• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

Desa Purwasari merupakan desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Secara administratif, desa ini berbatasan dengan Desa Petir di sebelah Utara, Desa Sukajadi di sebelah selatan, Desa Situ Daun di sebelah Barat serta Desa Petir dan Sukajadi di sebelah Timur. Desa ini berada pada ketinggian 535 meter dpl dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun yang cocok sebagai daerah penanaman padi. Desa Purwasari memiliki suhu udara dengan kisaran 280 -300C. Desa Purwasari memiliki luas wilayah sebesar 211.016 Ha, topografi lahan datar dan bergelombang, dengan jenis tanah latosol dengan tingkat keasaman tanah (PH) berkisar antara 5,5-5,9 (Monografi Desa 2010). Sebagian besar lahan di Desa Purwasari diperuntukkan untuk sawah dan ladang seluas 158.181 hektar dengan perbandingannya yakni 99.382 Ha digunakan untuk irigasi teknis, 49.292 Ha untuk irigasi setengah teknis, dan 9.507 Ha untuk perladangan.

Padi merupakan komoditas utama yang diusahakan di Desa Purwasari. Produksi padi di Desa Purwasari merupakan yang terbesar di Kecamatan Darmaga. Produksinya mencapai 1.926,4 ton atau sebesar 23,93 persen dari total produksi padi di Kecamatan Darmaga yang menghasilkan 8.050 ton. Produktivitas Desa Purwasari juga merupakan yang terbesar di Kecamatan Darmaga, yaitu sebesar 6,4 ton/Ha. Selain padi, komoditas unggulan lainnya adalah tanaman palawija seperti ubi jalar dan ubi kayu, serta pembesararan ikan mas dan gurame.

Desa Purwasari terbagi dalam tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan tiga puluh RT. Jumlah penduduk Desa Purwasari sampai bulan Juli 2009 adalah 6.773 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.434 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 3.339 jiwa, serta jumlah kepala keluarga adalah 1.737 Kepala Keluarga (Monografi Desa 2010) . Sektor pertanian merupakan sektor utama di Desa Purwasari. Penduduk Desa Purwasari pada umumnya bekerja sebagai petani padi dan palawija. Selain sektor pertanian, ada berbagai macam lapangan pekerjaan yang diusahakan di Desa Purwasari. Struktur mata pencaharian Desa Purwasari menurut sektor pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

(2)

Tabel 6. Struktur Mata Pencaharian Desa Purwasari Menurut Sektor Tahun 2010

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah orang Persentase

1. Sektor pertanian (usahatani) 1.266 74,25

2. Sektor peternakan 10 0,58

3. Sektor perikanan 100 5,86

4. Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga

128 7,51

5. Sektor industri menengah dan besar 27 1,58

6. Sektor perdagangan 46 2,69

Jumlah 1.705 100

Sumber: Monografi Desa Purwasari 2010

5.2. Gambaran Umum Gapoktan Mekarsari

Sejarah berdirinya Gapoktan Mekarsari dimulai dari dibentuknya kelompok tani yang bernama Kelompok Tani Mekarsari. Kelompok Mekarsari ini didirikan oleh Bapak M. Anduy pada tanggal 11 Maret 1986 dan resmi dikukuhkan oleh Kepala Desa Purwasari pada saat itu yaitu Drs. H. Sarnata. Jumlah anggota Kelompok Tani Mekarsari ini pada awalnya berjumlah 85 orang. Kelompok ini merupakan kelompok bagi para petani padi. Akan tetapi ada juga beberapa petani yang mempunyai usaha sampingan seperti berdagang.

Sesuai dengan AD/ART Poktan Mekarsari, tujuan dibentuknya kelompok tani ini adalah :

1) Meningkatkan taraf hidup petani yang ada di Desa Purwasari, 2) Meningkatkan kemampuan para petani dalam melakukan usahatani,

3) Mengurangi ketergantungan para petani terhadap tengkulak dalam memperoleh tambahan modal,

4) Membantu para petani dalam pemasaran produk,

5) Meningkatkan produktivitas petani dalam usahatani yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan.

