• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Laporan KP PT.DIrgantara Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Draft Laporan KP PT.DIrgantara Indonesia"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

M Rezky Aditya1 dan Ir. Arief Sudradjat, MIS.,Ph.D.2 Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganeca no.10 bandung 40132

1mrezky_aditya@yahoo.co.id dan 2arief.sudradjat@yahoo.com

ABSTRAK

PT. Dirgantara Indonesia adalah perusahaan yang kegiatannya bergerak di bidang industri penerbangan. Perusahaan ini terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu manufaktur dan desain pesawat terbang, pembuatan onderdil pesawat, jasa perawatan pesawat terbang, dan pembuatan alat-alat pertahanan. Proses-proses produksi tersebut tentunya membutuhkan air bersih . Selain untuk proses produksi, air bersih ini juga diperlukan untuk kegiatan kerja sehari-hari. PT. Dirgantara Indonesia menggunakan pasokan air bersih dari instalasi pengolahan air dan juga sumur bor. Instalasi air bersih tersebut memiliki kapasitas produksi air 15 liter/detik. Sedangkan sumur bor nya memiliki kapasitas produksi air 1,5 liter/detik. Sumber air baku Instalasinya berasal dari Sungai Cibeureum. Untuk mengolah air tersebut menjadi air bersih yang layak digunakan dan kondisinya sesuai untuk proses produksi dibutuhkan suatu sistem pengolahan dan pendistribusian air yang baik mulai dari intake hingga reservoir dan air tersebut siap untuk didistribusikan.

Kata Kunci: PT. Dirgantara Indonesia, Instalasi Pengolahan Air, Sumur Bor, dan Proses Produksi

ABSTRACT

Indonesian Aerospace Company is a company which activities are engaged in the aviation industry. The company consists of four main activities, namely manufacturing and design of aircraft, aircraft parts manufacturing, aircraft maintenance services, and manufacture of defense equipment. Production processes are surely need clean water. Other than for production processes, the water is also needed for daily work activities. Indonesian Aerospace Company use the water supply from the water treatment plant and from artesian well. The Water Treatment Plant’s water production capacity is 15 litre/second. While the artesian well’s is 1,5 liter/second. The Instalation’s Raw Water supply is came from Cibeureum River. To treat water into a water that fit for use and also fit for production processes use it is needed a treatment system and a good water distribution from the intake to reservoir and then the water is ready to distribute.

Key Word: Indonesian Aerospace Company, Water Treatment Plant, Artesian Well , amd Processes Production

(2)

ii

1.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR TABEL... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.3 Ruang Lingkup ... 3 1.4 Metodologi ... 3

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 3

1.6 Sistematika Laporan Kerja Praktik ... 4

BAB II GAMBARAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA ... 6

2.1 Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia ... 6

2.2 Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia ... 7

2.3 Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia ... 9

2.4 Proses Produksi Pesawat Terbang ... 9

2.5 Satuan Usaha dan Kerja Sama Internasional ... 12

2.5.1 Satuan Usaha ... 12

2.5.2 Kerja Sama Internasional ... 14

2.6 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia ... 15

2.7 Unit dan Komposisi Pekerja ... 24

BAB III KONDISI EKSISTING ... 26

3.1 Umum ... 26

3.2 Intake ... 28

3.3 Bak Prasedimentasi ... 29

3.4 Pompa Air Baku ... 30

3.5 Dosing Pump ... 30

3.6 Sedimentasi ... 32

3.7 Continuous Sand Filter ... 33

(3)

iii

3.9 Proses Produksi ... 35

3.10 Sumur Air Bawah Tanah (Deep Well) ... 36

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ... 37

4.1 Umum ... 37

4.2 Air Baku ... 37

4.3 Metoda Pengambilan Air Tanah ... 40

4.3.1 Sumur dangkal (shallow well) ... 40

4.3.2 Sumur dalam (deep well) ... 41

4.4 Air Industri ... 42

4.4.1 Hard Water ... 42

4.4.2 Soft water ... 42

4.5 Bangunan Penangkap Air ... 43

4.5.1 Penyaringan ... 44

4.5.2 Pintu air ... 45

4.5.3 Saluran transmisi... 45

4.5.4 Bak pengumpul ... 45

4.6 Bak Pengendap Pertama ... 45

4.7 Koagulasi ... 46

4.8 Sedimentasi ... 50

4.9 Filtrasi ... 56

4.10 Desinfeksi ... 59

4.11 Reservoir ... 61

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 64

5.1 Pembahasan Unit Instalasi ... 64

5.1.1 Sumber Air Baku ... 64

5.1.2 Intake ... 64

5.1.3 Prasedimentasi ... 65

5.1.4 Pompa Air Baku ... 65

5.1.5 Dosing Pump ... 66

5.1.6 Sedimentasi ... 68

5.1.7 Filtrasi ... 69

(4)

iv

5.2 Sumur Air Bawah Tanah ... 70

5.3 Kualitas Air Bersih ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

(5)

v

2.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT. Dirgantara Indonesia ... 7

Gambar 2.2 Skema Proses Produksi Pesawat Terbang ... 11

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia ... 15

Gambar 3.1 Skema Water Treatment Plant di PT. Dirgantara Indonesia ... 26

Gambar 3.2 Sistem Hydrant ... 27

Gambar 3.3 Pintu Intake... 28

Gambar 3.5 Barscreen di Intake ... 29

Gambar 3.4 Barscreen sebelum bak Prasedimentasi ... 29

Gambar 3.6 Bak Prasedimentasi ... 29

Gambar 3.7 Pipa Saluran ... 30

Gambar 3.8 Pompa Air Baku ... 30

Gambar 3.9 Pengadukan zat kimia, biru: Soda Ash dan kaporit, putih: PAC ... 31

Gambar 3.10 Pembubuhan larutan campuran soda ash dan kaporit pada Lamella Clarifier ... 31

Gambar 3.11 Lamella Clarifier ... 32

Gambar 3.12 Kelebihan debit air yang terbuang ... 33

Gambar 3.14 Continuous Sand Filter ... 33

Gambar 3.13 Sand Filter yang rusak... 33

Gambar 3.15 Sand filter yang masih berfungsi ... 34

Gambar 3.17 Ruang pompa di water reservoir tower ... 34

Gambar 3.16 Reservoir Tower ... 34

Gambar 3.18 Pipa dari sand filter menuju reservoir (paling kiri) ... 35

Gambar 3.19 Sumur ABT yang masih beroperasi ... 36

Gambar 4.1 Saluran Baffle ... 50

Gambar 4.2 Skema Plate Settler ... 53

Gambar 4.3 Kurva Sisa Klor ... 60

(6)

vi

3.

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Pekerja di PT. Dirgantara Indonesia ... 24

Tabel 2 Jenis Koagulan Alami... 47

Tabel 3 Tipe Sedimentasi ... 51

Tabel 4 Kriteria Desain unit Saringan Pasir Cepat ... 57

Tabel 5 Ukuran Efektif untuk jenis filter bertekanan ... 59

Tabel 6 Hasil Pengujian Kualitas Air Water Treatment Plant PT.DI per Mei 2012 ... 71

Tabel 7 Hasil Pengujian Kualitas Air Deep Well PT.DI per Mei 2012 ... 71

(7)

1

1.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, jumlah penduduk semakin bertambah banyak. Pertambahan jumlah penduduk ini menyebabkan permintaan akan kebutuhan pokok masyarakat menjadi meningkat. Salah satu kebutuhan pokok manusia yang semakin tinggi permintaannya ialah ketersediaan air bersih. Sementara itu, saat ini ketersediaan air bersih semakin berkurang seiring dengan menurunnya kualitas lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan air bersih yang mampu menyediakan air bersih berkualitas baik bagi masyarakat.

Air Bersih adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling krusial, dimana air bersih tersebut digunakan untuk mandi, mencuci dan lain-lain. Selain dibutuhkan oleh individu, air bersih juga dibutuhkan oleh perusahaan , salah satunya oleh perusahaan manufaktur. Selain untuk memenuhi kebutuhan para pekerjanya, air bersih juga diperlukan untuk proses produksinya.

PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) merupakan sebuah perusahaan di Indonesia yang memiliki empat kegiatan utama, yaitu manufaktur dan desain pesawat terbang, pembuatan onderdil pesawat, jasa perawatan pesawat terbang, dan pembuatan alat-alat pertahanan. Semua kegiatan tersebut tentunya memerlukan air bersih. Selain untuk kegiatan produksi, tentunya air bersih juga digunakan untuk menunjang kegiatan para karyawan (seperti halnya kegiatan rumah tangga).

