BAB 1
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Jenis elemen mesin1.1 Jenis elemen mesin
Elemen mesin adalah komponen/bagian yang digunakan pada suatu Elemen mesin adalah komponen/bagian yang digunakan pada suatu konstruksi untuk memindahkan energi. Ada pun beberapa jenis elemen mesin konstruksi untuk memindahkan energi. Ada pun beberapa jenis elemen mesin yang akan dipaparkan dalam makalah ini antara lain, mur, baut, sekrup, pena, yang akan dipaparkan dalam makalah ini antara lain, mur, baut, sekrup, pena, pasak,
pasak, poros poros (shaft), (shaft), kopling, kopling, sabuk-puli sabuk-puli (belt (belt pullley), pullley), rantai-sproket rantai-sproket (chain- (chain-sprocket), dan roda gigi.
sprocket), dan roda gigi. 1.
1. Mur dan BautMur dan Baut
a. Definisi a. Definisi
Mur
Mur adalah pelat logam daadalah pelat logam dari bermacam bentuk, ri bermacam bentuk, biasanya segi enam biasanya segi enam atauatau segi empat, mempunyai
segi empat, mempunyai lubang berulir slubang berulir sekrup untuk ekrup untuk menguatkan baut. menguatkan baut. BautBaut adalah besi batangan yang berulir (untuk menyambung atau mengikat dua adalah besi batangan yang berulir (untuk menyambung atau mengikat dua benda).
benda). b. Fungsi b. Fungsi
Penggunaan utamanya adalah sebagai
Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat pengikat (fastener) untuk menahan dua(fastener) untuk menahan dua obyek bersama dan sebagai
obyek bersama dan sebagai pesawat sederhana pesawat sederhana untuk mengubahuntuk mengubah torsi torsi (torque)(torque) menjadi gaya linear. Baut dan mur digunakan untuk mengencangkan part-part menjadi gaya linear. Baut dan mur digunakan untuk mengencangkan part-part di berbagai area di kendaraan ataupun suatu alat.
di berbagai area di kendaraan ataupun suatu alat. c. Prinsip Kerja
c. Prinsip Kerja
Cara kerja baut seperti pesawat sederhana untuk mengubah torsi menjadi Cara kerja baut seperti pesawat sederhana untuk mengubah torsi menjadi gaya linear. Sebagian besar baut dipererat dengan memutarnya searah jarum gaya linear. Sebagian besar baut dipererat dengan memutarnya searah jarum jam,
jam, yang yang disebut disebut ulir ulir kanan. kanan. Baut Baut dengan dengan ulir ulir kiri kiri digunakan digunakan pada pada kasuskasus tertentu, misalnya pada saat baut akan menjadi pelaku torsi berlawanan arah tertentu, misalnya pada saat baut akan menjadi pelaku torsi berlawanan arah jarum jam. Pedal kiri
jarum jam. Pedal kiri dari sepeda memiliki ulir kirdari sepeda memiliki ulir kiri.i.
Mur digunakan untuk mempererat baut pasangan ulir luar yang umumnya Mur digunakan untuk mempererat baut pasangan ulir luar yang umumnya sudah dinormalisasikan. Kadang kala mur sering dibuat langsung dari kedua sudah dinormalisasikan. Kadang kala mur sering dibuat langsung dari kedua bagian pelat
bagian pelat yang disambung. yang disambung. Gerak mur Gerak mur terhadap baut terhadap baut dianggap sebagai dianggap sebagai gerakgerak putar
putar dan dan gerak gerak lurus, lurus, tetapi tetapi untuk untuk pemeriksaan pemeriksaan konstruksi konstruksi hanya hanya dihitungdihitung berdasarkan
berdasarkan tekanan tekanan pada pada permukaan permukaan profil profil ulirnya, ulirnya, sehingga sehingga diperoleh diperoleh tinggitinggi mur yang memadai atau sesuai.
mur yang memadai atau sesuai. d. Aplikasi
d. Aplikasi
Mur dan Baut dapat kita jumpai pada kehidupan sehari hari kita. Baut dan Mur dan Baut dapat kita jumpai pada kehidupan sehari hari kita. Baut dan mur adalah suatu rangkaian yang saling berhubungan. Biasanya baut dan mur mur adalah suatu rangkaian yang saling berhubungan. Biasanya baut dan mur
digunakan pada area area kendaraan, Biasanya pada jembatan Gantung digunakan pada area area kendaraan, Biasanya pada jembatan Gantung Besi,pemasangan Lemari, Biasa juga pada meja,dan aat
Besi,pemasangan Lemari, Biasa juga pada meja,dan aat permesinan,dll.permesinan,dll. 2.
2. PasakPasak a. Definisi a. Definisi
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci
pengunci yang disisipkan yang disisipkan diantara diantara poros poros dan dan hub hub (bos) (bos) sebuah sebuah roda roda pulli pulli atauatau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.
tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros. b. Prinsip Kerja
b. Prinsip Kerja
Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.
poros. c. Aplikasi c. Aplikasi
Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan putar atau
putar atau kekuatan luncur kekuatan luncur dari naf dari naf terhadap poros, terhadap poros, perletakan kuat dperletakan kuat dari gandar,ari gandar, untuk
untuk sambungan sambungan flexible flexible atau atau bantalan, bantalan, penghenti penghenti pegas, pegas, pembatas pembatas gaya,gaya, pengaman sekrup dan lain-lain.
pengaman sekrup dan lain-lain. 3.
3. PenaPena a. Definisi a. Definisi
Pena adalah elemen Mesin penghubung yang sifatnya semi permanen. Pena Pena adalah elemen Mesin penghubung yang sifatnya semi permanen. Pena juga
juga merupakan merupakan bagian bagian dari dari kontruksi kontruksi mesin mesin yang yang paling paling tua tua dan dan yang yang palingpaling sederhana.
sederhana. b. Fungsi b. Fungsi
Pena berfungsi untuk menghubungkan sesuatu akan tetapi sifatnya tida Pena berfungsi untuk menghubungkan sesuatu akan tetapi sifatnya tida permanen dalam artian masih bias dibuka.
permanen dalam artian masih bias dibuka. 4.
4. PorosPoros a. Definisi a. Definisi
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana
bulat dimana terpasang terpasang elemen-elemen elemen-elemen seperti seperti roda roda gigi gigi (gear). (gear). Poros Poros bisabisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri
bekerja sendiri-sendiri atau atau berupa berupa gabungan gabungan satu satu dengan dengan lainnya. lainnya. (Josep(Josep Edward Shigley,1983).