Pada tahun 1993, kelompok tani ini berubah menjadi kelompok tani pemula yang dikukuhkan oleh perangkat desa pada waktu itu. Jumlah anggota kelompok tani masih tidak mengalami perubahan. Akan tetapi kondisi kelompok tani tidak lagi seperti ketika kelompok tani ini dibentuk pertama kali. Terdapat

(3)

beberapa perubahan yang cukup signifikan, yakni adanya peningkatan kemampuan para anggota kelompok tani dalam melakukan kegiatan usahatani. Peningkatan ini disebabkan adanya beberapa program pelatihan yang diadakan pemerintah baik pusat maupun daerah bagi para anggota kelompok tani ini. Program tersebut antara lain :

1) Pelatihan penanaman padi dengan pola tanam yang baik dan benar. 2) Pelatihan pemilihan benih/bibit yang baik

3) Pelatihan cara pengolahan lahan yang baik 4) Pelatihan cara pemupukkan yang baik

5) Diadakannya sekolah lapang seperti : SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu), SRI (Sanitation of Rice Intensification), dan SLPHT ( Sekolah Lapang Pengamatan Hama Terpadu).

Kelompok tani Mekarsari telah melaksanakan SLPHT sebanyak tiga kali. SLPHT pertama diselenggarakan karena program nasional pada tahun 1991-1992. Pada tahun 1994, para petani mulai menanam padi non pestisida dan kemudian dilaksanakan kembali SLPHT pada tahun 1996-1997 dan ketiga kalinya adalah SLPHT tingkat lanjut pada tahun 1999 yang pelaksanaannya dibantu mahasiswa APP (Akademi Penyuluh Pertanian). Pada tahun 1995, Kelompok Tani Mekarsari berubah tingkatnya menjadi kelompok tani kelas lanjut yang dikukuhkan oleh perangkat kecamatan. Jumlah anggota mengalami peningkatan menjadi 88 orang. Maka pada tahun 1996 kelompok tani ini berubah menjadi kelompok tani kelas madya yang dikukuhkan oleh perangkat kabupaten. Akan tetapi disini kelompok tani Mekarsari belum menjadi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Pusat kegiatan dan pelatihan masih terpusat di Kelompok Tani Mekarsari. Kelompok tani yang lain masih dalam tahap proses belajar dari Kelompok Tani Mekarsari.

Menurut data Poktan, pada periode ini juga Kelompok Tani Mekarsari telah mampu berprestasi di tingkat kabupaten dan provinsi. Prestasi yang pernah diraih oleh Kelompok Tani Mekarsari yakni :

1) Tahun 1996/1997, Juara I lomba Intensifikasi Mina Padi (Inmindi) Tingkat Kabupaten Dati II Bogor (Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Bogor),

2) Tahun 1996/1997, Juara I Kelompok Tani Inmindi Tingkat Provinsi Dati I Jawa Barat,

(4)

3) Tahun 1997, Penghargaan kepada Kelompok Tani Mekar Sari sebagai pemenang Harapan I Lomba Kelompok Tani Inmindi Tingkat Nasional tahun 1997,

4) Tahun 1996/1997, Penghargaan Camat Darmaga kepada kelompok tani Mekar Sari dalam Lomba Inmindi,

5) Pada tanggal 28 Juli 1997, Penghargaan kepada M. Anduy sebagai Ketua Kelompok Tani Pemenang Terbaik Lomba Inmindi Tingkat Provinsi jawa Barat,

6) Pada tanggal 19 Januari 1998, Pemenang Harapan Pertama Perlombaan Inmindi Tingkat Nasional tahun 1997,

7) Pada tanggal 19 Januari 1998, memperoleh Penghargaan oleh Presiden RI Soeharto yang ditujukan kepada kelompok tani dalam program pemerintah Tingkatkan Peranan Kelompok Tani-Nelayan Dalam Pelaksanaan Intensifikasi Pertanian Berorientasi Agribisnis,

8) Pada tanggal 20 Januari 1998, Penghargaan kepada kelompok tani Mekar Sari sebagai Pemenang Harapan I Lomba Kelompok Tani Inmindi Tingkat Nasional tahun 1997 oleh Direktorat Jenderal Perikanan yang diserahkan melalui Bapak F.X. Murdjito,