PT. Dirgantara Indonesia (dulu IPTN) pada awalnya masih menggunakan pasokan air bersih untuk keperluan produksi dan sosial serta keperluan lainnya dari PDAM. Namun sejak tahun 1988, IPTN telah membangun Water Treatment Plant

(8)

2 (WTP) untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Hingga kini WTP tersebut masih dioperasikan sebagai pasokan air bersih untuk berbagai keperluan.

Sumber air baku WTP ini berasal dari sungai Cibeureum, yang merupakan anak sungai dari sungai Citarum. Sungai Cibeureum ini mengandung banyak pencemar terutama dari limbah rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh banyaknya rumah-rumah penduduk di pinggir sungai tersebut, ditambah lagi dengan masyarakat yang masih sering membuang sampahnya sembarangan ke dalam sungai , dan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang masih belum baik sehingga limbah seperti deterjen masih banyak yang terbuang ke dalam sungai dan ikut larut dengan air sungai tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan Instalasi pengolahan air minum yang didesain untuk menghasilkan air yang layak untuk dikonsumsi masyarakat bagaimanapun kondisi cuaca dan lingkungannya. Sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan dan pendistribusian air yang baik mulai pada saat intake hingga air tersebut siap untuk didistribusikan ke seluruh bagian perusahaan baik untuk keperluan manufaktur ataupun untuk keperluan rumah tangga.

Selain dari air Sungai Cibeureum, PT.DI juga memiliki pasokan air bersih yang berasal dari beberapa sumur. Namun karena suatu dan lain hal, saat ini hanya satu sumur yang masih aktif . Dikarenakan hal – hal yang sudah disebutkan diatas, pengolahan air bersih di PT.DI ini dipilih sebagai tempat pelaksaan kerja praktik dengan tema Evaluasi Water Treatment Plant.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik di PT. DI Bandung adalah:

- Mengetahui detail proses intake air baku dari sumber menuju unit – unit pengolahan di WTP PT.DI

(9)

3 - Mengetahui detail dari proses pengolahan yang terjadi pada unit – unit

pengolahan yang terdapat pada WTP PT.DI

- Mengevaluasi desain dari setiap unit dan mengamati kondisi eksisting di lokasi kerja praktik apakah sudah sesuai dengan kriteria desain.

- Memastikan apakah di WTP ini sudah dilaksanakan produksi bersih.

1.3 Ruang Lingkup

Penelitian lebih difokuskan pada evaluasi kinerja unit – unit pengolahan yang ada di Water Treatment Plant dan juga sumur bor yang ada di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung.

1.4 Metodologi

Metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi WTP di PT.DI antara lain:

- Studi Literatur

- Survei Pendahuluan dan Observasi Lingkungan - Pengumpulan Data primer dan sekunder

- Pengolahan Data dan Analisis - Saran perbaikan untuk Perusahaan

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kerja praktik sesuai dengan ketentuan kurikulum yang ada di Program Studi Teknik Lingkungan ITB adalah minimal 30 hari kerja. Adapun pelaksanaan kerja praktik di mulai pada tanggal 18 Juni 2010 sampai 31 Juli 2010 di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung. Pelaksanaan kerja praktik dilakukan oleh: Muhammad Rezky Aditya (15309090).

(10)

4 1.6 Sistematika Laporan Kerja Praktik

Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Menjelaskan tentang latar belakang, tujuan kerja praktik, ruang lingkup kerja praktik, metodologi, waktu dan tempat pelaksanaan, serta sistematika penulisan laporan kerja praktik.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Menjelaskan mengenai sejarah singkat, gambaran umum PT. Dirgantara Indonesia, proses produksi pesawat terbang, satuan usaha dan kerja sama internasional, visi dan misi, struktur, unit dan komposisi pekerja di PT. Dirgantara Indonesia

BAB III Kondisi Eksisting Lapangan

Menjelaskan secara umum mengenai gambaran lokasi kerja praktik meliputi kondisi unit – unit instalasi pengolahan yang terdapat di WTP PT.Dirgantara Indonesia, serta kegiatan operasi dan pemeliharaan Water Treatment Plant di PT.Dirgantara Indonesia.

BAB IV Tinjauan Pustaka

Menjelaskan teorema-teorema mengenai unit-unit pengolahan air bersih beserta sistem operasi dan perawatannya, yang dirangkum dari berbagai sumber (referensi)

BAB V Analisis dan Pembahasan

Berisikan pembahasan permasalahan di WTP, analisa unit-unitnya, analisa hasil produksi air, dan evaluasinya

(11)

5 BAB VI Penutup

Berisikan kesimpulan dan saran selama melakukan kerja praktik

DAFTAR PUSTAKA

(12)

6

2.

BAB II

GAMBARAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA

2.1 Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia

Secara umum, PT. Dirgantara Indonesia memiliki tiga masa sejarah utama, yaitu masa perintisan, masa pendirian, dan masa pengembangan. Berikut penjelasan tiga masa tersebut secara lebih rinci :

1. Masa Perintisan (Preparation)

Pada tahun 1976, didirikan LIPNUR (dirintis Nurtanio Pringgoadisuryo tahun 1953) dengan produk Gelatik (Wilga) lisensi Polandia dan pesawat latih ringan LT-200. Pada Januari 1974, persiapan pendirian industri pesawat terbang, dibentuk Divisi Advanced Technology Penerbangan Pertamina (ATTP). Selanjutnya pada September 1974, Divisi ATTP kerjasama lisensi dengan MBB-Jerman untuk memproduksi BO-105 dan CASA-Spanyol C-212.

2. Masa Pendirian (Established)

Pada 15 April 1976 dikeluarkan PP No.12 yang mengatur persiapan pendirian industri pesawat terbang gabungan-aset Divisi ATTP, Pertamina dengan aset Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio/LIPNUR, TNI-AU. Lalu pada 28 April 1976, berdasarkan Akte Notaris No.15, PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio didirikan. Selanjutnya pada 23 Agustus 1976, PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) diresmikan oleh presiden. Perusahaan ini didukung oleh 860 karyawan yang menerapkan konsep transformasi teknologi dan industri dengan filosofi “Bermula di akhir, berakhir di awal”.

(13)

7 3. Masa Pengembangan (Developed)

Pada tahun 1986, melalui Kepres RI No. 5 tahun 1986 dan RUPS luar biasa tanggal 8 April 1986, dilakukan perubahan nama PT. Nurtanio menjadi IPTN (PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara). Lalu pada 24 Agustus 2000, nama IPTN berubah lagi menjadi PT. Dirgantara Indonesia yang diresmikan oleh presiden

2.2 Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia

PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Perusahaan ini terletak di Jalan Pajajaran 154, Bandung, Indonesia. Logo PT. Dirgantara Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Logo PT. Dirgantara Indonesia (Sumber : Arsip PT.DI)

Diawali dengan membangun dasar penguasaan teknologi melalui lisensi, perusahaan industri yang berdiri pada 23 Agustus 1976 ini, memproduksi hellikoter dan pesawat terbang: NBO-105, Superpuma NAS-332, NC-212; dan tiga tahun kemudian mengintegrasikan teknologi, PT Dirgantara Indonesia bersama CASA merancang dan memproduksi CN-235.

Kemudian dalam rangka memantapkan kehadirannya dalam masyarakat industri kedirgantaraan dunia serta meningkatkan kemampuan sebagai industry pesawat terbang,

(14)

8 kerja sama internasional ditandatangani, antara lain dengan Boeing Company, menghasilkan komponen pesawat Boeing, dengan Bell Helicopter Textron, memproduksi NBELL-412.

Selanjutnya, dengan penguasaan teknologi serta keahlian yang terus berkembang, Dirgantara Indonesia merancang bangun N250, generasi pesawat penumpang subsonic dengan daya angkut 64-68 penumpang dengan fly by wire system. Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan pertama kalinya, pada tanggal 10 Agustus 1995, dan telah menjalani sekitar 600 jam uji terbang. Kemudian diteruskan dengan mengembangkan N2130 pesawat jet transonic dengan inovasi baru, dalam tahap preliminary design. Namun, kedua program tersebut terhenti adanya kendala pendanaan.

Pada tahun 1998, sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter pada tahun sebelumnya, industri ini mempersiapkan paradigma baru. Melalui paradigma ini, PT Dirgantara Indonesia lebih berorientasi bisnis dengan memanfaatkan teknologi yang telah diserap selama tiga windu, sebagai ujung tombak dalam menghasilkan produk dan jasa.

Kini, PT Dirgantara Indonesia telah berhasil sebagai industri manufaktur dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya bidang pesawat terbang, tetapi juga dalam bidang lain, seperti teknologi informasi, telekomunikasi, otomotif, maritime, militer, otomasi dan kontrol, minyak dan gas, turbin industri, teknologi simulasi, dan engineering services.

Pada awal tahun 2004, program restrukturisasi perusahaan yang mencakup reorientasi bisnis dan penataan ulang SDM digulirkan, postur karyawan menyusut dari 9670 menjadi sekitar 3500 orang dan Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya dari 18 menjadi 5 satuan uasaha yang meliputi:

- Aircraft - Aerostructure - Aircraft services - Defence

(15)

9 Dengan demikian diharapkan industri ini menjadi institusi bisnis yang adaptif dan efisien.

2.3 Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia

Visi perusahaan ini adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global dengan mengandalkan keunggulan biaya.

Misi perusahaan ini adalah menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi, dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer dan juga untuk aplikasi di luar industri dirgantara. Selain itu misi perusahaan ini adalah menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industry global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainnya.

2.4 Proses Produksi Pesawat Terbang

Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup;

1. Gudang penyimpanan material

Sebelum bahan baku (raw material) diproses menjadi komponen pesawat terbang, terlebih dahulu dilakukan inspeksi dan pengujian kualitas melalui beberapa cara seperti Destructive Inspection (DI) maupun Non-Destructive Inspection (NDI). Selanjutnya bahan baku tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan pusat sesuai dengan spesifikasinya.

Material pesawat terbang disebut Aluminum Durral atau Alluminium Alloyed, terdiri atas dua macam bentuk, yaitu Sheet Metal semacam lempengan atau plat

(16)

10 tipis dan Alluminium Blok, semacam balok-balok yang tebal (massive). Sedangkan material lainnya selain metal, disebut Composite Material yang terdiri dari bahan-bahan semacam fiberglass, carbon, kevlar, dan lain-lain.

2. Pre-cutting shop

Bahan baku yang sudah diinspeksi dikirim ke bagian pemotongan awal disertai jobcard yang tersedia. Proses ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain untuk menghemat bahan baku yang diproses, memudahkan prosedur pelaksanaan, dan memudahkan pengontrolan bahan. Bahan baku yang telah dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance lalu dikirim ke Detail Part Manufacturing untuk diperiksa lebih lanjut.

3. Detail Part Manufacturing

Proses ini terdiri dari beberapa bagian besar , seperti sheet metal shop, machining shop, serta composite dan bonding shop. Pembuatan komponen dilakukan dengan proses pemesinan dan hard atau manual forming. Bahan baku berupa sheet metal dibentuk di bagian sheet metal shop dengan menggunakan bantuan mesin berteknologi tinggi seperti strecth forming machine atau rubber press machine, atau cukup dengan hydraulic press bahkan manual forming. Bahan baku aluminium yang berupa blok tebal dipotong dan dibentuk dengan mesin-mesin yang menggunakan program komputer (TNC dan CNC Machines) agar lebih akurat dan cepat di machining shop, sedangkan komponen nonmetal lainnya dibuat di composite dan bonding shop.

4. Surface Treatment

Surface treatment adalah proses khusus dalam rangkaian pembuatan komponen yang menggunakan proses kimiawi, seperti chemical milling, galvanisasi, chromatitation, anodizing, dan lain-lain. Selain itu, agar komponen pesawat terbang lebih tahan terhadap korosi, di proses ini juga dilakukan proses oxidizing.

(17)

11 Preliminary painting adalah proses pengecatan dasar dari semua komponen yang sudah dibuat dan dibentuk, sebelum komponen tersebut dikirim ke bagian perakitan rotary wing atau fixed wing.

6. Rotary Wing

Perakitan helikopter (NAS-332/NBELL-412/NBO-105), termasuk pemasangan engine, sistem elektrik, sistem avionic, interior, dan sebagainya. Perakitan disesuaikan dengan misi dan fungsi pesawat, atau kebutuhan pesanan.

7. Fixed Wing

Perakitan pesawat bersayap tetap (CN-235/NC-212) termasuk pemasangan engine, sistem elektrik, sistem avionic, interior, dan sebagainya. Perakitan disesuaikan dengan misi dan fungsi pesawat, atau kebutuhan pesanan.

Pada gambar 2.2 dapat dilihat skema proses produksi pesawat terbang.

Gambar 2.2 Skema Proses Produksi Pesawat Terbang (Sumber : Arsip PT.DI)

Keterangan:

1. Gudang penyimpanan material atau bahan baku 2. Precutting shop (pemotongan awal)

3. Detail part manufacturing 4. Surface treatment

(18)

12 6. Hanggar perakitan rotary wing

7. Hanggar perakitan fixed wing

2.5 Satuan Usaha dan Kerja Sama Internasional

2.5.1 Satuan Usaha 1. Aircraft

Memproduksi beragam pesawat untuk memenuhi berbagai misi sipil, militer, dan juga misi khusus.

- NC-212

Pesawat berkapasitas 19-24 penumpang, dengan beragam versi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, serta mampu beroperasi pada landasan rumput, tanah, atau lainnya (unpave run way).

- CN-235

Pesawat angkut komuter serba guna dengan kapasitas 35-40 penumpang ini, dapat digunakan dalam berbagai misi, dapat lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek dan mampu beroperasi pada landasan rumput, tanah, es, atau lainnya (unpave run way).

- NBO-105

Helicopter multi guna ini mampu membawa 4 penumpang, sangat baik untuk berbagai macam misi, mepunyai kemampuan hovering dan maneuver dalam situasi penerbangan apapun.

- Superpuma NAS-332

Helicopter modern ini mampu membawa 17 penumpang yang dilengkapi dengan aplikasi multi misi yang aman dan nyaman.

- NBELL-412

Helicopter yang mampu mebawa 13 penumpang ini memiliki prioritas rancangan yang rendah resiko, keamanan yang tinggi, biaya perawatan dan biaya operasi yang rendah.

(19)

13 2. Aerostructure

Didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai kemampuan tinggi dalam manufaktur pesawat, dilengkapi pula dengan fasilitas manufaktur dengan kecepatan tinggi (high precision), seperti mesin-mesin canggih, bengkel sheet metal dan welding atau pengelasan, composite dan bonding center, jig dan tool shop, calibration, testing equipment dan quality inspection (peralatan test dan uji kualitas), pemeliharaan, dan sebagainya. Bisnis satuan usaha aerostructure meliputi:

- Pembuatan komponen aerostructure (machined parts, sub-assembly, dan assembly).

- Pengembangan rekayasa (engineering package) dan komponen aerostructure yang baru.

- Perancangan dan pembuatan alat-alat (tooling design dan manufacturing)

Memberikan program-program kontrak tambahan (subcontract programs) dan offset, untuk Boeing, Airbus Industries, BAe system, Korean Airlines Aerospace Division, Mitsubishi Heavy Industries, dan AC CTRM Malaysia.

3. Aircraft services

Dengan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun, Unit Usaha Aircraft Services menyediakan servis pemeliharaan pesawat dan helikopter berbagai jenis, yang meliputi penyediaan suku cadang, pembaruan dan modifikasi struktur pesawat, pembaruan interior, maintenance, dan overhaul.

4. Defence

Dilengkapi dengan peralatan perancangan dan analisis yang canggih, fasilitas uji berteknologi tinggi, serta tenaga ahli yang berlisensi dan berpengalaman standar Internasional, Satuan Usaha Engineering Services siap memenuhi kebutuhan produk dan jasa bidang engineering.

(20)

14 5. Engineering services

Bisnis utama Satuan Usaha Defence terdiri dari produk-produk militer, perawatan, perbaikan, pengujian, dan kalibrasi baik secara mekanik maupun elektrik dengan tingkat akurasi yang tinggi, integrasi alat-alat perang, produksi beragam sistem senjata yang meliputi FFAR 2,75” rocket, SUT Torpedo, dan lain-lain.

2.5.2 Kerja Sama Internasional

- PT DI - CASA/Spanyol : NC-212, CN-235 - PT DI - Eurocopter/Jerman : NBO-105

- PT DI - Bell Helicopter Textron/Amerika : NBELL-412 - PT DI - Eurocopter/Perancis : NAS-332

- PT DI - FZ/Belgia : FFAR 2,75” rocket

- PT DI - AEG Telefunken/Jerman : SUT Torpedo - PT DI - GE/Amerika : UMC, Engine Overhaul CT7 - PT DI - Garrett/Amerika : Engine Overhaul TPE 331

- PT DI - Turbomeca/Prancis :Engine Overhaul Turmo IVC Makila 1A - PT DI - Pratt and Whitney/Kanada : Engine Overhaul PT6

- PT DI - Rolls Royce/Inggris : Engine Overhaul Dart - PT DI - MHB/Prancis : L/G CN-235 Overhaul - PT DI - Collins/Amerika : Avionics Shop

- PT DI - BAe System/Inggris : IOFLE (In board Outer Fixed Leading Edge) - PT DI - AC CTRM Malaysia : Metalic Parts of A380 FLELP Component - PT DI - Korean Air Aerospace : B777 Stringer Chord Component

(21)

15 2.6 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia

Gambar 2.3 berikut ini adalah struktur organisasi PT. DI :

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia (Sumber: Arsip PT.DI)

Tugas tiap-tiap bagian di PT Dirgantara Indonesia, yaitu;

20.Unit Sekretaris Perusahaan

Mengelola interaksi di antara Organ Perusahaan (Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham) dan mengelola hubungan Perusahaan dengan seluruh Pemangku Kepentingan (Stakeholders), agar memenuhi ketentuan dalam anggaran dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi persyaratan tata kelola perusahaan yang baik

(22)

16 (Good Corporate Governance). Tujuannya agar visi dan misi Perusahaan dapat diwujudkan melalui perilaku bisinis yang efisien, efektif, ekonomis dan bebas dari KKN serta dapat diterima secara etis.

20.Divisi Pengamanan

Divisi Pengamanan mempunyai fungsi dan tugas pokok melaksanakan kegiatan pengamanan di kawasan perusahaan baik berupa pengamanan Personil, Materiil, Instalasi maupun pengamanan informasi atau dokumen baik Safety & Security yang dilakukan secara preventif maupun represif dengan tujuan untuk mengadakan pencegahan (“Loss Prevention & Plant / Crime Protection”), serta pencarian dan penyelamatan (SAR) dan Pemadam Kebakaran dari usaha-usaha atau tindakan pihak lain yang dapat merugikan perusahaan serta menciptakan lingkungan perusahaan yang aman, tertib dan teratur.

20.Satuan Pengawasan Intern (Pi)

a. Melaksanakan kegiatan assurance dan konsultatif yang independen dan obyektif, dirancang memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur, mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko-risiko, pengendalian internal dan proses governance. Oleh karena itu, Satuan Pengawasan Intern dapat memberikan bantuan kepada pimpinan unit ogrnisasi dan pimpinan perusahaan melalui analisa, penilaian dan rekomendasi mengenai aktivitas yang dinilai atau direview.

b. Menjadi mitra Komite Audit Komisaris Perusahaan dan Eksternal Auditor 20.Divisi Perencanaan Dan Pengembangan Perusahaan

a. Menyusun Rencana Strategis Perusahaan (RSP) untuk 10 tahun dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan untuk 5 tahun ke depan yang adaptif terhadap perubahan lingkungan

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan

c. Melakukan pengendalian anggaran melalui Rencanan Kerja dan Anggaran (RKA) unit organisasi

d. Melakukan evaluasi Kinerja Perusahaan, mengidentifikasi alternatif tindakan stratejik atas kesenjangan performansi terhadap rencana yang telah ditetapkan

(23)

17 e. Menyusun Laporan Manajemen secara periodik dan tahunan (un-audit & Audited)

atas realisasi kinerja usaha

f. Menyusun Laporan hasil kajian bisnis korporasi sesuai kebutuhan Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham serta pihak-pihak yang berkepentingan

g. Melaksanakan pembinaan serta mengevaluasi kinerja Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan

h. Merencanakan, mengevaluasi dan mengelola portfolio bisinis perusahaan seperti mengembangkan bisnis perusahaan

i. Memfasilitasi, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan manajemen risiko perusahaan

20.Asisten Direktur Utama Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

Mewakili Direktur Utama untuk mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan fungsi-fungsi quality yang ada di Perusahaan agar mampu memenuhi persyaratan para pelanggan, sehingga mutu dapat menjadi salah satu citra diri Perusahaan yang dikenal secara positif dan meluas di dunia industri penerbangan domestik dan internasional

20.Direktorat Aerostructure

a. Menentukan kebijakan (policy) dan strategi (strategy) dalam pengeolaan portfolio bisnis jasa manufacture untuk pembuatan detail part & komponen pesawat terbang dan helikopter serta komponen untuk keperluan industri, baik hasil rancang bangun sendiri, maupun di bawah lisensi, termasuk layanan purna jualnya, untuk memperoleh keuntungan Perusahaan yang optimal

b. Melaksanakan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah diterapkan oleh Perusahaan sesuai bidang usahanya

(24)

18 a. Menyiapkan rencana strategis pengembangan usaha Aerostructure berdasarkan

kajian pasar sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan

b. Mengelola, mengintegrasikan dan melaksanakan aktifitas penjualan, pemasaran, pengelolaan program/proyek dan perencanaan produksi untuk menjamin tercapainya target kontrak dan penjualan yang diterapkan Perusahaan

c. Membangun dan memelihara relasi dengan pelanggan dan kompetitor untuk menjamin kesinambungan pertumbuhan usaha

d. Membangun konsep dan kompetensi pengelolaan program/proyek sebagai bagian strategis dari pengembangan usaha Aerostucture

e. Mengintegrasikan perencanaan penjualan dengan pengelolaan produksi untuk menjamin ketepatan delivery produk dan optimalisasi penggunaan kapasitas dan kendali produksi

20.Divisi Operasi Aerostructure

Mengelola dan mengembangkan semua sumber daya yang tidak hanya memproduksi detail part & komponen pesawat terbang dan helikopter serta komponen keperluan industri dengan High Quality Product akan tetapi juga mampu menghasilkan produk dengan keunggulan biaya (low cost) & penyerahan tepat waktu (on time delivery) guna memelihara pencapaian target produksi & penjualan yang telah ditetapkan oleh organisasi dan perusahaan.

Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan semua kegiatan operasi yang berkaitan dengan proses pembuatan detail part & komponen pesawat terbang dan helikopter serta komponen keperluan industri termasuk mengelola pemeliharaan semua fasilitas dan utiliyas produksi di Aerotructure.

Mengelola kegiatan pengendalian produksi dalam rangka menjamin penyelesaian proses pembuatan produk dan komponen pesawat terbang dengan lead time manufacturing yang sesuai dengan perencanaan produksi yang telah ditetapkan.

Mengelola kegiatan proses pembuatan detail part/ komponen yang meliputi proses machining, metal forming, welding, heattreatment, surface treatment, bonding & composite, dan assembly Aircraft.

(25)

19 Mengelola kegiatan proses pembuatan alat bantu yang digunakan dalam proses pembuatan detail parts maupun major assembly komponen pesawat terbang yang meliputi pembuatan detail part tools, sub-assembly tool, jig serta alat bantu produksi lainnya.

Mengelola kegiatan maintenance seluruh fasilitas produksi, inspection dan laboratory testing serta fasilitas/ utilitas pendukung lainnya dalam rangka untuk menjamin fasilitas dan production readiness dalam rangka memenuhi target produksi dan delivery program-program terkontrak di Direktorat Aerostructure.

20.Divisi Rekayasa Aerostructure

a. Mengelola semua kegiatan Rekayasa Manufaktur yang meliputi perencanaan prosesm NC Programming dan Sistem Informasi Produksi, dengan sasaran tercapainya kelancaran kerja dan kualitas pekerjaan serta jadwal yang telah ditetapkan serta mencari dan mengolah semua informasi yang relevan berkenaan dengan perkembangan teknologi Rekayasa Manufaktur saat ini dan masa datang yang bisa mempengaruhi kelancaran perkembangan fungsi Rekayasa Manufaktur, dalam hal identifikasi teknologi manufaktur yang akan digunakan di Aerostructure. b. Mengelola semua kegiatan dalam rangka menjamin kesiapan proses produksi

yang digunakan serta approval proses tersebut sehingga tetap sesuai dengan persyaratan customer.

c. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan Rekayasa Alat Bantu yang digunakan dalam proses pembuatan detail pasrts maupun major assembly komponen pesawat terbang maupun industrial parts, termasuk identifikasi dan implementasi teknologi baru maupun improvement, yang akan digunakan di Aerostructure

d. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan kontrol konfigurasi detail parts, subassemblies parts maupun komponen pesawat terbang dalam rangka menjamin traceability data maupun legalisasi dokumen sesuai dengan persyaratan customer, yang meliputi aktivitas as-design dan as-plan.

e. Mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan non-conforming detail parts, subassemblies parts maupun komponen pesawat terbang dalam proses produksi yang membutuhkan konsesi, justifikasi dan interfacing dengan fungsi type design.

