• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SMK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SMK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SMK

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh: Hariyono

SMK Veteran 1 Kabupaten Tulungagung

Abstrak. Rendahnya kualitas lulusan SMK berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia usaha/industri Indonesia semakin terpuruk. Hal ini berdampak pada semakin berkurangnya keper-cayaan dunia industri dalam menerima tenaga kerja dari SMK. Sebagai lembaga pendidikan SMK mendidik calon tenaga kerja harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang ber-orientasi pada peningkatan tamatan yang memiliki karakter sesuai yang dengan kebutuhan dunia usaha/industri. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sis-tematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang ter-wujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomo-torik. Pendidikan karakter bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja sesuai dengan karakter yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri.

Kata Kunci: pendidikan karakter, mutu pendidikan, SMK

Indonesia membutuhkan sumberdaya manu-sia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung dalam pembangunan bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang memadai tersebut, pendi-dikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasio-nal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk ber-kembangnya potensi peserta didik agar men-jadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kerjasama yang dijalin antara Indonesia dan negara-negara di kawasan

ASEAN yaitu MEA membawa dampak per-saingan terbuka bagi penduduknya. Dalam kerjasama MEA, salah satunya adalah mela-lui arus bebas tenaga kerja terampil, akan di-pastikan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Masya-rakat dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain untuk mendapatkan sebuah pekerjaan tanpa hambatan di negara yang dituju. Diperlukan persiapan yang matang untuk meningkatkan kualitas dan mutu sum-ber daya manusia yang ada, khususnya di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memper-siapkan lulusan SMK yang dimemper-siapkan untuk mampu bersaing di dunia kerja yang nyata, tidak hanya pandai dalam bidang teori mau-pun keterampilan saja tetapi juga menun-jukkan perilaku yang baik sesuai dengan pengembangan nilai-nilai pendidikan karak-ter yang merupakan inti dari tujuan Pendi-dikan Nasional.

(2)

Upaya untuk meningkatkan kesesuai-an dkesesuai-an mutu pendidikkesesuai-an karakter, Kemen-terian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang dan jenis satuan pendi-dikan. Grand design pendidikan karakter menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Se-lama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberi-kan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan karakter peserta didik. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari atau kurang 30%. Selebihnya (70%) aktivitas peserta didik berada dalam lingkungan ke-luarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari kuantitas waktu, pendidikan di sekolah hanya berkontribusi sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Untuk mencetak SDM berkualitas dan berkarakter, maka harus ada sinergitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat, karena karakter berawal dari sebuah kebiasaan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu tempat yang strategis dalam pembentukan karakter, selain pendidikan di keluarga dan masyarakat. Melalui sekolah proses penanaman nilai-nilai karakter siswa akan diaplikasikan baik melalui kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah dan kegiatan pengembangan diri. Menurut Lic-kona tujuan pendidikan yang benar adalah membentuk peserta didik yang cerdas secara intelektual dan berkarakter “intellegence plus character, that is true education” (Lickona, 2004). Banyak negara yang dalam menghadapi krisis menempatkan pemba-ngunan karakter sebagai fokus untuk mene-mukan solusi. Revitalisasi bangsa Jerman oleh kekalahan perang dengan Perancis

dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas. Bangsa Amerika pada akhir abad keduapuluh yang sarat dengan aneka masalah mengintroduksi kembali pendidikan karakter (Suyata, 2011:4).

Sejak ditetapkannya “Pendidikan Ka-rakter” pertama kali oleh Kementerian Pen-didikan Nasional pada Hari PenPen-didikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei 2011, merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan pembukaan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, se-perti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai kebudayaan bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bang-sa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter di atas, maka pendi-dikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasio-nal, yaitu “mewujudkan masyarakat bera-khlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan filsafah Pancasila. PEMBAHASAN

Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan

Pokok-pokok sistem pendidikan Indonesia adalah sekolah dasar 6 tahun yang dilanjutkan dengan 3 tahun pendidikan lan-jutan pertama yang sekarang dikenal dengan istilah pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan sebagai wajib belajar pendi-dikan dasar 9 tahun sejak bulan Mei 1994. Pada tingkat lanjutan atas pendidikan dibagi menjadi dua yakni pendidikan umum yang dilaksanakan melalui Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sekolah kejuruan yang secara

(3)

umum disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK dituntut untuk mengimplemen-tasikan dan mengembangkan pendidikan ka-rakter di satuan pendidikannya. Tujuan pengembangan pendidikan kejuruan dan vokasi secara holistik semestinya tidak ter-eduksi hanya pada proses pembentukan kete-rampilan teknis semata untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Pendidikan kejuruan (vokasi) adalah pendidikan yang menuju pada proses in-kulturisasi dan akulturasi yaitu proses memperadabkan suatu generasi baru masa depan yang berlangsung di sekolah, keluarga, industri, dunia usaha, dan masyarakat (Sudira, 2012:1), sehingga implementasi pendidikan karakter di SMK dapat meng-upayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah de-ngan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter bisa dilaksanakan melalui integrasi dengan mata pelajaran yang ada, mata pelajaran dalam muatan lokal (mulok) serta kegiatan pengem-bangan diri, namun realita di lapangan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di masing-masing sekolah mengalami kesulitan, karena tidak adanya standar yang jelas sehingga pendidikan karakter masih belum menemukan bentuknya, dan masih dalam batas trial and eror, namun disisi lain tidak adanya draf standar yang jelas tentang pendidikan karakter, memberikan ruang untuk mengembangkan pendidikan karakter di masing-masing satuan pendidikannya.

Tuntutan perkembangan teknologi berdampak pula pada perkembangan pendi-dikan kejuruan. Pergeseran paradigma yang semakin global dalam segala aspek kehidu-pan harus diantisipasi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bersaing yang

memerlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya ma-nusia. SMK sebagai pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri.

Upaya untuk mempertahankan SMK dalam menjawab tuntutan kebutuhan masya-rakat, SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam men-jalankan peran dan fungsinya, SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojo-negoro, 1998), diantaranya: (1) pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja; (2) pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja; (3) pendidikan kejuruan akan efektif jika ia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri; (4) pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memam-pukan setiap individu memodali minat, pe-ngetahuan dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi. Oleh karena itu dibutuh-kan pembaruan pendididibutuh-kan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan.

Djojonegoro (1988) mengemukakan bahwa secara teoritik pendidikan kejuruan sangat penting karena lebih dari 80% tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya ku-rang dari 20% bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting. SMK

(4)

sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan ter-baik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Layanan pendi-dikan harus diberikan secara optimal baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di dalam memberikan pengalaman bekerja pada pembelajaran di luar sekolah (pembelajaran di dunia kerja).

Konsep Pendidikan Karakter

Secara etimologis, kata karakter ber-asal dari bahasa Yunani Charrassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Se-dang dalam kamus karakter berasal dari kata character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols dan Shadily, 1996:5). Samani & Hariyanto (2012:43) memaknai karakter sebagai nilai-nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh ling-kungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituati-on) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) ten-tang mana yang benar dan yang salah, mam-pu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidik-an karakter pada intinya bertujuPendidik-an memben-tuk bangsa yang tangguh, kompetitif, ber-akhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergo-tong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Balitbang Kemendik-nas, 2011:2).

Kementerian Pendidikan Nasional mengidentifikasi ada 18 nilai yang bersum-ber dari Agama, Pancasila, budaya, yang se-suai dengan tujuan pendidikan nasional ya-itu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) man-diri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/-komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) pedu-li sosial, dan (18) tanggungjawab.

SMK mempunyai ciri khas tentang pendidikan karakter yaitu: pendidikan karak-ter kerja, sebagai pendidikan yang mem-persiapkan lulusannya memiliki daya hati (heart set) kerja, baik sebagai pekerja (pega-wai), bekerja sendiri (sebagai pengusaha ke-cil), maupun sebagai orang yang memperker-jakan orang lain. Definisi ini jelas menuntut dilakukannya restrukturalisasi, rekulturasi dan refigurisasi pembelajaran pada institusi-institusi pendidikan yang khususnya memang dirancang untuk menyiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pendidikan Karakter di SMK

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, yakni manusia kerja, bukan manusia beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya. Slamet (2011) membagi pekerjaan dikategorikan menurut sektor primer (pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, pertam-bangan, dan sebagainya), sektor sekunder (perusahaan mobil, perusahaan sepatu, peru-sahaan makanan dan sebagainya), sektor ter-sier atau jasa langsung misalnya transportasi, bank, perhotelan, dan sebagainya, dan sektor kuarter atau jasa tidak langsung misalnya penasihat, konsultan, dan sebagainya.

(5)

Pekerjaan dapat juga diklasifikasikan menja-di sektor publik (pemerintahan) dan sektor swasta (perusahaan), sektor profit dan non profit, sektor riil dan keuangan, dan sektor formal dan informal. Tiap pekerjaan tersebut menuntut karakter kerja yang berbeda-beda meski secara umum ada yang berlaku sama untuk semua jenis pekerjaan.

Karakter kerja adalah nilai-nilai dasar kerja yang merupakan saripati kualitas roha-niah kerja seseorang yang dimensi-dimensinya meliputi intrapersonal dan inter-personal kerja. Kualitas intrainter-personal adalah kualitas batiniah (kualitas rohaniah) manusia yang bersumber dari lubuk hati manusia yang dimensi-dimensinya meliputi antara lain, etika kerja, rasa keingintahuan tinggi, disi-plin diri, kejujuran, tanggung jawab, respek diri, kerja keras, integritas, ketekunan, motivasi kerja, inisiatif, keberanian moral, kerajinan, pengendalian diri, pembelajar ce-pat, kemauan mempelajari hal-hal baru, tahu cara belajar, keluwesan, kerendahan hati, dapat dipercaya, dan berjiwa kewirausahaan. Pendidikan karakter dalam pelak-sanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kebutuhan sekolah maupun institusi yang menggunakannya. Dari lingkungan kerja yang nyata membutuhkan bahwa seseorang yang bekerja tersebut harus mempunyai karakterisitik tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya, menjunjung kejujuran di atas segala-galanya, disiplin terhadap waktu yang ada, mem-punyai rasa ingin tahu yang tinggi akan sesuatu hal yang baru sehingga mampu me-nemukan penemuan yang baru, bersifat ko-munikatif dengan orang-orang yang ada di tempat kerja. Sebagai contoh dalam pelak-sanaan pendidikan karakter pada praktik kerja industri menunjukkan nilai-nilai

karak-ter yang ada pada siswa dalam pelaksanaan-nya, yaitu (1) Tanggung jawab. Nilai karak-ter yang pertama yaitu nilai tanggung jawab. Menurut Kemendiknas (2011) tanggung jawab ialah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan. Penanaman niai karakter berupa tanggung jawab yang harus dimiliki siswa dilakukan dengan cara mem-berikan tugas kepada siswa untuk melaksana-kan pekerjaan sesuatu. Tanggung jawab ini sangat penting sebagai bekal awal yang ditanamkan kepada siswa tentang tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang ada pada dirinya baik hari ini, hari besok dan hari-hari kedepannya. (2) Disiplin. Nilai karakter disiplin menurut Kemendiknas (2011) adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan yang nampak pada siswa yang melaksanakan praktik kerja industri terlihat dari siswa yang mengikuti aturan untuk datang dan pulang sesuai de-ngan ketentuan perusahaan dan juga tidak pernah melakukan bolos maupun terlambat. Kedisiplinan yang ada akan menjadikan siswa mempunyai rasa disiplin yang tinggi dalam hal apapun. (3) Kerja Keras. Sahlan (2012:39-40) memberikan penjabaran ten-tang perilaku yang menunjukkan upaya sung-guh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyele-saikan tugas dengan sebaik-baiknya. Nilai karakter kerja keras sebagai salah satu nilai karakter yang ada dalam etos kerja perusaha-an. Apabila siswa mampu melakukan pe-kerjaanya dengan menunjukkan kerja keras dan semangat yang tinggi akan pekerjannya, maka lulusan yang diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan pada saat ini. Mengingat begitu banyaknya pengangguran yang ada di

(6)

Indonesia karena manusia Indonesia yang kebanyakan tidak mempunya semangat kerja keras. Sesuai dengan Kesuma (2012:8) yang mengemukakan bahwa kenyataannya banyak pemuda yang merupakan penduduk Indonesia yang masih produktif lebih memi-lih bekerja ringan meskipun tidak halal dan sebenarnya dia mampu untuk berusaha lebih baik lagi.

PENUTUP Kesimpulan

Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa SMK sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan SMK dapat disimpulkan bahwa pendidikan kerujuan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi dalam pemenuhan tuntutan tersebut, diperlukan karakter yang sesuai dengan yang diterapkan di dunia kerja. Sehingga terjadi kesesuaian antara yang diajarkan di sekolah dengan yang dibutuhkan di dunia kerja sesungguhnya.

Integrasi pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK merupakan lang-kah strategis yang perlu segera dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Langkah ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan relevansi

kom-petensi lulusan dengan kebutuhan dunia ker-ja. Pengintegrasian pendidikan karakter da-lam kurikulum, proses pembelajaran dan i-klim budaya di sekolah diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki ke-mampuan utuh berupa hardskills yang ter-integrasi dengan pendidikan karakter yang sesuai. Kualitas lulusan SMK merupakan pe-nentu keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK, dimana siswa harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Lulusan SMK diharapkan mampu

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, sehingga memiliki kemampuan bekerja sesuai dengan keahlian yang dipe-lajari dan tuntutan dari dunia kerja. Lulusan SMK harus mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional. Saran

Mengingat pentingnya pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK, maka perlu dikembangkan pola-pola imple-mentasi pendidikan karakter dalam proses pendidikan di SMK. Setiap lembaga pendi-dikan SMK hendaknya mampu mengem-bangkan “model pendidikan karakter” yang sesuai dengan karakteristik sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Djojonegoro, W. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Seko-lah Menengah Kejuruan. Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset.

Echols, J.M & Shadily, H. 1996. Kamus Ing-gris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Kemdiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter (Berdasarkan

Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Balitbang Puskur. Kesuma, D. 2012. Pendidikan Karakter.

Bandung: Remaja Rosda Karya. Lickona, T. 2004. Character Matters: How

To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essen-tial Virtues. New York: Toughstone.

(7)

Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Slamet, P.H. 2011. Implementasi Pendidikan Kerja dalam Pendidikan Kejuruan dalam Pendidikan Karakter: dalam Perspektif Teori dan Praktik. Zuchdi, D (Ed.). Yogyakarta: UNY Press. Sudira, P. 2011. Pendidikan Kejuruan dan

Vokasi Berbasis Tri Hita Karana. Da-lam (Prosiding Kongres Pendidikan,

Pengajaran dan Kebudayaan). Yogya-karta: Pusat Studi Pancasila Univer-sitas Gajah Mada.

Suyata. 2011. Pendidikan Karakter: Dimensi Filosofis dalam Pendidikan Karakter: dalam perspektif teori dan praktik: Zuchdi, D. (Ed). Yogyakarta: UNY Press

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendi-dikan Nasional. Jakarta: Citra Umbara.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya meningkatkan relevansi dan mutu pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja maka hubungan kemitraan yang perlu dibangun adalah model kerja-sama

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa menjadi lulusan yang siap terjun ke dunia kerja sesuai bidang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) base camp merupakan sebuah kegiatan pengembangan diri di SMK Putra Bangsa Bontang dan sebagai salah satu upaya pengembangan

Waskito Tjiptosasmito (1990 : 2) menyatakan bahwa salah satu sebab tidak tertampungnya tenaga kerja (khususnya lulusan SMK) adalah disebabkan rendahnya kualitas

Susi Susilawati Harahap 2009 Pengaruh Penerapan Standar Nasional Pendidika n Terhadap Kesempat an Kerja Lulusan Siswa Smk Kualifikasi akademik guru yang mengajar di

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi. KKN kelompok 47 ditempatkan di sebuah Desa yang bernama Gunung Sari. Berdasarkan hasil

Pelaksanaan Memasarkan Lulusan ke Kerja Melalui BKK di SMK Negeri 9 Malang Fungsi BKK yang sebagai penghubung antara siswa dan alumni dengan dunia kerja, maka Sukardi dan Hargiyarto

"TEACHING FACTORY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU LULUSAN DI SMK", Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 2020 Publication repository.ipb.ac.id Internet Source