9) Pada tanggal 17 Juli 1998, Pemenang Harapan I Lomba Inmindi Tingkat Nasional Tahun 1997/1998,

10) Pada tanggal 16 September 2001, Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2001 di Istana Negara Jakarta,

11) Pada tanggal 18-24 September 2001, Penghargaan atas partisipasi dan kerjasama dalam acara Forum Komunikasi Seminar Ilmiah Mahasiswa Perlindungan Tanaman Indonesia XV (FX SIMPATI XV) MUNAS dan MUKERNAS IX: Reposisi Peran dan Fungsi Perlindungan Tanaman dalam mendukung Keamanan dan Ketahanan Pangan yang Berbasiskan Pertanian Berkelanjutan Memasuki Era Pasar Bebas HIMASITA IPB,

12) Pada tanggal 9 Oktober 2001, Juara I Lomba Intensifikasi Khusus (Insus) Padi Tingkat Provinsi Tahun 2001 oleh Gubernur Jawa Barat,

(5)

13) Pada tanggal 16 November 2001, mewakili Provinsi Bogor mengikuti Perlombaan Insus Padi Tingkat Provinsi Tahun 2001 oleh Menteri Pertanian (Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec),

14) Pada tanggal 3 Juni 2002, Penghargaan kepada M. Anduy sebagai juara I Perlombaan Intensifikasi Pertanian Tingkat Provinsi Jawa Barat.

Pada tingkat madya ini, jumlah anggota kelompok tani Mekarsari meningkat menjadi 90 orang. Pada tahun 1997, kelompok tani Mekarsari berubah tingkatnya menjadi kelompok tani kelas utama yakni tingkat provinsi. Anggota kelompok tani ini tidak mengalami perubahan.

Pada tahun 2008, pemerintah membuat sebuah program dalam rangka meningkatkan taraf hidup petani melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini berupa pemberian bantuan modal yang akan dikelola oleh lembaga perdesaan yakni Gapoktan. Desa Purwasari menjadi salah satu desa penerima bantuan dana tersebut. Akan tetapi karena di desa ini belum memiliki Gapoktan, maka dibentuklah Gapoktan yang terdiri dari beberapa kelompok tani yang sudah ada dan sudah tergabung sebelumnya yakni Kelompok Tani Mekarsari, Kelompok Tani Hegarsari, Kelompok Tani Rawasari, dan Kelompok Tani Keramat Sari, serta Kelompok Tani Bakti tani. Kelima kelompok tani ini bergabung menjadi sebuah Gapoktan yang bernama Gapoktan Mekarsari. Gapoktan Mekar Sari ini resmi berdiri pada tanggal 3 Maret 2008. Perkembangan jumlah anggota kelompok tani dan anggotanya pada Gapoktan Mekarsari mengalami perubahan pada saat sebelum dan sesudah PUAP. Pada saat sebelum diadakannya PUAP di Desa Purwasari, anggota Gapoktan hanya sebanyak 32 orang. Akantetapi sesudah adanya proram PUAP, anggota Gapoktan bertambah menjadi 178 orang. Peningkatan anggota yang terjadi sebesar 456 persen. Perubahan yang sangat tinggi ini terjadi karena adanya program PUAP. Program PUAP ini menarik karena menawarkan bantuan modal bagi semua petani, baik perempuan maupun laki-laki. Perkembangan jumlah anggota Gapoktan Mekarsari sebelum dan sesudah adanya PUAP dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

(6)

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Mekar Sari Sebelum dan

Sesudah adanya PUAP Nama Kelompok

Tani

Jumlah anggota (orang)

Persentase Perubahan (%) Sebelum PUAP Sesudah PUAP

Mekarsari 20 53 165 Hegarsari 13 78 500 Rawasari 14 36 157 Keramatsari 1 1 0 Bakti Tani 2 11 450 Total 32 178 456