Edward Shigley,1983). b. Fungsi
b. Fungsi
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli
puli sabuk sabuk mesin, mesin, piringan piringan kabel, kabel, tromol tromol kabel, kabel, roda roda jalan jalan dan dan roda roda gigi,gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada
digunakan pada area area kendaraan, Biasanya pada jembatan Gantung digunakan pada area area kendaraan, Biasanya pada jembatan Gantung Besi,pemasangan Lemari, Biasa juga pada meja,dan aat
Besi,pemasangan Lemari, Biasa juga pada meja,dan aat permesinan,dll.permesinan,dll. 2.
2. PasakPasak a. Definisi a. Definisi
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci
pengunci yang disisipkan yang disisipkan diantara diantara poros poros dan dan hub hub (bos) (bos) sebuah sebuah roda roda pulli pulli atauatau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.
tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros. b. Prinsip Kerja
b. Prinsip Kerja
Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.
poros. c. Aplikasi c. Aplikasi
Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan putar atau
putar atau kekuatan luncur kekuatan luncur dari naf dari naf terhadap poros, terhadap poros, perletakan kuat dperletakan kuat dari gandar,ari gandar, untuk
untuk sambungan sambungan flexible flexible atau atau bantalan, bantalan, penghenti penghenti pegas, pegas, pembatas pembatas gaya,gaya, pengaman sekrup dan lain-lain.
pengaman sekrup dan lain-lain. 3.
3. PenaPena a. Definisi a. Definisi
Pena adalah elemen Mesin penghubung yang sifatnya semi permanen. Pena Pena adalah elemen Mesin penghubung yang sifatnya semi permanen. Pena juga
juga merupakan merupakan bagian bagian dari dari kontruksi kontruksi mesin mesin yang yang paling paling tua tua dan dan yang yang palingpaling sederhana.
sederhana. b. Fungsi b. Fungsi
Pena berfungsi untuk menghubungkan sesuatu akan tetapi sifatnya tida Pena berfungsi untuk menghubungkan sesuatu akan tetapi sifatnya tida permanen dalam artian masih bias dibuka.
permanen dalam artian masih bias dibuka. 4.
4. PorosPoros a. Definisi a. Definisi
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana
bulat dimana terpasang terpasang elemen-elemen elemen-elemen seperti seperti roda roda gigi gigi (gear). (gear). Poros Poros bisabisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri
bekerja sendiri-sendiri atau atau berupa berupa gabungan gabungan satu satu dengan dengan lainnya. lainnya. (Josep(Josep Edward Shigley,1983).
Edward Shigley,1983). b. Fungsi
b. Fungsi
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli
puli sabuk sabuk mesin, mesin, piringan piringan kabel, kabel, tromol tromol kabel, kabel, roda roda jalan jalan dan dan roda roda gigi,gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada
poros
poros dukung dukung yang yang berputar. berputar. Contohnya Contohnya sebuah sebuah poros poros dukung dukung yang yang berputar,berputar, yaitu poros roda keran berputar gerobak.
yaitu poros roda keran berputar gerobak. c. Prinsip Kerja
c. Prinsip Kerja Poros
Poros merupakan merupakan sebatang sebatang logam logam yang yang berpenampang berpenampang lingkaran lingkaran yangyang berfungsi
berfungsi memindahkan memindahkan putaran putaran atau atau mendukung mendukung sesuatu sesuatu beban beban dengan dengan atauatau tanpa meneruskan daya. Poros ditahan oleh dua atau lebih bantalan poros atau tanpa meneruskan daya. Poros ditahan oleh dua atau lebih bantalan poros atau pemegang
pemegang poros. poros. Bagian-bagian Bagian-bagian berputar berputar yang yang didukung didukung poros poros seperti seperti rodaroda daya (fly whweel), roda gigi, roda ban roda gesek dan lain-lain.
daya (fly whweel), roda gigi, roda ban roda gesek dan lain-lain. d. Aplikasi
d. Aplikasi
Poros dapat digunakan pada mesin penghancur plastik, pada roda kereta Poros dapat digunakan pada mesin penghancur plastik, pada roda kereta api, As Garden, dan lain-lain.
api, As Garden, dan lain-lain. 5.
5. KoplingKopling
a. Definisi a. Definisi
Kopling adalah komponen motor yang menghubungkan poros engkol Kopling adalah komponen motor yang menghubungkan poros engkol dengan poros roda gigi transmisi. Kalau di luar negeri komponen ini dengan poros roda gigi transmisi. Kalau di luar negeri komponen ini bernamaclutch.
bernamaclutch. b. Fungsi
b. Fungsi
Terdapat beberapa fungsi dari kopling, antara lain sebagai berikut: Terdapat beberapa fungsi dari kopling, antara lain sebagai berikut: 1)
1) Meneruskan Meneruskan putaran putaran poros poros engkol engkol ke ke transmisi transmisi (persneling).(persneling). 2)
2) Melepaskan Melepaskan hubungan ahubungan antara ntara poros poros engkol engkol mesin mesin dengan dengan transmisi.transmisi. 3)
3) Meneruskan perputaran Meneruskan perputaran poros engkol poros engkol mesin ke mesin ke transmisi transmisi secara berangsur-secara berangsur-angsur secara merata tanpa hentakan.
angsur secara merata tanpa hentakan. 4)
4) Menghubungkan Menghubungkan dan dan memutuskan memutuskan putaran mputaran motor otor ke tke transmisi.ransmisi. c.
c. Prinsip Prinsip KerjaKerja
Secara lengkap dan umum cara kerja kopling dapat Secara lengkap dan umum cara kerja kopling dapat dijelaskan sebagaiberikut:
dijelaskan sebagaiberikut: 1)
1) Handel Handel kapling kapling ditekan.ditekan. 2)
2) Tangkai pelTangkai pelepas kopling epas kopling (clutch rele(clutch release lever) ase lever) tertarik otertarik oleh kabel leh kabel kopling.kopling. 3)
3) Nok pelepas Nok pelepas (release cam(release cam) pada poro) pada poros tangkai s tangkai pelepas kopling pelepas kopling mendorongmendorong batang pengangkat (lifter rod).
batang pengangkat (lifter rod). 4)
4) Batang pengangkat Batang pengangkat menekan pengangkat menekan pengangkat (lifter pin) (lifter pin) dan pelat dan pelat pengangkatpengangkat (lifter plate).