(26)

20 10. Divisi Manajemen Sumber Daya Aerostructure

a. Mengelola seluruh kegiatan Manajemen Sumber Daya yang meliputi perencanaan Sumber Daya Manusia, proses pengadaan material serta pencacatan akuntasi, dengan sasaran tercapainya kelancaran kerja dan kualitas pekerjaan serta jadwal yang telah ditetapkan serta mengolah seluruh informasi yang relevan sejalan dengan perkembangan bisnis perusahaan serta kebijakan yang akan diterapkan di Direktorat Aerostructure

b. Melaksanakan seluruh kegiatan operasional dalam rangka menjamin kesiapan sumber daya manusia serta pengadaan material guna mensupport jalannya proses produksi sampai dengan delivery dan mewujudkan terciptanya Good Governance Corporate (GGC) di PT. Dirgantara Indonesia

c. Menjamin serta mengoptimalkan sistem keuangan dan akuntasi di Direktorat Aerostructure, senantiasa mampu mendukung pengendalian strategis perusahaan, guna mewujudkan misi perusahaan pada posisi mampu bersaing di pasar global sebagai industri manufaktur regional

d. Merencanakan, menyusun sistem dan prosedur Sumber Daya Manusia sesuai postur bisnis Direktorat Aerostructure

e. Merencanakan, menyusun sistem dan prosedur pengadaan material sesuai peraturan dan kebijakan perusahaan

f. Merencanakan, menyusun, memelihara prosedur, sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi sesuai perkembangan proses bisnis perusahaan

g. Mengimplementasikan serta mengendalikan pelaksanaan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam proses pencacatan akuntansi

h. Menyajikan Laporan Keuangan Direktorat Aerostructure secara periodik sesuai dengan kaidah akuntansi umum

i. Mengelola aset yang dialokasikan Perusahaan secara efisiensi dan efektif

11. Divisi Pemasaran Dan Penjualan Aircraft Integration

Melakukan pemasaran dan penjualan pesawat terbang dan helikopter, termasuk Product Support dan jasa-jasa lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri yang sesuai dengan

(27)

21 kebutuhan pelanggan, harga yang kompetitif, memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan dan dapat diserahkan tepat waktu serta dengan biaya operasi yang optimum

12. Divisi Operasi Aircraft Integration

Melaksanakan pembuatan pesawat terbang dan helikopter yang memenuhi standard kualitas dipersyaratkan, memenuhi kebutuhan pelanggan, diserahkan tepat waktu serta dengan biaya produksi dan operasi yang optimum

13. Divisi Logistik & Dukungan Pelanggan

a. Melaksanakan kebijakan perusahaan dalam hal logistik di lingkungan Direktorat Aircraft Integration

b. Merencanakan dan melaksanakan strategi, kebijakan dan prosedur logistik material serta dukungan terhadap pelanggan yang memenuhi standar QCD (Quality, Cost and Delivery) sesuai dengan tingkat perkembangan industri pesawat terbang yang bertaraf internasional

c. Mengembangkan, memelihara dan meningkatkan sistem logistik material dan dukungan terhadap pelanggan untuk membawa perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia dan profesional serta menjamin kepuasan pelanggan

d. Mengembangkan, memelihara dan meningkatkan hubungan kerja dengan pemasok maupun pelanggan dari luar maupun dari dalam perusahaan

14. Asisten Direktur Bidang Pengembangan Produk Strategis

a. Sebagai pusat pengembangan, rekayasa dan rancang-bangun pesawat terbang model baru (new model of aircraft) produk PT. Dirgantara Indonesia, hingga memperoleh suatu “Type Certificate” dari Badan Otoritas Sertifikasi Kelaikan

Udara Sipil dan Militer, baik domestik maupun internasional

b. Sebagai pusat pengembangan, rekayasa dan rancang-bangun pesawat terbang model turunan (derivate aircraft) dan kustomisasi khusus (special customization) produk PT. Dirgantara Indonesia, hingga memperoleh suatu “Amandement/Supplement Type Certificate” dari Badan Otoritas Sertifikasi

(28)

22 c. Sebagai pusat penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan aktivitas untuk mempertahankan kelangsungan layak-udara (continued airworthiness) bagi produk-produk hasil rancang bangun PT. Dirgantara Indonesia

d. Sebagai pusat pengelolaan dokumentasi pengembangan, rekayasa dan rancang-bangun pesawat terbang PT. Dirgantara Indonesia

15. Divisi Pusat Bisnis Teknologi

Mengelola dan mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan bisnis teknologi di lingkungan Direktorat Teknologi dan Pengembangan agar keunggulan bersaing perusahaan dapat dicapai dan dipertahankan

16. Divisi Pusat Uji Terbang

a. Melaksanakan pengujian pesawat udara secara komprehensif dengan tata cara yang mengoptimalkan uji darat dengan uji terbang sehingga dicapai pelaksanaan yang aman, efisien dan memenuhi persyaratan QCD (Quality, Cost, Delivery) dari pelanggan

b. Merancang, mengembangkan dan menetapkan program uji pada hasil rancang bangun pesawat udara yang melingkupi pengujian di darat dan pengujian terbang untuk mendapatkan sertifikasi

c. Merancang bangun dan menjaga kesiapan piranti lunak, piranti keras dan fasilitas sistem pendukung uji untuk menunjuang proses kegiatan uji darat dan uji terbang d. Mengembangkan dan menjaga kesiapan sumber daya manusia yang

berkompetensi untuk melaksanakan pengujian pesawat udara

17. Divisi Keselamatan Dan Sertifikasi

Menjamin terpenuhinya seluruh regulasi, standar, persyaratan dan prosedur yang terkait dengan aspek-aspek keselamatan penerbangan, sertifikasi rancang bangun produk aeronautika, produk pertahanan dan produk non-aeronautika, sertifikasi organisasi rancang bangun, serta sertifikasi sistem manajemen jaminan mutu hingga diperolehnya sertifikasi dari Badan Otoritas Sertifikasi Nasional & Internasional, baik sipil maupun militer, dan/atau penerimaan dari pelanggan

(29)

23 18. Divisi Akuntansi

a. Merencanakan, menyusun, memelihara prosedur, sistem informasi dan aplikasi keuangan dan akuntansi serta kebijakan akuntansi sesuai perkembangan proses bisnis perusahaan

b. Mengiplementasikan dan mengendalikan pelaksanaan prinsip-prinsip akuntansi oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam proses pencatatan akuntansi

c. Menyajikan laporan keuangan Perusahaan secara periodik yang sesuai dengan norma/ kaidah-kaidah akuntansi umum

d. Memelihara dan menjaga sistem informasi dan aplikasi keuangan dan akuntansi dalam mendukung kegiatan operasi perusahaan

19. Divisi Sumber Daya Manusia

Melaksanakan kebijakan perusahaan dalam bidang pengelolaan sumber daya manusia, keselamatan kerja, kesehatan kerja dan lingkungan hidup, dan produktivitas tenaga kerja, sistem pelayanan kesehatan karyawan dan keluarga, peraturan dan prosedur, serta administrasi sumber daya manusia

20. Divisi Jasa Material Dan Fasilitas

Memberikan layanan terbaik dengan standar kualitas layanan prima dalam bidang dukungan Logistik, Trafik & Kawasan Berikat, Fasilitas & Utilitas serta inovasi dan kreasi pemberdayaan aset Perusahaan

(30)

24 2.7 Unit dan Komposisi Pekerja

Tabel 1 berikut ini merupakan data mengenai unit dan komposisi pekerja di PT. Dirgantara Indonesia.

Tabel 1 Komposisi Pekerja di PT. Dirgantara Indonesia

Direktorat Organisasi Jumlah

Karyawan

Direktorat Utama Direktur Utama 2

Direktorat Utama Sekretaris perusahaan 37 Direktorat Utama Satuan pengawasan intern 29 Direktorat Utama Divisi pengamanan 30 Direktorat Utama Divisi perencanaan dan pengembangan

perusahaan 23

Direktorat Utama ADU 24ogist manajemen mutu

perusahaan 4

Direktorat Utama Asisten direktur utama produk militer 1 Direktorat Aerostructure Direktur aerostructure 201 Direktorat Aerostructure Divisi integratisi usaha 128 Direktorat Aerostructure Divisi operasi aerostructure 1039 Direktorat Aerostructure Divisi rekayasa 209 Direktorat Aerostructure Divisi manajemen sumber daya

aerostructure 126

Direktorat Aircraft

Integration Direktur aircraft integration 199 Direktorat Aircraft

Integration

Divisi pemasaran dan penjualan aircraft

integration 28

Direktorat Aircraft

Integration Divisi operasi aircraft integration 417 Direktorat Aircraft

Integration Divisi 24ogistic dan pelanggan 171 Direktorat Aircraft

(31)

25 Direktorat Aircraft

Services

Divisi pemasaran dan penjualan aircraft

services 44

Direktorat Aircraft

Services Divisi perawatan dan modifikasi 178 Direktorat Aircraft

Services Divisi manajemen logistik 56 Direktorat Aircraft

Services

Divisi manajemen sumber daya aircraft

services 41

Direktorat Teknologi dan

Pengembangan Direktur teknologi dan pengembangan 45 Direktorat Teknologi dan

Pengembangan Divisi pusat uji terbang 141 Direktorat Teknologi dan

Pengembangan Divisi jasa teknologi dan rekayasa 198 Direktorat Teknologi dan

Pengembangan

Asdir bidang pengembangan produk

strategis 1

Direktorat Teknologi dan

Pengembangan Divisi pusat teknologi 228 Direktorat Teknologi dan

Pengembangan Divisi pusat rancang bangun 185 Direktorat Teknologi dan

Pengembangan

Divisi sertifikasi dan manajemen sumber

daya manusia 79

Direktorat Keuangan dan

Administrasi Direktur keuangan dan administrasi 7 Direktorat Keuangan dan

Administrasi Divisi perbendaharaan 66 Direktorat Keuangan dan

Administrasi Divisi akuntansi 36

Direktorat Keuangan dan

Administrasi Divisi sumber daya manusia 89 Direktorat Keuangan dan

Administrasi Divisi jasa material dan fasilitas 167 (Sumber: Arsip PT.DI)

(32)

26

3.

BAB III

KONDISI EKSISTING

3.1 Umum

Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk melakukan seluruh aktivitasnya sehari-hari. Namun tidak semua air dapat langsung dimanfaatkan begitu saja. Air baku yang berasal dari air permukaan harus diolah terlebih dahulu untuk dapat digunakan untuk kehidupan sehari – hari, begitu pula untuk penggunaan pada proses produksi di industri.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, PT.DI menggunakan Water Treatment Plant yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Cibeureum (anak sungai Citarum). Selain dari WTP , PT.DI juga menggunakan sumur air bawah tanah (ABT) sebagai pasokan air bersih. Pada awalnya terdapat tujuh sumur ABT di tujuh titik, namun sekarang yang masih beroperasi hanya 1 sumur saja.

Sungai Cibeureum memiliki debit rata-rata maksimum 38 m3/det dan minimum 0,75 m3/s. Air Baku yang berasal dari sungai Cibeureum ini memiliki permasalahan sampah dan tingginya kandungan detergen. Hal tersebut dikarenakan terdapat pemukiman penduduk pada bantaran sungai Cibeureum ini, dimana penduduk tersebut mencuci pada sungai dan membuang sampah secara sembarangan.

Water Treatment Plant PT.DI memiliki kapasitas produksi sebesar 15 liter/detik. Skema WTP di PT.DI dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Skema Water Treatment Plant di PT. Dirgantara Indonesia (Sumber: Arsip PT.DI)

(33)

27 Air masuk ke Water Intake yang terdapat Bar screen untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa oleh arus sungai.

Air tersebut selanjutnya masuk ke dalam Bak Pengendap awal (Pra Sedimentasi). Di dalam Bak Pengendap Awal ini partikel kasar dan partikel halus (lumpur-lumpur) yang masih terbawa dalam aliran akan mengendap secara gravitasi.

Setelah dilakukan proses Pra Sedimentasi, air dialirkan ke ruang pompa yang terdapat bar screen yang berguna untuk menyaring sampah yang lolos dari bar screen sebelumnya. Dari ruang ini air dipompakan menuju Lamella Clarifier , dan dalam perjalanannya air dibubuhi dengan koagulan PAC (Polyalumunium Chloride) dengan cara dipompa dengan Dozing Pump. Di Lamella Clarifier ini air dibubuhi oleh bahan kimia lagi, berupa Soda Ash dan Kaporit. Soda Ash ini berfungsi untuk menghilangkan kesadahan, sedangkan kaporit berfungsi sebagai desinfektan.

Selain dipompa menuju Lamella Clarifier, sebagian air dari bak prasedimentasi ini dipompa menuju reservoir untuk hydrant. Dari reservoir ini, air dialirkan menuju sistem hydrant yang letaknya sekitar 10 meter dari reservoir. Ruangan sistem hydrant yang ada di PT.DI ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Sistem Hydrant (Sumber: Dok. PT.DI)

Di Lamella Clarifier ini terjadi proses sedimentasi. Lumpur diendapkan yang selanjutnya endapan lumpur ini dibuang dari clarifier ini.

(34)

28 Lalu pada proses selanjutnya air dimasukkan ke dalam filter, berupa Continuous Sand Filter. Di proses ini flok dan besi yang masih terlarut dalam air akan terikat pada saringan pasir ini.

Air yang telah jernih dari saringan pasir selanjutnya dialirkan ke dalam saluran yang menuju ke reservoir. Pada saluran ini seharusnya air yang telah diproses. diinjeksikan Khlor yang berfungsi sebagai desinfektan untuk membunuh kuman-kuman. Namun dikarenakan alatnya sudah tidak berfungsi lagi, maka air yang telah diproses tidak diinjeksikan Khlor lagi. Air yang dialirkan ke dalam reservoir akan ditransmisikan menuju Reservoir Tower yang jaraknya cukup jauh dengan pompa. Dari Tower tersebut, air didistribusikan ke seluruh bagian perusahaan.

3.2 Intake

Intake merupakan bangunan penangkap air. Bangunan ini terdiri dari 2 buah pintu air. Pintu air tersebut bisa dinaikkan ataupun diturunkan yang berfungsi untuk mengatur debit air baku yang akan masuk ke Bak Pra Sedimentasi. Gambar dari pintu Intake pada WTP di PT.DI dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Pintu Intake (Sumber: Dok. Pribadi)

Bangunan ini juga dilengkapi dengan Bar Screen yang berfungsi untuk menyaring sampah-sampah yang besar agar tidak ikut masuk ke dalam Bak Pra Sedimentasi. Bar Screen yang digunakan di WTP ini dapat dilihat pada gambar 3.4 dan 3.5 .

(35)

29 (Sumber: Dok. Pribadi)

3.3 Bak Prasedimentasi

Bak Prasedimentasi memiliki fungsi untuk mengendapkan partikel kasar. Dimana partikel-partikel tersebut mengendap oleh gravitasi dan membentuk lumpur. Bak ini berbentuk persegi panjang dan terbagi menjadi 4 bagian seperti pada yang ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut .

Gambar 3.6 Bak Prasedimentasi (Sumber: Dok. Pribadi)

Pengurasan dilakukan setiap minggu, biasanya saat hari libur perusahaan atau hari libur nasional agar tidak mengganggu proses produksi perusahaan.

Gambar 3.5 Barscreen sebelum bak

(36)

30 Dari bak prasedimentasi ini, air dialirkan menuju ruang pompa air baku dimana disini air dipompa menuju 2 tempat, yang pertama (pipa biru) menuju Lamella Clarifier, dan yang kedua (pipa merah) menuju reservoir hydrant.

3.4 Pompa Air Baku

Bangunan pompa air dibangun dekat dengan Bak Pra Sedimentasi. Pompa yang beroperasi hanya ada 1 buah yang memiliki kapasitas 15 liter/detik, dan terdapat 1 buah pompa cadangan bilamana pompa yang beroperasi tidak dapat beroperasi dengan baik dan perlu maintenance , akan diganti dengan pompa cadangan tersebut. Pipa saluran dapat dilihat pada gambar 3.7 sedangkan untuk pompa air baku apat dilihat do gambar 3.8.

Gambar 3.8 Pompa Air Baku

(Sumber: Dok. Pribadi)

3.5 Dosing Pump

Di WTP ini digunakan Dosing pump untuk membubuhkan senyawa kimia ke dalam air pengolahan. Senyawa yang digunakan ada 3, yaitu PAC yang berfungsi sebagai koagulan, kaporit yang berfungsi sebagai desinfektan dan Soda Ash yang berfungsi untuk menghilangkan kesadahan dalam air.

(37)

31 Metode Koagulasi yang digunakan disini adalah metode pengadukan hidrolis pada aliran dalam pipa. Pengadukan hidrolis terjadi pada pipa sebelum clarifier. Sebelum dibubuhkan ke dalam pipa, PAC dilarutkan terlebih dahulu pada wadah kolam kecil yang berwarna putih, seperti pada gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Pengadukan zat kimia, biru: Soda Ash dan kaporit, putih: PAC (Sumber: Dok. Pribadi)

Untuk senyawa soda ash dan kaporit, pelarutan dilakukan secara bersamaan didalam satu wadah pengaduk (dicampur). Yang nantinya larutan campuran ini dibubuhkan oleh dosing pump ke dalam clarifier, dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut :

Gambar 3.10 Pembubuhan larutan campuran soda ash dan kaporit pada Lamella Clarifier (Sumber: Dok. Pribadi)

(38)

32 3.6 Sedimentasi

Berikutnya air diproses sedimentasi pada Lamella Clarifier. Clarifier jenis ini tidak memerlukan lahan yang besar, dan memiliki kemiringan sebesar 60o. Di WTP ini terdapat 2 buah unit clarifier, namun yang masih berfungsi saat ini hanya 1 buah unit. Setelah pembubuhan PAC sebelum memasuki clarifier, koagulan campuran dibubuhkan pada clarifier. Hal ini berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan lumpur pada clarifier. Gambar Lamella Clarifier ini dapat dilihat pada gambar 3.11 dibawah.

Air yang dipompakan masuk melalui inlet yang letaknya dibawah dari posisi outlet. Didalamnya air diproses melewati plat-plat lamella dengan aliran upflow. Lalu air keluar dari outlet menuju unit filtrasi.

Gambar 3.11 Lamella Clarifier (Sumber: Dok. Pribadi)

Clarifier ini memiliki tinggi sekitar 3,8 meter. Pada bagian bawahnya terdapat saluran untuk membuang lumpur yang dihasilkan pada clarifier ini. Lumpur yang tercampur dengan residu 3 koagulan yang dipakai tersebut tidak memiliki pengolahan lanjutan, dimana lumpur nya langsung di buang kembali ke sungai.

(39)

33 3.7 Continuous Sand Filter

Setelah melewati proses sedimentas di Lamella Clarifier, air dialirkan menuju saringan pasir kontinu. Untuk setiap clarifier nya, terdapat 2 unit saringan pasir setelahnya yang berarti pada WTP ini terdapat 4 unit saringan pasir. Namun saat ini hanya 1 clarifier yang masih berfungsi sehingga hanya 2 saringan pasir saja yang dipakai. Ditambah lagi, salah satu dari saringan pasir tersebut dalam keadaan rusak, yang dapat dilihat pada gambar 3.13 dan 3.14. Sedangkan untuk filter yang masih dapat berfungsi dapat dilihat pada gambar 3.15. Hal tersebut menyebabkan terdapat kelebihan debit air yang masuk. Kelebihan tersebut dibuang melalui pipa ke bagian bawah unit, ang dapat dilihat pada gambar 3.12. Dimana selanjutnya air tersebut dialirkan kembali menuju sungai.

Gambar 3.12 Kelebihan debit air yang terbuang (Sumber: Dok. Pribadi)

Gambar 3.14 Continuous Sand Filter Gambar 3.13 Sand Filter yang rusak

(40)

34 Gambar 3.15 Sand filter yang masih berfungsi

(Sumber: Dok. Pribadi)

Saringan pasir ini melakukan backwash dengan metode compressor sand backwash. Dimana flok-flok yang tertinggal dibersihkan dengan air compressor.

3.8 Reservoir

Dari filtrasi, air yang telah jernih selanjutnya menuju reservoir. Dari reservoir (gambar 3.18) ini air dipompakan menuju ruang pompa di reservoir tower (gambar 3.17), yang jaraknya sekitar 350 m dari WTP. Yang selanjutnya dari ruang pompa tersebut air dipompakan menuju puncak tower (gambar 3.16), lalu air bersih didistribusikan dengan menggunakan gravitasi ke seluruh bagian PT.DI.

Gambar 3.16 Ruang pompa di water reservoir tower

(41)

35 Gambar 3.18 Pipa dari sand filter menuju reservoir (paling kiri)

(Sumber: Dok. Pribadi)

3.9 Proses Produksi

Air yang digunakan untuk proses produksi (dalam hal ini untuk elektroplating) memerlukan treatment lebih lanjut. Treatment yang dilakukan adalah dengan Ion exchange. Padi Ion Exchanger ini mineral-mineral/ion-ion yang ada di dalam air diikat oleh resin kation dan resin anion. Sehingga air yang keluar tidak memliki mineral apapun atau biasa disebut sebagai air murni/aquadest.

Unit yang digunakan disini adalah Ion Exchanger, dimana terdiri atas 3 tangki kation, 3 tangki anion dan tangki filter. Tangki filter berfungsi untuk menyaring partikulat kasar. Setelah melewati filter, air dimasukkan ke tangki kation terlebuih dahulu.Di tangki ini terdapat resin kation yang berguna untuk mengikat ionnegatif yang ada pada air. 3 tangki ini bekerja secara bergantian dimana bila satu tangki resinnya telah jenuh, maka tangki yang lain akan bekerja. Begitu pula dengan tangki anion, yang bekerja secara bergantian. Dalam tangki ini terdapat resin anion yang mengikat ion-ion positif dalam air. Setelah selesai proses ion exchanging nya , air dialirkan menuju bengkel elektroplating untuk selanjutnya digunakan pada proses produksi.

Resin – resin yang telah jenuh dapat digunakan kembali dengan cara regenerasi, dimana asam kuat (HCl) dialirkan ke resin kation yang jenuh, dan mengikat semua ion yang ada di resin kation. Untuk regenerasi resin anion, resin dialirkan basa kuat (NaOH)

(42)

36 untuk mengikat ion-ion positif yang ada di resin anion. Air buangan dalam proses regenerasi ini diproses kembali dengan menggunakan filter press yang akhirnya membentuk lumpur kering. Lumpur kering tersebut akan masuk ke TPS B3, yang nantinya akan diambil oleh PPLI.

3.10 Sumur Air Bawah Tanah (Deep Well)

Selain mempunyai pasokan air bersih dari WTP, PT.DI juga memiliki sumur air bawah tanah (ABT) atau deep well (sumur dalam) sebagai pasokan air bersih. Pada awalnya, PT.DI memiliki 7 titik sumur ABT yang digunakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu , 6 titik sumur tidak dapat beroperasi lagi dan izinnya tidak diperpanjang lagi. Sehingga saat ini sumur ABT yang masih beroperasi hanya ada satu buah, yang dapat dilihat pada gambar 3.19.

Gambar 3.19 Sumur ABT yang masih beroperasi (Sumber: Dok. Pribadi)

Sumur ABT yang masih beroperasi ini hanya melayani 1 gedung saja, yaitu gedung pusat di PT.DI (gedung GPM). Dan letak sumur ini berada di bagian belakan gedung tersebut.

Sumur dalam ini memiliki kapasitas debit sebesar 1,5 liter/detik, dimana per bulannya dapat menghasilkan volume air sebesar 3888 m3 air bersih.

(43)

37

4.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Umum

Suatu Instalasi Pengolahan Air (IPA) terdiri dari beberapa unit pengolahan. Setiap unit memiliki desain dan fungsi masing-masing. Proses pengolahan air berlangsung secara terpadu, di mana hasil pengolahan di satu unit akan berpengaruh pada unit lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Air yang akan diolah di Instalasi Pengolahan Air biasa disebut air baku.

4.2 Air Baku

Air baku yang akan diolah di Instalasi Pengolahan Air dapat diambil dari berbagai sumber air, yaitu :

1. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl, sehingga air laut tidak cocok digunakan untuk air minum.

2. Air Atmosferik atau Air Meteorologik

Air atmosferik lebih dikenal dengan air hujan. Umumnya mengandung kotoran – kotoran di udara yang disebabkan oleh industri, debu, dan lain-lain. Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa penyalur maupun bak reservoir. Hal tersebut akan mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan biasanya mengalami pengotoran selama pengaliran, misalnya oleh lumpur, sampah,

(44)

38 daun-daun, dan lain-lain, yang kadarnya berbeda-beda bergantung pada daerah pengalirannya.

Setelah mengalami pengotoran, pada suatu saat air permukaan akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Proses tersebut dikenal dengan istilah self purification akibat adanya oksigen yang meresap ke dalam air selama pengaliran. Oksigen akan membantu proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan.

Beberapa jenis air permukaan:

a. Air sungai

Air sungai sering digunakan sebagai air baku karena debitnya yang relatif besar sehingga dapat mencukupi kebutuhan air. Namun air sungai umumnya memiliki tingkat pencemaran yang relatif tinggi sehingga pengolahan yang diperlukan pun lebih kompleks.

b. Air rawa/danau

Air rawa biasanya berwarna kuning kecoklatan. Hal itu disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk dan larut dalam air. Kadar zat organik yang tinggi menyebabkan kadar Fe dan Mn menjadi tinggi pula dan akan larut dalam keadaan O2 terlarut yang sangat rendah (anaerob). Pada permukaan air rawa/danau juga biasanya ditumbuhi algae atau lumut karena adanya pengaruh sinar matahari dan O2.

4. Air Tanah

Air tanah (ground water) adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono, 1993:1)

Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3 . Akhir akhir ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya diambil, baik untuk sumber

(45)

39 air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung, spring, atau sumur horizontal. Kecenderungan memilih air tanah sebagai sumber air bersih, dibanding air permukaan mempunyai keuntungan:

 Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih murah

 Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil  Lebih bersih dari bahan cemaran permukaan  Kualitasnya lebih seragam

 Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut atau tumbuhan dan binatang air

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah aier tanah dangkal. Untuk pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih be sar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5-8 meter di bawah permukaan air tanah.

Untuk pengambilan air tanah dengan jumlah cukup besar, misalnya industri, cara yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam (deep wells) yang pada umumnya terbuat dari pipa, dan air yang diambil adalah air tanah dalam. (Suripin, 2004).

Air tanah terbagi atas: a. Air tanah dangkal

Terjadi karena adanya peresapan air dari permukaan tanah. Secara fisik, air tanah dangkal umumnya terlihat jernih karena pengotor seperti lumpur dan sebagian bakteri akan tersaring oleh lapisan tanah. Namun kandungan kimianya cenderung tinggi karena unsur-unsur kimia yang terdapat dalam lapisan tanah akan larut dalam air selama peresapan.

(46)

40 b. Air tanah dalam

Pada umumnya kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringan oleh tanah akan lebih sempurna dan bebas bakteri. Kandungan unsur kimianya bergantung pada lapisan tanah yang dilalui, misalnya, jika melalui tanah kapur, maka air akan menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya relatif sama dengan air tanah dalam.

4.3 Metoda Pengambilan Air Tanah

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis dapat dibagi menjadi 2 jenis:

4.3.1 Sumur dangkal (shallow well)

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil adalah air dangkal. Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Kedalaman sumur gali tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas di bawah lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5-8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air tanah berada di atas air asin.

Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat diperoleh sebagai berikut:

(47)

41 - Tanah liat: kedalaman sumur ≥ 12 m baru memperoleh air bebas

- Tanah kapur: Umumnya sumur gali harus ≥ 40 m baru diperoleh air bebas

Keadaan atau sifat air sumur gali antara lain:

- Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3 m dari dasar sumur

- Ketinggian air bebas berfariasi, tergantung jumlah air yang diambil dan tergantung musim

- Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah airnya kekuning-kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk, tanah liat rasanya sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit sepat dan warnanya kehijau-hijauan dan tanah gambut airnya berwarna kemerah- merahan seperti teh dan rasanya asam - Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur

- Mengandung algae dalam jumlah sedikit

- Mengandung bakteri cukup banyak (Gabriel, 2001)

4.3.2 Sumur dalam (deep well)

Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam (deep well) atau yang lazim disebut sumur bor. Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:

- Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 m sudah memperoleh air. Biasanya airnya naik 5-7 m dari permukaan tanah

- Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40-60 m akan diperoleh air yang baik dan air akan naik mencapai 7 m dari permukaan tanah

- Tanah berkapur: biasanya sumur dengan kedalaman di atas 60 m kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya

- Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100 m atau diatas 200 m kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar/tidak bias naik ke atas dengan sendirinya

(48)

42 4.4 Air Industri

Air industri merupakan air yang secara tidak langsung digunakan dalam industri, contohnya untuk air pendingin, air umpan ketel (boiler), atau air proses. Untuk memenuhi kriteria yang digunakan untuk air industri, air baku perlu mengalami pengolahan yang terbagi menjadi:

a. External Treatment

Suatu kegiatan terhadap air baku agar diperoleh air yang relatif baik sebelum mencapai sasaran dalam penggunaan air industri. Tujuan dari external treatment antara lain untuk mengurangi kesadahan, alkalinitas, total solid, dan oksigen terlarut dalam air.

b. Internal Treatment

Suatu kegiatan pengolahan terhadap air yang digunakan dalam suatu proses industri agar tercapai standar kualitas air industri yang ditetapkan. Sasaran internal treatment antara lain untuk mengendalikan kerak dan korosi dalam air boiler, mengendalikan korosi, kerak, dan tumbuhnya mikroorganisme atau bakteri dengan penambahan bahan kimia.

4.4.1 Hard Water

Hard water adalah air yang mengandung garam kalsium dan magnesium yang berikatan dengan ion seperti bikarbonat, klorida, dan sulfat. Penggunaan hard water untuk boiler dapat menyebabkan kerak pada dinding, selain itu juga meningkatkan penggunaan bahan bakar dan dapat menyebabkan overheating.

4.4.2 Soft water

Soft water adalah air yang bebas dari kandungan garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu, soft water dapat digunakan untuk boiler. Soft water dapat dihasilkan dari hard water yang sudah mengalami proses softening dengan penambahan kapur dan

(49)

43 sodium karbonat. Penambahan kapur berfungsi untuk mengendapkan kalsium sebagai bikarbonat dan magnesium sebagai hidroksida, kemudian penambahan sodium karbonat dilakukan untuk menyisihkan garam kalsium yang masih tersisa.

4.5 Bangunan Penangkap Air

Bangunan penangkap air biasa disebut juga intake. Intake adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk mengambil air dari sumber air di permukaan tanah seperti sungai, danau, atau kanal.

Terdapat beberapa jenis bangunan intake, di antaranya:

 Shore intake, yaitu intake yang dibangun di tepi sungai berupa rumah pompa dengan intake berada di bawah permukaan air minimum

 Siphon well intake, yaitu bangunan intake pada tepi sungai. Air baku dialirkan dengan menggunakan siphon menuju sumur pengumpul dan selanjutnya akan dipompakan menuju instalasi pengolahan.

Menurut JWWA (1984), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi intake:

 Untuk sumber air baku dari sungai, struktur intake jangan sampai mengganggu atau menghambat aliran untuk menghindari resiko banjir saat aliran sungai meningkat seperti pada musim hujan.

Pengukuran ketinggian muka air dan laju aliran perlu dilakukan untuk menentukan lokasi intake. Untuk menjaga kualitas air baku yang masuk, intake sebaiknya tidak diletakkan berdekatan dengan sumber air limbah, seperti industri atau permukiman warga, serta dilengkapi dengan pagar dan screen.

 Untuk sumber air baku dari danau atau rawa, struktur intake harus sesuai dengan volume air yang direncanakan, termasuk mengantisipasi resiko kekurangan air saat muka air minimum. Pemilihan lokasi intake harus memperhatikan daerah

Gambar

Gambar 2.1 Logo PT. Dirgantara Indonesia  (Sumber : Arsip PT.DI)
Gambar 2.2 Skema Proses Produksi Pesawat Terbang  (Sumber : Arsip PT.DI)
Gambar 2.3 berikut ini adalah struktur organisasi PT. DI :
Tabel  1  berikut  ini  merupakan  data  mengenai  unit  dan  komposisi  pekerja  di  PT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Filosofi dasar kesisteman yang menjadi landasan pokok dalam menyelesaikan masalah melalui pendekatan sistem adalah: (1) sibernetik, yaitu berorientasi pada tujuan

a) Semua Agensi hendaklah memastikan Kontrak Kementerian di dalam Sistem eP sedia ada dilaksanakan sehingga mencapai status “Lengkap untuk Pembekalan” atau “Lengkap”

Berbeda dengan kontainer OLE yang memuat objek di luar Visual Foxpro, maka objek yang tersimpan dalam kontrol OLE merupakan objek yang tersimpan dalam field general dalam tabel

Sedangkan harga jual rata-rata batubara BUMI pada 3Q11 mencapai USD94/ton dan untuk tahun ini rata-rata sebesar USD92/ton.. Di bottom line, laba bersih BUMI sepanjang sembilan bulan

proses perhitungan, data sekunder dan hasil perhitungan untuk memperoleh hal-hal diatas tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam perencanaan

E-mail adakah Surat elektronik atau pos elektronik (bahasa Inggris: email') adalah sarana kirim mengirim surat melalui jalur jaringan komputer (misalnya Internet).[1]

Karya Tulis Ilmiah ini dapat sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa DIII kebidanan khususnya yang berkaitan dengan pemberian aromaterapi lemon

Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti mencoba mengkaji tentang struktur pendapatan dan distribusi pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit pola swadaya di