Gapoktan Mekarsari memiliki struktur kepengurusan baru setelah Gapoktan ini resmi dibentuk pada tahun 2008. Adapun struktur Kepengurusan pada Gapoktan Mekarsari adalah sebagai berikut :

a. Ketua : Suhanda

b. Sekretaris : Dindin

c. Bendahara : Suganda

d. Seksi – seksi

Seksi Tanaman dan Kehutanan : H. Andung

Seksi Peternakan : Abdul Hadi

Seksi Pengamatan Hama Terpadu : Inan Sarta

Seksi Usaha : Edi Basri

Seksi Mitra Cai : U. Juarsah

Seksi Wanita Tani : Euis Fatimah

Seksi Taruna Tani : Supriadi

5.3. Gambaran Umum Usahatani Petani Padi Penerima PUAP

Petani di Desa Mekarsari, baik penerima maupun non penerima PUAP memiliki bermacam-macam cara dalam melakukan usahatani padi. Desa Mekarsari sendiri memiliki tiga dusun yang terdiri dari Dusun Situ Uncal, Dusun Rawasari, dan Dusun Cisasah. Masing-masing dusun terkadang memiliki cara berbeda karena adanya perbedaan topografi dan kesuburan lahan. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan pola tanam dan penggunaan input. Proporsi

(7)

responden penerima PUAP meliputi Dusun Situ Uncal 12 orang, Dusun Rawasari 8 orang, dan Dusun Cisasah 5 orang.

5.3.1. Pesemaian

Proses ini meliputi penebaran benih pada sepetak lahan. Benih yang ditebar selanjutnya berkembang menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Varietas benih padi yang umum digunakan oleh petani Desa Purwasari adalah benih padi Ciherang. Perlakuan benih sebelum disebar di tempat persemaian adalah perendaman benih yang dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan persemaian. Benih dimasukkan ke dalam karung, kemudian direndam selama 48 jam, setelah itu diperam kembali di darat yaitu di tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari selama 48 jam.

Benih yang telah diperam tersebut kemudian disebar di lahan persemaian, baik itu di darat maupun di air (sawah). Lama waktu persemaian di darat dan di air memiliki perbedaan yaitu, lama waktu persemaian benih padi di darat lebih lama dibandingkan dengan lama waktu persemaian di darat. Lama waktu persemaian benih di air sekitar 20-25 hari, sedangkan di darat sekitar 17-22 hari. Penggunaan benih pada petani penerima PUAP mencapai 36,04 kg per Ha atau di atas rata-rata dari yang dianjurkan sebesar 25 kg per Ha.. Hal ini terjadi karena pada umumnya petani penerima PUAP membeli benih padi yang lebih murah di Gapoktan. Petani juga cenderung menebar benih lebih banyak agar benih tersebut tidak dimakan burung. Biasanya untuk beberapa petani kecil di Desa Mekarsari, dengan luas lahan kurang dari satu Ha pesemaian dilakukan secara bersamaan.

5.3.2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan petani responden penerima PUAP bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu untuk menstabilkan kondisi tanah yakni memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal (Purwono & Purnamawati 2007). Proses pengolahan tanah biasanya dilakukan antara 25-30 hari sebelum masa tanam, yaitu sambil menunggu benih yang disemai. Kegiatan pengolahan tanah meliputi

(8)

(1) penguatan dan perbaikan pematang, (2) pengolahan tanah, (3) perataan tanah dan pembersihan di sekitar pematang, serta (4) pembuatan garis tanaman. Pada proses pengolahan tanah, biasanya memerlukan HOK yang relatif besar. Namun untuk sebagian besar petani penerima PUAP, pengolahan tanah tidak memerlukan HOK sebesar non penerima PUAP. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden bertempat tinggal di Dusun Situ Uncal, dimana tekstur tanah di dusun ini memang tidak terlalu keras seperti di Dusun Cisasah maupun Rawasari.

5.3.3. Penanaman

Penanaman bibit yang dilakukan oleh petani responden penerima PUAP di Desa Purwasari pada umunya masih secara konvensional dimana jarak tanam antar bibit relatif dekat. Selain itu jumlah bibit per rumpun yang ditanam masih banyak yaitu berkisar 3-5 bibit per rumpun. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran merebaknya keong mas sehingga apabila bibit yang ditanam sedikit akan habis dimakan keong. Penanaman atau nandur biasa dilakukan oleh tenaga kerja wanita baik dari dalam maupun luar keluarga.

5.3.4. Penyiangan dan Penyulaman

Penyiangan dan penyulaman bertujuan untuk mencabut gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan padi, menghindari serangan hama/penyakit, membuang tanaman padi yang dapat menyiangi penyerapan unsur hara, dan menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan (ngarambet) pada umumnya dilakukan dua kali. Sebagian besar petani penerima PUAP memiliki lahan yang lebih tahan dari serangan gulma, sehingga rata-rata per luasan lahannya hanya menggunakan 14,864 HOK atau lebih rendah dari non penerima PUAP yang memang rentan dari serangan gulma sehingga memerlukan lebih banyak jumlah tenaga kerja.

Penyiangan dan penyulaman pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Akan tetapi, apabila dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga, penyiangan dan penyulaman juga dilakukan oleh pria.

5.3.5. Pemupukan

(9)

hari setelah penanaman. Pupuk yang digunakan petani responden penerima PUAP sebagian besar merupakan pupuk anorganik, yaitu pupuk Urea, TSP, KCl, dan Phonska. Anjuran penggunaan pupuk Urea, TSP, KCL, dan Phonska masing-masing per Ha adalah 200 kg, 75 – 100 kg, 75 – 100 kg, dan 300 kg, sedangkan penggunaannya pada petani padi penerima PUAP adalah pupuk Urea per Ha mencapai 228,952 kg, pupuk TS 106,027 kg, pupuk KCl 17,197 kg, dan pupuk Phonska 59,069 kg. Responden penerima PUAP juga sudah mulai menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden penerima PUAP sudah mulai beralih pada sistem pertanian semi organik. Anjuran penggunaan pupuk kandang adalah 2000 – 5000 kg, sedangkan penggunaan pupuk organik per Ha mecapai 336,474 kg.

5.3.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Aktivitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan penyemprotan yang dilakukan petani responden disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian. Obat cair yang umum digunakan oleh petani responden adalah decis dan matador. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Biasanya penyemprotan dilakukan 1 – 3 kali dalam satu musim. Pada sebagian besar responden penerima PUAP terutama yang sudah mulai beralih pada sistem pertanian semi organik, penyemprotan dengan bahan-bahan kimia sudah dikurangi atau tidak lagi digunakan.

5.3.7. Pemanenan

Tahapan panen dilakukan ketika padi sudah berumur sekitar 100-120 hari. Kegiatan pemanenan ini terdiri dari kegiatan mengarit, ngagebot atau merontokkan padi dari pohonnya, penjemuran atau pengeringan gabah, dan pengangkutan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan ini cukup besar. Tenaga kerja yang digunakan bisa dari dalam dan luar keluarga. Jika dari dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga diturunkan langsung. Biasanya pemanenan membutuhkan waktu antara satu hingga dua hari. Sebagian besar petani penerima PUAP merupakan petani yang memiliki produktivitas kerja yang cukup tinggi, sehingga jumlah HOK yang digunakan lebih sedikit dibandingkan

(10)

dengan non penerima PUAP. Hal ini terjadi karena faktor usia dimana petani penerima banyak yang berada pada usia produktif.

5.4. Gambaran Umum Usahatani Petani Padi Non Penerima PUAP

Seperti yang telah disebutkan, petani di Desa Mekarsari, baik penerima maupun non penerima PUAP memiliki bermacam-macam cara dalam melakukan usahatani padi. Desa Mekarsari sendiri memiliki tiga dusun yang terdiri dari Dusun Situ Uncal, Dusun Rawasari, dan Dusun Cisasah. Sebagian besar responden non penerima PUAP berada di daerah ini. Proporsi responden penerima PUAP meliputi Dusun Situ Uncal 5 orang, Dusun Rawasari 8 orang, dan Dusun Cisasah 12 orang.

5.4.1. Pesemaian

Proses ini meliputi penebaran benih pada sepetak lahan. Benih yang ditebar selanjutnya berkembang menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Varietas benih padi yang umum digunakan oleh petani Desa Purwasari adalah benih padi Ciherang. Perlakuan benih sebelum disebar di tempat persemaian adalah perendaman benih yang dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan persemaian. Benih dimasukkan ke dalam karung, kemudian direndam selama 48 jam, setelah itu diperam kembali di darat yaitu di tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari selama 48 jam.

Benih yang telah diperam tersebut kemudian disebar di lahan persemaian, baik itu di darat maupun di air (sawah). Lama waktu persemaian di darat dan di air memiliki perbedaan yaitu, lama waktu persemaian benih padi di darat lebih lama dibandingkan dengan lama waktu persemaian di darat. Lama waktu persemaian benih di air sekitar 20-25 hari, sedangkan di darat sekitar 17-22 hari. Responden non penerima PUAP rata-rata per Ha menggunakan benih sebanyak 26,087 kg per Ha. Penggunaan benih pada responden non penerima PUAP jauh lebih sedikit dibandingkan penerima PUAP. Hal ini terjadi karena harga benih yang lebih mahal terkait banyak responden non penerima PUAP yang jauh dari Dusun Situ Uncal yang merupakan tempat Gapoktan menjual benih murah. Akan tetapi penggunaan benih yang lebih mahal lebih meyakinkan karena kualitasnya

(11)

yang lebih baik. Biasanya untuk beberapa petani kecil di Desa Mekarsari, dengan luas lahan kurang dari satu Ha pesemaian dilakukan secara bersamaan.

5.4.2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan petani responden bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu untuk menstabilkan kondisi tanah yakni memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal (Purwono & Purnamawati 2007). Proses pengolahan tanah biasanya dilakukan antara 25-30 hari sebelum masa tanam, yaitu sambil menunggu benih yang disemai. Kegiatan pengolahan tanah meliputi (1) penguatan dan perbaikan pematang, (2) pengolahan tanah, (3) perataan tanah dan pembersihan di sekitar pematang, serta (4) pembuatan garis tanaman. Pada proses pengolahan tanah, petani non penerima PUAP memerlukan HOK yang relatif besar dibandingkan responden penerima PUAP. Hal ini terjadi karena responden non penerima PUAP banyak yang menanam di daerah-daerah di sekitar Dusun Rawasari dan Dusun Cisasah. Kedua dusun ini pada umumnya lebih sulit untuk keras dan sulit diolah dibandingkan dengan Dusun Situ Uncal.

5.4.3. Penanaman

Penanaman bibit yang dilakukan oleh petani responden di Desa Purwasari pada umunya masih secara konvensional dimana jarak tanam antar bibit relatif dekat. Selain itu jumlah bibit per rumpun yang ditanam masih banyak yaitu berkisar 3-5 bibit per rumpun. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran merebaknya keong mas sehingga apabila bibit yang ditanam sedikit akan habis dimakan keong. Penanaman atau nandur biasa dilakukan oleh tenaga kerja wanita baik dari dalam maupun luar keluarga.

5.4.4. Penyiangan dan Penyulaman

Penyiangan dan penyulaman bertujuan untuk mencabut gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan padi, menghindari serangan hama/penyakit, membuang tanaman padi yang dapat menyiangi penyerapan unsur hara, dan menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan (ngarambet) pada

(12)

menanam padi di Dusun Rawasari dan Dusun Cisasah, pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan relatif lebih cepat, sehingga biasanya memerlukan jumlah HOK yang lebih banyak.

Penyiangan dan penyulaman pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Akan tetapi, apabila dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga, penyiangan dan penyulaman juga dilakukan oleh pria.

5.4.5. Pemupukan

Pemupukan pada umumnya dilakukan 2 hingga 3 kali untuk setiap musim tanam yaitu pada saat pengolahan lahan, sekitar 7-14 hari penanaman dan 40-50 hari setelah penanaman. Pupuk yang digunakan petani responden sebagian besar merupakan pupuk anorganik, yaitu pupuk Urea, TSP, KCl, dan Phonska. Anjuran penggunaan pupuk Urea, TSP, KCL, dan Phonska per Ha masing-masing adalah 200 kg, 75 – 100 kg, 75 – 100 kg, dan 300 kg, sedangkan penggunaannya pada petani padi non penerima PUAP adalah pupuk Urea per Ha mencapai 308,924 kg, pupuk TS 210,526 kg, pupuk KCl 11,441 kg, dan pupuk Phonska 82,685 kg Pada responden non penerima PUAP, jarang yang menggunakan pupuk organik. Hanya beberapa orang petani saja yang menggunakan pupuk organik. Sebagian dari petani menuturkan alasan mengapa tidak menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar adalah dengan penggunaan pupuk kandang maka akan menambah biaya sedangkan hasil panen yang diperoleh tidak akan jauh berbeda.

5.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Aktivitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan penyemprotan yang dilakukan petani responden disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian. Obat cair yang umum digunakan oleh petani responden adalah decis dan matador. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Biasanya penyemprotan dilakukan 1 – 3 kali dalam satu musim. Bagi sebagian besar responden non penerima padi yang menanam padi pada Dusun Cisasau dan Dusun Rawasari yang relatif lebih sering diserang hama dan penyakit, upaya pemberantasan OPT seperti penyemprotan obat-obatan lebih sering dilakukan. Sebagian besar petani bahkan menggunakan obat-obatan pemberantas hama di atas batas yang dianjurkan yaitu

(13)

sebanyak 408,543 ml per Ha. Untuk sayuran sendiri, penggunaan obat-obatan yang dianjurkan sebesar 200 ml per Ha. Pada tanaman padi, penggunaan merek obat-obatan yang disebutkan di atas sebenarnya sudah tidak diperbolehkan lagi karena dapat merusak tanaman.

5.4.7. Pemanenan

Tahapan panen dilakukan ketika padi sudah berumur sekitar 100-120 hari. Kegiatan pemanenan ini terdiri dari kegiatan mengarit, ngagebot atau merontokkan padi dari pohonnya, penjemuran atau pengeringan gabah, dan pengangkutan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan ini relatif besar, sehingga HOK yang digunakan juga besar. Tenaga kerja yang digunakan bisa dari dalam dan luar keluarga. Jika dari dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga diturunkan langsung. Biasanya pemanenan membutuhkan waktu antara satu hingga dua hari. Petani non penerima PUAP lebih banyak menggunakan tenaga kerja karena petani non penerima PUAP banyak yang usianya sudah tidak produktif lagi, sehingga memerlukan TKLK lebih banyak.

5.5. Karakteristik Responden Petani Padi Penerima dan Non Penerima PUAP di Desa Mekarsari

5.5.1. Usia Petani Responden

Berdasarkan kriteria usia, petani responden penerima BLM-PUAP yang berusahatani padi dibagi menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 0 sampai 25 tahun, kemudian dari umur 26 tahun sampai 50 tahun dan dari 51 tahhun sampai umur 75 tahun. Sebaran petani responden penerima dan non penerima PUAP dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Petani Responden Penerima dan Non Penerima PUAP

Berdasarkan Kelompok Usia

Golongan Umur (Tahun) Persentase (%)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

0-25 4 4

26-50 76 56

51-75 20 40

(14)

Dari kedua jenis kelompok responden ini, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Purwasari merupakan petani padi yang tegolong dalam usia yang produktif, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk yang berusia lanjut melakukan usahatani padi ini. Akan tetapi apabila dibandingkan, kelompok penerima PUAP lebih banyak yang berusia produktif dibandingkan dengan non penerima. Petani non penerima PUAP lebih banyak yang melakukan usahatani pada usia di atas produktif, yaitu pada rentang usia 51-75 tahun dibandingkan non penerima PUAP. Jika dilihat dari tenaga kerja, maka wajar jika lebih banyak petani non penerima PUAP menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) karena rentang usia ini, produktivitas tenaga kerja sudah mulai menurun, sehingga para petani responden ini banyak memilih untuk menggunakan TKLK.

5.5.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani pada umunya. Tingkat pendidikan dari sebagian besar petani responden adalah sekolah dasar. Gambaran tingkat pendidikan petani penerima dan non penerima PUAP dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Responden Petani Responden Penerima dan Non Penerima

PUAP Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Persentase (%)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

SD 68 68

SMP 16 20

SMA 16 12

Total 100 100

Dari Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Mekarsari sebagian besar atau sekitar 68 persen merupakan responden yang hanya mengenyam pendidikan SD. Namun apabila dibandingkan, responden penerima PUAP lebih banyak yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, seperti SLTA dibandingkan non penerima PUAP.

(15)

5.5.3. Status Kepemilikan

Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden, baik penerima maupun non penerima sebagian besar merupakan lahan milik pribadi yang kemudian digarap sendiri ataupun menggunakan sistem ngepak dengan perbandingan 4:1. Jumlah petani responden penerima dan non penerima PUAP berdasarkan kriteria status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Penerima dan Non Penerima PUAP

Berdasarkan Kriteria Status Kepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Persentase (%)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

Pemilik penggarap 88 100

Penyewa 8 0

Penyakap/bagi hasil 4 0

Total 100 100

Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani responden merupakan pemilik sekaligus penggarap lahan. Status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada analisis pendapatan usahatani, dimana akan terdapat perbedaan antara pengklasifikasian biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Dapat dipastikan bahwa pada petani non penerima PUAP, 100 persen biaya sewa lahan akan masuk pada biaya diperhitungkan. Lain halnya dengan responden penerima PUAP dimana biaya sewa lahan akan dimasukkan pada biaya tunai maupun biaya diperhitungkan sesuai dengan proporsi kepemilikan lahan.

5.5.4. Luas Lahan

Berdasarkan luas lahan, petani responden dibagi menjadi dua kategori, yaitu < 0,5 Ha dan 0,5 – 1 Ha. Jumlah petani responden penerima dan non penerima PUAP berdasarkan kriteria luas lahan dapat dilihat pada Tabel 11.

(16)

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Penerima dan Non Penerima PUAP

Berdasarkan Kriteria Luas Lahan

Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

< 0,5 72 88

0,5 – 1 28 12

Total 100 100

Dari Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa responden petani penerima PUAP lebih banyak yang memiliki lahan antara 0,5 hingga 1 Ha (rata-rata 0,25 Ha). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar responden, baik penerima maupun non penerima PUAP memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden merupakan kategori petani yang memiliki skala usaha yang rendah.

5.5.5. Pengalaman Berusaha Petani Responden

Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani responden dapat mempengaruhi terhadap kemampuan petani dalam mengetahui dan menguasai teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Pengalaman berusahatani petani responden penerima dan non penerima PUAP dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Petani Responden Penerima dan Non Penerima PUAP

Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani Lama Pengalaman

Bertani (Tahun)

Persentase (%)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

≤ 10 12 12

11-20 40 28

21-30 16 28

>30 32 28

(17)

Dari Tabel 12, dapat disimpulkan bahwa petani responden di Desa Mekarsari sebagian besar memiliki pengalaman di atas 10 tahun pada usahatani padi. Rata-rata petani di Desa Purwasari menggunakan pengalaman mereka untuk menggunakan input produksi mereka, seperti pada penggunaan pupuk, benih, maupun pestisida. Tak heran jika penggunaan input-input tersebut tidak sesuai dengan dosis yang yang dianjurkan. Walaupun tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, tetapi produksi mereka cukup tinggi.

Gambar

Tabel 6.  Struktur Mata Pencaharian Desa Purwasari Menurut Sektor Tahun 2010 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah orang Persentase

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karunia, anugerah dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Dalam rangka mewujudkan smart governance untuk mendukung lahirnya smart nation, Polri yang merupakan bagian dari birokrasi pemerintahan dalam pelaksanaan tugasnya harus

Pada gambar 9 diatas menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel sehingga hasil pengujian terhadap nilai B baik untuk kepiting bakau jantan maupun betina

Temuan dalam penelitian ini baik dari data yang diperoleh peneliti maupun dari wawancara serta observasi, Kekuasaan pemilik modal Radar Banten memberikan

Pada penelitian ini terdapat hubungan bermakna antara derajat sesak napas dan skor CAT ditunjukkan dengan semakin tinggi skor mMRC dan semakin banyak gejala maka nilai D

…..Apabila kamu telah selesai bertasyahhud akhir maka… (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah)Agar tidak menyalahi riwayat hadits Rasul

Dalam tahap ini juga dikembangkan BMB3 (berfikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab). Tujuan bimbingan ini adalah setelah diberikan layanan

Pemetaan sebaran nilai percepatan tanah maksimum menunjukkan bahwa wilayah bagian utara Kabupaten Minahasa Utara merupakan daerah yang relatif lebih rawan terhadap