(lifter plate). 5)
5) Pelat pengangkat Pelat pengangkat menekan pegas-pegas koplimenekan pegas-pegas kopling dan ng dan mendorong piringanmendorong piringan penekan (pressure plate) sehingga menjauhi susunan pelat-pelat gesek kopling. penekan (pressure plate) sehingga menjauhi susunan pelat-pelat gesek kopling.
6) Terjadilah jarak renggang kecil diantara pelat-pelat gesek dan pelat-pelat baja sehingga perputaran rumah kopling tidak diterusan lagi ke pusat kopling. Dengan melepaskan handel kopling secara perlahan-lahan maka gaya tekan pegas sedikit demi sedikit diteruskan kembali pada susunan pelat-pelat gesek kopling, yang pada akhimya pelat-pelat baja beserta pusat kopling mulai mengikuti perputaran rumah kopling secara merata.
6. Sabuk-Puli
a. Definisi
Puli adalah sebuah mekanisme yang terdiri dari roda pada sebuah poros atau batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran di sekelilingnya. Sebuah tali, kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur puli untuk memindahkan daya. Puli digunakan untuk mengubah arah gaya yang digunakan, meneruskan gerak rotasi, atau memindahkan beban yang berat.
b. Fungsi
Sistem puli dengan sabuk terdiri dua atau lebih puli yang dihubungkan dengan menggunakan sabuk. Sistem ini memungkinkan untuk memindahkan daya, torsi, dan kecepatan, serta dapat memindahkan beban yang berat dengan variasi diameter yang berbeda.
Sabuk penggerak berfungsi memindahkan gaya atau memindahkan putaran dari puli satu ke puli yang lain. Sabuk penggerak banyak digunakan untuk industri, otomotif, pertanian, dan lain-lain. Sabuk penggerak untuk mesin-mesin industri dan mesin pertanian selalu dibuat dengan standar potong silang.
c. Prinsip Kerja
Selain menggunakan sabuk puli juga dapat dihubungkan dengan menggunakan tali atau kabel. Sistem ini terdiri dari satu buah tali atau kabel yang memindahkan gaya linier pada suatu beban melalui sebuah puli atau lebih yang bertujuan untuk menarik beban (melawan gravitasi). Sistem ini sering digolongkan pada mesin sederhana. Puli digunakan untuk mengubah arah gaya yang digunakan, meneruskan gerak rotasi.
Puli - Sabuk pada prinsipnya mempunyai prinsip yang sama dengan sprocket rantai. Pemakaian puli-sabuk ini dengan pertimbangan bahwa bila terjadi mekanisme kerja yang tidak diharapkan pada mesin, maka tidak akan mengakibatkan kerusakan pada elemen yang lain mengingat sifat-sifat pilu-sabuk yang dapat slip.
d. Aplikasi
Digunakan pada konstruksi tertentu pada mesin penghancur dan digunakan untuk mentransmisikan daya dari motor listrik ke poros pisau. Sabuk biasanya digunakan untuk mesin-mesin penggilingan padi, mesin press, mesin tempa dan lain-lain. Sabuk digunakan secara luas dalam industri mesin jahit, komputer, mesin fotokopi dan sebagainya.
7. Rantai-Sproket a. Definisi
Rantai-sproket adalah roda bergerigi yang yang berpasangan dengan rantai, tarack atau benda panjang yang bergerigi lainnya. Sprocket berbeda dengan roda gigi, sproket tidak pernah bersinggungan dengan sprocket lainnya dan tidak pernah cocok. Sproket juga berbeda dengan puli dimana sprocket memiliki gigi sedangkan puli pada umumnya tidak memiliki gigi.
b. Prinsip Kerja
Prinsip kerja rantai dan sprocket yaitu sprocket dihubungkan dengan rantai untuk memutar poros yang menyangga pada roda belakang. Yang bekerja berdasarkan gerakan hidroluik transmisi dari pinion dan manual dari gear belakang.
c. Aplikasi
Sproket banyak digunakan pada sepeda, sepeda motor, mobil, kendaraan roda rantai dan mesin lainnya digunakan untuk mentransmisikan gaya putar antara 2 poros.
Sproket juga digunakan pada kendaraan roda rantai. ada kendaraan jenis ini, jumlah sproket yang terlibat banyak, namun sproket yang menggerakkan hanya satu, dua atau tiga. Sproket yang menggerakkan jika hanya satu biasanya berada di depan atau dibelakang kendaraan. Sementara dengan dua sproket penggerak, posisi sproket ada didepan dan belakang. Sproket penggerak ketiga biasanya bisa dimana saja dan biasanya posisinya lebih tinggi dari sproket penggerak
yang lain.
8. Roda Gigi a. Definisi
Roda gigi adalah bagian dari mesin yang berputar yang berguna untuk mentransmisikan daya. Roda gigi memiliki gigi-gigi yang saling bersinggungan dengan gigi dari roda gigi yang lain. Dua atau lebih roda gigi yang bersinggungan dan bekerja bersama-sama disebut sebagai transmisi roda gigi,
dan bisa menghasilkan keuntungan mekanis melalui rasio jumlah gigi. Roda gigi mampu mengubah kecepatan putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya. Tidak semua roda gigi berhubungan dengan roda gigi yang lain; salah satu kasusnya adalah pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau menghasilkan gaya translasi, bukan gaya rotasi
Roda gigi berfungsi mentransmisikan daya dan putaran yang tepat dari sumber penggerak ke poros penggerak berikutnya.
c. Aplikasi
Roda gigi digunakan pada jam mekanis. Perputaran jarum jam, menit dan detik terjadi karena kombinasi dari pasangan roda giginya, pada mainan anak-anak, kerek dan lain-lain.
Elemen mesin merupakan ilmu yang mempelajari bagian-bagian mesin dilihat antara lain dari sisi bentuk komponen, cara kerja, cara perancangan dan perhitungan kekuatan dari
komponen tersebut.
Dasar-dasar yang diperlukan untuk dapat mempelajari dan mengerti tentang elemen mesin
dan permasalahannya antara lain berkaitan dengan : • Sistem gaya
• Tegangan dan regangan • Pengetahuan bahan • Gambar teknik • Proses produksi 1.2 Definisi mesin Mesin
• Gabungan dari berbagai elemen mesin yang membentuk satu sistem kerja. • Mesin-mesin penggerak mula
Turbin : air, uap, gas : (pesawat terbang, kapal laut, kereta api, dll). Motor listrik (AC, pompa air, kompresor, dll)
Motor Bakar Bensin dan Diesel (mobil, sepeda motor, kereta diesel, generator
listrik.
Kincir angin (pompa, generator listrik)
• Mesin-mesin lain : crane, lift, katrol, derek, alat-alat berat, mesin pendingin, mesin
pemanas, mesin produksi, dll.
• Mesin-mesin tersebut terdiri dari berbagai jenis dan jumlah komponen pendukung yang berbeda-beda
1.3 Satuan SI (Satuan Absolute/mutlak)
Untuk memberikan informasi yang kuantitatif dari suatu gejala alam diperlukan pengukuran terhadap sifat-sifat fisisnya. Sifat-sifat fisis disebut sebagai besaran umum, seperti : panjang, volume, momentum dan lain-lain. Pengukuran besaran sifat-sifat fisis dilakukan dengan membandingkan besaran yang akan diukur dengan dengan suatu besaran standar yang dinyatakan dengan bilangan dan satuan.
Pengukuran besaran fisik menjadi salah satu pekerjaan yang paling penting Pengukuran besaran fisik menjadi salah satu pekerjaan yang paling penting dibidang keteknikan. Kepentingannya karena berkaitan erat dengan
dibidang keteknikan. Kepentingannya karena berkaitan erat dengan keberhasilan dalam menetapkan batasan-batasan yang diperlukan bagi keberhasilan dalam menetapkan batasan-batasan yang diperlukan bagi perancangan elemen-elemen yang saling berhubungan dalam
perancangan elemen-elemen yang saling berhubungan dalam suatu bangunansuatu bangunan mesin. Agar dapat berfungsi sesuai dengan yang dikehendaki.
mesin. Agar dapat berfungsi sesuai dengan yang dikehendaki.
Dari seluruh besaran fisik yang ada, Sesuai dengan ketetapan SI (Satuan Dari seluruh besaran fisik yang ada, Sesuai dengan ketetapan SI (Satuan Internasional) dalam hal ini diwakili oleh tiga besaran ukuran pokok / dasar : Internasional) dalam hal ini diwakili oleh tiga besaran ukuran pokok / dasar : –
– Panjang, Panjang, dilambangkan dilambangkan dengan dengan : L: L –
– Massa, dilambangkan Massa, dilambangkan dengan dengan : : MM –
– Waktu, dilambangkan Waktu, dilambangkan dengan dengan : : TT
Besaran pengukuran lainnya yang dibentuk oleh gabungan dari ketiga satuan Besaran pengukuran lainnya yang dibentuk oleh gabungan dari ketiga satuan dasar ini, menjadi satuan turunan. Seperti contohnya satuan
dasar ini, menjadi satuan turunan. Seperti contohnya satuan luas penampang,luas penampang, kecepatan, percepatan, tekanan dan lain-lain.
kecepatan, percepatan, tekanan dan lain-lain. Sedangkan untuk sistim satuan, dikenal ada
Sedangkan untuk sistim satuan, dikenal ada empat sistim satuan yang umumempat sistim satuan yang umum digunakan dan diakui secara internasional (SI), yakni :
digunakan dan diakui secara internasional (SI), yakni : a)
a) Satuan CGS (centimeter, gram dan second).Satuan CGS (centimeter, gram dan second).
=> dikenal sebagai satuan mutlak (absolut) atau satuan fisik. => dikenal sebagai satuan mutlak (absolut) atau satuan fisik. b)
b) Satuan MKS (meter, kilogram dan second).Satuan MKS (meter, kilogram dan second). c)
c) Satuan FPS (foot, pound dan second).Satuan FPS (foot, pound dan second).
=> dikenal sebagai satuan grafitasi atau satuan perancangan. => dikenal sebagai satuan grafitasi atau satuan perancangan. a)
a) Satuan SI (satuan Sistim Internasional).Satuan SI (satuan Sistim Internasional). Sistim satuan yang digunakan pada seluruh
Sistim satuan yang digunakan pada seluruh kurikulum ini, menggunakan sistimkurikulum ini, menggunakan sistim Satuan Internasional
Simbol Satuan Simbol Satuan
BAB 2 MACAM MACAM TEGANGAN
2.1 Tegangan Normal
Pengetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik, dengan luas tampang seragam di sepanjang batang, menerima beban atau gaya searah dengan panjang batang, maka gaya tersebut akan menimbukan tegangan atau tekanan pada tampang batang. Tegangan atau tekanan merupakan besaran gaya per satuan luas tampang. Sehingga besar tegangan yang dialami batang prismatik tersebut masing-masing sebesar T/A dan P/A. Pada gambar dibawah ini, A merupakan luas tampang melintang batang yang dikena T atau P pada .
Tegangan normal tarik pada batang prismatik
Tegangan normal tekan pada batang prismatik 2.2 Tegangan Tarik
Tegangan dan Regangan tarik ( Tensile and Strain ) : Tegangan tarik terjadi karena akibat bekerjanya gaya tarik pada luas suatu penampang sehingga bendanya mengalami perpanjangan .
2.3 Tegangan Tekan
Tegangan dan Regangan tekan ( Compresssive stress and Strain ) : Tegangan yang terjadi karena suatu gaya tekan pada suatu satuan luas penampang luas material elemen mesin sehingga mengalami pemendekan
Rumus :
2.4 Tegangan Geser
Tegangan dan Regangan geser (Shear stress and Strain ) : tegangan yang terjadi karena 2 gaya geser yang saling berlawanan arah terhadap suatu bidang geser pada bidang penampang elemen mesin sehingga bidang penampang tersebut
mengalami tegangan geser. Rumus :
τ = tegangan geser (kg/
, kg/
, ton/
) P = gaya geser atau gaya lintang (kg, ton)2.5 Tegangan Lentur
Balok merupakan struktur yang menerima beban tegak lurus terhadap arah panjang. Karenanya balok umumnya mengalami lenturan dan geseran pada bagian di dekat dudukan. Gaya geser, sering disebut gaya lintang akan menyebabkan tegangan geser. Gambar 3.52 menunjukkan diagram geser balok yang terjadi di sepanjang batang. Ditunjukkan pula diagram gaya momen yang menyebabkan lenturan pada balok. Momen penyebab lenturan tersebut disebut sebagai momen lentur.
