• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan (Renstra DBMP) Kota Bandung 2013-2018 merupakan dokumen rencana pembangunan daerah jangka menengah yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 dan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Renstra DBMP adalah dokumen perencanaan Dinas BMP untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan dan penjabaran lebih lanjut dari RPJMD Kota Bandung Tahap II 2014-2018 khususnya bidang kebinamargaan dan sumber daya air.

Selain berpedoman kepada dokumen RPJMD Kota Bandung 2014-2018, penyusunan Renstra DBMP mempertimbangkan pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kebinamargaan dan sumber daya air, kinerja pelayanan DBMP dalam periode lima tahun terakhir, tantangan dan peluang pembangunan bidang kebinamargaan dan sumberdaya air. Pendekatan penyusunan Renstra DBMP juga mengacu pada tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan, memperhatikan keterkaitannya dengan rencana-rencana strategis dinas terkait di tingkat provinsi serta Kementerian/Lembaga di tingkat pusat serta memperhatikan aspirasi dan masukan para pemangku kepentingan pembangunan di kota Bandung.

Dengan besaran penduduk kota yang mencapai 2,5 juta jiwa dan fungsinya sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bandung dituntut untuk dapat menyediakan dan memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur kota agar terwujud visi pembangunan Bandung Juara termasuk dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur kota. RPJMD Kota Bandung 2014-2018 yang telah ditetapkan dengan Perda Nomor xx Tahun 2014 menempatkan pembangunan infrastruktur, termasuk didalamnya bidang kebinamargaan dan sumberdaya air, menjadi salah satu prioritas pembangunan untuk mewujudkan misi: Menata Kota Bandung yang Berkelanjutan dan Nyaman.

Untuk mewujudkan pencapaian visi dan misi kota tersebut perlu dijabarkan kedalam Rencana Strategi Dinas Bina Marga dan Pengairan sebagai SKPD pengampu bidang kebinamargaan dan sumberdaya air. Dokumen Renstra ini menjadi acuan dalam penyusunan rencana program dan kegiatan tahunan yang dirumuskan dalam dokumen Rencana Kerja Dinas. Renstra

(2)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

DBMP disusun untuk periode 2014-2018 sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan RPJMD Kota Bandung.

1.2 Dasar Hukum

Renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Tahun 2014-2018 disusun dengan mengacu pada peraturan perundangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

PembangunanNasional;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 jo. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

5. Undang-Undang Nomor xxx Tahun xxx tentang Sumber Daya Air 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

7. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

8. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

14. Peraturan Presiden Nomor 05 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

15. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 54 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

(3)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

16. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Bandung;

17. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah; 18. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Kota Bandung 2005-2025;

19. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung.

20. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bandung 2014 - 2018

1.3 Maksud dan Tujuan

Rencana Strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan Tahun 2014-2018 disusun dengan maksud untuk menyediakan dokumen perencanaan pembangunan bidang kebinamargaan dan sumberdaya air sebagai acuan bagi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan dalam penyusunan rencana program dan kegiatan dalam periode 5 (tahun kedepan).

Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung 2014-2018 adalah untuk:

1. Memberikan gambaran kondisi pelayanan bidang kebinamargaan dan pengairan di kota Bandung dan kebutuhan penanganannya dalam lima tahun kedepan;

2. Menguraikan strategi, kebijakan, program dan kegiatan bidang kebinamargaan dan pengairan yang menjadi prioritas pembangunan untuk mendukung pencapaian visi misi;

3. Sebagai acuan dan bahan evaluasi bagi pencapaian pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di Kota Bandung khususnya di bidang kebinamargaan dan sumberdaya air yang menjadi tupoksi dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan 2014-2018 adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika penyusunan Renstra.

(4)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Bab ini menguraikan tentang peran (tugas, fungsi dan kewenangan), sumber daya yang dimiliki, capaian–capaian kinerja dalam pelaksanaan Renstra periode sebelumnya, capaian program prioritas dalam pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan hambatan– hambatan utama yang perlu diatasi melalui Renstra SKPD ini.

Bab 3 Isu-Isu Strategis Berdasarkan tugas dan Fungsi

Bab ini menguraikan tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD, telaahan RPJPD Kota Bandung 2005-2025, telaahan RPJMD Kota Bandung 2014-2018, telaahan Renstra Kementerian PU, telaahan RTRW dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, penentuan isu-isu strategis Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung.

Bab 4 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran serta Strategi dan Kebijakan

Bab ini menguraikan tentang Visi dan Misi SKPD, Tujuan dan Sasaran jangka menengah SKPD, Strategi dan Kebijakan SKPD

Bab 5 Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kegiatan Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif

Bab ini menguraikan tentang rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif sesuai dengan perumusan rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.

Bab 6 Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

Bab ini menguraikan tentang indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

Bab 7 Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari Renstra yang disusun secara keseluruhan

(5)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

BAB 2

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Dinas Bina Marga dan Pengairan telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kewenangan daerah dibidang pekerjaan umum lingkup kebinamargaan dan sumber daya air.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Dinas Bina Marga dan Pengairan mempunyai fungsi :

a. Merumuskan kebijaksanaan teknik kebinamargaan dan sumber daya air; b. Melaksanakan tugas teknik operasional kebinamargaan dan sumber daya

air yang meliputi perencanaan, pengendalian operasional, pembangunan danpemeliharaan kebinamargaan dan sumber daya air;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas operasional kebinamargaan dan sumber daya air;

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai bidang tugasnya.

Bidang kewenangan yang menjadi garapan Dinas Bina Marga dan Pengairan adalah Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi jalan umum berikut bangunan pelengkapnya; jembatan, saluran drainase jalan dan trotoar, Infrastruktur sungai termasuk bangunanpelengkapnya; bendung, bangunan pembagi, pump house, situ, kolam retensi dan jalan inspeksi, dan penerangan jalan umum.

Struktur Organisasi Dinas Bina Marga dan Pengairan dapat dilihat pada

(6)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018 6 Gambar 2.1 Struktur Organisasi SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

Kepala Dinas

Sekretaris

Sub. Bag. Umum & Kepegawaian Sub. Bag. Keuangan Bidang Perencanaan Bidang Pengendalian Bid. Pembangunan & Pemeliharaan Kebinamargaan Bid. Pembangunan & Pemeliharaan Pengairan Bid. Pengelolaan Bahan & PJU

Sie. Program Sie.Teknik Kebinamargaan

Sie. Pengendalian Konstruksi & Mutu Sie. Pengendalian Operasional Kebinamargaan Sie.Pemeliharaan Kebinamargaan Sie. Pembangunan Kebinamargaan Sie.Pembangunan Pengairan Sie. Pemeliharaan Pengairan Sie. Pergudangan Sie. Pendistribusian Sie. Teknik Pengairan Sie. Pengendalian Operasional Pengairan

Sie. Manfaat Ruang Milik Jalan Sie.Manfaat DaerahAliran Sungai Sie. PJU UPT OP Bojonegara UPT OP Cibeunying UPT OP Tegallega UPT OP Karees UPT OP Ujungberung UPT OP Gedebage UPT Alat Berat UPT Prod. Campuran UPT Daerah Aliran Sungai UPT Laboratorium

(7)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

2.2. Sumber Daya SKPD 2.2.1. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data bagian kepegawaian DBMP tahun 2013 jumlah total pegawai mencaai 443 orang, dengan jumlah pejabat struktural berjumlah 45 orang dan sta pelaksana sebanayak 398 orang.

