda : kemerahan, berkeringat

 Interaksi sosial

Gejala : ketergantungan hubungan, kurang sistem pendukung Tanda : keterbatasan mobilitas fisik 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

(9)

3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot

5. Nutrisi kurang kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas  Auskultasi bunyi nafas

 Rasional  : derajat spasme bronkus dengan obstruksi jalan nafas dapat/tak  dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: tidak ada bunyi nafas mengi.

 Kaji frekuensi nafas

 Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada  penerimaan atau selama adanya stress/ proses infeksi akut

 Berikan pada klien posisi yang nyaman

 Rasional  : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

 Pertahankan polusi udara minimum, misal: debu, asap dan bulu bantal yang  berhubungan dengan kondisi individu.

 Rasional : merupakan faktor pencetus alergi, pernafasan memperberat sesak.

 Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir 

 Rasional: memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

 Penatalaksanaan pemberian O2

 Rasional: dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia

 Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi a. Bronchodilator 

 Rasional : merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

(10)

 b. Metilxantin

 Rasional: menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan   peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan

otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus

 Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk: a. Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin  b. Gunakan nafas diafragmatik 

c. Tahan nafas selama 3 – 5 detik kemudian dengan perlahan hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)

d. Ambil nafas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek 

e. Demonstrasikan pernafasan pursed-up

 Rasional  : batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat menimbulkan frustasi

 Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekret

 Pertahankan hidrasi adekuat: meningkatkan masukan cairan 2-4 liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac output viskositas sekresi.

 Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi

 Hindari lingkungan yang mengandung stimulasi

 Rasional: sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.

 Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan

 Rasional: pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan

(11)

 Rasional: hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.

 Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi

 Expectorant

 Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan

3. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk   Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi  Rasional :

mengkaji perlunya dan mengidentifikas intervensiyang tepat

 Instruksikan tindakan relaksasi

 Rasional: membantu menginduksi tidur 

 Hindari mengganggu bila mungkin, misal: membangunkan untuk obat atau terapi.

 Rasional  : tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun

 Penatalaksanaan pemberian sedatif sesuai indikasi

 Rasional  : Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama  periode transisi dari rumah ke lingkungan baru. Hindari penggunaan kebiasaan,

karena obat ini menurunkan waktu tidur REM.

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

 Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, dan evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

 Rasional  : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea,  produksi sputum dan obat. Selain itu, banyak pasien dengan asma mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.

 Auskultasi bunyi usus

 Rasional  : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan  pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas.

 Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali  pakai dan tissue.

(12)

 Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

 Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan  porsi kecil tapi sering

 Rasional: membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

 Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan

 Rasional: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

 Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi

 Rasional: menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan otot  Atur posisi yang nyaman bagi klien

 Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.

 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital.

 Rasional: menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

 Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat.

 Rasional: menurunkan stres dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat

 Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat

 Rasional: pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individu pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan

 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

 Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

(13)

6. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

 Kaji perasaan klien dan keluarga, beri sikap empati dan dengarkan keluhan klien  Rasional: mengurangi kecemasan klien dan keluarga sehingga dapat bekerjasama

dalam proses perawatan

 Berikan informasi/penjelasan pada klien dan keluarga mengenal kondisi, rencana  perawatan dan prognosis pasien secara akurat dan memperingatkan kondisi dan

situasi

 Rasional: pemberian informasi yang jelas sehingga menghindari kesalahan  persepsi.

 Kaji tingkat kecemasan klien

 Rasional: memungkinkan untuk menyampaikan bahwa yang didasarkan adalah kebutuhan dari individu dan kelancaran proses perawatan.

 Diskusikan tentang tindakan keperawatan dan medis serta penggunaan obat-obat yang diberi.

 Rasional:  penting untuk perkembangan pemulihan atau pencegahan terhadap komplikasi.

(14)

PENYIMPANGAN KDM

Faktor intrinsik Faktor ekstrinsik  

↓ ↓

Infeksi oleh kuman Alergen

Menginfeksi saluran nafas

Pengaktifan sel mast sebagai respon imun (makrofag, eosinofil, limfosit) ↓

Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine)

Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Bronkospasme inflamasi

Hiperesponsive jalan nafas ↓

Hipersekresi mukus dalam Penyempitan jalan nafas Mukosa saluran

rongga jalan nafas ↓ nafas menebal

↓ Kompensasi tubuh untuk ↓

Peningkatan produksi mendapatkan suplai O2yang Penyempitan lumen

sputum cukup ke jaringan menurun ↓

↓ ↓ Batukbersputum

Sesak nafas Kontraksi otot-otot pernafasan ↓

dan batuk sputum ↓ pemasukan O2

↓ Metabolisme tubuh meningkat tidak adekuat

Bersihanjalan ↓ ↓

tidak efektif Pengeluaran energi berlebihan Jalan nafas tidak efektif  

↓ ↓

Serangan Cadangan energi kurang pola nafas

paroksimal ↓ nafas tidak efektif  

↓ Metabolisme ke jaringan terhambat

Merangsang ↓

sistem saraf Kelemahan dan kelelahan otot

simpatis ↓

↓ Intoleransi aktivitas

Mengaktifkan RAS

dalam mengaktifkan Dispnea, wheezing, batuk, sputum Perubahan status

kerja organ tubuh ↓ kesehatan klien

↓ Merangsang vomiting center ↓

(15)

(REM) menurun Mual/muntah ↓

↓ ↓ Kurangnyainformasidan

Susah tidur Anoreksia pengetahuan klien dan

↓ ↓ keluargatentang

Perubahan pola Asupan makanan berkurang penyakitnya

Istirahattidur ↓ ↓

Gangguan nutrisi kurang Stressor psikologis bagi dari kebutuhan klien dan keluarga

↓ Ansietas

DAFTAR PUSTAKA

 Pearce C. Evalin. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta. 1981

 Masjoer Arif. dkk. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. 2001

 Corwin J. Elizabeth buku saku Patofisiologi. 2001, Jakarta. EGC.

 Askep asma bronkhiale, http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-asma- bronkhiale/

 Askep asma http://www.docstoc.com/docs/79972573/ASKEP-ASMA

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomoi- 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Pendamping desa, dalam rangka memfasilitasi tumbuhnya ketaatan dan kepastian hukum dalam tata kehidupan di desa, akan lebih mudah mewujudkannya jikalau dapat mengembangkan

Perawatan pada beton geopolymer dilakukan dengan merendam benda uji baik silinder maupun balok perkerasan dalam dua bak yang berbeda, satu berisi air PDAM dan lainnya

Perintah dasar di Linux dapat digunakan menggunakan akses root atau user biasa, akan tetapi sebaiknya menggunakan akses user biasa saja agar tidak

Temubual mendalam secara bersemuka dan separa bersturuktur telah dilakukan terhadap dua (2) syarikat yang menyediakan khidmat sertu (disebut sebagai Syarikat G

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui optimasi konsentrasi bahan pengisi yang tepat sehingga akan diperoleh formula tablet hisap ekstrak biji pinang yang

Bentuk PC yang diadopsi dari penelitian Schotanus (2007) serta Nollet dan Beauliu (2003) adalah lead buying pada fase concentration. Pada tipe keanggotaan PC jenis ini semua