Gaya geser dan momen lentur tersebut akan menyebabkan tegangan geser dan tegangan lentur. Tegangan lentur maksimum seperti terjadi pada batang tepat di bawah P, berjarak a dari dudukan A. Diagram momen lentur maksimum terjadi pada titik dimana geseran memiliki nilai = 0. Sedangkan geseran maksimum terjadi umumnya di daerah dudukan. Pada gambar gaya lintang masimum/
Dmaks terjadi di atas dudukan B. Terdapat dua macam momen lentur, momen lentur positif dan momen lentur negatif. Tampang balok yang mengalami lenturan positif akan mengalami tegangan dengan arah sejajar panjang batang (tegangan normal). Di bagian atas sumbu tengah tampang akan mengalami tegangan tekan (Compression Stress). Bagian bawah sumbu tampang mengalami tegangan tarik (tension stress). Sedangkan tampang dengan lenturan negatif berlaku kebalikannya, tegangan tarik di bagian atas dan tegangan tekan di bagian bawah sumbu tampang. Besaran tegangan akibat lenturan pada balok dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.
Tegangan lentur / lengkung (
), yaitu tegangan yang terjadi akibat momen lentur atau lengkung yang timbul. Momen yang diperhitungkan adalah momen maksimum.Rumus :
= tegangan lentur atau lengkung (kg/
)
= momen lengkung maksimum (kg/cm)
= momen tahanan linier (
)= 1/12 b
untuk tampang persegi panjang dengan lebar b dan tingg h = π
/64 untuk tampang lingkaran2.6 Tegangan Puntir
Terkadang suatu komponen struktur menerima puntiran, kopel puntir atau momen puntiran. Puntiran tersebut menimbulkan tegangan geseran yang disebut sebagai tegangan geser puntir. Ilustrasi batang yang mengalami torsi ditunjukkan pada Gambar 3.50.
Tegangan puntir (
), yaitu tegangan yang timbul akibat momen puntir. Besarnya tegangan yang diakibatkan oleh momen puntir/torsi pada tampangbatang lingkaran dan lingkaran berlubang dituliskan dengan formula sebagai berikut.
Rumus : τ = T . r / Ip
Dimana : τ = Tegangan geser torsi T = Besaran momen torsi
r = Jari-jari batang terputir
Ip = Momen inersia polar tampang tergeser: Ip = π
/32 untuk lingkaran pejalIp = π /32(
-
) untuk lingkaran berlubangAtau bisa juga dengan rumus :
= tegangan puntir (kg/
),
= momen puntir (kg.cm)2.7 Contoh Soal 1. Contoh soal :
Diketahui : P = 9600 kg, b = 8 cm, h = 12 cm Ditanyakan : Tegangan tarik yang timbul (
) ?2. Contoh soal hitungan :
Diketahui :P = 2100 kg; b = 5 cm; h = 7 cm L = 400 cm; E = 105 kg/
Ditanyakan :
a. Tegangan tarik yang timbul (
) ? b. Perpanjangan yang timbul (ΔL) ?c. Regangan yang timbul (ε) ? JAWAB :
Diketahui : P = 785 kg; d = 10 mm
Ditanyakan : Tegangan tekan yang timbul (
) ? Jawab :4. Contoh soal :
Diketahui : sambungan kelingan dengan P = 3140 kg dan d = 20 mm Ditanyakan : Tegangan geser yang timbul pada keling ?
Jawab :
5. Contoh soal :
Diketahui : q = 200 kg/m; L = 8 m; b = 20 cm; h = 30 cm
Ditanyakan : tegangan geser maksimum yang timbul ? Jawab :
Q = q x L = 200 x 8 = 1600 kg
Gaya lintang ↔ x = 0 → Dx =
= 800 Kgx = 8 → Dx =
– qx = 800 – 1600 = - 800 kg 6. Contoh Soal :Diketahui : balok jepit
P = 200 kg, L = 200 cm, b = 15 cm, h = 15 cm
Ditanyakan : tegangan lentur yang timbul pada balok ? Jawab :
Momen = P .L = 200 . 200 = 40000 kg.cm
7. Contoh soal :
Diketahui : d = 10 cm; P = 300 kg; L = 30 cm
Ditanyakan : tegangan puntir yang timbul (
) ? Jawab :
= 0.2
= 0.2
= 0.2 (1000) = 200
BAB 3 SAMBUNGAN LAS
3.1 Pengertian Sambungan LasProses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di sa mping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan
tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik
yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang
akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.
Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)
Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las
resistansi titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis
pengelasanyang dikehendaki
Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat
dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda
diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).
Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
yang dapat mencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.
Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu
pengembangan dari pengelasan secara manual yang khususnya untuk
pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung
adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.
Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW) Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
3.2 Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan
sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan
disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.
2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama:
Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan
ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil
dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran.
pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali
setelah dilas.
Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan.
3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau
penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar
6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las
tumpul.
4) Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul
momen puntir yang besar. 5) Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk
mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.
Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan
kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang
struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
3.3 Keuntungan Sambungan Las
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut : a. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan
menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna). b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi, sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang lubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan
sebagainya ).
f. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
3.4 Kerugian Sambungan Las
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga
tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan
kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang. 3.5 Perhitungan Sambungan Las
Kekuatan sambungan las dapat diperiksa atau dihitung kekuatannya berdasarkan atas :
Kekuatan tarik Kekuatan geser
Untuk menentukan kekuatan sambungan las terhadap kekuatan tarik yaitu dengan cara menghitung sambungan las terhadap tegangan tarik yang terjadi, Tegangan tarik pada sambungan las yaitu gaya tarik tiap satuan luas penampang las . Jika gaya tarik pada sambungan las F [N] dan luas penampangnya adalah A [mm2] maka tegangan tarik pada sambungan las tersebut adalah :
Las Tumpul
Jika ukuran panjang las-tumpul L [mm] dan tebal pelat s [mm] , maka luas penampangnya adalah :
A = L X s ………[mm2]
2) Tegangan Tarik pada Las Tumpang
Jika pelat yang dilas mempunyai ukuran tebal s [mm] dan panjang las L [mm] disambung dengan las tumpang , kemudian sambungan tersebut mendapatkan beban tarik , maka besarnya tegangan tarik yang terjadi pada las tumpang
adalah sebagai berikut : Keterangan :
3) Tegangan Geser pada Las Sisi
Jika suatu pelat disambung dengan las tumpang dua sisi dan kedua pelat
tersebut mendapatkan gaya tarik yang menyebabkan tegangan geser pada kedua sambungan lasnya . Besarnya tegangan geser pada sambungan las sisi tersebut adalah :
T g = Tegangan geser dalam satuan N/mm2 .
