• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ALTERNATIF PENENTUAN JALUR BARU SUTET PLN MENGGUNAKAN FOTO UDARA DAN ANALISA GIS BETA ROHANA FITRIA RAHMA,TEGUH HARIYANTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ALTERNATIF PENENTUAN JALUR BARU SUTET PLN MENGGUNAKAN FOTO UDARA DAN ANALISA GIS BETA ROHANA FITRIA RAHMA,TEGUH HARIYANTO."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ALTERNATIF PENENTUAN JALUR BARU SUTET – PLN MENGGUNAKAN FOTO UDARA DAN ANALISA GIS BETA ROHANA FITRIA RAHMA,TEGUH HARIYANTO

Program Studi Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia

Abstrak

SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Oleh karena itu diperlukan adanya pemetaan untuk penentuan jalur SUTET yang efektif. Teknologi pemetaan dengan foto udara berkembang dengan cepat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Selain itu Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa obyek-obyek geografis sangat tepat digunakan untuk analisa penentuan jalur baru SUTET - PLN.

Data dasar yang digunakan adalah Foto Udara Medium Format skala 1 : 20.000 yang akan diolah sedemikian rupa menjadi informasi spasial dan analisa Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan metode fungsi analisis overlay, hingga menghasilkan hasil analisa Sistem Informasi Geografis untuk jalur SUTET – PLN yang baru.

Hasil dari penelitian ini adalah Peta Tata Guna Lahan dan Peta Kemiringan Lahan daerah Ungaran– Kabupaten Semarang serta Peta jalur baru SUTET – PLN yang memnuhi kriteria parameter tata guna lahan, parameter kemiringan lahan, dan parameter pemukiman.

Kata Kunci : SUTET, Foto Udara Medium Format, analisis overlay

PENDAHULUAN

SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat pusat beban sehingga energi listrik bias disalurkan dengan efisien. Oleh karena itu diperlukan adanya pemetaan pada sepanjang jalur SUTET untuk penentuan jalur SUTET yang efektif. Dengan berkembangnya kebutuhan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Salah satu metode dalam pemetaan adalah menggunakan foto udara (aerial photogrametri). Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi kamera udara, film dan

pesawat, maka pekerjaan pemetaan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif cepat dan akurasi tinggi(Lillesand dan Kiefer, 1990 ). Teknologi pemetaan dengan foto udara berkembang dengan cepat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Selain itu Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa obyek-obyek geografis sangat tepat digunakan untuk analisa penentuan jalur baru SUTET - PLN. SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem informasi yang berbasis pada komputer yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografis bumi. Dengan SIG ini dapat memberikan

(2)

kemudahan-kemudahan yang diinginkan seperti data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan direpresentasikan. Dalam Sistem Informasi Geografis ini terdiri dari data spasial yang berupa peta digital dari daerah yang akan dianalisa dan juga basis data yang berupa tabel yang berisi tentang informasi spasial sehingga dengan cepat user dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jalur SUTET - PLN dengan menggunakan Foto Udara Medium Format, dan kemudian dianalisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk digunakan sebagai penentuan jalur baru.

Perumusan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan data dasar Foto Udara Medium Format skala 1 : 20.000 yang akan diolah sedemikian rupa menjadi informasi spasial dan analisa Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan metode Fungsi analisis overlay, hingga menghasilkan hasil analisa Sistem Informasi Geografis untuk jalur SUTET – PLN yang baru.

Batasan Permasalahan

1. Foto udara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Foto Udara Medium Format daerah Ungaran – Kabupaten Semarang.

2. Proses analisa Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan perangkat lunak Arc View 3.2

3. Parameter kriteria analisa penentuan jalur SUTET yaitu dilihat dari :

a. penggunaan lahan daerah jalur SUTET b. ketinggian / kemiringan lahan

c. jalur terpendek,

d. estimasi biaya dilihat dari penggunaan lahan dan kemiringan lahannya.

4. Analisa sistem informasi geografis dengan

menggunakan metode fungsi analisis overlay.

5. Wilayah Studi dari penelitian ini adalah daerah Ungaran – Kabupaten Semarang.

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1: Diagram Alir Metodologi Penelitian

(3)

Gambar 3: (lanj.) Diagram Alir Pengolahan Data Skema Overlay

Gambar 4: Skema Overlay Pemilihan Alternatif Jalur SUTET – PLN yang baru Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil daerah studi Ungaran - Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Adapun daerah studi yang diambil adalah dengan luas 4,825.336 hektar dengan batas administrasi :

Sebelah Utara : Kec Gunungpati

Sebelah Selatan : Kecamatan Klepu Sebelah Timur : Kec Kedungjati Sebelah Barat : Kec Limbangan dan

Kecamatan Boja

Peralatan Pengolahan Data

1. Perangkat keras (Hardware) a. Komputer Pentium IV

Digunakan untuk melakukan proses aplikasi Sistem Informasi Geografis. b. Printer

Digunakan untuk pencetakan hasil laporan.

2. Perangkat Lunak (Software) a. Autodesk Map 2004

Digunakan untuk proses digitasi dari peta foto udara.

b. Arcview 3.2

Digunakan untuk analisa GIS penentuan jalur baru SUTET – PLN.

Bahan Yang Digunakan

a. Foto Udara kabupaten Ungaran skala 1 : 20000

b. Kontur Bakosurtanal pulau Jawa, dalam format Shp dengan interval kontur 25m.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tata Guna Lahan

Gambar 5: Tampilan Tata Guna Lahan Daerah Ungaran – Kabupaten Semarang

(4)

Tabel 1: Luasan tata guna lahan Ungaran

Bangunan

Bangunan merupakan salah satu parameter untuk analisa penentuan jalur SUTET – PLN yang baru. Bangunan sangat diperlukan karena berhubungan dengan daerah kompensasi yang akan diberikan oleh PT. PLN Persero, yaitu 17 meter ke kanan dari as jalur SUTET – PLN dan 17 meter ke kiri dari as jalur SUTET–PLN (sumber:Kepmentamben 75.K/47/MPE/1999). Untuk analisa penentuan jalur SUTET – PLN yang baru bangunan disini dibuat buffer dengan jarak 50 meter.

Gambar 6: Tampilan Theme Bangunan Kemiringan Lahan

Salah satu parameter penentuan jalur SUTET – PLN yang baru adalah daerahnya relatif datar, hal tersebut terkait dengan penentuan jenis tower yang akan digunakan. Data kemiringan lahan ini diperoleh dari data kontur

BAKOSURTANAL dengan interval 25 meter. Dari data kontur tersebut, diolah dengan menggunakan 3D Analyst pada software ArcVIEW 3.2.

Gambar 7 : Tampilan Kemiringan Lahan dalam Elevation Range menggunakan 3D

Scene Viewer

Gambar 8: Tampilan Kemiringan Lahan dalam prosentase (Slope) menggunakan 3D Scene

Jalur SUTET – PLN yang baru

Jalur SUTET – PLN yang baru di buat dengan melihat kriteria dari 3 parameter, yaitu tata guna lahan, kemiringan lahan dan pemukiman. Berdasarkan 3 parameter tersebut, maka

(5)

didapatkan 3 alternatif jalur SUTET – PLN yang baru pada gambar berikut :

Gambar 9 : Rencana Alternatif jalur SUTET – PLN yang baru

Analisa Jalur SUTET - PLN dari Parameter Bangunan

Bangunan merupakan salah satu parameter utama yang sangat berperan penting dalam penentuan rencana jalur SUTET – PLN, hal ini dikarenakan adanya konflik pemilik banngunan yang dilewati jalur SUTET – PLN, oleh karena itu rencana jalur yang baru dibuat seminimal mungkin melewati bangunan.

RENCANA Jalur A

Dengan menggunakan Query Builder pada software ArcView GIS 3.2, maka dapat dihitung jumlah bangunanyang berada di bawah koridor SUTET – PLN (17 meter ke kanan dan 17 meter ke kiri dari as jalur) yaitu sebanyak 385 bangunan.

RENCANA Jalur B

Dengan menggunakan Query Builder pada software ArcView GIS 3.2, maka dapat dihitung jumlah bangunanberada di bawah koridor SUTET – PLN (17 meter ke kanan dan 17 meter ke kiri dari as jalur) yaitu sebanyak 125 bangunan.

RENCANA Jalur C

Dengan menggunakan Query Builder pada software ArcView GIS 3.2, maka dapat dihitung jumlah bangunanberada di bawah koridor SUTET – PLN (17 meter ke kanan dan 17 meter ke kiri dari as jalur) yaitu sebanyak 110 bangunan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jalur terbaik dari parameter bangunan adalah “RENCANA JALUR C”.

Analisa Jalur SUTET – PLN dari Parameter Tata Guna Lahan

Dari tabel pada lampiran 1 maka Rencana Jalur A dapat ditarik kesimpulan bahwa tower yang berdiri di atas tata guna lahan belukar adalah sebanyak 14 tower, sawah sebanyak 12 tower, ladang sebanyak 9 tower, dan tanah kosong sebanyak 1 tower.

Dari tabel pada lampiran 2 maka Rencana Jalur B dapat ditarik kesimpulan bahwa tower yang berdiri di atas tata guna lahan belukar adalah sebanyak 7 tower, sawah sebanyak 22 tower.

Dari tabel pada lampiran 3 maka Rencana Jalur C dapat ditarik kesimpulan bahwa tower yang berdiri di atas tata guna lahan belukar adalah sebanyak 13 tower, sawah sebanyak 13 tower, dan ladang sebanyak 3 tower.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jalur terbaik dari parameter tata guna lahan adalah “RENCANA JALUR C”.

Analisa Jalur SUTET – PLN dari Parameter Sudut

Dari tabel pada lampiran 1 maka Rencana Jalur A diperoleh rata – rata sudut antar jalur SUTET – PLN adalah sebesar 174.370.

(6)

Dari tabel pada lampiran 2 maka Rencana Jalur B diperoleh rata – rata sudut antar jalur SUTET – PLN adalah sebesar 177.360.

Dari tabel pada lampiran 3 maka Rencana Jalur A diperoleh rata – rata sudut antar jalur SUTET – PLN adalah sebesar 165.430.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jalur terbaik dari parameter sudut adalah “RENCANA JALUR B”.

Analisa Jalur SUTET – PLN dari Parameter Kemiringan Lahan.

Dari tabel pada lampiran 1 diperoleh rata – rata prosentase kemiringan lahan untuk rencana jalur A adalah sebesar 6.51 %.

Dari tabel pada lampiran 2 diperoleh rata – rata prosentase kemiringan lahan untuk rencana jalur B adalah sebesar 5.81 %.

Dari tabel pada lampiran 3 diperoleh rata – rata prosentase kemiringan lahan untuk rencana jalur C adalah sebesar 6.25 %.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jalur terbaik dari parameter kemiringan lahan adalah “RENCANA JALUR B”.

Analisa Estimasi Biaya (Estimate Cost) Rencana Jalur SUTET – PLN

Perhitungan estimasi biaya untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan dibagi menjadi 3, yaitu low cost, medium cost, dan very high cost yang dinyatakan dengan menggunakan bobot angka 1 hingga 9 yaitu dengan kriteria sebagai berikut :

• Untuk Parameter Kemiringan Lahan - kemiringan lahan antara 0% hingga 10%

akan diberi bobot 7 yaitu menunjukkan estimasi biaya rendah (low cost).

- kemiringan lahan antara 10.1% hingga 20 %, akan diberi bobot 8 yaitu

menunjukkan estimasi biaya tinggi (medium cost).

- kemiringan lahan lebih dari 20 %, akan diberi bobot 9 yaitu menunjukkan estimasi biaya sangat tinggi (hight cost). • Untuk Parameter Sudut

- Sudut antara 1750 hingga 1800 akan diberi bobot 4 yaitu menunjukkan estimasi biaya rendah (low cost).

- kemiringan lahan antara 1700 hingga 1740, akan diberi bobot 5 yaitu menunjukkan estimasi biaya tinggi (medium cost).

- kemiringan lahan kurang dari 1700,akan diberi bobot 6 yaitu menunjukkan estimasi biaya sangat tinggi ( hight cost). • Untuk Parameter Tata Guna Lahan

- Tata guna lahan belukar akan diberi bobot 1 yaitu menunjukkan estimasi biaya rendah (low cost). Pada belukar ini diberi bobot paling karena belukar merupakan lahan yang non produktif sehungga biaya yang dikeluarkan hanya pada pembelian lahannya saja.

- Tata guna lahan ladang dan kebun akan diberi bobot 2 yaitu menunjukkan estimasi biaya tinggi (medium cost), karena ladang dan kebun merupakan lahan produktif.

- Tata guna lahan sawah, akan diberi bobot 3 yaitu menunjukkan estimasi biaya sangat tinggi ( hight cost), karena selain sawah merupakan lahan yang produktif, pada pembangunan tower lahan sawah juga harus ditimbun untuk kestabilan tanahnya.

Sedangkan estimasi biaya untuk parameter pemukiman dinyatakan dalam jumlah bangunan yang terdapat di bawah koridor jalur SUTET – PLN (17 meter ke kiri dan 17 meter ke kanan dari as jalur SUTET – PLN).

Dari penjumlahan bobot estimasi biaya untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah bobot maka

(7)

semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

Dari estimasi biaya untuk parameter pemukiman, maka dapat diketahui bahwa semakin banyak pemukiman, kompensasi yang diberikan semakin banyak, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

Jadi analisa estimasi biaya ini dapat diambil dari total bobot yang diberikan untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan ditambah dengan jumlah pemukiman yang mendapat kompensasi. Semakin besar nilai penjumlahan tersebut, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

ANALISA ESTIMASI BIAYA RENCANA JALUR A

Dari tabel pada lampiran 4 dapat diketahui bahwa total bobot estimasi biaya pada parameter kemiringan lahan adalah sebesar 271, total bobot estimasi biaya pada parameter sudut adalah 161 , total bobot estimasi biaya pada parameter tata guna lahan adalah 67, jadi total bobot estimasi keseluruhan dari parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan adalah sebesar 499.

Analisa estimasi biaya ini dapat diambil dari total bobot yang diberikan untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan sebesar 499 ditambah dengan jumlah pemukiman yang mendapat kompensasi sebanyak 385 jadi total bobot estimasi biaya keseluruhan adalah sebesar 884.

ANALISA ESTIMASI BIAYA RENCANA JALUR B

Dari tabel pada lampiran 5 dapat diketahui bahwa total bobot estimasi biaya pada parameter kemiringan lahan adalah sebesar 218, total bobot estimasi biaya pada parameter

sudut adalah 116 , total bobot estimasi biaya pada parameter tata guna lahan adalah 73, jadi total bobot estimasi keseluruhan dari parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan adalah sebesar 407.

Analisa estimasi biaya ini dapat diambil dari total bobot yang diberikan untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan sebesar 407 ditambah dengan jumlah pemukiman yang mendapat kompensasi sebanyak 125 jadi total bobot estimasi biaya keseluruhan adalah sebesar 532.

ANALISA ESTIMASI BIAYA RENCANA JALUR C

Dari tabel pada lampiran 6 dapat diketahui bahwa total bobot estimasi biaya pada parameter kemiringan lahan adalah sebesar 220, total bobot estimasi biaya pada parameter sudut adalah 146 , total bobot estimasi biaya pada parameter tata guna lahan adalah 58, jadi total bobot estimasi keseluruhan dari parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan adalah sebesar 424.

Analisa estimasi biaya ini dapat diambil dari total bobot yang diberikan untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan sebesar 424 ditambah dengan jumlah pemukiman yang mendapat kompensasi sebanyak 110 jadi total bobot estimasi biaya keseluruhan adalah sebesar 534.

Dari analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga rencana jalur yang telah dibuat, jalur yang mempunyai bobot estimasi biaya terbesar adalah pada “RENCANA JALUR A”, dan jalur yang mempunyai bobot estimasi biaya terkecil adalah pada “RENCANA JALUR B”. Jadi estimasi biaya tertinggi (hight cost) adalah pada “RENCANA JALUR

(8)

A”, sedangkan estimasi biaya terendah (low cost) adalah pada “RENCANA JALUR B”.

KESIMPULAN

1. Luas tata guna lahan daerah Ungaran – Kabupaten Semarang yaitu jalan sebesar 85,300 hektar, belukar sebesar 1.421,198 hektar, Gardu Induk PLN sebesar 8,826 Kebun sebesar 8,737 Ladang sebesar 382,817 Pemukiman sebesar 1.007,390 Sawah sebesar 1.889,196 Tanah Kosong sebesar 7,833 Sungai sebesar 14,039. 2. Total luas daerah Ungaran –Kabupaten

Semarang yaitu sebesar 4.825,339.

3. Dari ketiga rencana jalur yang telah dibuat, jalur yang mempunyai bobot estimasi biaya terbesar adalah pada “RENCANA JALUR A”, dan jalur yang mempunyai bobot estimasi biaya terkecil adalah pada “RENCANA JALUR B”. Jadi estimasi biaya tertinggi (hight cost) adalah pada “RENCANA JALUR A”, sedangkan estimasi biaya terendah (low cost) adalah pada “RENCANA JALUR B”.

4. Rencana Jalur SUTET – PLN terbaik adalah pada “RENCANA JALUR B”.

SARAN

1. Sebaiknya dilakukan proses stereoploting foto udara agar dihasilkan foto udara dengan kenampakan model stereo 3D, sehingga titik tinggi dapat tergambarkan dengan jelas.

2. Untuk mendapatkan hasil klasifikasi tutupan lahan yang tepat lebih baik dilakukan pengecekan langsung di lapangan.

3. Sebaiknya menggunakan data Nilai jual Objek Pajak (NJOP) untuk menganalisa biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Aniati Murni, Dr, GIS : Hardware & Software, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

Aniati Murni, Dr, GIS : Sejarah & Perkembangan, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

Anonim. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi\<URL:http://www.elektoindonesia. com/elektro/ener32a.html>. Dikunjungi pada tanggal 8 Februari 2007, jam 23.30. Bobby, Santoso. 2001. Pengantar

Fotogrametri. Bnadung : Departemen Teknik Geodesi.

Budiman, S. 2000. Praktikum umum : Pendidikan dan Pelatihan Penginderaan Jauh. Pekayon : LAPAN.

Burrough P A. 1985. Principle of Geographical Information Systems for Land Resources Utrecht : Calrendon Press. Oxford.

Chang, Kang -Tsung. Introdcution To Geographic Information Systems. New York: McGraw-Hill, 2002.

Charter, D & Agtrisari, I, 2003. Desain dan Apilkasi GIS (Geographical Information System). PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Denny charter, Irma Agtrisari, Desain dan Aplikasi GIS, Elexmedia Komputindo, Bandung : 2002.

Environmental Systems Research Institute (ESRI), Inc. ESRI.Com. 2006. \<URL:http://www.esri.com>. Dikunjungi pada tanggal 12 Maret 2007, jam 20.15. Gumelar, Dhani. 2007. Data Spasial

\<URL:http://www.ilmu

komputer.com/SIG.html>. Dikunjungi pada tanggal 14 Februari 2007, jam 22.00. Haryanto, Teguh. 2005. Hand Out

Photogrametri I. Surabaya : Program Studi teknik Geodesi ITS.

(9)

Husein, Rahmad. 2006. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geographic

Information System) \<URL:http://www.ilmukomputer.com/Sist

em Informasi Geografis.html>. Dikunjungi pada tanggal 14 Februari 2007, jam 22.00.

Suharsana. 1997. Fotogrametri Stereo. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geodesi Universitas Gaiah Mada.

Wulan. Methodology for Selection of Framework Data : Case Study for NSDI in China. Enschede: Thesis Degree of Master of Science in GeoInformation Management, International Institute fo GeoInformation and Earth Observation (ITC), 2002.

Jensen, J. R. 1986. Introductory Digital Image Processing – A Remote Sensing Perspective. New Jersey : Englewood Cliffs.

Meita, Nur. 2006. Pengantar GIS

(Geographical Information System),\<URL:http://www.ilmu

komputer.com/SIG.html>. Dikunjungi pada tanggal 14 Februari 2007, jam 22.00.

Paul R. Wolf.1993. Elemen FotogrrametriYogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Prahasta, Eddy, 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : CV. Informatika.

Prahasta, Eddy, 2002. Sistem Informasi Geografis (Tutorial ArcView), CV. Informatika, Bandung.

Puntodewo, A, Dewi, S, dan Tarigan, J. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor : CIFOR.

Purwadhi, F, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Rajabidfard, Abbas, and I.P. Williamson. Spatial

Data Infrastructures : Concept, SDI Hierarchy and Future Directions. Melbourne, Victoria: Spatial Data Research Group, Department of Geomatics, The University of Melbourne, 2000a.

(10)

RENCANA TOWER A

(11)

RENCANA TOWER C

(12)

ESTIMASI BIAYA RENCANA TOWER B

Gambar

Gambar 1: Diagram Alir Metodologi Penelitian
Gambar 4: Skema Overlay Pemilihan Alternatif            Jalur SUTET – PLN yang baru
Gambar 7 : Tampilan Kemiringan Lahan dalam              Elevation Range menggunakan 3D             Scene Viewer
Gambar 9 : Rencana Alternatif jalur                      SUTET – PLN  yang baru

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan hukum yang telah diuraikan diatas bahwasannya para aparat penegak hukum harus condong selalu memaki Undang-Undang yang seharusnya tidak lagi dipakai tapi

Hasil Identifikasi struktur menunjukkan hasil isolasi merupakan golongan terpenoid dari batang Irvingia malayana pada ekstrak etil asetat dan termasuk golongan

Dalam gaya kepemimpinan demokratis, kepala sekolah berperan aktif dalam menentukan tugas dan tanggung jawab masing-masing guru dan pegawai, dan tetap melakukan pengawasan

 Perkembangan Oosit karang lunak Sarcophyton crassocaule antara hasil fragmentasi dan non fragmentasi (alam) tidak berbeda nyata pada umur 8 bulan maupun 10 bulan

Dari keempat lajur pemotretan data yang menggunakan 7 GCP pada setiap lajurnya di dapat RMSE pada setiap lajur kurang dari 1 piksel seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1,

Spesifikasi hasil pengembangan buku pengayaan yang diharapkan memiliki karakteristik: (1) buku pengayaan berupa modul dengan kajian materi perubahan sosial yang terjadi