• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Kinerja untuk Perusahaan-perusahaan Publik Oleh: Muhammad Fakhri Husein *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Audit Kinerja untuk Perusahaan-perusahaan Publik Oleh: Muhammad Fakhri Husein *"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Banyaknya kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi beberapa tahun terakhir akan membawa dampak negatif bagi pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan (investor, bank, pemerintah, masyarakat) akan semakin berkurang kepercayaannya terhadap laporan yang disampaikan oleh manajemen perusahaan. Hal ini akan merugikan profesi akuntansi karena ketidakpercayaan pada laporan keuangan juga akan berpengaruh pada kepercayaan masyarakat pada profesi akuntansi.

Salah satu jenis audit yang perlu mendapat perhatian adalah audit kinerja atau audit manajemen. Di Australia, Pada Agustus 1992 Dewan Standar Audit nya mengeluarkan Pernyataan Praktik Audit (Statements of Auditing Practice) No. 33 yang berhubungan dengan semua jenis laporan untuk audit kinerja. Di Indonesia, melihat banyaknya kasus manipulasi laporan keuangan, akan lebih baik juga jika mewajibkan perusahaan-perusahaan publik untuk melaporkan kepada masyarakat kinerja yang tidak hanya dilihat dari laporan keuangan saja. Namun yang tidak kalah penting adalah seberapa efisien, ekonomis dan efektifnya perusahaan tersebut beroperasi. Artikel ini membahas berbagai konsep audit kinerja/audit manajemen, beberapa contoh faktual yang terjadi di berbagai perusahaan di Indonesia, dan bagaimana audit kinerja mampu mengatasi masalah tersebut.

A. Pendahuluan

Beberapa waktu yang lalu banyak media massa yang memberitakan bahwa kinerja kebanyakan BUMN payah. Dari lima BUMN yang diteliti oleh beberapa akuntan publik lokal dan asing ditemukan rugi efisiensi sebesar Rp24,5 triliun dan potensi rugi yang jumlahnya mencapai Rp7, 3 triliun dan USD 698 juta. Temuan ini tentu sangat menyesakkan dada karena gambaran perusahaan-perusahaan publik yang beroperasi sekehendak hatinya tanpa memperhatikan kelayakan ekonomis, efisiensi dan efektivitas sangat jelas tergambar.

(2)

Lima BUMN tersebut adalah PT. PELINDO II, PT. JASA MARGA, PT. PTPN IV, PT. GARUDA INDONESIA dan PT. TELKOM. Masyarakat benar-benar dirugikan. Ada dua jenis kerugian yang dirasakan masyarakat, pertama, yakni masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan tersebut karena masyarakat harus membayar inefisiensi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kedua, masyarakat luas karena bagaimanapun BUMN tersebut dibiayai dari uang negara yang notabene itu adalah uang rakyat yang dipungut dari pajak. Masyarakat juga harus membayar inefisiensi yang dinikmati oleh sekelompok orang dari perusahaan publik tersebut. Kebiasaan untuk mengungkapkan kepada publik kinerja perusahaan seperti ini merupakan awal yang baik karena masyarakat memperoleh informasi lain selain informasi laporan keuangan. Diharapkan manajemen perusahaan tidak sekenanya mengelola perusahaan. Namun karena informasi yang diungkapkan oleh kementerian BUMN tersebut merupakan "proyek" Letter of Intent dengan IMF, maka kesinambungan penyampaian informasi kinerja operasional perusahaan ini masih dipertanyakan karena bisa jadi hanya sekedar memenuhi LoI tersebut. Sebenarnya dari sisi teoritis, kegiatan ini dinamakan audit kinerja. Jenis audit yang telah dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Asing tersebut selama ini tidak sepopuler audit laporan keuangan yakni audit kinerja (performance audit). Audit kinerja ini sepengetahuan penulis telah dilakukan di Australia dengan adanya Australian Standard Auditing AUP 33 yang berlaku sejak 1993. Bagaimana audit kinerja itu sesungguhnya?

B. Pentingnya Audit Kinerja

Brown,1 memberikan komentar bahwa adanya audit dapat

dilacak pada masa kerajaan Romawi. Secara tradisional auditing hanya menjalankan fungsi stewardship. Ia menginformasikan anggota dari suatu entitas organisasi apakah manajemen entitas tersebut telah berinvestasi seperti yang direncanakan dan hasil investasi tersebut dapat dilacak keberadaannya. Menjelang abad 20, pengguna laporan keuangan

1Connor O'Learry, "Performance Audits: Could They become Mandatory

(3)

merupakan kelompok yang lebih canggih dimana mereka sudah mampu memahami lebih baik laporan keuangan. Kebutuhan pengguna laporan keuangan inipun menjadi berbeda karena yang mereka butuhkan adalah fungsi audit yang tidak sekedar penyajian investasi yang dilakukan semata. Standar akuntansi pun mengikuti kebutuhan ini dengan terbitnya standar yang tidak hanya berkaitan dengan laporan neraca dan laba rugi. Data tambahan perlu diberikan kepada pemakai laporan keuangan sehingga mereka memperoleh gambaran yang lebih utuh dari perusahaan. Kita juga melihat semakin banyaknya catatan tambahan yang diperlukan selain dari laporan keuangan itu sendiri. Unsur tambahan laporan keuangan yang sering disajikan sebagai informasi tambahan adalah laporan segmen, transaksi dengan pihak terkait, komitmen leasing, dan lain-lain. Auditor harus memberi komentar atas data semacam ini sehingga auditing meluas fungsinya tidak hanya sekedar fungsi stewardship semata, tapi sebagai pihak yang menyediakan informasi yang diperlukan oleh pemakai laporan keuangan.

Sebenarnya ide dan masalah audit kinerja bukanlah hal baru. Di dalam auditing, ada tiga jenis audit yang biasanya dilakukan oleh akuntan. Pertama, audit laporan keuangan, yakni audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Kedua, Audit Kepatuhan yakni audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Audit kepatuhan ini banyak dijumpai di pemerintahan. Ketiga, Audit kinerja atau operasional, yakni audit yang menelaah secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit kinerja itu sendiri adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Kalau audit laporan keuangan nanti pemakai informasinya tidak hanya perusahaan tapi juga pihak luar perusahaan, khusus audit kinerja selama ini cenderung dianggap informasi untuk pihak dalam perusahaan sendiri. Namun demikian laporan audit kinerja ini jika disepakati seharusnya juga dapat diberikan kepada pihak luar perusahaan.

(4)

Jika audit laporan keuangan hasilnya adalah kewajaran dari suatu laporan keuangan perusahaan maka untuk audit kinerja ada tiga kriteria pengukuran yang penting, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah. Efisiensi berarti output dari perusahaan dimaksimalkan untuk setiap penggunaan sumberdaya perusahaan. Efektivitas berarti bahwa pencapaian tujuan atau hal-hal lain seperti program, operasi atau aktivitas.

Secara tradisional audit kinerja dilakukan oleh departemen audit internal dari suatu perusahaan. Hasil audit ini biasanya untuk kepentingan interen saja. Auditor internal biasanya melapor ke manajemen tentang seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau program kerja yang telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini sangat jarang sekali diungkapkan ke seluruh bagian organisasi apa lagi ke masyarakat umum. Padahal hasil audit ini bisa jadi sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak selain manajemen, misalnya masyarakat luas yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan perusahaan tersebut. Sementara kalau kita mengandalkan laporan keuangan maka bisa jadi penilaian terhadap suatu perusahaan, jika tidak hati-hati, bisa menyesatkan.

Vinten,2 mengaitkan audit manajemen dengan perkembangan

audit internal yang melalui empat tahap, yakni audit keuangan, audit sistem, audit manajemen, dan audit sosial. Audit sosial dilakukan oleh auditor internal karena perlunya organisasi merespon tekanan sosial dan lingkungan dari masyarakat terhadap aktivitas perusahaan. Kelompok penekan seperti organisasi perlindungan konsumen, penyayang binatang, pecinta lingkungan menjadikan pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan sebagai isu untuk menekan perusahaan agar mampu mengubah aktivitas yang merugikan masyarakat secara luas. Tugas auditor internal adalah menguji bahwa aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan. Pertanyaan tentang apakah organisasi telah merumuskan dan

2David Kenf, Michael Sherer dan Stuart Turley, Current Issues in Auditing,

(5)

melaksanakan tujuan organisasi secara konsisten sesuai dengan kepentingan stake holders, apakah ada anggaran yang disediakan untuk menangani masalah sosial sebagai efek aktivitas perusahaan, merupakan contoh pertanyaan yang harus diuji oleh auditor. Agar memiliki rerangka pikir yang sama, maka berikut ini dijelaskan audit-audit lain yang dilakukan oleh auditor intern. Pertama, audit keuangan (financial audit) yang mengacu pada kebiasaan akuntan menguji bukti-bukti transaksi (voucher) dan menghubungkannya dengan jurnal akuntansi, lalu menandai bukti transaksi yang telah dicek selanjutnya menguji bukti transaksi berikutnya. Kegiatan seperti ini juga disebut penelusuran. Penelusuran seperti ini untuk memberikan jaminan bukti dokumentasi, informasi dan penjelasan yang memperkuat adanya transaksi di organisasiii tersebut. Kegiatan ini juga menjamin bahwa bukti-bukti transaksi terjadi pada periode audit tersebut dan telah dimasukkan dalam rekening. Pendekatan pelengkapnya diistilahkan sebagai verifikasi, yakni teknik yang diadopsi untuk menjamin keberadaan aset atau kewajiban organisasi, otorisasi, kepemilikan, dan penilaian pada waktu tertentu. Dua pendekatan ini juga diadopsi oleh auditor eksternal, tapi auditor internal akan memiliki pandangan objek yang lebih luas daripada sekedar pengujian rekening yang sifatnya "true dan fair".

Kedua, Audit berbasis sistem. Memang masih jarang yang

memperhatikan bahwa sistem perusahaan pada waktu tertentu perlu di overhaul. Sistem yang telah berlaku di perusahaan mungkin masih kekurangan pusat pertanggungjawaban yang disebabkan oleh sistem yang masih mengacu pada ukuran perusahaan di masa lalu. Organisasi dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub sistem seperti personalia, penggajian, pembelian, penelitian dan pengembangan, dan lain-lain. Personalia akan terdiri dari sub sistem lain sehingga seluruh aktivitas di dalam perusahaan sebenarnya merupakan satu kesatuan sistem. Antar sub sistem akan bekerja sama. Ini berarti bahwa perubahan suatu sub sistem tidak bisa dilakukan secara parsial atau terpisah tanpa memperhatikan sub sistem lain. Tugas seorang akuntan dalam kasus ini adalah tidak hanya menjamin bahwa setiap sisttem memenuhi tujuan organisasi, tapi juga memastikan adanya sistem

(6)

pengendalian yang komprehensif, meliputi semua aspek operasional organisasi dan sistem yang berhubungan dan terkoordinasi.

Tiga pertanyaan penting yang diajukan oleh auditor adalah faktor apa saja yang menentukan sistem, apakah sistem berfungsi dengan baik, dan apakah sistem tersebut layak untuk mencapai pengendalian intern yang memuaskan. Jika auditor puas dengan sistem yang tampak di kertas dan dilanjutkan dengan wawancara dengan staf, maka tahap berikutnya adalah melakukan pengujian sistem, yang disebut dengan pengujian kepatuhan. Sejumlah transaksi diuji menggunakan sistem dari awal hingga akhir. Jika pengujian hasilnya tidak layak, maka tahap berikutnya adalah menguji kelemahan yang biasa disebut dengan tes substantif dengan sampel yang lebih besar dan berkonsentrasi pada titik-titik pengendalian perlu mendapat perhatian.