F = Beban pada sambungan [N] S = Tebal plat atau bilah dalam satuan mm L = Panjang lasan [mm]
Tegangan geser pada las poros Tegangan geser pada lasan
Gaya F merupakan gaya keliling yang dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan: Keterangan :
T g = Tegangan geser dalam satuan N/mm2 . d = Diameter poros dalam satuan mm
BAB 4 SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)
4.1 Definisi Sambungan Ulir
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir untuk mengikat dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu baut (Inggris=Bolt) dimana memiliki ulir di bagian luar dan Mur (Inggris = Nut) dimana memiliki ulir di bagian dalam.
Sambungan Ulir digunakan pada sambungan yang tidak permanen.
4.2 Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu:
Digunakan pada bagian mesin yang memerlukan sambungan dan
pelepasan tanpa merusak bagian mesin.
Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau perawatan.
4.3 Keuntungan dan Kerugian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian sebagai berikut;
Keuntungan Sambungan Ulir
1. Mempunyai reliabilitas (kehandalan) tinggi dalam operasi. 2. Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.
3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.
4. Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.
Konsentrasi tegangan pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai
kondisi beban
4.4 kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan
diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian Sebagai berikut : Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar amerika adalah 3A atau 3B .
Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah Sebagai berikut : Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam dari Lubang yang panjang
4.5 Istilah dalam Sambungan Ulir
Istilah-istilah dalam ulir terlihat pada gambar di bawah ini : Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup ditentukan oleh
diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter nominal.
Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau diameter root.
Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan
mur.
Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.
Crest adalah permukaan atas ulir
Depth of thread adalah jarak tegak lurus antara permukaan luar dan
dalam dari ulir.
Flank adalah permukaan ulir
Angle of thread adalah sudut yang terbentuk dari ulir Slope Ini adalah setengah pitch
4.6 Jenis – jenis dan Bentuk Ulir
a). British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentuk segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, automobile
Gambar 6.1 Model ulir
b). British Association (BA) threat
Mata Ulir berbentuk segitiga dengan puncak tumpul
Aplikasi : Untuk mengulir pekerjaan yang presisi.
c). American national standard thread. Standar nasional Amerika dimana memiliki puncak datar.
Ulir ini digunakan untuk tujuan umum misalnya pada baut, mur, dan sekrup.
d). Unified standard thread.
Tiga negara yakni, Inggris, Kanada dan
Amerika Serikat melakukan perjanjian untuk sistem ulir sekrup yang sama yaitu dengan sudut termasuk 60°, dalam rangka
memfasilitasi pertukaran mesin. Ulir ini
memiliki puncak dan akar yang bulat, seperti ditunjukkan pada Gambar.
Gambar 6.3 Ulir British Association
Gambar 6.4 Ulir American standard
e). Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine tools, valves.
f). Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium
Aplikasi : cutting lathe, brass valves.
g). Knuckle threat
Mata ulir berbentu bulat, merupakan modifikasi dari ulir persegi. Ulir ini digunakan untuk pekerjaan kasar, biasanya ditemukan di sambungan gerbong kereta api, dan botol kaca.
h). Ulir Metrics
Merupakan ulir standar India dan mirip dengan ulir BSW. Ini memiliki sudut 60 °. Profil dasar ulir ditunjukkan pada Gambar. Samping atas dan profil desain mur dan baut ditunjukkan pada Gambar.bawah.
Gambar 6.6 Ulir Square(segi empat)
Gambar 6.7 Ulir acme(trapesium)
Gambar 6.9 Ulir metrics
4.7 Tipe Umum Penyambungan Ulir 1. Through bolt
Merupakan jenis penyambungan yang digunakan untuk menyambung dua bagian atau lebih dengan cara dijepit menggunakan mur dan baut. Lubang aterial yang akan disambung harus sesuai dengan ukutan baut sehingga beban yang dapat ditahan oleh baut dapat maksimal.
2. Tap Bolt
Merupakan jenis penyambungan dua buah material atau lebih dimana salah satu ujung mur mengikat pada material dan ujung lainnya diikat dengan baut,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.11
Gambar 6.10 Through bolt
3. Studs
Merupakan jenis penyambungan dua buah material atau lebih dimana mur diikat langsung pada material, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.12.
4. Macam-macam bentuk kepala mur dan baut ditunjukkan pada gambar
4.8 Penguncian Mur / Baut
Umumnya mur dan baut akan tetap kencang di bawah beban statis, tapi banyak ikatan mur dan baut menjadi longgar di bawah beban variabel atau ketika mesin mengalami getaran. Mengendurnya baut/mur ini sangat berbahaya dan harus dicegah. Untuk mencegah hal ini, sejumlah besar metode penguncian perangkat telah diterapkan, beberapa di antaranya adalah :
1) Jam nut or lock nut. Perangkat penguncian yang paling umum adalah mengunci
mur. Metode ini menggunakan dua buah mur dimana mur bagian atas adalah sebagai penguncinya. Seperti
Gambar 6.12 Studs bold
Gambar 6.13 Macam-macam bentuk ke ala mur dan baut
ditunjukkan pada gambar 6.14. 2) Castle nut.
Mur berbentuk heksagonal dengan bagian atas berbentuk silinder yang memiliki slot, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.15. Pin melewati dua slot pada mur dan sebuah lubang pada baut, biasanya digunakan pada kondisi yang tiba-tiba mengalami guncangan dan getaran yang cukup besar seperti di industri otomotif.
3) Sawn nut.
Memiliki slot setengah mur, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.16 dimana mur diperkuat dengan sekrup kecil yang menghasilkan lebih banyak gesekan antara mur dan baut. Hal ini mencegah mengendurnya mur.
4) Locking with pin.
Mur dapat dikunci dengan menggunakan pin atau pasak lancip melewati tengah mur seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.17(a). Tapi pin juga sering digunakan diatas dari mur, yaitu dimasukkan pada lubang baut, seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.17(b)
Gambar 6.15 Castle nut
Gambar 6.16 Sawn nut
Gambar 6.17 a Locking with pin
5) Locking with plate.
Mur bisa disesuaikan dan kemudian dikunci melalui interval sudut 30 ° dengan menggunakan plat. Plat penguncian ditunjukkan pada Gambar. 6.18.
6) Spring lock washer
Mur dapat dikunci dengan menggunakan pegas cincin yang pipih, pegas dapat meningkatkan ketahanan sehingga mur tidak mudah untuk mengendur seperti ditunjukkan pada Gambar. 6.19. Gambar 6.18 Locking with plate
Tabel 6.1 Standard ukuran ulir
4.9 Bahan ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (
/
) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.4.10 Langkah-langkah Perencanaan Ulir Baut dan Mur 1. Diameter Ulir, d (mm) τt = A W = 1 ) 4 / ( d W
Untuk diameter baut yang mempunyai diameter ≥ 3 mm, umumnya besar diameter d1 ≈ 0,8 d, sehingga (d1/d)² = (0,8 d/d) ² = 0,64 ≈ 0,64
τt = 2 ) 8 , 0 )( 4 / ( d W ≤ τa, sehingga d ≥ 64 , 0 4 ax W atau d ≥ a W 2 (mm)
Dimana : Wo = Beban tarik aksial pada baut (kg) W = Beban rencana = Wo . fc (kg) Wo = Beban murni (kg)
Fc = Faktor koreksi beban
Tabel. Faktor koreksi gaya/beban yang akan ditransmisikan/dipindahkan/diteruskan,fc
Daya/Beban yang akan ditransmisikan fc Daya/beban rata-rata yang diperlukan
Daya/beban maksimum yang diperlukan
Daya/beban normal yang diperlukan
1,2 - 2,0 0,8 - 1,2 1,0 - 1,5
τa = Tegangan tarik aksial yang diizinkan (kg/mm²)
2. Tekanan Kontak pada permukaan ulir yang terjadi, q (kg/mm²) q = ) . . 2 . ( d hz W ≤ qa (kg/mm²)
Dimana : d2 = Diameter lingkaran jarak bagi ulir (mm) h = Tinggi ulir (mm)
z = Jumlah lilitan ulir (buah) z ≥ W / (πd2.h.qa) (buah)
qa = Tekanan kontak permukaan yang diizinkan (kg/mm²) qa dapat dilihat pada Tabel 7.4 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir.
H = z . p (mm)
Dimana : p = kisar (jarak puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang berikutnya) (mm)
Menurut standar : H = (0,8 – 1,0) d (mm)
4. Tegangan geser yang terjadi pada ulir baut, τb (kg/mm²) τb = z p k d W . . . 1 . (kg/mm²)
Dimana : d1 = Diameter dalam ulir baut (mm) k.p = Tebal akar ulir baut (mm)
k ≈ 0,84 (untuk ulir metris)
5. Tegangan geser yang terjadi pada mur, τn (kg/mm²) τn = z p j D W . . . . (kg/mm²)
Dimana : D = Diameter luar mur (mm) j. p = Tebal akar ulir mur (mm) j ≈ 0,75
6. Pemeriksaan Tegangan
Tegangan geser yang terjadi baik pada ulir baut maupun pada ulir mur harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkzn, τa (kg/mm²)
τb, τn < τa (aman / dapat dipakai) Dimana :
Untuk bahan baja liat kadar karbon 0,2 – 0,3 (%) yang difinis tinggi adalah τa = 6 (kg/mm²)
Untuk bahan baja liat kadar karbon 0,2 – 0,3 (%) yang difinis biasa adalah τa = 4,8 (kg/mm²)
LATIHAN PERHITUNGAN
Rencanakan ulir baut dan mur untuk sebuah kait dengan beban tarik 5 ton dengan faktor koreksi daya beban 1,2. Bahan ulir dan mur terbuat dari baja liat difinis tinggi yang memiliki tegangan tarik 40 kg/mm 2
.
Diketahui : Wo = 5 ton = 5000 kg Fc = 1,2
τB = 40 kg/mm2
Ditanya : 1. Diameter ulir dan mur, d (mm)
2. Jumlah lilitan ulir mur yang diperlukan, z (buah) 3. Tinggi mur (mm)
4. Tegangan geser ulir baut dan mur, τb/ τn (kg/mm 2) 5. Pemeriksaan tegangan τb dan τn < τa ( harus a aman)
Jawab : 1. Diameter ulir dan mur, d (mm) d =
(mm)Dimana : W = beban tarik aksial = Wo . fc = 5000 . 1,2 = 6000 kg τa = Tengangan tarik izin (kg/mm2)
Berdasarkan penjelasan hal. 297 untuk bahan baja liat difinis tinggi = 6 kg/mm2 d =
=
=
2000 = 44,741 mm. Ditentukan d = 45 mm. Berdasarkan Tabel 7.1 (b) Ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205) hal. 290 untuk Diameter luar ulir, d = 45 mm, adalah :-
Diameter dalam ulir, d1 = 40, 129 mm-
Jarak bagi ulir atau kisar, p = 4,5 mm.2. Jumlah ulir mur yang diperlukan, z (buah) Z = qa h d W . . 2 . (buah) Dimana : phi, π = 3,14 d2 = diameter lingkaran jarak bagi ulir =
2 1 d d = 2 129 , 40 45 = 42,565 mm h = Tinggi kepala ulir =
2 1 d d = 2 129 , 40 45 = 2, 436 mm. qa = Tekanan kontak permukaan ulir yang diizinkan
Tekanan kontak izin bahan baja liat untuk pengikat, qa = 3 kg/mm2 Z = qa h d W . . 2 . = 3 . 436 , 2 . 565 , 42 . 14 , 3 6000 = 532 , 976 6000 = 6,144 (buah) = 6 buah 3. Tinggi/lebar mur, H H = z . p = 6 . 4,5 = 27 mm
Menurut Standar : H = (0,8 – 1,0) d, halaman 297 poin (7.7), tinggi/lebar mur adalah
-
Minimun, H = 0,8 . d = 0,8 . 45 = 36 mm-
Maksimun, H = 1,0 . d = 1,0 . 45 = 45 mm-
Jumlah ulir minimun, z min. = z/p = 36/4,5 =8 buah-
Jumlah ulir maksimun, z mak = z/p = 45/4,5 = 10 buah4. Tegangan geser yang terjadi pada ulir luar atau baut, τb (kg/mm 2
) τb = z p k d W . . . 1 . (kg/mm2 )
Dimana : k = Tebal akar kulit luar ulir
Berdasarkan penjelasan hal. 297 poin (7.9), k≈ 0,84 dan j = 0,75 τb = 10 . 5 , 4 . 84 , 0 . 129 , 40 . 14 , 3 6000 = 99 , 4762 6000 = 1,26 (kg/mm2 )
5. Tegangan geser yang terjadi pada ulir dalam atau mur, τn (kg/mm 2
) τn = z p j D W . . . . (kg/mm2 ) τn = 10 . 5 , 4 . 75 , 0 . 45 . 14 , 3 6000 = 875 , 4768 6000 = 1,258 (kg/mm2 )
Dari hasil perhitungan tegangan geser yang terjadi baik ulir baut, τb = 1,26 (kg/mm2 ) dan tegangan geser yang terjadi pada ulir mur, τn = 1,258 kg/mm2 ternyata tidak melebihi dari tegangan geser yang diizinkan, τa = 6 kg/mm2 (Aman dapat digunakan)
BAB 5 SAMBUNGAN KELING
5.1 Pengertian
Paku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat- pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya.
Bagian utama paku keling adalah : 1. Kepala
2. Badan 3. Ekor
4. Kepala lepas
Bahan paku keling
Yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan. Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron. Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll
5.2 Penggunaan Paku Keling
Pemakaian paku keling ini digunakan untuk :
Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler ( boiler, tangki dan pipa-pipa tekanan tinggi ).
Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).
Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-pipa tekanan).
Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang, kapal).
5.3 Keuntungan dan Kelemahan
a. Keuntungan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan las mempunyai keuntungan yaitu :
Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh
karena itu banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.
Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
Pemeriksaannya lebih mudah
Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku
keling tersebut
b. Kelemahan
Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran
lubang paku kelingnya di samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan peledak (dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk
menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika,
dll
5.4 Jenis Pembebanan dalam Paku Keling
Bila dilihat dari bentuk pembebanannya, sambungan paku keling ini dibedakan yaitu :
Pembebanan tangensial dan Pembebanan eksentrik.
PEMBEBANAN TANGENSIAL
Pada jenis pembebanan tangensial ini, gaya yang bekerja terletak pada garis kerja resultannya, sehingga pembebanannya terdistribusi secara merata kesetiap paku keling yang digunakan.
5.5 Jenis Kerusakan
Tearing of the plate at ende : robek pada bagian pinggir dari plat yang dapat terjadi jika margin (m) kurang dari 1.5 d, dengan d ialah
diameter paku keling.
Tearing of the plate a cross a row of rivets : robek pada garis sumbu lubang paku keling dan bersilangan dengan garis gaya.
Shearing of the rivets : kerusakan sambungan paku keling karena beban geser.
5.6 Tipe Sambungan Paku Keling
A. Berdasarkan Penyambungan Plat
Lap joint (Sambungan Berimpit) : sambungan yang menempatkan pelat yang akan disambung saling berimpitan dan kedua pelat tersebut
disambung dengan paku keling .
Pemasangan tipe lap joint biasanya digunakan pada plat yang overlaps satu dengan yang lainnya..
Butt joint (Sambungan Bilah): sambungan yang menempatkan kedua ujung pelat yang akan disambung saling berdekatan, lalu kedua pelat tersebut ditutup dengan bilah (strap), kemudian masing-masing pelat disambungkan dengan bilah menggunakan paku keling
Digunakan untuk menyambung dua plat utama, dengan menjepit menggunakan 2 plat lain, sebagai penahan (cover), dimana plat penahan ikut dikeling dengan plat utama. Tipe ini meliputi single strap butt joint dan double strap butt joint
B. Berdasarkan Jumlah Baris
Sambungan baris tunggal (single riveted joint)
Pada sambungan berimpit, sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku keeling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku pada masing-masing sisi sambungan.
Sambungan baris ganda (double riveted lap joint)
Pada sambungan berimpit, sambungan baris ganda adalah sambungan yang menggunakan dua baris paku keling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris ganda adalah sambungan yang menggunakan dua baris paku pada masing-masing sisi sambungan
C. Berdasarkan Susunan Paku Sambungan Rantai
Sambungan Zig - Zag
5.7 Desain Teknis Keling
Diagonal Pitch: Jarak antara pusat keling pada baris berikutnya dari sambungan keling zig-zag
Back Pitch: Jarak tegak lurus diantara garis pusat dari baris berikutnya, donotasikan dengan ps.
Margin: Merupakan jarak antara pusat dari lubang keling dengan tepi dari pelat, notasi m.
5.8 Perhitungan Dalam Paku Keling
Perhitungan Kekuatan
- Area Sobekan per Panjang Pitch
- Ketahanan sobek per panjang pitch
Dimana :
p = pitch dari keling d = diameter keling t = ketebalan plat
f t = tegangan tarik yg diijinkan dari bahan plat
Pergeseran Pada Keling
- Area geser per keling / Luas Penampang
- Tegangan Geser
⁄
Sehingga
⁄
- Diameter paku Keling
√
- Ketahanan geser keling per panjang pitch
- Area patah per rivet
- Total area patah
- Ketahanan patah keling per panjang pitch
Dimana :
n : jumlah keling per panjang pitch
f c : tegangan patah yg diijinkan bahan keeling
Efisiensi Sambungan Keling
- Strength of The Riveted Joint ( Pt, Ps, Pc)
- Strength of Plate, P = p x t x f t
- Efisiensi Sambungan
EFISIENSI SAMBUNGAN
Lap Joint Effisiensi But joint (D strap) Effisiensi Single 45 – 60 Single 55 – 60 Double 63 – 70 Double 70 – 83 Triple 72 – 80 Triple 80 – 90 Quadruple 85 – 94
BAB 6 POROS (SHAF)
6.1 Definisi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat diameter pasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pully, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bias menerima beban lentur, beban tarikan, beban teka atau beban puntur yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
6.2 Macam-macam Poros
1. Jenis-Jenis Poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:
a. Poros Transmisi
Poros Transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut dengan poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk metransmisikan putaran dan rotasi dari satu lokasi kelokasi yang lainnya. Poros mentransmisikan torsi dan driver (motor atau engine) ke driven. Komponen mesin yang sering digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi, puli dan sprocket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan pasangan roda gigi, sabuk atau rantai. Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti pada poros motor dan engine crank shaft, bisa juga poros bebas yang dihubungakan ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai dudukan poros, digunakan bantalan.
b. Poros Spindle
Poros Spindle adalah poros tranmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utama berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan bentuk serta ukuran haruslah teliti.
c. Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter, bahkan kadang kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang terpasang diantara roda-roda kereta barang dll.
Gambar 3. Gandar
Gambar 2. Poros Spindle 1
Berdasarkan bentuknya : a. Poros lurus
b. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin
Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).
6.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Poros a. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya :kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertingkat ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.
b. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian (padamesinperkakas), getaran mesin (vibration) dansuara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut. c. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar ,motor listrik , dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut
agar lebih rendah dari putaran kritisnya. d. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan
yang tahan korosi perlu mendapat prioritas utama. e. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom, baja khrom nikel, baja khrom molibden, baja khrom nikel molebdenum, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.
6.4 Perancangan Poros
Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada perancangan poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya misalignment pada roda gigi, sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa