• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Kewirausahaan Sebagai Dasar Klasifikasi pada Ritel Farmasi Apotek Jaringan dan Non Jaringan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Orientasi Kewirausahaan Sebagai Dasar Klasifikasi pada Ritel Farmasi Apotek Jaringan dan Non Jaringan."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Apotek merupakan industri yang diatur sangat ketat oleh pemerintah dengan tingkat persaingan yang tinggi karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia, diferensiasi yang ditawarkan rendah dan densitas yang cukup tinggi di beberapa area. Persaingan ini menuntut pengusaha apotek memiliki perubahan dan peningkatan dalam hal orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan adalah sebagai kecenderungan individu untuk melakukan inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi untuk memulai atau mengelola suatu usaha. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi organisasi dalam suatu industri berdasarkan kemauan dan kemampuan mereka untuk menjadi inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis cluster. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pemilik atau pengelola apotek di Kota Bandung sebanyak 140 apotek yang terdiri dari 50 apotek jaringan dan 90 apotek non jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa retail farmasi apotek jaringan dan non jaringan mengadopsi campuran yang berbeda dari dimensi orientasi kewirausahaan. Klasifikasi apotek jaringan dan non jaringan berdasarkan orientasi kewirausahaan dapat diurutkan berdasarkan karakteristik pemilik atau pengelola apotek, low risk entrepreneurs (32,9%), ambitious (31,4%), true entrepreneurs (10,7%), proactive innovators (10%), anything but entrepreneurs (9,3%), dan competitive aggressors (5,7%). Perbedaan antara apotek jaringan dengan non jaringan berdasarkan dari pembentukkan klasifikasi orientasi kewirausahaan menunjukkan, apotek jaringan memiliki karakteristik proactive innovators, competitive aggressors, true entrepreneurs dan anything but entrepreneurs. Sedangkan apotek non jaringan memiliki karakteristik low risk entrepreneurs dan ambitious.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Pharmacy industry is very strictly regulated by the government with a high level of competition because of the low quality of human resources, differentiation offered lower and density are quite high in some areas. This competition requires employers pharmacies have changes and improvements in the entrepreneurial orientation. Entrepreneurial orientation is a tendency of individuals to carry out innovative, proactive, autonomy, risk-taking, competitive aggressiveness and motivation to start or manage a business. In this regard, the research aims to determine of the organization within an industry can be classified based on the willingness and their ability to be innovative, proactive, autonomy, risk-taking, competitive aggressiveness and motivation. This research uses a quantitative method by cluster analysis. Collecting data using questionnaires given to the owner or manager of a pharmacy in the city of Bandung as many as 140 pharmacies consisting of 50 pharmacy network and non-network pharmacies 90. The results showed that the retail pharmacy network and non-network pharmacies adopt a different mix of entrepreneurial orientation dimensions. Classification pharmacy network and non-network based entrepreneurial orientation can be sorted based on characteristics of pharmacy owner or manager, low risk entrepreneurs (32,9%), ambitious (31,4%), true entrepreneurs (10,7%), proactive innovators (10%), anything but entrepreneurs (9,3%), dan competitive aggressors (5,7%). The difference between the pharmacy network and non network based on the formation of entrepreneurial orientation classification shows, network pharmacy has characteristics proactive innovators, competitive aggressors, true entrepreneurs dan anything but entrepreneurs. While the non-network pharmacies have the characteristics of low risk and ambitious entrepreneurs. Managerial and academic implications are further discussed in this thesis.

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan... 6

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 8

2.1 Kewirausahaan ... 8

2.2 Retail ... 10

2.3 Orientasi Kewirausahaan ... 16

2.3.1 Inovatif ... 17

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.3.1.2 Indikator Inovatif ... 20

2.3.2 Proaktif ... 21

2.3.2.1 Proses Pengukuran Proaktif ... 23

2.3.2.2 Indikator Proaktif ... 23

2.3.3 Pengambilan Resiko ... 24

2.3.3.1 Proses Pengukuran Pengambilan Resiko ... 26

2.3.3.2 Indikator Pengambilan Resiko ... 26

2.3.4 Keagresifan Bersaing ... 27

2.3.4.1 Proses Pengukuran Keagresifan Bersaing ... 28

2.3.4.2 Indikator Keagresifan Bersaing... 28

2.3.5 Otonomi ... 29

2.3.5.1 Proses Pengukuran Otonomi ... 30

2.3.5.2 Indikator Otonomi ... 30

2.3.6 Motivasi ... 31

2.3.6.1 Proses Pengukuran Motivasi ... 33

2.3.6.2 Indikator Motivasi ... 34

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 35

BAB III RERANGKA PEMIKIRAN, MODEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 36

3.1 Rerangka Pemikiran ... 36

3.2 Model dan Hipotesis Penelitian ... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ... 39

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

4.2 Teknik Analisis ... 41

4.3 Operasionalisasi Variabel ... 43

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 46

5.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 46

5.1.1 Analisis Deskriptif Profil Apotek ... 46

5.1.2 Final Cluster Center: Pengkelompokan Orientasi Kewirausahaan dalam Cluster ... 47

5.1.3 Anova: Perbedaan Klasifikasi Orientasi Kewirausahaan Pada Cluster ... 51

5.1.4 Number of Cases: Pengelompokan Anggota Tiap Cluster ... 53

5.1.5 Chi Square Test: Kekuatan Hubungan Antar Variabel ... 53

5.1.6 Cross Tab: Penyilangan Data Jenis Apotek dengan Cluster ... 55

5.2 Implikasi Manajerial ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 62

(6)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak kewirausahaan ... 10

Tabel 2.2 Penelitian sebelumnya... 35

Tabel 4.1 Definisi operasionalisasi variabel dan indikatornya ... 44

Tabel 5.1 Profil Responden ... 46

Tabel 5.2 Hasil Final Cluster Center ... 47

Tabel 5.3 Hasil Anova... 51

Tabel 5.4 Hasil Number of Cases ... 53

Tabel 5.5 Hasil Chi Square Test ... 54

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Halaman

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... L1 Lampiran 2 Data Kuesioner ... L2

(9)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Apotek merupakan tempat untuk pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332/MENKES/SK/X/2002). Pengusaha apotek yang tidak berani berinovasi, tidak berani mengambil resiko dan tidak berusaha mencari peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan diperuntukkan bagi kesehatan, namun saat ini berbagai ancaman dan tantangan dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan hidup apotek di Indonesia. Kuncoro (2006) menyatakan bahwa bisnis apotek di Indonesia secara kualitas sulit berkembang di pasar karena menghadapi beberapa masalah internal dan ekstrenal.

Masalah internal yaitu rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti kurang terampilnya sumberdaya manusia, kurangnya orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation), rendahnya penguasaan teknologi dan manajemen. Masalah eksternal yaitu adanya densitas yang tidak merata, perang harga antar apotek dan mulai diberlakukannya BPJS, hal ini dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi kinerja dan kelangsungan hidup apotek.

(10)

Universitas Kristen Maranatha 2 dengan yang lain (Jambulingam et al., 2005). Orientasi kewirausahaan adalah proses, latihan dan aktivitas dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada pengembangan dan penyampaian layanan baru dan inovatif yang dapat membedakan suatu organisasi dari organisasi lain di pasar (Lumpkin dan Dess, 1996).

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan merupakan cara yang efektif dalam menghadapi tindakan pesaing maupun mengurangi tekanan persaingan (Keh, 2007). Porter (2008) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai strategi unggulan perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang sama. Dalam menghadapi ketidakpastian wirausaha dituntut untuk mampu melakukan tindakan seperti inovatif, proaktif, risk taking, keagresifan bersaing (competitive aggressiveness), otonomi (autonomy) dan motivasi untuk memperkuat usahanya.

Tidakan tersebut terdapat dalam orientasi kewirausahaan.

Orientasi kewirausahaan adalah sebagai kecenderungan individu untuk melakukan inovatif, proaktif, risk taking, keagresifan bersaing (competitive aggresiveness) dan otonomi (autonomy) untuk memulai atau mengelola suatu

(11)

Universitas Kristen Maranatha 3 untuk memajukan konsep bisnis dan dapat memotivasi karyawan untuk memperkuat usahanya (Lumpkin dan Dess, 1996) .

Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan, sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dengan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha (Wiklund, 1999). Dikemukakan oleh Covin dan Slevin (1991), menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya menuju kinerja usaha yang lebih baik. Oleh sebab itu, perusahaan yang semakin inovatif, proaktif, otonomi, agresif dalam bersaing, berani untuk mengambil risiko dan dapat memotivasi karyawan lebih mampu untuk memenangkan persaingan pasar.

Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut dibutuhkan klasifikasi apotek berdasarkan kemauan dan kemampuan wirausahawan untuk mampu melakukan tindakan seperti inovatif, proaktif, berani mengambil resiko (risk taking), agresif dalam bersaing (competitive aggressiveness), otonomi (autonomy)

dan dapat memotivasi karyawan untuk memperkuat usahanya. Dengan adanya klasifikasi tersebut wirausahawan dapat memperbaiki kekurangan yang ada berdasarkan klasifikasi yang diperoleh, sehingga kinerja apotek dapat lebih ditingkatkan lagi (Jambulingam et al., 2005).

(12)

Universitas Kristen Maranatha 4 dilakukan dengan menggunakan jurnal penelitian yang sudah diteliti sebelumnya oleh T. Jambulingam et al. yang berjudul “Entrepreneurial orientation as a basis for classification within a service industry : the case of retail pharmacy industry”,

di mana pada penelitian ini ingin membuktikan dari penelitian sebelumnya bahwa orientasi kewirausahaan dalam suatu industri jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kemauan dan kemampuan mereka untuk menjadi inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi. Berdasarkan pada penjelasan dan fenomena empiris tentang orientasi kewirausahaan maka penelitian mengambil topik : ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI PADA RITEL FARMASI APOTEK JARINGAN DAN NON JARINGAN.

1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut :

Tidak adanya klasifikasi apotek berdasarkan kemauan dan kemampuan wirausaha apotek untuk menjadi inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi membuat tekanan persaingan semakin tinggi. .

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

(13)

Universitas Kristen Maranatha 5 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui klasifikasi organisasi dalam ritel farmasi berdasarkan kemauan dan kemampuan untuk menjadi inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penilitian ini yaitu : Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan informasi dalam penelitian lebih lanjut maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan orientasi kewirausahaan.

Manfaat Praktis

1. Bagi ritel farmasi, dengan diketahuinya pengaruh orientasi kewirausahaan pada ritel farmasi maka diharapkan dapat disusun suatu bentuk pengembangan entrepreneur berbasis orientasi kewirausahaan.

2.

Bagi pemerintah, dengan diketahuinya pengaruh orientasi kewirausahaan

(14)

Universitas Kristen Maranatha 6 1.5 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari enam bab yang telah disusun secara sistematis dan terperinci sehingga mempermudah dalam pembahasannya. Sistematika penyusunan tesis pada penelitian ini, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran utama yang mendasari penulisan penelitian. Bab ini tersusun dari : Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN

Bab ini menunjukkan kajian dari beberapa literatur dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai landasan penelitian. Bab ini tersusun dari : Kewirausahaan, Ritel, Orientasi Kewirausahaan, serta Penelitian Sebelumnya. BAB III : RERANGKA DAN MODEL PENELITIAN

Bab ini bertujuan untuk mendeskripsikan jalur berpikir yang dilakukan dalam penelitian ini dan model penelitian. Bab ini tersusun dari : Rerangka Pemikiran dan Model Penelitian.

BAB IV : METODE PENELITIAN

(15)

Universitas Kristen Maranatha 7 BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan. Bab ini tersusun dari : Hasil dan Pembahasan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

Universitas Kristen Maranatha 60

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Orientasi Kewirausahaan Sebagai Dasar Klasifikasi dalam Industri Ritel Farmasi Apotek Jaringan dan Non Jaringan di Kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Organisasi dalam ritel farmasi apotek jaringan dan non jaringan di Kota Bandung dapat diklasifikasikan berdasarkan kemauan dan kemampuan mereka untuk menjadi inovatif, proaktif, otonom, pengambilan resiko, keagresifan bersaing dan motivasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ritel farmasi apotek jaringan dan non jaringan mengadopsi campuran yang berbeda dari dimensi orientasi kewirausahaan.

2. Pembentukkan cluster pada apotek jaringan dan non jaringan meliputi : Cluster 1 : Low Risk Entrepreneurs

Cluster ini terdiri dari 46 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non

jaringan. Cluster 1 terdiri dari motivasi, otonomi dan pengambilan resiko paling rendah yang bisa dikategorikan/diklasifikasikan sebagai Low Risk Entrepreneurs.

Cluster 2 : Proactive Inovator

Cluster ini terdiri dari 14 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non

(17)

Universitas Kristen Maranatha 61 Cluster 3 : Ambitious

Cluster ini terdiri dari 44 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non

jaringan. Cluster 3 terdiri dari motivasi dan otonomi yang bisa dikategorikan/diklasifikasikan sebagai Ambitious.

Cluster 4 : True Entrepreneurs

Cluster ini terdiri dari 15 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non

jaringan. Cluster 4 terdiri dari motivasi dan inovasi yang bisa di kategorikan/diklasifikasikan sebagai True Entrepreneurs.

Cluster 5 : Competitive Aggressors

Cluster ini terdiri dari 8 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non jaringan. Cluster 5 terdiri dari motivasi, keagresifan bersaing dan berani mengambil resiko yang bisa di kategorikan/diklasifikasikan sebagai Competitive Aggressors.

Cluster 6 : Anything but entrepreneurs

Cluster ini terdiri dari 13 unit ritel farmasi apotek jaringan dan non

jaringan. Cluster 6 terdiri dari proaktif dan motivasi yang bisa di kategorikan/diklasifikasikan sebagai Anything but entrepreneurs.

3. Klasifikasi apotek jaringan dan non jaringan berdasarkan orientasi kewirausahaan dapat diurutkan berdasarkan karakteristik pengusaha apotek:

 Urutan pertama yaitu low risk entrepreneurs (32,9%),  Urutan kedua yaitu ambitious (31,4%),

(18)

Universitas Kristen Maranatha 62  Urutan keempat yaitu proactive innovators (10%),

 Urutan kelima yaitu anything but entrepreneurs (9,3%), dan

 Urutan terakhir yaitu competitive aggressors (5,7%).

4. Perbedaan antara apotek jaringan dengan non jaringan berdasarkan dari pembentukkan klasifikasi orientasi kewirausahaan menunjukkan :

a. Apotek jaringan memiliki karakteristik :  proactive innovators,

competitive aggressors,

true entrepreneurs dan

anything but entrepreneurs.

b. Apotek non jaringan memiliki karakteristik :  low risk entrepreneurs dan

ambitious

6.2 Saran

Berdasarkan kajian dan hasil yang diperoleh pada bab sebelumnya maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi klasifikasi apotek jaringan dan non jaringan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 6 cluster, yaitu Low Risk Entrepreneurs, Proactive Inovator, Ambitious, True entrepreneurs,

(19)

Universitas Kristen Maranatha 63 2. Subyek penelitian dalam penelitian ini memiliki jumlah terbatas, yakni sebanyak 140 orang pengusaha atau penanggung jawab apotek, sehingga saran untuk penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah apotek. 3. Adanya keterbatasan penelitian dengan hanya meneliti pengusaha atau

(20)

ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI DASAR

KLASIFIKASI PADA RITEL FARMASI APOTEK JARINGAN

DAN NON JARINGAN

TESIS

Diajukan sebagai persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Magister Manajemen

Oleh :

SENNY

1453069

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

TERAKREDITASI BAN-PT

SK NO. 069/SK/BAN-PT/Akred/M/III/2014

BANDUNG

(21)
(22)
(23)
(24)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmat dan kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Orientasi Kewirausahaan Sebagai Dasar Klasifikasi Pada Ritel Farmasi Apotek Jaringan Dan Non Jaringan”. Judul ini diangkat penulis karena ketertarikan penulis terhadap perkembangan apotek jaringan dan non jaringan yang semakin meningkat. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar Magister Manajeman pada Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan hati yang terbuka sebagai bahan perbaikan penulis di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Yusuf Osman Raihin, M.M., selaku Ketua Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Dr. A. Gima Sugiama, SE., M.P., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis selama penyusunan tesis ini. 3. Dr. Iyus Wiadi, S.E., MPA. dan Dr. Anny Nurbasari, S.E., M.P., selaku dosen

(25)

4. Segenap staf dosen, staf administrasi, staf tata usaha dan seluruh karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Program Magister Manajemen Universitas Kristen Marantha yang telah banyak membantu kelancaran penulis baik semasa kuliah maupun dalam penyusunan tesis ini.

5. Kedua orang tua dan adik yang saya sayangi yang telah banyak berdoa, memberikan semangat, kasih sayang dan dorongan moril dan materi dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Teman-teman Magister Manajeman angkatan 35 dan khususnya kepada Cindy Stephanie G dan Amazia Pravianti yang selalu mendukung penulis. Serta buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan tesis ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga tesis ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Bandung, Januari 2017

(26)

Universitas Kristen Maranatha 64 DAFTAR PUSTAKA

Abel K.Y., Hussein, A.S. 2015. Pengaruh Citra Toko Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Alfamart Batu Permata Dan Globalmart Di Kota Malang).

Aloulou, W. dan Fayolle, A. 2005. A Conceptual Approach of Entrepreneurial Orientation within Small Business Context. Journal of Enterprising Culture, Vol. 13(1), 21-45.

Avlontis, G.J. and Salavou, H.E. 2007. Entrepreneurial orientation of SMEs, Product innovativeness, and performance. Journal of Business Research, Vol 60(5), 566-75.

Covin, Jeffrey G. dan Dennis P. Slevin, 1989. Strategic Management of Small Firms in Hostile and Benign Environments, Strategic Management Journal, Vol. 10, No. 1., pp. 75-87.

Daris, Azwar. 2012. Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang. CV. Pelangi Mitra Printing.

Depkes. 2015. Rekapitulasi Apotek Indonesia.

http://apif.binfar.depkes.go.id/grafik-apotek.php. (Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016)

Frishhammar, J. and Horte, S.A. 2007. The Role of Market Orientation and Entrepreneurial Orientation for New Product Development Performance in Manufacturing Firms. Technology Analysis and Stretegic Management,Vol 22(3): 251-266.

Gruber, J., & Johnson, S.L. (2009). Positive Emotional Traits And Ambitious Goals Among People At Risk For Mania: The Need For Specificity. International Journal of Cognitive Therapy. International Association for Cognitive Psychotherapy, 2(2), 176-187, 2009.

Hafeez, M.H., Shariff, M.N.M., Lazim H.B.M. 2012. Relationship between

Entrepreneurial Orientation, Firm Resources, SME Branding and Firm’s

Performance: Is Innovation the Missing Link?, American Journal of Industrial and Business Management, 2012, 2, 153-159

Harris, M.L. and Gibson, S.G. 2008. Examining the entrepreneurial attitudes of US businessstudents. Education þ Training, Vol. 50 No. 7, pp. 568-81. Harviona, T. V. (2010). Perilaku pembelian impulsif produk pakaian masyarakat

(27)

Universitas Kristen Maranatha 65 Isa, Muzakar. 2013. Analisis Kompetensi Kewirausahaan, Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Industri Mebel: BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 17(1), 89-98.

Jambulingam. T., et al. 2005. Entrepreneurial orientation as a basis for classification within a service industry : the case of retail pharmacy industry. Journal of Operations Management 23, 23-42.

Keh, H. T., Nguyen, T. T. M., & Ng, H. P. 2007. The effects of entrepreneurial orientation and marketing information on the performance of SMEs. Journal of Business Venturing, 22(4), 592-611.

Knight, G.A. 2000. Entrepreneurship and marketing Strategy: The SME Under Globalisation. Journal of International Marketing, Vol 8(2): 12-32.

Koranti, Komsi. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Iternal Terhadap Minat Berwirausaha. Dalam Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil, Volume 05 No. 05. Hal. E1-E8. Bandung: Universitas Gunadarma.

Kuncoro, Mudrajad (2006), Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga.

Kuratko, D.F. 2009. Introduction to Entrepreneurship, Eight Edition. Cengage Learning, Canada.

Lumpkin, G. T. dan Gregory G. Dess, 1996, Clarifying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking It to Performance, The Academy of Management Review, Vol. 21, No. 1, (Jan., 1996), pp. 135-172.

Lumpkin, G.T. dan Gregory G. Dess, 2001, Linking Two Dimensions Of Entrepreneurial Orientation To Firm Performance: The Moderating Role Of Environment And Industry Life Cycle, Journal Of Business Venturing 16 : 429 – 451.

Malayu. S.P. Hasibuan, 2003. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.

Meredith. Geoffrey, G., et. al. 2005. Kewirausahaan Teori Dan Praktek. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo.

Miller, Danny., 1983. The Correlates Of Entrepreneurship In Three Types Of Firms, Management Science, 29: 770-791.

Nazir. Moh. Ph.D, 2005, Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

(28)

Universitas Kristen Maranatha 66 Quantananda, Elia. & Haryadi, Bambang. 2015. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Surabaya. Jurnal AGORA, Vol. 3(1), 706-715.

Rangkuti, Freddy. 2011. Marketing strategy & comprtitive positioning. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Shane, S. and Venkataraman, S., .2000. The promise of entrepreneurship as a field of research, Academy of Management Review, Vol. 26 No. 1, pp. 13-17. Soegiastuti, J., & Haryanti, C. S. 2013. Model Kinerja Pemasaran Usaha Kecil

dan Menengah (UKM). Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 1. Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah Production. Sugiama, G. 2008. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Guardaya Intimarta.

Bandung.

Supranoto, Meike. 2009. Strategi Menciptakan Keunggulan Bersaing Produk Melalui Orientasi Pasar, Inovasi dan orientasi Kewirausahaan Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Perusahaan.

Suryana. 2006. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: PT.Salemba Empat.

Widjajanta, Bambang, Aristanti W, Heraeni T. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung : Citra Praya.

Wiklund, Johan. 1999. The Sustainability of The Enterpreneurial Orientation Performance Relationship. Entrepreneurship Theory and Practice, Fall, pp.37-55.

Wiklund, J. And Shepherd, D. 2005. Entrepreneurial Orientation and Small Business Performance: A Configurational Approach. Journal of Business Venturing 20, 71-91.

Winarto, Paulus. 2004. First Step to been Entrepreneur. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Utami, Chistina Widya. 2012. Manajeman Ritel. Jakarta : Salemba empat.

Gambar

Tabel 5.1  Profil Responden  ...........................................................................
Gambar 3.2  Model Penelitian ........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan Pembiayaan/Multifinance well literate terdapat kenaikan dari 8,30% menjadi 13,25% artinya terjadi kenaiikan pengus BUMDes yang memiliki pengetahuan

Selain itu dana yang di butuhkan untuk mendirikan pembangunan di Desa Kota Jawa Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, melibatkan partisipasi masyarakat

Adapun besar pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa SMP Al-Hidayah Medan T.P

Ambang batas pembentukan fraksi merupakan kebijakan yang tepat dalam rangka penyederhanaan partai politik dari pada PT karena dengan ambang batas pembentukan

Selama penelitian berlangsung ada beberapa kendala yang ditemui dalam pelaksanaan proses pembelajaran antara lain:Pada awal penelitian, siswa masih belum terbiasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen mutu dan pengaruhnya terhadap prestasi sekolah di Politeknik Negeri Banyuwangi. Jenis penelitian ini

Pengukuran menggunakan metode spektrofotometri FTIR menunjukkan informasi terkait karakteristik dari masing- masing gugus fungsi senyawa produk yang terbentuk pada setiap

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang, rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Terapi Vitamin C