Akuntan internal maupun eksternal juga melaksanakan audit sistem ini. Auditor internal melihat tujuan sistem yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan kebijakan. Peran auditor internal adalah menyediakan informasi bagi organisasi dengan jaminan bahwa sistem itu layak dilaksanakan. Jika uji kepatuhan menyarankan pengendalian perusahaan, maka tidak perlu diolah lebih lanjut. Auditor eksternal memiliki tujuan yang berbeda dalam menguji dan melaporkan laporan keuangan, dan kurang berkepentingan dengan berbagai jenis lain pengendalian organisasi, seperti pengendalian atas kelebihan jam kerja. Fokus pada pengujian sistem memang tidak sedalam akuntan internal.

Ketiga, audit manajemen. Audit ini seperti definisi yang telah dikutip diatas banyak berfokus pada seberapa efektif, ekonomis dan efisien organisasi beraktivitas. Aktivitas audit yang dilakukan terutama berkaitan dengan keefisienan dan keefektifan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian anggaran, kinejra maanajemen fungsi keuangan, akuntansi, pemasaran, dan produksi. Perbedaan audit keuangan dan audit manajemen dapat dilihat pada tabel 1.

(7)

Tabel 1.

Perbedaan antara Audit Manajemen dan Audit Keuangan Audit Keuangan Audit Manajemen 1. Berorientasi masa lalu Berorientasi masa depan 2. Berdasarkan biaya historis Didasarkan pada biaya

kesempatan

3. Pengujian laba/surplus Perbaikan laba/surplus dan pencapaian tujuan organisasi

4. Protektif Konstruktif

5. Pengendalian dan prosedur yang layak

Penggunaan sumberdaya

organisasi yang efisien dan efektif 6. Sumber utama bukti adalah

data keuangan

Sumber utama bukti baik data keuangan maupun operasional. Sumber: Vintel (1985), p. 174.

C. Pentingnya Audit Kinerja di Perusahaan Publik

Krisis ekonomi banyak mengajarkan pelaku ekonomi dan masyarakat untuk selalu menjaga kepercayaan. Profesi akuntansi sebenarnya berada di barisan terdepan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin lengkap informasi yang disampaikan kepada masyarakat, maka makin lengkap pula referensi yang dapat digunakan oleh pemakai laporan perusahaan dalam mengambil keputusan. Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan. Pertama, penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik. Kedua, audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan. Ketiga, kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim investasi dan usaha akan makin kondusif.

Untuk memperkuat argumen diatas maka kita perlu flashback beberapa peristiwa bisnis di Indonesia yang berkaitan dengan

(8)

kemanfaatan laporan keuangan. Kita juga perlu memperhatikan trend auditing yang mau tidak mau harus dicermati oleh profesi akuntan.

1. Bank Lippo

Walaupun masih diperdebatkan secara hukum, namun dugaan manipulasi laporan keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen bank Lippo menyadarkan publik bahwa laporan keuangan bisa direkayasa untuk kepentingan pihak tertentu. Kinerja keuangan manajemen bisa direkayasa sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Kasus-kasus besar di Amerika seperti Enron, Worldcom, dan lain-lain menggunakan modus yang hampir mirip. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka disinilah perlunya audit manajemen yang dapat mengungkapkan seberapa ekonomis, efisien dan efektif manajemen beraktivitas.

2. Unibank

Untuk melihat bahwa laporan keuangan seringkali misleading untuk menilai keadaan suatu perusahaan, dapat dilihat dari fakta penutupan Bank Unibank. Bank yang berdiri sejak tahun 1967 tersebut pada Maret 1999 oleh Bank Indonesia dimasukkan ke dalam bank kategori A. Bank ini telah memenuhi Ratio Kecukupan Modal (CAR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 1997 bank ini mencatat laba Rp 13 milyar. Pada tahun 1998 sebagai puncak dari krisis perbankan dan moneter yang melanda Indonesia, bank ini mengalami kerugian yang cukup besar yakni Rp 436 milyar. Pada tahun 1999 bank ini membukukan laba sebesar Rp 55 milyar. Pada tahun 2000 prestasi labanya masih lumayan. Namun tanpa ada informasi yang lengkap, maka (bagi masyarakat awam) tiba-tiba saja bank ini ditutup oleh pemerintah. Sepintas bank ini mencatat kinerja yang lumayan baik. Hal ini juga dapat dilihat dari kategori bank yang diperoleh oleh Unibank. Masyarakat tidak tahu atau tidak diberitahu dengan informasi yang cukup tentang kinerja bank. Jika kinerja bank ini dilihat dari laporan keuangan saja kelihatan cukup baik, tapi kita tidak tahu seberapa ekonomis, efisien dan efektifnya bank ini bekerja. Akibatnya cukup jelas, masyarakat kembali dirugikan dengan ditutupnya bank tersebut.

(9)

3. Trend Terkini dalam Auditing

Auditing merupakan profesi dan seperti halnya profesi lain, ia dinamis tidak statis. Ia akan berkembang dan menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan pemakai dari profesi tersebut. Saat ini ketidakpuasan terhadap hasil audit laporan keuangan terjadi dimana-mana, bahkan di negara maju sekalipun, sehingga terjadi apa yang disebut dengan "expectation gap" yakni perbedaan antara apa yang dilakukan oleh auditor dan apa yang diinginkan oleh pemakai laporan audit. Hal ini terjadi karena audit laporan keuangan oleh auditor hanya mengungkapkan opini atas rekening-rekening dari laporan keuangan saja. Padahal pemakai informasi laporan keuangan ingin terjamin bahwa rekening yang diaudit akurat, wajar, tidak ada kecurangan dan dapat digunakan untuk proyeksi masa depan.

Blair memperjelas fungsi yang tidak dilakukan oleh audit,3

yakni audit tidak merupakan jaminan dari kelangsungan perusahaan di masa depan. Hasil audit bukan merupakan pendapat atas ekonomis, efisiensi atau efektivitas yang dilakukan manajemen, tidak juga menjamin bahwa tidak ada fraud atau pelanggaran aturan. Komentar ini sangat menarik, karena merupakan cerminan dari harapan publik bagaimana seharusnya jasa akuntansi dilakukan. Saat ini muncul keinginan dari sebagian pemakai informasi laporan keuangan bahwa seorang akuntan seharusnya berkomentar atas kinerja manajemen selama periode amatan, seperti halnya pelaporan untuk akurasi laporan keuangan dari perusahaan tersebut.

Kembali ke expectation gap profesi akuntan telah berupaya menutup gap tersebut. Dengan memberi informasi yang benar ke masyarakat tentang batasan audit, diharapkan menutup gap tersebut. Inisiatif pelaporan hasil audit dalam bentuk lengkap (long form) dipandang sebagai langkah yang tepat.

3I. Blair, "The Audit Ecpectation Gap Widens as The Failures Grow",

(10)

William menyarankan beberapa perluasan peran audit,4 yakni:

1. Pelaporan rekening sementara seperti halnya rekening pada akhir tahun,

2. mengeluarkan "negative assurance" secara kuartalan, 3. pertanggungjawaban yang meningkat atas deteksi

kecurangan,

4. pengauditan sosial,

5. pengauditan kinerja manajemen.

William mencatat beberapa studi di bidang ini dan pendapat tentang perlu tidaknya akuntan memberi komentar terhadap kinerja manajemen sebagai bentuk tanggungjawab tambahan atas telaah rekening-rekening laporan keuangan kliennya. Selain dari pertimbangan akuntan tentang perlu tidaknya audit kinerja, yang penting adalah pemakai informasi akuntansi akan suka komentar yang sifatnya independen, bebas dari tarik ulur kepentingan di dalam perusahaan.

Kita dapat melihat bahwa pengauditan kinerja manajemen dapat membantu masyarakat pemakai informasi akuntansi mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari perusahaan publik. Namun harus diakui audit kinerja ini perkembangannya memang lamban. Australia pernah mengalami banyaknya perusahaan yang kolaps di akhir 1980-an dan awal 1990-an. Hal ini telah mengancam reputasi bisnis Australia dan akhirnya muncul tuntutan agar pertanggungjawaban manajemen yang lebih besar. Audit kinerja dilakukan oleh badan independen yang menelaah dan berkomentar tentang seberapa efisien, efektif dan ekonomis manajemen telah memanfaatkan sumber daya perusahaan. Di Inggris, kebanyakan perusahaan menjalankan beberapa jenis audit kinerja secara regular. Ini biasanya dilakukan oleh departemen audit internal perusahaan. Namun perusahaan ataupun kantor akuntan belum mendukung sepenuhnya konsep mengeluarkan hasil audit kinerja kepada masyarakat umum bersamaan dengan hasil audit laporan keuangan. Mereka menganggap bahwa informasi tersebut untuk kepentingan intern perusahaan saja. Hal yang sama, di Amerika Serikat pada tahun 1970-an menyurvei sikap controller perusahaan dan auditor

4G. William, A Survey of Auditing Research, (Cambridge: Prentiq Hall

(11)

terhadap kemungkinan kewajiban audit kinerja.5 Lagi-lagi adanya

perlawanan yang cukup kuat. Menariknya responden merasa bahwa pemakai data akuntansi dapat membentuk pendapat mereka sendiri atas kinerja manajemen dengan memanfaatkan data rasio keuangan. Rasio yang paling popular adalah persentase laba bersih yang dibandingkan dengan rata-rata industri. Pertanyaannya adalah dapatkah rasio keuangan merefleksikan kinerja manajemen? Tampaknya tidak. Apakah perusahaan yang memiliki laba yang paling tinggi merupakan perusahaan yang paling efisien? Barangkali perusahaan tersebut memiliki keuntungan yang melekat melebihi pesaingnya tanpa mengandalkan kemampuan manajemen, misalnya kebetulan lokasi perusahaannya strategis.

Memang penerapan audit kinerja masih menyimpan beberapa potensi masalah.6 Masalah tersebut, pertama adalah independensi

auditor. Kebanyakan perusahaan saat ini menjalankan audit kinerja melalui departemen/bagian audit internal. Dengan pengetahuannya, auditor internal sebenarnya merupakan posisi yang ideal dalam menilai efisiensi dan efektivitas manajemen. Namun, mereka tidak dapat diharapkan menjalankan fungsi audit kinerja dengan objektivitas penuh. Bahkan jika mereka bias, persepsi independensi itu sendiri mungkin kabur. Alternatif ideal tentu saja memanfaatkan auditor eksternal perusahaan untuk menjalankan audit kinerja, seperti halnya audit laporan keuangan yang selama ini dikenal. Pengetahuan mereka tentang operasi perusahaan kliennya menjadi alasan yang tepat walaupun tidak selengkap auditor internal. Namun demikian jika auditor eksternal menjalankan fungsinya, timbul masalah kedua, yakni biaya. Informasi selalu berkaitan dengan harga. Pemegang saham perusahaan dan masyarakat umum mau menerima laporan tentang efisiensi, efektivitas dan ekonomis manajemen suatu perusahaan menjalankan fungsinya, namun informasi tambahan ini haruslah diperoleh dengan biaya yang wajar. Ketiga, penetapan kriteria ukuran. Salah satu kesulitan yang harus diatasi adalah bagaimana menetapkan kriteria pengukuran. Berbicara tentang seberapa ekonomis, efisien dan efektif suatu tugas

5Connor O'Learry, "Performance ...", p. 18. 6Ibid.

(12)

tidaklah seperti kita berbicara tentang jumlah laba. Evaluasi kinerja mungkin menjadi subjektif kecuali jika ada pedoman yang layak dalam menilai kinerja manajemen perusahaan. Masalah penentuan tujuan audit kinerja sebagai lawan dari audit laporan keuangan biasanya belum jelas. Hal ini disebabkan oleh kesulitan mengartikan secara tepat istilah efisien, ekonomis dan efektif.

Tiga kesulitan di atas mungkin menjelaskan mengapa konsep mengeluarkan hasil audit kinerja kepada pihak luar belum berhasil. Namun masalahnya menurut hemat penulis tidak berarti tidak dapat diatasi. Kesulitan kurangnya independensi dapat dengan mudah diatasi dengan meminta akuntan eksternal perusahaan dengan biaya dari perusahaan itu sendiri. Tentunya auditor eksternal harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang operasi perusahaan. Dalam menjalankan fungsi audit laporan keuangan auditor eksternal harus menelaah beberapa aspek kinerja manajemen. Hasilnya selain pendapat akuntan juga semacam surat rekomendasi.

Bagaimana dengan di Indonesia? Beberapa kasus yang menyita perhatian publik akhir-akhir ini justru seharusnya dijadikan peluang oleh profesi akuntansi untuk memberikan jasa selain jasa audit laporan keuangan. Audit manajemen di Indonesia baru berupa kegiatan sukarela yang sifatnya tidak mengikat. Akan lebih baik organisasi profesi akuntansi (IAI) mulai memikirkan perlunya standar untuk audit manajemen. Bahkan jika perlu perusahaan-perusahaan publik juga diwajibkan menyampaikan hasil audit kinerja yang dilakukan oleh auditor independen.

Dengan demikian, masalah yang berkaitan dengan auditing kinerja seharusnya tidak dianggap masalah yang tidak dapat dipecahkan. Dengan perencanaan yang hati-hati, maka audit kinerja dapat dilakukan untuk perusahaan publik tidak sekedar untuk kepentingan internal perusahaan tapi yang jauh lebih penting adalah stakeholders perusahaan tersebut. Kasus Unibank yang baru-baru ini terjadi dapat menyadarkan kita semua (termasuk Ikatan Akuntan Indonesia dan pemerintah) untuk mengungkapkan informasi kinerja perusahaan tanpa menyembunyikan informasinya ke publik.

(13)

D. Penutup

Perdebatan tentang perlu tidaknya audit manajemen bisa jadi tidak akan berkesudahan. Namun melihat kecenderungan bisnis dan profesi ke depan, maka perlu ditelaah lebih lanjut penerapan audit manajemen di perusahaan-perusahaan terutama perusahaan publik yang banyak berkepentingan langsung dengan masyarakat.

(14)

Daftar Pustaka

Blair, I. "The Audit Expectation Gap Widens as The Failures Grow", Company Director, June 1990.

Kenf, David, Michael Sherer, Stuart Turley, Current Issues in Auditing, London: Harper & Row, 1985.

Mautz, R.K., dan Hussein A. Sharaf, The Philosophy of Auditing, Florida: AAA, 1993.

O'Learry, Connor, "Performance Audits: Could They become Mandatory for Public Companies?" Managerial Auditing Journal, November 1996.

William, G., A Survey of Auditing Research, Cambridge: Prentice-Hall Institute of Chartered Accountants in England and Wales, 1987.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan modernisasi nelayan adalah sebagai berikut : (1) Faktor armada penangkapan yang dapat dilihat dari jumlah dan jenis armada seperti

Kebijakan subsidi LPG 3 Kg mulai dilaksanakan pada tahun 2007. Untuk mendukung kebijakan tersebut pemerintah juga melakukan penyediaan dan pendistribusian paket perdana LPG

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan serta pemanfaatan teknologi

[4] ‘Baseline Document for Draft Standard for Local and Metropolitan Area Networks Part 16: Air Interface for Fixed and Mobile Broadband Wireless Access Systems – Multi-hop

Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa penataan kepemilikan hak atas tanah bekas wilayah pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah (baca: Pemko Sawahlunto) masih

Zat aditif yang telah dipakai yaitu Tetra Etil Lead (TEL) dan Metil Tersier Butil Eter (MTBE). Di beberapa negara maju penggunaan TEL sudah mulai dibatasi. Hal ini

Kegunaan penelitian ini agar dapat menambah informasi keberadaan alel pembawa FXID pada populasi sapi perah FH di Kabupaten Enrekang sehingga informasi yang

Game selanjutnya diwujudkan dalam bentuk permainan labirin, dimana pemain ditugaskan untuk mengarahkan karakter agar dapat keluar dari labirin dengan menggunakan