6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sosiologi Komunikasi
2.1.1 Pengertian Sosiologi Komunikasi
Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu
komunikasi dari sudut sosiologis. Pada pembahasannya sosiologi komunikasi
membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas
sosial, interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
dan kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam
masyarakat tersebut.1
Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan
sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi2.
Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan
studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi
interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai ruang lingkup
dalam studi-studi sosiologi komunikasi.
Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari
sosiologi komunikasi itu sendiri.
1
Burhan Bungin.Sosiologi Komunikasi,Kencana Prenada Media Group Surabaya 2007 hal 31
2
Soelaeman M. Munandar, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial Edisi Revisi. Bandung:PT.ERESCO,1992
1. Menurut Soerjono Soekanto sosiologi komunikasi merupakan kekhusus-an
sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara
para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok.
2. Menurut Bungin, Sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang sekaligus
menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut yakni
sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.
Namun hal terpenting didalam sosiologi komunikasi adalah proses
interaksi sosial dan kontak sosial yang terjadi antara sesama manusia. Dimana
kontak sosial memiliki cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang
telah ada.
2.1.2 Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur
dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan
lainnya. Selain itu manusia juga diciptakan sebagai makhluk “multidimensional”,
memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial,
Karena itu manusia disebut sebagai makhluk yang unik, yang memiliki
kemampuan sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
stimultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
dan sebagai makhluk spiritual.
Di sisi lain, karena manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada
dasarnya tidak mampu hidup sendiri didalam dunia ini baik sendiri dalam konteks
fisik maupun konteks sosial – budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya,
manusia membutuhkan manusia untuk saling berkolaborasi, dalam pemenuhan
kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya.Setiap manusia memiliki
kebutuhan masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi
kebutuhan- kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang dapat
diadaptasi oleh masing-masing manusia.
Sosiologi Komunikasi sendiri berawal dari kajian komunikasi yang berasal
dari akar pemikiran Karl Marx, Dimana Karl Marx sendiri adalah salah satu tokoh
pendiri sosiologi yang berkebangsaan Jerman selain Auguste Comte dan Emile
Durkheim. Gagasan Karl Marx sendiri tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran
Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx sehingga Marx muda
menjadi seorang yang idealisme (bukan materialisme) justru dari
pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang idealisme. Hegel juga dikaitkan dengan filsafat
idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental dari pada
kehidupan material.3
Selain Hegel, di kemudian hari Jurgen Habermas juga melahirkan
gagasa-gagasan tentang komunikasi dengan tindakan komunikatif (Interaksi).
3
pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas sendiri
menanamkan gagasan-gagasan sebagai rekontruksi materialisme historis.
Habermas bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies
makhluk, aktivitas yang berperasaan. Hebermas menganggap bahwa Marx telah
gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja dan
interaksi sosial.4
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur.
Bahwa kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott
Parson Dan Robert K.Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi
lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural-fungsional. Sedangkan
sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas meyumbangkan
paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Tabel 2.1 Tabel Dasar Pemikiran Sosiologi Komunikasi5
Aliran Pemikiran dalam Sosiologi Komunikasi
Struktural-Fungsional Konflik-Kritis Auguste Comte Emile Durkheim Talcott Parson Rabert K.Merton Karl Marx Jurgen Habermas John Dewey 4
Burhan Bungin,op.cit hal 18
5
2.1.3 Ilmu kajian Sosiologi Komunikasi
Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses
komunikasi yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat. Studi-studi
sosiologi komunikasi selain bersifat interdisipliner dan terbuka terhadap
sumbangan disiplin ilmu lain, Sosiologi Komunikasi juga memiliki objek kajian
yang terbuka luas setiap saat, seirama dengan cepatnya perubahan-perubahan
sosial-budaya dan teknologi media yang berkembang di masyarakat beserta
semua aspek yang mengikutinya.
Namun saat ini kendali arah perkembangan sosiologi komunikasi
ditentukan oleh pesatnya perkembangan dunia teknologi komunikasi yang
kemudian secara stimulan memengaruhi ranah-ranah sosial dan budaya
masyarakat di setiap lapisan masyarakat. Dengan demikian, maka luasan objek
kajian sosiologi komunikasi juga ikut dipengaruhi oleh perkembangan
ranah-ranah sosial budaya dan teknologi media itu dengan aspek yang mengikutinya.
Gambar 2.1 Gambar Ilmu Kajian Sosiologi Komunikasi6
6 Burhan Bungin,op.cit.hal 37 Sosiologi Komunikasi Budaya Teknologi Negara Ekonomi Hukum, Agama,Ad ministrasi,dl
2.1.4 Objek Sosiologi Komunikasi
Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek
aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis
yaitu proses sosial dan komunikasi, aspek ini merupakan aspek dominan dalam
kehidupan manusia bersama orang lain. Aspek lainnya adalah telematika dan
realitasnya. Aspek ini menyangkut persoalan teknologi media, teknologi
komunikasi, dan berbagai persoalan konvergensi yang ditimbulkannya termasuk
realitas maya yang dihasilkan oleh telematika sebagai ruang publik baru yang
tanpa batas dan memiliki masa depan yang cerah bagi ruang kehidupan.
Gambar 2.2 Gambar Objek Sosiologi Komunikasi7
7
Burhan Bungin.op.cit.hal 39
Objek Keilmuan
Formal
Proses sosial dan komunikasi(interaksi sosial)
1.Telematika dan Realitasnya
2. Perubahan sosial dan komunikasi
3. Masalah sosial dan media massa
4.Cybercommunity
5. Aspek hukum dan bisnis media
Materiil Manusia
2.1.5 Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi
Ruang lingkup Sosiologi komunikasi berada pada wilayah individu,
kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Dimana ranah ini bersentuhan dengan
wilayah lain, seperti teknologi telematika, komunikasi, proses dan interaksi sosial,
serta budaya kosmopolitan.
Namun ruang lingkup Sosiologi Komunikasi berbeda dengan studi-studi
komunikasi dan sosiologi secara keseluruhan, dengan kata lain objek sosiologi
komunikasi tidak sama dengan sosiologi secara umum, begitu juga sosiologi
komunikasi tidak mengambil objek komunikasi secara utuh, akan tetapi sosiologi
komunikasi menjembatani studi-studi sosiologi dan studi-studi komunikasi
dimana jembatan itu dibangun berdasarkan kajian sosiologi tentang interaksi
sosial yang dalam sosiologi dikenal dengan subkajian masalah-masalah
komunikasi.
Kemudian menariknya ke dalam studi komunikasi yang berkaitan erat
dengan sosiologi yaitu studi-studi media, dampak media maupun perkembangan
media komunikasi. Namun karena begitu dekatnya studi sosiologi dan
studi-studi komunikasi, maka kajian sosiologi komunikasi ini berkembang menjadi satu
kajian yang tidak bisa lagi dibedakan secara sosiologi dengan komunikasi.
2.2 Jenis jenis Sosiologi Komunikasi
Komunikasi didalam masyarakat sendiri terbagi dalam 5 jenis antara lain :
1. Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi) 2. Komunikasi kelompok
3. Komunikasi organisasi 4. Komunikasi sosial 5. Komunikasi massa
2.2.1 Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat
pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung
(melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menyurat pribadi. Fokus
pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan,
interaksi dan karakteristik komunikator.
2.2.2 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok, menfokuskan pembahasannya kepada interaksi
diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok
juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Bahasan teoritis meliputi dinamika
kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola
dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.
2.2.2.1 Karakteristik Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok. Ada beberapa karakteristik kelompok sosial yang dapat
dibagi berdasarkan struktur masing – masing antara lain :
1. Kelompok Formal-Sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat
sekunder, bersifat formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta
dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula.
2. Kelompok Formal-Primer adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat
formal namun keberadaannya bersifat primer. Kelompok ini tidak memiliki
aturan yang jelas, walaupun tidak dijalankan secara tegas.
3. Kelompok Informal-Sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya informal
namun keberadaannya bersifat sekunder. Kelompok ini bersifat tidak
mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk
berdasarkan sesaat dan tidak mengikat bahkan bisa terbentuk walaupun
memiliki tujuan-tujuan kurang jelas.
4. Kelompok Informal-Primer adalah kelompok sosial yang terjadi akibat
meleburnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena
pembentukan sifat-sifat di luar kelompok formal-primer yang tidak dapat
ditampung oleh kelompok formal-primer.
Berdasarkan teori komunikasi kaum sosialita terletak pada komunikasi
kelompok dimana interaksi di antara orang-orang dalam kelompok – kelompok
kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Kaum
dengan sesamanya. Cara berkomunikasi yang terjadi antara kaum sosialita lebih
menekankan dari hasil interaksi yang mendalam dari anggota kelompok sosialita
itu sendiri.
2.2.3 Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang
terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan
bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.
Pembahasannya meliputi struktur dan dan fungsi organisasi, hubungan antar
manusia manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan
organisasi.
2.2.4 Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih
intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antar komunikator dan
komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini
terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.
2.2.5 Komunikasi Massa
Secara teori, pada satu sisi, konsep komunikasi massa mengandung
pengertian sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan
menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada sisi lain, komunikasi
dikonsumsi oleh audience. Fokus kajian dalam komunikasi massa adalah media
massa.
2.3 Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap
hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih
tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan
yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai
kekayaan materiil dari pada kehormatan, misalnya mereka yang lebih banyak
mempunyai kekayaan materiil akan menempati kedudukan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala tersebut menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu
kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Stratifikasi Sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat yang menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial sosial yang
beda secara hirarki dan memberikan hak serta kewajiban yang
berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan sosial lainnya. Beberapa para ahli
mengemukakan pendapatnya tentang definisi dari stratifikasi sosial itu sendiri
antara lain:
1. Pitirim Sorokin, sistem stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas – kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam
2. Menurut Soerjono Soekanto, Stratifikasi Sosial adalah pembedaan posisi
seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Biasanya stratifikasi didasarkan pada kedudukan yang diperoleh melalui
serangkaian usaha perjuangan.
Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial
yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (Upper Class), menengah ( Middle
Class), dan bawah (Lower Class).8
Tabel 2.2 Tabel Kelas-kelas Sosial
Upper Class Middle Class Lower Class
Kelompok elite Sosialita Pejabat Tinggi Kelompok profesional, Kelompok pekerja, Wiraswasta Pedagang, Kelompok fungsional lainnya Kelompok pekerja kasar, Buruh harian Buruh lepas
Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus
pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku
pada lingkungan itu. Kelas sosial dengan strata sosial tertentu ada kalanya
terbentuk dengan sendirinya, ada pula yang dibentuk berdasarkan tujuannya.
Strata kelas sosial yang terbentuk dengan sendirinya adalah berdasarkan pada
kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat, harta dalam
batas-batas tertentu. Sedangkan strata kelas sosial yang dibentuk berdasarkan tujuan
8
tertentu adalah seperti pemimpin dan yang dipimpin, yang memiliki kekayaan.
dan yang tidak, dan yang memiliki kekuasaan atau yang rakyat biasa.
Pada proses pembentukannya kelas sosial memiliki dasar-dasar pembentuk antara
lain :
1. Ukuran kepercayaan
2. Ukuran kekuasaan
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran Ilmu pengetahuan
2.3.1 Sifat Stratifikasi Sosial
Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat terbagi menjadi dua antara
lain:
1. Stratifikasi sosial Tertutup (closed social stratification) yaitu dimana
dibatasinya kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah.
2. Stratifikasi sosial Terbuka (open social stratification) yaitu kebalikannya dari
stratifikasi sosial tertutup dimana setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau
bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan
2.3.2 Bentuk Stratifikasi Sosial
Di dalam masyarakat stratifikasi sosial memiliki beberapa bentuk dalam
pengelompokannya, antara lain :
1. Sistem Kasta yaitu pengelompokkan yang dibentuk berdasarkan keturunan,
keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup, perkawinan endogami,
hubungan dengan kelompok sosial lain terbatas, penyesuaian diri ketat pada
norma-norma kasta, diikat oleh kedudukan yang sudah ditetapkan secara
tradisional, prestise kasta dijaga, kasta yang lebih rendah dikendalikan oleh
kasta yang lebih tinggi.
2. Sistem Kelas sosial yaitu berdasarkan pada status yang diusahakan.
3. Sistem Feodal, yaitu berdasarkan kepemilikan tanah, raja, bangsawan, ksatria
dan petani.
4. Sistem Apartheid yaitu pengelompokkan berdasarkan warna kulit
2.3.3 Fungsi Stratifikasi sosial
Secara umum stratifikasi sosial memiliki fungsi yang bermacam-macam
mulai dari :
1.Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan,
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat
menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang
menerima anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau
kekuasaan.
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku,
cara berpakaian dan bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki
sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
2.4 Sejarah Sosialita
Istilah sosialita pertama kali muncul sekitar pada tahun 1928, Istilah ini
dikemukakan didalam buku referensi Merriam-Webster yang mengatakan bahwa
kaum sosialita adalah seseorang yang menjadi anggota strata sosial elite, Artinya
orang memang sudah ditakdirkan menjadi orang kaya. Orang kaya disini dapat
didefinisikan berprofesi sebagai apapun, mulai dari pengusaha sukses, pejabat
tinggi, bahkan bangsawan sekalipun.
Idealnya definisi dari sosialita sendiri adalah mereka orang-orang yang
superkaya yang kebanyakan keturunan bangsawan, aktif di kegiatan sosial, dan
pada masanya.Istilah sosialita sendiri berasal dari bahasa “socialite” yang diambil
dari kata “social” dan”elite”. Dimana pada masa lalu di benua eropa terdapat
keluarga kerajaan yang selalu mendapatkan perlakuan VVIP saat jamuan-jamuan
makan malam ataupun pesta.
Dahulu sebutan ini terbatas dan hanya diberikan kepada kaum ningrat
berdarah biru, kini pemakainnya semakin luas merambah konglomerat, keluarga
ternama, dan yang ultrakaya. Demi bisa berdedikasi terhadap kegiatan amal,
tentunya mereka sendiri sudah harus mapan secara materi, ibaratnya tidak perlu
memikirkan mendapat uang dari mana.
Menurut Boedi9 sosialita zaman dahulu dan sekarang memiliki banyak perubahan, Pada zaman dahulu istilah sosialita memang bergengsi, mereka yang
masuk kelompok creme de la de creme orangnya itu-itu saja, Hanya dengan
menyebut nama, semua orang sudah tahu latar belakang keluarga, prestasi,
kekayaan, bahkan simpanan. Tetapi the real social darlings itu segan untuk
mengumbar eksistensi mereka. Bahkan sosialita kini banyak yang memilih berada
di balik layar.
Berbeda dengan zaman dahulu, zaman sekarang banyak kelompok wanita
yang menamakan diri mereka sebagai kaum sosialita. Mereka memang berasal
dari keluarga ningrat dengan gaya hidup yang glamour serta cara berpakaian yang
fashionable namun kepeduliannya terhadap dunia sosial kurang begitu dominan
atau seimbang dengan harta yang dimilikinya.Perubahan makna ini disebabkan
9
oleh banyak faktor, antara lain dari banyaknya media yang mengangkat
profil dan event sosialita pada media cetak dan elektronik.. Gempuran media yang
mengekspos kehidupan “tralala” kaum sosialita ini juga membuat semakin
banyak orang, terutama wanita mendambakan reputasi sosialita dan diekspos ke
publik.
Selain karena media yang mempengaruhi perubahan makna ini, ada juga
pencetus lainnya yang menyebabkan pergeseran makan atau ajang “ikut-ikutan”
yakni efek domino dari satu atau dua majalah gaya hidup yang berlebihan
membidik kehidupan sosialita dihalaman-halaman majalah mereka. Selain itu
demand/kebutuhan pembaca yang senang melihat yang cantik-cantik dan