• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan anak dengan child abuse.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan keperawatan anak dengan child abuse.docx"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah

Keperawatan Anak 1 mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Child Abuse”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Padang, September 2014

(2)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penulisan... 2 D. Manfaat Penulisan... 3 BAB II PEMBAHASAN ... 4 A. Defenisi ... 4 B. Klasifikasi... 5 C. Etiologi ... 6 D. Manifestasi klinis ... 9 E. Dampak ... 10 F. Komplikasi ... 12

G. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik... 12

H. Penatalaksanaan medis... 13

I. Pencegahan dan penanggulangan... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN... 15

BAB IV PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan yang salah. Memang sangat sukar kita percayai bahwa

seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia. Insidennya : 1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun 1992 2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalami penganiayaan 3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan dan pengabaian 4. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan keluarga Di Indonesia ditemukan 160 kasus penganiyaan fisik,72 kasus penganiyaan

mental,dan 27 kasus penganiyaan seksual ( diteliti oleh Heddy Shri Ahimsa Putra,Tahun 1999 ). Sedangkan menurut YKAI didapatkan data pada tahun 1994 tercatat 172 kasus, tahun 1995 meningkat menjadi 421 dan tahun 1996 menjadi 476 kasus.

Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung jawab legal untuk melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat, dokter, dokter gigi, dokter anak, psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti sebab kematian, dokter, karyawan lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan orang tersebut didenda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan status masing-masing.

(4)

Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan jenis dan akibat pencederaan anak. Kemunculan Undang – undang no.23/2002 tentang Perlindungan Anak menjadi secercah cahaya untuk mengurangi terjadinya child abuse .

Dari penjelasan di atas penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah defenisi child abuse? 2. Apakah klasifikasi child abuse? 3. Apa etiologi child abuse ?

4. Apa manifestasi klinis child abuse ? 5. Bagaimana dampak child abuse ? 6. Apa komplikasi child abuse ?

7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnostik child abuse ? 8. Bagaimana penatalaksanaan medis child abuse

9. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan child abuse ? 10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse? C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse 2. Tujuan Khusus

Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan memahami:

a. Defenisi child abuse b. Klasifikasi child abuse c. Etiologi child abuse

d. Manifestasi klinis child abuse e. Dampak child abuse

f. Komplikasi child abuse

(5)

h. Penatalaksanaan medis child abuse

i. Pencegahan dan penanggulangan child abuse

j. Asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse D. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse

2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse

3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

1. Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973)

2. Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,

menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983)

(6)

3. Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak

4. Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yangseharusnya memelihara, menjaga, dan merawat mereka.

5. Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yangmerawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.

6. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yangseharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dankesejahteraan anak terancam.

B. KLASIFIKASI

Terdapat 2 golongan besar, yaitu : 1. Dalam keluarga

a. Penganiayaan fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser – laserasi” sampai pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun b. Penelantaran anak/kelalaian,

Yaitu kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa :

1) Pemeliharaan yang kurang memadai Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.

(7)

2) Pengawasan yang kurang memadai Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa . 3) Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan Kegagalan dalam

merawat anak dengan baik

4) Kelalaian dalam pendidikan Meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah c. Penganiayaan emosional

Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain

d. Penganiayaan seksual

Mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral genital, genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child Abuse & Prevention Act / Public Law 100-294).

2. Di luar rumah

Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang. C. ETIOLOGI

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak a. Fisik berbeda,

yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak

berbedadengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.

b. Mental berbeda,

yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.

(8)

Anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.

d. Tingkah laku berbeda,

yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalamkeluarga dan lingkungan sekitarnya.

e. Anak angkat,

Anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil

perkawinansendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.

2. Stress keluargaa

a. Kemiskinan dan pengangguran,

kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.

b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai,

ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadifaktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.

c. Perceraian,

Perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangankasih sayang dari kedua orangtua.

d. Anak yang tidak diharapkan,

hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh

orangtua,misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb. 3. Stress berasal dari orangtua,

(9)

Anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.

b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah,

orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknyasebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.

c. Harapan pada anak yang tidak realistis,

harapan yang tidak realistis akan membuatorangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhikebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan

(10)

D.MANIFESTASI KLINIS 1. Cidera Kulit

Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai

(11)

daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.

2. Kerontokan Rambut Traumatik

Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.

3. Jatuh

Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.

4. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut

Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat

mengindikasikan adanya penganiayaan.

5. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya

Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja. 6. Sindroma Bayi Terguncang

Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.

7. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan

Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan.

(12)

E. DAMPAK CHILD ABUSE

Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Hal ini dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban

penganiayaan dan kekerasan. Indikator yang perlu diperhatikan akibat

penganiayaan dan kekerasan pada anak dapat dilihat pada tabel 1. Diharapkan tindakan/program dilakukan tanpa menunggu tanda/indikator muncul.

Tabel 1. Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse)

Indikator Fisik

Indikator Perilaku

Aniaya Fisik Kerusakan kulit

 Memar dengan berbagai tingkat penyembuhan

 Luka bakar

 Lecet dan goresan Kerusakan Skeletal

 Fraktur

 Luka pada mulut, bibir, rahang, mata, perineal

Aniaya Fisik

 Takut kontak dengan orang dewasa

 Prihatin jika ada anak menangis  Waspada/ketakutan

 Agresif/pasif/menarik diri

Penelantaran/Pengabaian  Kelaparan

 Kebersihan diri kurang  Pekaian tidak terurus

 Tidak diurus dalam waktu lama  Tidak pernah periksa kesehatan

Penelantaran/Pengabaian  Pengemis

 Sendiri tanpa pengasuh pada waktu yang panjang

 Penjahat  Pencuri

 Datang cepat dan pulang lambat dari sekolah

 Melaporkan tidak ada pengasuh  Pasif, agresif

 Penuntut Aniaya Seksual

 Sukar jalan dan duduk  Pakaian dalam berdarah,

Aniaya Seksual

 Harga diri negatif

(13)

bernoda  Genital gatal

 Memar dan berdarah pada daerah perineal

 Penyakit kelamin  Ketergantungan obat  Pertumbuhan dan

perkembangan terlambat  Hamil pada usia remaja

(sukar dekat dengan orang lain)  Disfungsi kognitif dan motorik  Defisit kemampuan personal

dan sosial

 Penjahat atau lari dari rumah  Ketergantungan obat

 Ide bunuh diri dan depresi  Melaporkan aniaya seksual  Psikotik

Aniaya Emosional

 gagal dalam perkembangan  pertumbuhan fisik tertinggal  gangguan bicara

Aniaya Emosional

 Perilaku yang ekstrim : pasif sampai agresif

 Kebiasaan yang tergang- gu/destruktif

 Neurotik

 Percobaan bunuh diri F. KOMPLIKASI

1. Defisit perhatian / hiperaktivitas ( Attention-deficit/hiperactivity disorder, ADHD)

2. Kesulitan belajar

3. Masalah kesehatan mental ( misal, depresi, stres, pasca-traumatik, gangguan makan)

4. Perilaku agresif ( meyerang) 5. Keterlambatan perkembangan 6. Kesulitan dalam hubungan sosial 7. Perilaku seksual yang tidak tepat 8. Penyalahgunaan zat

9. Peningkatan penyakit menular seksual ( AIDS)

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK

1. Studi radiografik survei skeletal ( tulang), dalam dua tahap, untuk semua anak yang diduga cedera akibat penganiayaan. Ulangi dalam waktu dua minggu untuk anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami penganiayaan . Rasional : fraktur metafiseal (corner chip) mempunyai spesifisitas ke arah penganiayaan tetapi mungkin sulit di identifikasi pada awalnya.penyembuhan fraktur dari kalus ( benjolan tulang ) yang terlihat 2 minggu dari suatu cedera akut . Survei skeletal juga memberikan informasi

(14)

tentang usia cedera.*fraktur multipel pada berbagai tahap penyembuhan sering terjadi pada penganiayaan anak.

2. CT scan atau MRI pada daerah yang sakit

3. Pemeriksaan oftalmologi – untuk mendeteksi hemoragi retina ( akibat goncangan atau benturan hebat di kepala ).

4. Foto bewarna dari cedera

5. Lingkar kepala, lingkar abdomen 6. Pemeriksaan cairan serebrospinal 7. Tes kehamilan

8. Skrining penyakit menular seksual, human immunodeficienty virus (HIV) 9. Pemeriksaan penjelas ( pengumpulan dan pemeriksaan spesimen

hendaknya dilakukan dengan rekomendasi dari lembaga perlindungan anak penyidik setempat atau pemeriksa medis).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Prioritas utama dalam perawatan anak yang teraniaya adalah resusitasi dan stabilisasi seperlunya sesuai dengan cedera yang dialami. Konfirmasi

penganiayaan diperoleh melalui pengambilan data riwayat yang saksama , pemeriksaan fisik yang lengkap dengan inspeksi yang mendetail pada seluruh tubuh anak dan pengambilan spesimen laboratorium. Semua cidera harus di dokumentasikan dengan foto bewarna dan di catat dengan cermat dalam rekam medis tertulis.

Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang mejelaskan

tanggung jawab legal untuk melapor jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan

perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat , dokter, dokter gigi, pediatris, psikolog, patolog wicara, pemeriksa medis, karyawan, lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, dan guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan penganiayaan ana dapat menyebabkan orang tersebut di denda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan statuta masing-masing.

I. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak.

(15)

Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat.

2. Pendidik

Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat

membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.

3. Penegak Hukum dan Keamanan

Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan

perkembangannya secara wajar. 4. Media Massa

Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

(16)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitandengan child abuse, antara lain:

1. Psikososial

a. Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau

b. Gagal tumbuh dengan baik

c. Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial

d. With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa 2. Muskuloskletal a. Fraktur b. Dislokasi c. Keseleo (sprain) 3. Genito Urinaria

a. Infeksi saluran kemih b. Perdarahan per vagina c. Luka pada vagina/penis

d. Nyeri waktu mikasi

e. Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina & anus

4. Intergumen

a. Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)

b. Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi

c. Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan

d. Trauma yang tidak dijelaskan

e. Bengkak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan, lingkungan 2. Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah

berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua

3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan

(17)

4. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Resiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan,lingkungan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma pada anak

Intervensi :

1. Implementasikan upaya untuk mencegah penganiayaan, seperti :

- Laporkan hal-hal mencurigakan ke pihak berwenang - Bantu memindahkan anak dari lingkungan tidak aman dan

tempatkan ke dalam lingkungan yang aman

- Tetapkan upaya perlindungan bagi anak yang dirawat di rumah sakit sesuai indikasi untuk mencegah

berlanjutkannya penganiayaan di rumah sakit

2. Rujuk keluarga ke lembaga sosial untuk mendapat bantuan finansial, makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan untuk membantu mencegah pengabaian 3. Buat selalu catatan yang faktual dan objektif untuk

dokumentasi meliputi kondisi fisik anak, respons perilaku anak terhadap orang tua, orang lain dan lingkungan

4. Bekerja sama dalam upaya tim multidisiplin untuk mengevaluasi kemajuan anak secara berkelanjutan

5. Waspadai tanda-tanda berlangsungnya penganiayaan atau pengabaian

6. Bantu orang tu mengidentifikasi situasi yang mencetuskan tindakan penganiayaan dan cara alternatif untuk melepaskan kemarahan selain dengan menyerang anak

7. Rujuk ke penempatan alternatif jika diindikasikan untuk mencegah cidera atau pengabaian berkelanjutan

Diagnosa 2 : Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua

(18)

Tujuan : Pasien mengalami pengurangan atau peredaan ansietas dan stress

Intervensi :

5. Rencanakan aktivitas yang tepat untuk menarik perhatian dengan perawat, orang dewasa lain, dan anak lain ; gunakan permainan untuk membentuk hubungan

6. Puji kemampuan anak untuk meningkatkan harga diri

7. Perlakuakan anak sebagai orang yang memiliki masalah fisik khusus yang memerlukan hospitalisasi, bukan sebagai korban “ penganiayaan”

8. Hindari mengajukan terlalu banyak pertanyaan

9. Gunakan permainan, terutama aktivitas keluarga atau rumah boneka 10. Dorong anak membicarakan perasaannya terhadap orang tua dan

penenpatannya di masa depan untuk memfasilitsi koping

Diagnosa 3 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan

Tujuan : Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya

Intervensi :

1. Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak

2. Melakukan aktivitas (seperti, membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak untuk meningkatkan per-kembangan dari penurunan kemampuan kognitif psikomotor dan psikososial

3. Tentukan tahap perkembang-an anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan dan 1 tahun

4. Libatkan keterlambatan per- kembangan dan pertumbuhan yang normal

Diagnosa 4 : Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi

berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse

Tujuan : Mekanisme koping keluarga menjadi efektif Intervensi :

(19)

1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping pada keluarga, usia orang tua, anak ke berapa dalam keluarga, status sosial ekonomi terhadap perkembangan keluarga, adanya support system dan kejadian lainnya

2. Konsulkan pada pekerja sosial dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat mengenai problem keluarga, tawarkan terapi untuk individu atau keluarga

3. Dorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin menyebabkan perilaku

kekerasan.

4. Ajarkan orang tua tentang perkembangan & pertumbuhan anak sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan tehnik disiplin

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi sesuai dengan perencanaan E. EVALUASI

1. Anak terlindung dari cedera atau bahaya lebih lanjut 2. Trauma pada anak berkurang atau tidak ada

3. Ansietas dan stress pada anak dapat terkontrol atau berkurang 4. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif

5. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya

6. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang 7. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif

(20)

BAB IV KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak Klasifikasi child abuse terdiri dari : dalam keluarga ( penganiayaan fisik , penelantaran anak/kelalaian, penganiayaan emosional , penganiayaan seksual. Di luar rumah (dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang).

Faktor penyebab yaitu kekerasan fisik maupun kekerasan psikis. Manifestasi klinis dari child abuse adalah cidera kulit , kerontokan rambut traumatik , jatuh, cidera eksternal pada kepala , muka dan mulut , cidera termal disengaja atau diketahu penyebabnya, sindroma bayi terguncang dan fraktur dan dislokasi yang tidak dapat dijelaskan.

Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Prioritas utama dalam perawatan anak yang teraniaya adalah resusitasi dan stabilisasi seperlunya sesuai dengan cedera yang dialami.

Diagnosa keperawatan pada anak dengan child abuse diantaranya : 1. Risiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan, lingkungan

(21)

2. Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua

3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan

4. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse

B. SARAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak 1. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan.

DAFTAR PUSTAKA

Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC

Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. . Jakarta : FKUI

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.2. Jakarta : Salemba Medika

(22)

TUGAS

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN CHILD ABUSE

KELOMPOK 1 :

1. Achmad Damyati 133110191

2. Afrilita Putri Yuza 133110192

3. Angelia Yolanda 133110193

4. Ayu Andira 133110194

5. Dayu Desriani 133110195

(23)

KELAS II A

PRODI DIII Keperawatan Padang

POLTEKKES KEMENKES PADANG

Gambar

Tabel 1. Indikator fisik dan perilaku pada penganiayaan anak (Child Abuse)

Referensi

Dokumen terkait

Dokter gigi berada pada posisi strategis untuk mengenali dan melaporkan anak- anak yang mengalami child abuse karena dokter gigi sering melihat interaksi anak dengan

Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk/tindakan perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran, eksploitasi

Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual..

Maraknya berbagai kasus child abuse memperlihatkan seakan tidak ada lagi lingkungan yang benar-benar aman bagi anak. Bahkan lebih dari separuh kekerasan pada

Perlakuan tindakan kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang dewasa, yang seharusnya menjaga dan melindungi keamanan dan kesejahteraanya disebut child

Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan child abuse ditandai dengan tingkah laku destruktif terhadap orang lain. Hasil yang

• Sexual Abuse, ketika anak diikut sertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua • Neglect, kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi • Emotional Abuse,

A.DEFINISI 1.Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi David Gill, 1973 2.Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,