Tabel 2.1

Komposisi Pegawai Dinas Bina Marga dan PengairanTahun 2013 Berdasarkan Eselon ESELON JUMLAH I - II 1 III 6 IV 38 STAF/PELAKSANA IV - III 104 II 235 I 175 443 Tabel 2.2

Komposisi Pegawai Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Tahun 2013 Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin

No Unit Kerja Pendidikan Jenis Kelamin Juml ah S3 S2 S1 D3 SM A SMP SD L P 1 Ka. DBMP/ Sekretariat 2 15 1 15 4 27 10 37 2 Bid. Perencanaan 3 6 4 17 2 27 5 32 3 Bid. Pembangunan & Pemeliharaan Kebinamargaan 2 8 1 16 3 24 6 30 4 Bid. Pembangunan & Pemeliharaan Pengairan 1 9 19 1 6 30 6 36 5 Bid. Pengendalian 3 6 1 21 2 27 4 31 6 Bid. Pengelolaan Bahan & PJU

1 9 20 7 7 42 2 44 7 UPT OP I (Bojonegara) 2 14 7 8 29 2 31 8 UPT OP II (Cibeunying) 2 14 4 11 28 3 31 9 UPT OP III (Tegallega) 1 8 8 5 21 1 32 10 UPT OP IV (Karees) 1 1 6 2 16 25 1 22 11 UPT OP V (Ujungberung) 1 2 14 6 8 29 2 31

(8)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Sumber : Data Kepegawaian Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, 2013

Kapasitas dan kapabilitas karyawan berkaitan erat dengan tingkat pendidikannya. Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 2.2, tingkat pendidikan karyawan DBMP yang paling banyak adalah pendidikan SMA sebanyak 220 orang (49,6%). Tingkat pendidikan bagian terbesar dari karyawan DBMP yang relatif tinggi ini merupakan modal dasar yang penting dalam peningkatan kinerja DBMP secara umum. Jumlah karyawan DBMP yang menamatkan pendidikan S-2 cukup besar, tercatat sebanyak 14 orang. Secara prosentase, jumlah tersebut mencapai 3,1 % dari seluruh karyawan DBMP.

2.2.2. Asset, Sarana dan Prasarana

Secara umum kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki dan dipergunakan dalam mendukung pelaksanaan kinerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3

Daftar Peralatan Berat Penunjang Kegiatan Kebinamargaan

No Nama/Jenis Barang Merk/Type Jumlah Tahun Pembelian

1. Excavator Komatsu 1 1991

2. Asphalt Mixing Plant Mini

Freddy Mix 1 2004

3. Mesin Gilas Scheid, Barata 30 1974.1975.1991

4. Mesin Gilas 1 Ton 1 2008

5. Mesin Gilas 4 Ton 1 2007

6. Stamper Mikasa MTR. 80 H

1 1986

7. Mesin Gilas 2.5-4 Ton Lister 1 1992.1995.2004.2008.2007 8. Vibration Plate Robin MP. 200

R

4 1986.1991.1992 9. Concrate Mixer Dragon Globe,

Cakra

3 2003

10. Loader JCB, Barata 2 1987.1989

11. Loader / Bachoe Dextradig / GEHL

2 2001

12. Mobil Crane Isuzu 1 2008

13. Forklift Mitsubishi 1 1994

14. Compressor Sulivan Palatek 1 2003

12 UPT OP VI (Gedebage) 3 16 1 7 25 2 27 13 UPT Produksi Campuran Aspal 1 12 4 16 2 17

14 UPT Alat Berat 1 1 13 6 9 29 1 30

15 UPT Laboratorium 2 1 9 11 2 12

16 UPT DAS 3 6 3 10 2 12

JUMLAH 0 14 70 9 220 48 82 395 48 443

(9)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

15. Generating Set Peter 1 1988

16. Pompa Air Honda, EBARA, Axial, Isuzu

8 1988.1990.1992.2003

17. Mesin Bor First 1

18. Compressor Angin Swan 1

19. Mesin Las Listrik Yanmar 1 1996

20. AC Welding Transforer Roxton 1 2006

21. Treker 1 2003

22. Kunci Pembuka Baut Diamond 3 2003

23. Gurinda Duduk 1 2003

24. Dongkrak Hydrolik Japan 1 2003

25. Mata Bor Baja Japan 1 2003

26. Mesin Gergaji Kingrex 1 2003

27. Bor Listrik Tangan Bosch 1 2003

Sumber : UPT Alat Berat, 2013

Berdasarkan kepemilikan dan jenis peralatan berat yang dimiliki oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan dikaitkan dengan tantangan yang dihadapi tahun-tahun berikut dengan target pelayanan dan target program yang tinggi, maka diperlukan peningkatan jenis peralatan modern dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Diantaranya stamper, truk crane, mobil penyapu jalan, mobil pompa dan penyedot air.

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

Kinerja pelayanan SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung dilihat berdasarkan capaian terhadap Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kunci (IKK). Capaian kinerja indikator pelayanan SKPD DBMP dalam pelaksanaan program dan kegiatan dapat dilihat pada tabel....

2.3.1 Indikator Kinerja Kunci (IKK)

Indikator Kinerja Kunci (IKK) adalah jenis indikator untuk evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2007.

a. Pelayanan Jaringan Jalan

Meskipun proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kota Bandung cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (2009-2013), namun masih belum memadai untuk mendukung pergerakan orang dan barang. Pada tahun 2009, proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik mencapai 49,22% meningkat menjadi 68,96% pada tahun 2013. Masih ada sekitar 33% atau 1/3 panjang jaringan jalan di Kota Bandung yang masih dalam kondisi rusak sedang atau berat.

(10)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

- Dengan keterbatasan dana perbaikan jalan, adanya skala prioritas penanganan jalan berdasarkan tingkat kerusakan jalan, volume lalulintas, fungsi jalan, dan jalur angkutan umum.

- Sinkronisasi anggaran bantuan provinsi tidak dapat direalisasikan karena turunnya pada triwulan IV

- Pelaksanaan kegiatan peningkatan, pemeliharaan dan pembangunan mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya karena pengaruh cuaca hujan sepanjang tahun, dengan demikian pelaksanaan kegiatan fisik dimulai pada musim hujan, sehingga perbaikan jalan dilakukan berulang. Kondisi tersebut tidak didukung oleh kondisi fisik wilayah kota Bandung sebagai daerah cekungan dengan kandungan air tanah tinggi yang dapat mempercepat kerusakan fisik jalan.

- Potensi kerusakan jalan di Bandung jauh lebih besar pada saat kondisi basah dibandingkan pada kondisi kering. Hal ini disebabkan air sering tidak tertampung dan menggenangi banyak segmen jalan, baik saluran pinggir jalan maupun saluran-lauran pembuangan lainnya.

b. Pelayanan Jaringan Drainase

Secara umum sistem drainase di Kota Bandung terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15 sungai sepanjang 265,05 km. Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Namun, sekitar 30% ruas jalan belum memiliki saluran drainase sehingga beberapa daerah menjadi rawan banjir dan genangan.

Penyebab terjadinya daerah rawan banjir adalah karena tertutupnya street

inlet oleh beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam

saluran drainase, adanya pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi drainase yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, serta pengalihfungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan fungsi komersil seperti pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain-lain sehingga tutupan lahan pun berubah yang meningkatkan debit limpasan.

Faktor-faktor berpengaruh terhadap peningkatan capaian pelayanan jaringan drainase:

- Penanganan banjir tidak dapat diselesaikan secara partial, harus menyeluruh dari hulu hingga hilir sesuai dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan memerlukan dana yang cukup besar untuk pembebasan lahan dan kontruksi.

- Pembebasan lahan yang belum tuntas berdampak pada keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

(11)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

- Perilaku masyarakat yang belum sadar kebersihan, keindahan, dan ketertiban (K3), berdampak pada meningkatnya sedimentasi saluran akibat sampah dan berakibat terjadinya genangan dan banjir.

- Partisipasi sebagian masyarakat dalam melakukan kebersihan saluran/kali di sekitar rumahnya dikarenakan kurangnya kepedulian.

c. Pelayanan Penerangan Jalan Umum

Jumlah penerangan jalan umum yang dipelihara setiap tahun terealisasi melebihi target. Jumlah PJU yang dipelihara ditargetkan sebanyak 3.000 titik PJU/tahun, sedangkan rata-rata realisasinya sebanyak 5.559 titik PJU/tahun (185%).

Faktor-faktor berpengaruh terhadap peningkatan capaian pelayanan penerangan jalan umum:

- Ketersediaan dana dalam hal penambahan jaringan titik lampu dan pembatasan daya listrik oleh PT. PLN sehingga pembangunan jaringan PJU baru tidak dapat direalisasikan secara optimal.

- Tingkat vandalisme (pencurian dan pengrusakan) yang cukup tinggi, pada umumnya lampu PJU mempunyai lifetime selama 10.000 jam (3 tahun), realita di lapangan banyak lampu mati sehingga perlu diantisipasi penyebab padamnya lampu.

- Penggunaan energi alternatif dengan teknologi solar cell / tenaga matahari belum dapat dilaksanakan karena perlu anggaran awal yang cukup besar. 2.3.2 Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Penekanan kata “minimal” dalamistilah SPM ini mengacu pada batas minimal tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar yang harus mampu dicapai oleh setiap daerah pada batas waktu yang ditentukan. Dengan kata lain, jenis pelayanan dasar di daerah dapat terlaksana minimal mencapai indikator dan tingkat nilai pada batas waktu yang ditetapkan Pemerintah. Dari sisi waktu pencapaiannya, Pemerintah Daerah harus mampu mencapai tingkat cakupan yang minimal sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan batas waktu yang telah ditetapkan Pemerintah untuk masing-masing indikator SPM yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga terkait.

2.3.3 Indikator Kinerja Utama (IKU)

Dalam rangka mengukur dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkandung dalam tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. IKU digunakan sebagai ukuran

(12)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

keberhasilan dari instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan yang menjadi mandatnya. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung telah menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah melalui Keputusan Walikota Bandung Nomor: 050/Kep.966-Orpad/2013 tentang Indikator Kinerja Utama RPJMD Kota Bandung.

Selain itu, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung juga melakukan review terhadap Indikator Kinerja Utama, dalam melakukan reviu dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Hasil pengukuran atas indikator kinerja utama Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam Tabel.

Secara umum capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Bina Marga dan Pengairan pada tahun 2013 sudah melebihi target yang ditetapkan, hanya satu indikator jumlah penerangan jalan umum yang dipelihara yang mencapai 57%.

Gambar 2.2 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2013 (dalam %)

Capaian IKU DBMP yang sangat tinggi dan beragam diatas disebabkan beberapa faktor antara lain:

- Tidak akuratnya penetapan target untuk masing-masing program dalam proses perencanaan dan penganggaran;

- Tidak tersedianya data dan informasi akurat mengenai kodisi dan kebutuhan untuk masing-masing program beserta IKU-nya;

- Adanya penambahan alokasi anggaran dari yang direncanakan;

127 167 57 238 372 375 169 - 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Panjang jalan yang ditingkatkan Panjang jalan yang dibangun Jumlah penerangan jalan umum yang dibangun Jumlah penerangan jalan umum yang dipelihara Panjang saluran/sungai yang dibersihkan untuk …

Panjang saluran drainase yang ditingkatkan Panjang saluran drainase yang dipelihara Panjang trotoar yang ditingkatkan Panjang saluran irigasi/sungai yang dibersihkan …

(13)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

2.3.4 Kinerja Keuangan

Gambar 2.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi

Total alokasi anggaran Urusan Pekerjaan Umum

bidang kebinamargaan

dan pengairan pada

periode tahun 2009-2013

adalah sebesar Rp.

1.177.396.718.342 dan dapat terealisasi sebesar

Rp. 961.792.120.032.

Rata-rata realisasi

anggaran berkisar diatas 86,56%, dimana realisasi pada 2 (dua) tahun terakhir relatif menurun yaitu 85,39% pada tahun 2012 dan 70,59% pada tahun 2013. Anggaran digunakan untuk melaksanakan 9 (sembilan) program yang dilaksanakan oleh DBMP yaitu: i) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, ii) Program pembangunan saluran drainase/gorong gorong, iii) Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan, iv) Program tanggap darurat jalan dan jembatan, v) Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan, vi) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya, vii) ProgramPengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya, viii) Program Pengendalian Banjir dan ix) Program Penerangan Jalan Umum.

Berdasarkan perhitungan tahun 2013, proporsi anggaran untuk Program Pembangunan Jalan dan Jembatan paling besar mencapai 52,9%, diikuti Program Pembangunan Drainage/Gorong Gorong sebesar 19,5%. Sedangkan program-program lainnya realisasinya rata rata dibawah 8%. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

(14)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Gambar 2.4: Persentase Realisasi Anggaran Per Program Tahun 2013

- 100.000.000.000 200.000.000.000

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Program pembangunan saluran drainase/gorong …

Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan … Program tanggap darurat jalan dan jembatan

Program peningkatan sarana dan prasarana … Program Pengembangan dan Pengelolaan … ProgramPengembangan, Pengelolaan, dan … Program Pengendalian Banjir Program Penerangan Jalan Umum

2009 2013 52,9% 19,5% 6,6% 2,9% 7,7% 4,8% 1,0% 4,8% 0%

(15)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018 15

Tabel 2.4 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Satuan

Target

SPM Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke- 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

A. Indikator SPM 1

Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada

2014

70%

2

Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota

2014

100%

3

Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan perjalanan

2014

100%

4

Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat

2014

60%

5

Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman

2014

60%

6

Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan dengan sesuai kecepatan rencana

2014

60%

7

Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun

2014

50%

(16)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018 16

NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Satuan

Target

SPM Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke- 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

1. Panjang jalan yang ditingkatkan m 42.712 97.712 132.7122 130.000 130.000 54.475 95.630 132.712 74.512 164.540 127,54 97,87 100,00 57,32 126,57 2 Panjang jalan yang dibangun m 4.000 8.000 12.0000 800 800 2.600 4.910 5.833 2.661 1.336 65,00 61,38 48,61 332,63 167,00 3 Jumlah penerangan jalan umum yang

dibangun titik 18.500 18.750 19.0000 300 300 18.273 18.391 18.767 664 6.433 98,77 98,09 98,77 221,33 2.144,3 4 Jumlah penerangan jalan umum yang

dipelihara titik 4.000 2.500 2.500 3.000 3.000 6.106 6.443 5.715 3.972 1.703 152,65 257,72 228,6 132,4 56,77 5

Panjang saluran/sungai yang dibersihkan untuk keamanan lingkungan sungai

m 1.500 3.000 4.5000 6.000 6.000 20.503 22.500 33.064 7.754 14.293 1.366 750 551,07 129,24 238,23

6 Panjang saluran drainase yang

ditingkatkan m - - 13.000 15.000 - - - 13.222 55.870 - - - 101,71 372,47

7 Panjang saluran drainase yang

dipelihara m 6.317 12.817 19.817 3.000 3.000 28.864 15.692 68.926 92.380 224.236 456,93 122,43 347,81 3.079 7.474 8 Panjang trotoar yang ditingkatkan m 4.394 8.794 13.403 15.000 15.000 10.403 14.942 13.194 53.769 56.291 236,75 169,91 98,44 358,47 375,27 9

Panjang saluran irigasi/sungai yang dibersihkan untuk kelancaran pengairan air sungai

m 100.000 205.000 310.000 2.500 2.500 284.325 206.830 548.822 3.102 4.231 284,33 100,89 177,04 124,08 169,26

C. Indikator Kinerja Kunci

1 Panjang jalan kota dalam kondisi

baik % 46,27 49,22 57,68 64,15 68,96

(17)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018 17

Tabel 2.5: Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung

2 00 9 2 0 10 20 11 20 12 20 13 20 0 9 2 01 0 2 01 1 2 0 12 2 0 13 20 09 2 01 0 2 01 1 20 12 2 01 3

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -1 2 -13 -1 4 -1 5 -16

1 Program Pembangunan Jalan

dan Jembatan 49.368.091.000 85.042.526.384 117.193.404.860 86.431.993.503 266.719.375.984 44.437.253.050 81.058.801.780 110.143.220.516 75.903.293.577 190.935.865.108 90.01 95.32 93.98 87.82 71.59 2 Program pembangunan

saluran drainase/ gorong 11.937.472.500 15.561.940.000 18.289.231.430 33.085.434.330 102.150.000.000 11.604.817.658 15.105.790.163 17.056.812.072 29.187.174.953 70.409.015.359 97.21 97.07 93.26 88.22 68.93 3

Program

rehabilitasi/ pemeliharaan jalan dan jembatan

10.460.576.000 14.348.600.000 17.567.600.000 15.848.904.100 31.873.822.153 10.341.023.152 12.323.076.524 15.469.895.159 14.519.167.198 23.663.316.794 98.86 85.88 88.06 91.61 74.24 4 Program tanggap darurat jalan

dan jembatan 998.400.000 3.099.182.000 4.000.000.000 3.500.000.000 - 981.134.000 2.964.899.600 3.701.744.600 3.232.363.259 - 98.27 95.67 92.54 92.35 -5

Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

10.007.090.000 30.941.560.000 4.480.000.000 3.575.000.000 10.869.475.000 8.719.346.150 27.607.258.504 4.050.193.288 3.054.138.715 10.308.740.420 87.13 89.22 90.41 85.43 94.84

6

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya

7.232.232.000 14.111.190.929 9.066.979.414 12.282.914.514 22.611.553.508 7.113.783.127 12.691.232.452 8.130.086.077 11.577.240.345 17.185.816.549 98.36 89.94 89.67 94.25 76.00

7

ProgramPengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

1.385.408.000 1.916.500.000 2.658.011.500 5.038.663.360 6.926.815.000 1.301.071.250 1.792.443.250 2.382.605.943 3.230.916.052 3.590.759.518 93.91 93.53 89.64 64.12 51.84 8 Program Pengendalian Banjir 5.082.970.000 10.741.544.687 18.473.469.400 17.756.711.380 27.992.717.769 4.875.940.868 10.025.825.200 14.286.634.267 11.986.736.771 17.184.060.866 95.93 93.34 77.34 67.51 61.39 9 Program Penerangan Jalan

Umum - - 11.770.702.637 12.697.639.000 42.301.016.000 - - 10.186.707.805 9.737.572.643 27.734.345.450 - - 86.54 76.69 65.56 Total 96 . 47 2. 2 39 . 50 0 1 7 5. 76 3 .0 44 . 00 0 2 0 3. 49 9 .3 9 9. 24 1 19 0. 2 17 . 26 0. 1 87 51 1. 4 44 . 77 5. 4 14 89 . 37 4. 3 69 . 25 5 1 63 . 56 9. 3 27 . 47 3 1 85 . 40 7. 8 99 . 72 7 1 6 2. 42 8 .6 03 . 51 3 3 6 1. 01 1 .9 2 0. 06 4 92 . 64 9 3 .0 6 9 1. 11 85 .3 9 7 0. 5 9 NO Urai an

(18)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Penyelenggaraan pelayanan bidang kebinamargaan dan sumber daya air di kota Bandung dalam lima tahun kedepan akan menghadapi berbagai tantangan dan peluang seiring dengan perkembangan pembangunan kota. Berdasarkan hasil analisis terhadap capaian kinerja periode 2009-2013 dan telaahan terhadap Renstra K/L, Renstra SKPD Provinsi dan RTRW, tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD DBMP dalam 5 (lima) tahun kedepan antara lain sebagai berikut:

1. Daya tarik dan daya saing Kota Bandung

Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat sekaligus pusat jasa dan perdagangan merupakan daerah tujuan wisata dengan daya tarik tersendiri baik wisata alam, sejarah, kuliner maupun belanja. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang berkunjung ke kota Bandung hampir setiap akhir pekan. Dalam konteks global, kota Bandung menjadi bagian dari jejaring kota-kota internasional yang semakin terkoneksi satu sama lain seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kondisi ini menguatkan pentingnya memperhatikan aspek daya saing kota sebagai konsekuensi logis dari perkembangan dunia yang semakin global dan terbuka.

Dengan semakin terbukanya ekonomi dan persaingan serta semakin dominannya peran kota sebagai penggerak ekonomi negara telah merubah konsep dan pendekatan kota dalam memperoleh manfaat dari keunggulan kompetitifnya menuju peningkatan kinerja ekonomi kota secara keseuruhan. Terdapat tiga keunggulan berkaitan dengan daya saing kota yang dapat meningkatkan berbagai alat kebijakan dan perubahan dalam strategi dan rencana pengembangan ekonomi, pendidikan, kemitraan pemerintah swasta dan pembangunan infrastruktur kota.

Ketersediaan dan kinerja infrastruktur jalan dan sumber daya air yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik dan daya saing daerah. Salah satu kriteria daya saing daerah yang menjadi acuan investor untuk menanamkan modalnya di suatu wilayah adalah keberadaan dan kualitas infrastruktur. Banyak kajian mengungkapkan bahwa kondisi infrastruktur yang tidak memadai dan berkualitas rendah memberikan pengaruh bagi investor dalam memutuskan rencana dan lokasi investasi. Dengan demikian tantangan pembangunan bidang kebinamargaan dan sumberdaya air adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan jaringan jalan, jembatan, sistem drainase dan pengendalian banjir serta penerangan jalan umum yang berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing kota Bandung dalam konteks global, regional dan nasional dapat membaik.

(19)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Secara umum, Indonesia mengalami urbanisasi yang pesat selama tiga dekade terakhir dan akan terus meningkat di waktu mendatang. Penduduk perkotaan Indonesia tumbuh 2,75% per tahun sejak tahun 2000 hingga 2010. Diperkirakan penduduk perkotaan akan mencapai 66,6% dari jumlah penduduk pada tahun 2035, atau bertambah sebanyak 3,4 juta jiwa per tahun dalam kurun waktu 2010 hingga 2035.

