ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANAK KEBUTUHAN KHUSUS
KELOMPOK 5 TIANA
SITI RAUDAH
JUAIBAH ASLAMIAH
PUTRI ANATASYA
SUJUD FADILLAH
RETARDASI MENTAL
DEFINISI
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya
retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat 2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal 5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
Penyebab pranatal
•
1)Gangguan metabolisme
•
2)Kelainan Kromosom
•
3)Infeksi maternal selama kehamilan
•
4)Komplikasi kehamilan
Penyebab perinatal
•
1)Prematuritas
•
2)Asfiksia (Bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur).
•
3)Kernikterus
•
4)Hipoglikemia: menurunnya kadar
gula dalam darah.
GEJALA RETARDASI MENTAL
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu:
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital 5. Serum asam urat (Uric acid serum) 6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
PENGKAJIAN
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
a. Lakukan pengkajian fisik.
b. Lakukan pengkajian perkembangan.
PENGKAJIAN
5. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
6. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
7. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
8. Nutrisi tidak adekuat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif 4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik 6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk
mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
A. DEFINISI
Syndrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Saharso D, 2008).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore) (Rezki, 2010).
SYNDROM DOWN
B. ETIOLOGI
Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP (penglihatan, pendengaran) dan kecerdasan yang terbatas.
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom 1. Genetik
2. Radiasi
3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu 5. Umur Ibu
6. Umur ayah
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Beberapa Bentuk kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :
1. Kelemahan otot dan hipotonia 2. Bercak brushfield pada mata 3. Mulut terbuka dan lidah terjulur
4. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata s sebelah dalam 5. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
6. Jarak pupil yang lebar 7. Oksiput yang datar
8. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar 9. Bentuk/struktur telinga yang abnormal
10. Kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili 11. Mata sipit
D. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang muncul akibat dari Down Syndrome, antara lain :
1. Sakit jantung berlubang (mis: Defek septum atrium atau ventrikel, tetralogi fallot)
2. Mudah mendapat selesema, radang tenggorok, radang paru-paru 3. Kurang pendengaran
4. Lambat/bermasalah dalam berbicara 5. Penglihatan kurang jelas
6. Retardasi mental
7. Leukemia
G. PENCEGAHAN SINDROM DOWN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik,
karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan
Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-
aktifkan.
PENGKAJIAN
a. Lakukan pengkajian fisik.
b. Lakukan pengkajian perkembangan.
c. Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang diberkaitan dengan usia ibu atau anak lain dalam keluarga yang mengalami keadaan
serupa.
. Observasi adanya manifestasi sindrom down : 1). Karakteristik Fisik (paling sering terlihat) 2). Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
3). Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebral serong
(mata miring ke atas, ke luar)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipotonia,
peningkatan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernafasan.
2. Kerusakan menelan berhubungan dengan hipotonia, lidah besar, kerusakan kognitif.
3. Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotermia 4. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia,
hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita sindrom Down.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitif.
G. PENCEGAHAN SINDROM DOWN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik,
karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan
Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-
aktifkan.
A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme (paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri.
Beberapa pengartian autis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a). Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003)
b). Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association, 2000)
AUTISME
B. ETIOLOGI
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan sabun menjadi satu
deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan berlari-lari tentu arah.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak 6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena terdapat gangguan bahasa.
ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder)
A. Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural (Abraham Rudolph, 2014).
B. Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetik dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya patologi di area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi pada korteks otak.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal.
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan
perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua yang buruk.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yangmengakibatkan ketidakmampuan mengatus
perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan.
Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk
merespons situasi pada saat tertentu.Mereka benar-benar tidak bisa menunggu.
D. Manifestasi Klinis ADHD
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of mental adisorder (DSM IV), terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu :
Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Masalah tersebut antara lain:
Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang i. Perhatiannya mudah beralih j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun verbal.
Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang berbicara atau bermain) (Saputro,2009)
E. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas
konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
A.DEFINISI
1.Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973)
2.Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983)
3.Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap
anak
4.Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yangseharusnya
memelihara, menjaga, dan merawat mereka.
CHILD ABUSE
B.ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak
a).Fisik berbeda,yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik.
Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b).Mental berbeda,yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
c).Temperamen berbeda, Anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras.
2. Stress keluargaa
a).Kemiskinan dan pengangguran
b).Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai c).Perceraian
d).Anak yang tidak diharapkan
C.MANIFESTASI KLINIS
1.Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan.
2.Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit.
3.Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya
penganiayaan terhadap anak.
4.Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat
mengindikasikan adanya penganiayaan.
D.DAMPAK CHILD ABUSE
Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan
mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Hal ini dapat
terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban
penganiayaan dan kekerasan. Indikator yang perlu diperhatikan
akibat penganiayaan dan kekerasan pada anak
SUDAH ABIS TERIMAKASIH...
APA ADA YANG MAU
BERTANYAKK?