Begitu pula yang terjadi di Kota Bandung sebagai pusat kegiatan perkotaan untuk wilayah sekitarnya mengalami pertambahan jumlah penduduk meskipun dalam beberapa tahun terakhir relatif stabil karena berkembangnya wilayah hinterland di sekitarnya. Diperkirakan penduduk pada tahun 2018 mencapai 2,6 juta jiwa. Perkembangan kawasan perkotaan di sekitar kota Bandung akan terus meningkat seiring dengan peningkatan harga lahan di pusat kota yang menyebabkan lokasi-lokasi perumahan bergeser keluar kota Bandung.

Dengan berkembangnya kawasan perkotaan maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana penyediaan infrastruktur yang efisien dalam meningkatkan konektivitas antar bagian wilayah kota dan merata bagi semua lapisan masyarakat di perkotaan.

3. Perubahan iklim dan ancaman resiko bencana

Pemanasan global yang terjadi dipengaruhi oleh kegiatan manusia dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan secara signifikan jika tidak ada upaya untuk menanganinya. Dampak yang dirasakan saat ini adalah terjadinya perubahan iklim dan peningkatan frekuensi dan variabilitas iklim. Meskipun dampak yang dirasakan tidak sebesar kota-kota di kawasan pesisir pantai, perubahan iklim juga meningkatkan kerentanan wilayah di Kota Bandung terhadap ancaman bencana seperti banjir akibat hujan yang berkepanjangan dan menyebabkan longsor di beberapa lokasi sehingga berdampak pada terputusnya jaringan transportasi jalan yang ada.

Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana sistem dan disain jaringan jalan, sistem drainase dan pengendalian banjir serta penerangan jalan

umum di kota Bandung dirancang dan dibangun dengan

mempertimbangkan kekuatan dan ketahanannya terhadap dampak perubahan iklim dan ancaman resiko bencana.

4. Desentralisasi dan otonomi daerah

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kewenangan terhadap pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia.

(20)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Otonomi daerah secara konkret saat ini memungkinkan daerah melakukan inovasi. Yakni secara tidak langsung akan mendorong pemerintah daerah untuk menggali potensi-potensi baru yang dapat mendukung pelaksanaan urusan pemerintah pusat dan pembangunan sehari-hari terutama dari sisi ekonomis serta penciptaan metode pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat sebagai pembayar pajak atas jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak pembangunan dimana mereka akan lebih cepat mengetahui situasi dan masalah serta akan dapat mencarikan jawaban bagi pemecahannya.

Tantangan pembangunan bidang kebinamargaan dan pengairan dalam era otonomi daerah adalah bagaimana mendorong kemandirian daerah secara ekonomi melalui pembangunan infrastruktur yang lebih baik serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia agar mampu melaksanakan tugas dan kewenangan dengan baik. Koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah pusat dan provinsi tetap perlu dilakukan mengingat sifat infrastruktur jalan dan pengairan yang lintas wilayah.

5. Kapasitas Pendanaan Daerah

Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, kewenangan penyediaan infrastruktur perkotaan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Sebagian besar pemerintah daerah memiliki keterbatasan pendanaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Kementerian teknis belum secara sukarela melimpahkan kewenangan yang seharusnya sudah didelegasikan kepada pemerintah daerah. Desentralisasi kewenangan ke daerah belum diikuti alokasi dana yang jelas untuk melaksanakan kewenangan tersebut. Sementara itu, Pemerintah Daerah tidak diperbolehkan melakukan pinjaman atau kerjasama luar negeri langsung tanpa melalui pemerintah pusat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan sumber pendanaan pembangunan infrastruktur kota dan meningkatkan alokasi anggaran program pembagunan infrastruktur kota.

6. Aset Jaringan Jalan dan Sistem Drainase

Pada akhir tahun 2013, total panjang jaringan jalan yang ada di kota Bandung mencapai kurang lebih 3.000 km Jika diasumsikan rata-rata nilai aset Jalan Kota sebesar Rp 5 Milyar/km, maka total nilai aset jalan yang ada saat ini berjumlah Rp. 15 Trilyun. Seluruh panjang jaringan jalan tersebut merupakan aset yang perlu dipelihara untuk mempertahankan kondisi dan tetap fungsional.

(21)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Tabel 2.6 Kondisi Jaringan Jalan di Bandung

No Indikator `Kinerja Pembangunan Daerah

Capaian Kinerja (dalam %)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Panjang jalan Kota dalam

kondisi baik 46,27 46,27 49,22 57,68 64,15 68,96

2 Pembangunan PJU - - 8 47 150,4 221,3

Begitu pula dengan jaringan sistem drainase mikro yang dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Apabila 70% ruas jaringan jalan di kota Bandung memiliki saluran drainase, maka ada sekitar 2.000 km saluran drainase mikro. Jika diasumsikan nilai aset rata rata saluran drainase mikro sebesar Rp. 1 Milyar/km maka nilai aset saluran drainase mikro yang ada sebesar Rp. 2 Trilyun.

7. Sumber Daya Manusia dan Organisasi

Dengan jumlah pegawai sebanyak 443 orang yang tersebar di 12 unit kerja merupakan aset yang berharga dalam penyelenggaraan pelayanan.

8. Peralatan, Bahan dan Teknologi Yang dimiliki

Ketersediaan peralatan yang ada unit kerja banyak yang sudah mengalami penyusutan. Di samping itu, untuk meningkatkan kualitas pekerjaan jalan di masa mendatang memerlukan bahan-bahan yang memenuhi standar. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dan standardisasi terhadap bahan dan peralatan yang ada sesuai dengan ketersediaan teknologi yang ada.

(22)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

BAB 3

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGA DAN

FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Penyelenggaraan pembangunan dalam kurun waktu 2008–2013 telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk pembangunan kedepan masih terdapat persoalan dan permasalahan dari berbagai aspek yang dihadapi. Permasalahan pembangunan diidentifikasi berdasarkan kondisi dan capaian di masing-masing bidang kebinamargaan dan pengairan.

Secara lebih rinci permasalahan pelayanan jaringan jalan, jaringan drainase dan penerangan jalan umum adalah sebagai berikut:

a. Masih adanya jaringan jalan dengan kondisi rusak (sedang dan berat) di di hampir seluruh wilayah kota

Berdasarkan data tahun 2013, panjang jaringan jalan di kota Bandung dengan kondisi rusak sedang dan berat mencapai ...km atau 1/3 dari total panjang jalan yang ada. Kerusakan jalan jauh lebih besar pada saat kondisi basah dibandingkan pada kondisi kering. Inilah permasalahannya jalan di kota Bandung yang banyak rusak. Karena air sering tidak terakomodasi dan menggenangi banyak segmen jalan.

b. Kondisi jaringan pedestrian yang kurang memadai dan tempat parkir yang tidak tersedia secara layak

Kondisi jalur pedestrian untuk pejalan kaki masih sangat minim dimana banyak jaringan jalan yang tidak dilengkapi dengan jalur pedestrian. Sedangkan jalur pedestrian yang ada juga menunjukan kondisi kurangnya kenyamanan dan keamanan, terutama pemakaian yang menyimpang dari fungsi sesungguhnya, pembangunan dan perawatannya yang asal-asalan, gangguan karena masalah bongkar-pasang listrik, dan telepon. Kondisi seperti ini apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat akan mengganggu kelancaran aktivitas warga kota yang pada gilirannnya dapat menjadi masalah ekonomi maupun sosial yang meluas.

(23)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Konsep pengembangan Bandung Timur di masa depan adalah menitikberatkan pembangunan Wilayah Gedebage sebagai Kota Teknopolis dan bagian dari konsep pengembangan Pusat Primer Gedebage. Untuk mendukung penyediaan sarana dan prasarana di Wilayah Bandung Timur pola penyusunan skala prioritas dan pengalokasian anggaran dilakukan tersendiri dan dipisahkan dengan wilayah Bandung Barat. Jadi ada alokasi khusus untuk wilayah Bandung Timur. Namun demikian pengembangan infrastruktur di Wilayah Bandung Timur belum optimal dengan permasalahan yang dihadapai sebagai berikut: i) skema pembiayaan pengembangan Pusat Primer Kedua Gedebage belum tuntas, ii) belum tersedianya jalur jalan yang sesuai dengan fungsinya sebagai Pusat Primer, sehingga tidak ada insentif yang dapat digunakan sebagai daya tarik investasi bagi investor, iii) sebagian besar Wilayah Bandung Timur ini berada pada kawasan rawanbanjir, dengan demikian selain harus membenahi sistem drainase kota, juga diperlukan struktur jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement) agar kualitas jalan lebih tahan lama, akan tetapi struktur jalan tersebut lebih mahal dibandingkan dengan perkerasan lentur (flexible pavement).

d. Penanganan sempadan sungai Cikapundung sebagai kawasan strategis. Saat ini kondisi sebagian besar sungai di Kota Bandung telah mengalami pencemaran. Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai penting yang membelah Kota Bandung dan saat ini telah banyak kehilangan fungsi ekologisnya. Regulasi yang tidak tegas terhadap pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai yang ada.Selain itu, penurunan kualitas sungai disebabkan oleh pembuangan air kotoroleh warga.

e. Bertambahnya lokasi dan luas wilayah genangan banjir akibat air hujan Genangan banjir akibat air hujan atau seringkali disebut banjir cileuncang terjadi karena air hujan yang tidak terserap tanah kemudian menggenang, terkumpul di suatu tenpat dan tidak mengalir karena elevasi lebih rendah dari sekitarnya. Kondisi ini disebabkan oleh: i) kurangnya kapasitas infrastruktur drainase mikro dan tidak berfungsinya saluran eksisting yang diakibatkan oleh penyempitan saluran drainase dan sedimentasi, ii) pendangkalan dan penyempitan saluran drainase makro/sungai, iii) saluran drainase jalan masih banyak yang lebih rendah dari pada permukaan sungai, iv) belum terintegrasinya sistem drainase dari satu wilayah dengan wilayah lainnya, v) naiknya koefisien aliran, akibat berkurangnya daerah resapan akibat konversi penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara.

(24)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

f. Penanganan banjir dan pencegahan longsor.

Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung, Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK. Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Secara Nasional, DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya.

Penanganan Daerah Aliran Sungai mulai dari bagian hulu hingga ke hilir menjadi sangat penting dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya. Daerah-daerah terbuka di Daerah Aliran Sungai (DAS) harus sesegera mungkin untuk dihijaukan. Daerah Aliran Sungai yang gundul akan menimbulkan tingkat sedimentasi yang tinggi pada sungai dan akan mengakibatkan pengaliran air permukaan yang lebih cepat danproses konsentrasi air di sungai lebihsingkat dengan debit aliran yang lebih besar. Pengalihan guna lahan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak.

g. Penerangan Jalan Umum (PJU) yang belum memadai.

Ketersediaan penerangan jalan umum di Kota Bandung belum merata di seluruh wilayah. Kebutuhan akan penerangan jalan umum di Kota Bandung sangat penting, terutama untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta keselamatan bagi pengguna jalan baik pengguna kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, atau pejalan kaki. Minimnya penerangan jalan umum (PJU) diperkotaan dan pelosok daerah kerap memicu tingginya aksi kejahatan selain kecelakaan. Serta sejalan dengan perkembangan teknologi dan optimalisasi pelayanan, maka diperlukan sistem pengelolaan penerangan jalan umum yang mengadopsi sistem dengan teknologi tinggi, hemat energi, serta ramah lingkungan.

h. Ketidakpaduan perencanaan infrastruktur dalam penataan kota

Selain masih kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur kota, permasalahan lain yang dihadapi adalah berkaitan dengan tidak terpadunya penanganan dan pembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan sampai

(25)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

pelaksanannya. Pola pikir yang masih melihat pendekatan sektoral telah menjadikan implementasi pembangunan kota berjalan sendiri-sendiri dan tambal sulam, terutama dalam infrastuktur perkotaan. Bila ini terus berlanjut di Kota Bandung, maka hasil dari pembangunan infrastruktur menjadi tidak efisien dan terkesan melaksanakan protek semata, tetapi tidak mewujudkan suatu penataan kota yang terpadu dan komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

RPJMD Kota Bandung Tahap III Tahun 2013-2018 yang telah ditetapkan melalui Perda Nomor 3 Tahun 2014 merupakan pedoman perencanaan pembangunan daerah dalam lima tahun sekaligus penjabaran RPJPD Kota Bandung Tahap III. Berkaitan dengan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum, didalam RPJMD telah mengidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu:

- Kondisi Jaringan jalan yang mengalami kerusakan sedang dan berat tersebar di hampir seluruh wilayah;

- Kondisi jaringan pedestrian yang kurang memadai dan tempat parkir yang tidak tersedia secara layak;

- Kawasan Pusat Primer Gedebage belum terbangun optimal;

- Kondisi drainase yang tidak selaras dengan tata ruang dan prasarana lainnya telah menimbulkan dampak negatif pada sarana jalan dan menyebabkan banjir;

- Pelayanan infrastruktur pendukung bandar udara bertaraf internasional belum optimal;

- Tingkat kemacetan di beberapa titik maupun kemacetan pada hari tertentu semakin tinggi. Prasarana jalan yang kurang mendukung pergerakan penduduk, karena kapasitas (jalan sempit) yang semakin terbatas dan kondisi jalan yang kurang mendukung;

Selanjutnya infrastruktur, lingkungan hidup, kemacetan, banjir dan persampahan termasuk dalam 14 isu strategis kota Bandung yang perlu mendapatkan prioritas penanganan. Berbagai isu strategis dimaksud merupakan tantangan yang perlu diantisipasi danjuga potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan untuk keberhasilan pencapaiancita-cita pembangunan. Dengan memperhatikan capaian pembangunan pada periode yang lalu dan mencermati tantangan ke depan, RPJMD menetapkan Visi Kepala Daerah 2013-2018, yaitu “Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera”.

(26)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

Visi tersebut diterjemahkan ke dalam 4 (empat) misi, dimana misi pertama:

mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan sangat berkaitan erat dengan DBMP

sebagai SKPD bidang kebinamargaan dan sumberdaya air. Khusus untuk infrastruktur bidang jalan dan pengairan, sasaran jangka menengah untuk mewujudkan misi pertama RPJMD 2013-2018 adalah:

- Terwujudnya Infrastruktur jalan yang berkualitas, dan merata diukur melalui naiknya persentase rasio luas jalan dalam kondisi baik dengan target 100% jalan Tahun 2016 sudah berada dalam kondisi baik. Indikator yang lain adalah Peningkatan skala Indeks Aksesibilitas Jalan dengan target kinerja 7,48 pada akhir periode RPJMD mengalami kenaikan sebesar 0,07 dari kondisi awal RPJMD sebesar 7,41.

- Terwujudnya Bandung caang baranang, dengan indikator kinerja terwujudnya wilayah Kota Bandung terang di malam hari sebesar 100% ditargetkan sudah dapat diwujudkan pada Tahun 2016;

- Terselesaikannya permasalahan banjir dengan indikator kinerja tercapainya panjang saluran drainase yang berfungsi dengan baik sebesar 100% Tahun 2016 dan terselesaikannya titik banjir sejumlah 68 titik di seluruh wilayah Kota Bandung pada tahun 2018;

Tabel 3.1: Keterkaitan Misi, Sasaran dan Program Prioritas Walikota Bidang Infrastruktur

Misi Sasaran Program Prioritas Walikota Mewujudkan Bandung

nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian

pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

- Terwujudnya Infrastruktur jalan yang berkualitas, dan merata diukur melalui naiknya persentase rasio luas jalan dalam kondisi baik - Terwujudnya Bandung caang baranang, dengan indikator kinerja terwujudnya wilayah Kota Bandung terang di malam hari sebesar 100% - Terselesaikannya permasalahan banjir dengan indikator kinerja tercapainya panjang saluran drainase yang berfungsi dengan

1. Pelebaran jalan-jalan utama sekaligus pedestrianisasi 2. Perkerasan jalan dengan

teknologi resapan ala Holcim 3. Re-desain Struktur pasupati

sebagai ikon baru Bandung 4. Perbaikan saluran

gorong-gorong secara komprehensif. Gorong-gorong sebagai jaringan kabel, drainase ala New York

5. Lampu-lampu penerangan jalandengan photovoltaic 6. Konsep tiang lampu jalan

dengan ‘green pole’ 7. Penataan Permukiman di

sepanjang sungai-sungai yg melintasi Bandung

Cikapundung Promenade Street dari Siliwangi-AsiaAfrika

(27)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

baik sebesar 100% Sumber : RPJMD Kota Bandung (2014-2018)

(28)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Renstra Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat

Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 merupakan acuan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program bidang urusan pekerjaan umum di daerah termasuk kebinamargaan dan sumberdaya air. Tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dengan kinerja yang semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat terus meningkat.

Demikian pula dengan infrastruktur yang berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah diharapkan dapat terus mendorong percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan. Tantangan umum lainnya yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur, khususnya bidang pekerjaan umum dan permukiman di Indonesia adalah kendala alamiah berupa struktur wilayah geografis, disparitas dan distribusi penduduk, menurunnya kinerja infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, serta sulitnya pembebasan tanahuntuk pembangunaninfrastruktur yang menyebabkan terhambatnya kelancaran pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya.

a. Tantangan dan Isu Strategis Infrastruktur Jalan Tantangan

- Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang mendukung sistem transportasi nasional dan daerah harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil dan sistem logistik.

- Meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna maupun pemanfaat jalan dalam memanfaatkan prasarana jalan yang tersedia.

- Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada.

- Menjaga integrasi nasional/daerahmelaluisistem jaringan jalan nasional/daerah, keseimbangan pembangunan antarwilayah terutama percepatan pembangunan daerah tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam daerah maupun antar daerah.

- Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah di antara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan

(29)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

jalan, disamping juga memenuhi kebutuhanaksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet.

- Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan luas/panjang jalan yang telah sangat timpang, yang terus akan mengalami peningkatan seiring perkembangan dan kompetisi global, terutama pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan, termasuk Kota Bandung.

- Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan

penyelenggaraan secara umum jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, danmeningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan.

- Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.

Isu Strategis

- Jaringan jalan di lintas utama Pulau Jawa (Jalur Utara, dan Selatan/Kota Bandung) masih belum memadai dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan nasional.

- Jaringan jalan tol Trans Jawa (koridor Jakarta – Surabaya) yang masih belum tersambung dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, demikian juga dengan jaringan jalan tol yang melalui Kota Bandung ke arah kota-kota di Timur Kota Bandung dan atau di sekitar Cekungan Bandung. - Masih banyaknya titik kemacetan lalu-lintas pada jaringan jalan di

perkotaan termasuk di kota metropolitan Bandung. Demikian pula jalan akses yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan nasional di Bandung, seperti kawasan industri, ke pelabuhanlaut (outlet) dan pelabuhan udara yang masih mengalami kemacetan.

- Sebagian ruas-ruas baru yang dibangun belum dapat berfungsi karena hambatan penyediaan tanah dan kekurangan alokasi dana.

- Pembebanan berlebih (overloading) masih terjadi terutama pada lintas tertentu di sekitar metropolitan Bandung.

- Meningkatkan/mempertahankan tingkat kenyamanan prasarana jalan di tengah-tengah keterbatasan alokasi pendanaan untuk penanganan jaringan jalan.

- Meningkatkan koordinasi kelembagaan penyelenggaraan jalan antara penyelenggaraan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota serta penyelenggaraanregulasi, kelembagaan, pembagian kewenangan, dan perijinan pemanfaatan ruang jalan (ruang manfaat, ruang milik, ruang pengawasan jalan, dan kawasan di sepanjang koridor jaringan jalan).

(30)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

- Menyelaraskan pembangunan prasarana jalandengan amanat RTRWN, RTRWP, dan RTRW Kotayang meliputi pemantapan jaringan jalan arteri dan kolektor

b. Tantangan dan Isu Strategis Infrastruktur Sumber Daya Air Tantangan

- Mengendalikan ancaman ketidakberlanjutan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan turunnya permukaan air tanah dan land subsidence.

- Menyediakan air baku untuk mendukung penyediaan air minum. Penyediaan air baku untuk mendukung penyediaan air minum belum dapat mencukupi sepenuhnya dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi target Millennium Development Goals (MDGs) yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari jumlah penduduk Indonesia harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum.

- Menyeimbangkan jumlahpasokan air dengan jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan, agar air yang berlimpah di musim hujan selama 5 bulandapat digunakan untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau yang berlangsung selama 7 bulan.

- Melakukan pengelolaan resiko yang diakibatkanoleh daya rusak air seperti banjir dan kekeringan.

- Melakukanupaya dan langkah mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim.

Isu Strategis

- Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang mengalami kerusakan karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.

- Menyelenggarakanpembinaan yang lebih intensif kepada pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan irigasi.

- Mempertahankan kemampuanpenyediaan airdari sumber-sumber air dari dampak berkurangnya areal terbuka hijau dan menurunnya kapasitas wadah- wadah air baik alamiah maupun buatan dengan cepat.

- Melakukan penataan organisasi pengelola SDA seperti Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)/BalaiWilayahSungai (BWS) maupun Unit Pelaksana Teknis Daerah/Balai Prasarana SDA.

- Meningkatkankoordinasi danketatalaksanaan penanganan SDA untuk mengurangi konflik antarpengguna sumber daya air.

- Meningkatkan kinerja pengelolaan Sistem Informasi SDA (SISDA) pada BBWS/BWS dan Dinas SDA dan melengkapi data dan informasi tentang SDA

(31)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

untuk dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan serta memperluas akses publik terhadap data dan informasi SDA.

- Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan bidang SDA, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.

- Mencari peluang-peluang investasi baru dalam upaya pengembangan infrastruktur SDA.

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah a. RTRW Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan PERDA No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, Kota Bandung termasuk kedalam WP KK Cekungan bandung. Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP KKCekungan Bandung meliputi pertanian, hortikultura, industrinon-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata danperkebunan, dengan

meningkatkan manajemen pembangunanyang berkarakter lintas

kabupaten/kota yang secara kolektifberbagi peran membangun dan mempercepat perwujudan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. Sedangkan fokus pengembangan WP KK Cekungan Bandung untuk Kota Bandung diarahkan sebagai kota inti dari PKN dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, industri kreatif dan teknologi tinggi, dan pariwisata.

Adapun beberapa kebijakan dan rencana Provinsi Jawa Barat yang terkait dengan tupoksi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung adalah rencana pengembangan infrastruktur guna menunjang fokus pengembangan Kota Bandung sebagai kota inti dari PKN, yaitu :

- Pembangunan jalan tol Soreang-Pasirkoja, jalan tol dalamKota Bandung (Terusan Pasteur-Ujungberung-Cileunyi) dan Ujungberung-Gedebage-Majalaya;

- Pembangunan jalan alternatif Bandung-Lembang; - Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis; - Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ; - Pengembangan infrastruktur pengendali banjir; dan - Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

b. RTRW Kota Bandung

Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan Perda Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, memiliki kebijakan utama pembentukan struktur tata ruang,

(32)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

sebagai berikut:

a. Mengembangkan 2 (dua) Pusat Pelayanan Kota (PPK) yaitu Inti Pusat Kota yang berada di Alun-alun untuk wilayah Bandung Barat dan Gedebage untuk wilayah Bandung Timur.

b. Membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP), masing masing dilayani oleh satu pusat sekunder, terdiri dari pusat sekunder Setrasari, melayani WP Bojonegara; pusat sekunder Sadang Serang, melayani WP Cibeunying; Pusat Sekunder Kopo Kencana, melayani WP Tegalega; Pusat Sekunder Turangga, melayani WP Karees; Pusat Sekunder Arcamanik, melayani WP Ujungberung; dan Pusat Sekunder Margasari melayani WP Gedebage.

Tujuan penataan ruang kota yaitu mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional. Berdasarkan tujuan dari penataan kota tersebut terdapat Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang, serta Kebijakan dan Strategi Pola Ruang seperti yang tercantum pada pasal 9 dan pasal 13 dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011.

Adapun kebijakan dan strategi struktur ruang yang merupakan bagian dari tupoksi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung yaitu :

1. Kebijakan: Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi Berbasis Transportasi Publik Yang Terpadu dan Terkendali. Strategi tersebut meliputi :

a. Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi b. Mengawasi fungsi dan hirarki jalan

c. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta menghilangkan ganguan sisi jalan

2. Kebijakan: Peningkatan kualitas, kuantitas, keeektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional. Strategi tersebut adalah meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi permasalahan banjir dan genangan.

3. Kebijakan: Perwujudan Keseimbangan Proporsi Kawasan Lindung. Strategi tersebut adalah mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk hijau sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api.

Berdasarkan kebijakan dan strategi diatas, maka dalam Rencana Struktur dan Pola Ruang menjabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Jaringan Prasarana Kota yang terdiri atas :

(33)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

1. Rencana sistem prasarana utama, yaitu rencana sistem jaringan transportasi darat, meliputi :

a. Pemantapan hirarki jaringan jalan arteri primer pada sistem jaringan jalan primer;

b. Pemantapan hirarki jaringan jalan kolektor primer pada sistem jaringan jalan primer;

c. Restrukturisasi hirarki jalan pada sistem jaringan sekunder; d. Pembangunan jalan layang;

e. Pembangunan jalan baru dan jalan tembus.

2. Rencana sistem prasarana lainnya,yaitu rencana sistem jaringan sumber daya air, yang meliputi :

a. Penataan Sungai Cikapundung;

b. Penataan Wilayah Sungai Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum, khususnya dalam DAS Citarum.

3. Rencana system prasarana lainnya, yaitu rencana prasarana pengelolaan lingkungan kota, terdiri atas :

a. Penataan dan pengembangan sistem drainase secara terpadu dengan

brandgang;

b. Peningkatan fungsi pelayanan sistem drainase makro;

c. Pengintegrasian sistem drainase dnegan wilayah resapan; dan

d. Penurunan tingkat sedimentasi pada sistem drainase melalui normalisasi sungai, reboisasi di hulu sungai dan pengerukan sungai yang berkelanjutan.

4. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki, terdiri atas :

a. Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pejalan kaki di ruas – ruas jalan arteri dan kolektor yang sudah terdapat fasilitas pejalan kaki, teutama pada ruas jalan di sekitar pusat kegiatan;

b. Penyediaan sarana pejalan kaki pada ruas – ruas jalan arteri dan kolektor yang sudah memiliki trotoarnamunbelum memiliki sarana yang lengkap, seperti lampu jalan, bangku, kotak sampah, zebra cross, jembatan penyebrangan, dan sarana lainnya;

c. Penambahan prasarana pejalan kaki pada ruas – ruas jalan arteri dan kolektor yang hanya memiliki trotoar pada satu sisi jalan; dan

d. Penyediaan prasarana pejalan kaki pada ruas – ruas jalan arteri dan kolektor yang sama sekali belum memiliki trotoar dan kelengkapan lainnya.

3.5 Penentuan Isu Isu Strategis

Berdasarkan hasil review terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan SKPD berdasarkan: i) gambaran pelayanan SKPD, ii) sasaran jangka

(34)

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2018

menengah pada Renstra K/L, iii) sasaran jangka menengah dari Renstra SKPD provinsi/kabupaten/kota dan iv) implikasi RTRW bagi pelayanan SKPD, maka ditentukan isu-isu strategis sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas struktur, pola pemeliharaan dan tingkat pelayanan jalan

2. Peningkatan kualitas sistem drainase dan pola pemeliharaan

3. Penentuan skala prioritas dan dukungan anggaran pembangunan infrastruktur jalan, sistem drainase dan penerangan umum untuk mempercepat pembangunan Pusat Primer Kedua di Bandung Timur

4. Peningkatan ketersediaan dan kualitas penerangan jalan dengan memanfaatkan lampu hemat energi dan tahan lama

5. Menjaga integritas sungai dari perubahan fisik (lebar, kedalaman, warna), perubahan biologis, perubahan kimia dan debit air dengan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

6. Perbaikan dan peningkatan penyelenggaraan pelayanan jaringan jalan mulai dari sistem perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

Gambar

Gambar 2.2  Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2013 (dalam %)
Gambar 2.4: Persentase Realisasi Anggaran Per Program Tahun 2013
Tabel 2.4 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung
Tabel 2.5: Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan untuk membuat aplikasi kamus Biologi berbasis Web yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna khususnya pelajar SMP sebagai sarana kamus digital bahasa ilmiah

Terdapat hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar(waham), gangguan

Setiap dokter tamu berhak untuk memilih tetapi tidak memiliki hak untuk dipilih pada berbagai jabatan staf medis, memiliki hak bicara pada pertemuan staf medis, berpartisipasi aktif

Peralihan sistem adalah suatu kegiatan peralihan dari sistem yang lama ke sistem yang baru, peralihan ini dapat dilakukan dalam beberapa cara antara lain,

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kewirausahaan adalah motivasi berwirausaha, motif berprestasi (Achivement), rasa percaya diri yang tinggi, memiliki pengalaman

12 Biaya-biaya Pembelian Bahan Baku Tenaga Kerja Langsung Overhead Pabrik Penjualan dan Administrasi Persediaan Bahan Mentah Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Barang

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 20ll tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2otl Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Tabel menunjukan hasil koefisien jalur pengaruh pengaruh kepuasan kerja dan disiplin Kerja dan komitmen terhadap kinerja karyawan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat