• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN

DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

Siti Alimaha, Dedy Priambodob, Erlan Dewitac a,b,cPusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) - BATAN

Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, 12710 Telp/ Fax : (021) 5204243 Email: Alimahs@batan.go.id

ABSTRAK

ASPEK TERMODINAMIKA PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM. Telah dilakukan studi aspek termodinamika produksi hidrogen dengan metode steam reforming gas alam. Produksi hidrogen dengan proses steam reforming dari gas alam memerlukan energi panas yang dapat diperoleh dari PLTN jenis reaktor suhu tinggi. Aspek termodinamika merupakan salah satu aspek untuk menentukan kondisi optimum proses. Parameter yang berpengaruh dalam termodinamika reaksi reforming antara lain suhu, tekanan dan perbandingan uap terhadap karbon. Reaksi reforming bersifat endotermis sehingga peningkatan suhu akan meningkatkan konversi reaksi, namun kenaikan suhu dibatasi oleh kekuatan material dan katalis yang digunakan. Reaksi reforming sesuai dioperasikan pada tekanan rendah, namun pengoperasian pada tekanan rendah pada reformer ini akan mengakibatkan kenaikan beban kompresor bagian pemurnian dan transportasi produk hidrogen, sehingga tekanan optimum

proses adalah 35-40 kg/cm2. Perbandingan uap terhadap karbon

sebesar 2,5 dan pada suhu di atas 920oC akan menghasilkan konversi

metana yang maksimal. Ditinjau dari fase reaksi, jenis katalis dan medium pemanas maka jenis reaktor yang sesuai digunakan untuk proses produksi hidrogen dengan steam reforming yang dikopel dengan PLTN HTGR adalah fixed bed multitubes.

Kata kunci : aspek termodinamika, produksi hidrogen, steam reforming, HTGR.

ABSTRACT

THERMODYNAMIC ASPECT OF HYDROGEN PRODUCTION WITH STEAM REFORMING PROCESS OF NATURAL GAS. Study of thermodynamic aspect on hydrogen production with steam reforming method of natural gas have been carried out. Hydrogen production with steam reforming method require heat that can be obtained from HTGR-type NPP. Thermodynamic aspect is one of aspects to determine the process optimum condition. Parameters that affect the thermodynamic of reforming reaction are temperature, pressure and ratio of steam to carbon. Reforming reaction is endotherm, so the increase of temperature will increase the reaction conversion, however the increase of temperature is limited by the strength of material and catalyst. Reforming reaction is suitable to be operated in low pressure, however it will affect the increase of compressor load in the purification unit and hydrogen product transportation, so the optimum pressure of process is set to

35-40 kg/cm2. Ratio of steam to carbon is 2,5 and on the temperature of

above of 920oC will product maximum methana conversion. In view of

point to the reaction phase, catalyst type and heat medium, the reactor type that appropriate to use for hydrogen production process by steam

(2)

reforming method which is coupled to the HTGR type NPP is fixed bed multitubes.

Kata kunci : aspek termodinamika, produksi hidrogen, steam reforming, HTGR.

PENDAHULUAN

Dewasa ini gas hidrogen banyak diaplikasikan dalam berbagai industri kimia (amoniak, asam klorida) dan industri petrokimia (hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi,

hydrocracking), dan juga digunakan sebagai

bahan hidrogenasi, untuk peningkatan kejenuhan dalam lemak tak jenuh, minyak nabati dan produksi metanol. Dalam industri otomotif, gas hidrogen juga dapat digunakan sebagai fuel-cell untuk kendaraan. Saat ini, produsen mobil sudah mampu memproduksi mobil berbahan bakar hidrogen dalam skala komersial. Selain itu, pemerintah telah merespon pengembangan proses produksi batubara cair sebagai sumber energi alternatif, melalui Inpres No. 2/2006. Pada proses produksi batubara cair ini dibutuhkan hidrogen untuk proses hidrogenasi. Oleh karena berbagai manfaat dari hidrogen, maka inovasi dalam proses produksi hidrogen sangat diperlukan di masa mendatang.

Produksi hidrogen memerlukan energi panas dan salah satu sumber energi panas yang dapat digunakan adalah energi panas yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). PLTN dapat digunakan untuk tujuan kogenerasi yaitu untuk pembangkit tenaga listrik, juga dapat diaplikasikan untuk proses kimia yang memerlukan suhu tinggi, diantaranya untuk produksi hidrogen. PLTN yang sesuai digunakan untuk keperluan tersebut adalah PLTN generasi ke-4 jenis reaktor suhu tinggi (High Temperature Gas

Cooled Reactor) yang menggunakan pendingin

gas Helium dan mempunyai suhu pendingin keluar dari reaktor 900-10000C. Salah satu proses produksi hidrogen yang dapat dikopel dengan PLTN tipe reaktor gas suhu tinggi adalah steam reforming gas alam yang merupakan proses dekomposisi termal. Proses

steam reforming gas alam ini merupakan

proses yang telah teruji dan PT. Pupuk Kaltim telah menggunakan proses ini untuk memproduksi gas hidrogen yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan amonia. Proses produksi gas hidrogen tersebut menggunakan gas alam sebagai bahan bakar proses. Dengan memanfaatkan panas PLTN,

maka dapat mengurangi penggunaan gas alam sebagai bahan bakar proses dan mengurangi tingkat polusi. Selain itu, pemanfaatan panas nuklir untuk produksi hidrogen, akan meningkatkan kapasitas produksi hidrogen di masa yang akan datang. Saat ini, proses steam

reforming yang digunakan untuk produksi

hidrogen merupakan program penelitian jangka panjang di Jerman, dengan menggunakan panas dari HTGR[1].

Proses steam reforming gas alam terjadi dengan mereaksikan gas alam (metana)

dan steam pada suhu tinggi, serta mempunyai

efisiensi termal sekitar 70%[2]. Studi ini akan membahas aspek termodinamika yang merupakan kondisi operasi yang perlu dipertimbangkan dalam proses produksi hidrogen menggunakan steam reforming. Tujuan studi adalah untuk memahami aspek termodinamika produksi hidrogen menggunakan panas nuklir dengan metode

steam reforming, sehingga dapat menentukan

kondisi optimum prosesnya. Hasil studi diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan program nuklir untuk mengatasi krisis energi listrik dan peningkatan efisiensi industri hidrogen.

PROSES PRODUKSI HIDROGEN DENGAN

STEAM REFORMING GAS ALAM DAN ASPEK TERMODINAMIKA

Produksi hidrogen dengan steam

reforming gas alam adalah hasil reaksi antara

gas alam (metana) dan steam pada suhu tinggi. Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai pendek dan ringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), yang komposisinya ditunjukkan pada Tabel 1. Langkah-langkah dasar proses steam

reforming terdiri dari pretreatment (pengolahan

awal) umpan (gas alam), kemudian proses

reforming menjadi synthetis gas (syngas),

selanjutnya dilakukan konversi menjadi gas yang kaya hidrogen dan pemurnian gas hidrogen. Pretreatment diperlukan karena

(3)

adanya persyaratan kualitas gas alam sebagai umpan. Umpan pertama kali dihilangkan fase cairnya, selanjutnya dilakukan desulfurisasi untuk menyerap sulfur organik maupun anorganik dalam gas alam sampai kadarnya 0,1 ppm[3]. Reaksi berlangsung pada suhu

300–400oC dan tekanan 30–45 kg/cm2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

H2 + RHS ---> H2S + RH ... (1) ZnO + H2S --->ZnS + H2O ... (2)

Tabel 1. Komposisi gas alam[1] Komponen (%) mol Metana 87.0 - 96.0 Etana 1.8 - 5.1 Propana 0.1 - 1.5 Iso-butana 0.01 - 0.3 n-butana 0.01 - 0.3 Iso-pentana trace - 0.14 n-pentana trace - 0.04 Heksana dan yang lebih tinggi trace - 0.06 Nitrogen 1.3 - 5.6 Karbondioksida 0.1 - 1.0 Oksigen 0.01 - 0.1 Hidrogen trace - 0.02 Mercaptan 4.9 mg/m3 Air 16 - 32 mg/m3 Hidrogen sulfida 4 ppmv HHV kering,MJ/m3 36.0 - 40.2 Proses reforming dilakukan dalam suatu

reformer primer yang diisi dengan katalis nikel oksida (NiO). Suhu masuk ke reformer primer 530–650oC dan suhu keluar 770–811oC, tekanan 35–40 kg/cm2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH4 + H2O <---> CO + 3H2 ... (3) CO + H2O <---> CO2 + H2 ... (4) Suatu reformer sekunder diperlukan untuk menyempurnakan reaksi di reformer primer dengan memasukkan oksigen yang direaksikan dengan gas hidrogen untuk menghasilkan uap panas (eksotermis). Reaksinya adalah sebagai berikut :

H2(g) + O2 (g) <---> H2O(g) ... (5) Suhu masuk reformer sekunder 520–560oC dan suhu keluar 920–1050oC, tekanan 35 kg/cm2. Reaksi yang terjadi dalam reformer sekunder seperti pada reaksi 3 dan 4.

Syngas dari reformer merupakan

campuran hidrogen (H2) dan karbon monooksida (CO). Shift reaction yang merupakan reaksi eksotermis dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan H2. Kesetimbangan reaksi sangat dipengaruhi oleh jumlah reaktan dan suhu. Kesetimbangan

reaksi yang membentuk produk terjadi pada suhu yang rendah, tetapi suhu tinggi juga diperlukan untuk meningkatkan kecepatan reaksi. Oleh karena itu dilema ini diselesaikan dengan menggunakan 2 stage shift reaction, terdiri dari HTS (High Temperature Shift) pada 350oC dengan katalis Fe3O4[4] dan LTS (Low

Temperature Shift) pada 190-210oC dengan

katalis Cu, ZnO dan Al[5]. Pada tahap HTS, reaksi masih jauh dari kesetimbangan kimia. Pada tahap LTS, reaksi sudah mendekati kesetimbangan. Penurunan suhu, akan menyebabkan reaksi bergeser ke kanan atau ke arah terbentuknya H2.

Produk yang dihasilkan selain mengandung H2 dengan konsentrasi yang tinggi juga mengandung kontaminan yang terdiri dari CO2, H2O, residu metana dan sejumlah kecil CO serta nitrogen, sehingga perlu dilakukan pemurnian. Proses pemurnian hidrogen dilakukan dalam unit PSA (Pressure

Swing Absorption, unit PSA akan menyerap

kontaminan yang terikut dalam gas secara terus menerus dan kontaminan tersebut akan terserap secara selektif pada tekanan tinggi. Aliran keluaran PSA terdiri dari hidrogen murni pada tekanan tinggi dan sisa gas yang mengandung kontaminan pada tekanan rendah. Diagram alir produksi hidrogen dengan

(4)

steam reforming gas alam ditunjukkan pada Gambar 1. Gas alam Reformer Primer Desulfurization Steam drum BFW HTS LTS PSA KO drum Pencairan H2 SPBU GAS Kompresor Dearator Demin plant BFW LP steam superheater HE HE HE HE HE HE He siklus sekunder Jalur Pipa Jalur Pipa Pant Pengguna H2 Reformer Sekunder

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Hidrogen Dengan Steam Reforming Gas Alam Medium pemanas untuk reformer primer,

seperti terlihat dalam Gambar 1, berasal dari helium panas PLTN jenis reaktor suhu tinggi.

Kondisi reaksi untuk produksi hidrogen dari metana ditentukan oleh termodinamika

steam reforming dari metana menjadi CO dan

H2 (reaksi 3) dan shift reaction membentuk CO2 dan H2 (reaksi 4). Berdasarkan prinsip termodinamika, suatu reaksi kimia mungkin terjadi sendiri (spontan) jika harga energi bebas reaksi bernilai negatif. Jika energi bebas bernilai positif, maka reaksi tidak dapat terjadi tanpa ada energi dari luar. Harga ∆Hf298 dan ∆Gf298 untuk komponen terlihat dalam Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 2, total harga ∆Hf298 reaksi 3 adalah 206,15 kJ/kgmol dan total harga ∆Gf298 adalah 141,863 kJ/kgmol. Tabel 2. Harga ∆Hf298 dan ∆Gf298[6]

Komponen ∆Hf298 (kJ/kgmol) ∆Gf298 (kJ/kgmol) CH4 CO CO2 H2 H2O -74,85 -110,5 -393,3 0 -241,8 -50,46 -137,169 -394,359 0 -228,572

Dasar perhitungan ∆Hf298 dan ∆Gf298 pada reaksi 3 : ΔHf298 = ΣΔHf298 Produk − ΣΔHf298 Reaktan ∆Hf298 = (-110,5+0) - (-74,85+(-241,8)) = 206,15 kJ/kgmol ∆Gf298 = (-137,169+0) - (-228,572+(- 50,46)) = 141,863 J/kgmol

Konversi metana dibatasi oleh termodinamika reaksi reforming. Berbagai parameter yang berpengaruh dalam termodinamika reaksi ini antara lain suhu, tekanan dan perbandingan uap terhadap karbon. Reaksi reforming terjadi secara endotermis. Perbandingan uap terhadap karbon yang rendah dan suhu yang tinggi, umumnya didesain untuk instalasi hidrogen. Jika perbandingan uap terhadap karbon rendah (2,5 atau kurang), maka aliran massa yang melalui instalasi akan berkurang, ukuran peralatan lebih kecil dan investasi yang diperlukan akan lebih rendah. Selain itu, pemakaian energi akan lebih efisien dan biaya operasi juga akan lebih rendah. Namun perbandingan uap terhadap karbon rendah akan menyebabkan jumlah metana yang terkonversi juga lebih rendah dibanding perbandingan uap terhadap karbon yang tinggi[7]. Tetapi jika perbandingan uap terhadap karbon yang rendah dikompensasi dengan peningkatan suhu yang tinggi (920oC) akan

(5)

dihasilkan konversi yang maksimal, seperti terlihat pada Gambar 2. Metana yang tidak terkonversi umumnya dihilangkan (didaur ulang ke unit reformer) di unit PSA. Pada prakteknya, kandungan komponen yang tidak bereaksi kurang dari 2,5% volume.

Gambar 2. Konversi Metana Pada Berbagai Suhu[8]

PEMBAHASAN

Saat ini, proses produksi hidrogen dengan steam reforming menggunakan gas alam sebagai bahan baku merupakan proses yang paling banyak digunakan yaitu sekitar 48% dari produksi dunia. Sedangkan proses lain yang digunakan yaitu oksidasi parsial sekitar 30%, gasifikasi batubara 18% dan elektrolisis 4%[6]. Steam reforming dari gas alam merupakan teknologi yang telah komersial, dan paling ekonomis saat ini. Reaksi

steam reforming dilakukan dalam reaktor yang

disebut reformer primer dengan menggunakan katalis NiO pada suhu 770 – 811oC dan merupakan reaksi kesetimbangan endotermis. Pada proses produksi hidrogen ini terjadi

perpindahan panas secara radiasi dan konveksi. Kesetimbangan reaksi tergantung pada suhu reaksi, tekanan dan perbandingan uap terhadap karbon. Panas reaksi keseluruhan dapat positif, nol atau negatif tergantung pada kondisi proses. Seperti telah diuraikan sebelumnya, ditinjau dari konsep kesetimbangan reaksi, pengoperasian reaktor pada suhu reforming yang tinggi dan tekanan yang rendah akan memberikan konversi yang tinggi pada reaksi. Pada reaksi 3, reaksi yang dioperasikan pada tekanan rendah, akan menggeser kesetimbangan kearah produk yang artinya akan menaikkan konversi CH4. Namun pengoperasian pada tekanan rendah pada reformer ini akan mengakibatkan kenaikan beban (power) kompresor bagian pemurnian dan transportasi produk hidrogen. Oleh karena itu, reformer dioperasikan pada tekanan 35-40 kg/cm2. Sedangkan kenaikan suhu operasi dibatasi oleh kekuatan material dan katalis yang digunakan.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, perbandingan uap terhadap karbon (S/C) yang rendah umumnya didesain untuk instalasi hidrogen. Terlihat dalam Gambar 2, pada tekanan 20 bar dan suhu 400-900oC, jika S/C = 1 mengakibatkan metana yang tidak terkonversi lebih besar dari pada jika S/C = 2,5. Pada harga S/C = 5 metana yang terkonversi akan lebih besar lagi. Namun pada suhu di atas 920oC, jika S/Cnya 2,5 akan dihasilkan konversi yang maksimal. Jadi, pembuatan

syngas memerlukan suhu tinggi untuk

mencapai konversi metana yang tinggi. Sedangkan pada tekanan 1 bar, jika S/C = 2,5 dan suhu 700oC juga akan dihasilkan konversi maksimal. Namun, jika tekanan 1 bar ini digunakan untuk produksi hidrogeni, akan mengakibatkan terjadinya pemborosan energi di sistem kompresi hidrogen karena harus menaikkan tekanan gas hidrogen untuk keperluan pemurnian, penyimpanan dan distribusi. Perlu diketahui, bahwa pada sistem pemurnian diperlukan tekanan sekitar 28 bar. Jadi jika harga S/C = 2,5 dan dengan mempertimbangkan kekuatan material dan katalis yang digunakan, maka suhu optimum untuk proses steam reforming gas alam adalah 920oC.

Panas reaksi keseluruhan adalah negatif, berimplikasi bahwa panas harus dipasok ke reaksi. Kebutuhan panas pada reaksi 3 dan 4 dapat diperoleh dari gas helium panas yang berasal dari PLTN jenis Reaktor Gas Temperatur Tinggi. Namun, gas helium

(6)

panas ini tidak langsung berasal dari reaktor nuklir, tetapi dilewatkan suatu penukar panas intermediet (IHX) yang merupakan penukar panas helium-helium di antara sirkuit helium primer dari reaktor dan sistem produksi hidrogen. Penggunaan sirkuit intermediet merupakan salah satu aspek keselamatan, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi radioaktif di instalasi produksi hidrogen. Jadi pada tahap ini akan terjadi perpindahan panas dari gas helium panas ke bahan baku dalam reaktor reformer primer. Berbeda dengan proses konvensional yang menggunakan jenis reaktor furnace, reaktor reformer primer yang sesuai digunakan pada proses ini berjenis fixed bed multitubes.Dalam reaktor furnaceakan terjadi perpindahan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar (gas alam) dalam suatu ruangan ke fluida yang dipanaskan melalui pipa-pipa yang berada di sekitar ruang pembakaran tersebut. Jadi dalam reaktor furnace akan terjadi perpindahan panas secara radiasi, konveksi dan konduksi. Sedangkan dalam reaktor fixed

bed multitubes, gas helium panas yang berasal

dari penukar panas intermediet digunakan sebagai medium pemanas fluida. Dalam reaktor fixed bed multitubes ini terjadi perpindahan panas konveksi dan konduksi. Reaktor jenis fixed bed multitubes ini dapat dipilih karena reaksi yang terjadi ada dalam fase gas, menggunakan katalis padat dan jenis pemanas reaksi juga dalam fase gas[8]. Sedangkan untuk penyempurnaan reaksi digunakan panas dari hasil reaksi pembakaran gas hidrogen pada reformer sekunder.

Pada reaksi 3, secara stoikiometri, jika perbandingan uap terhadap metana atau perbandingan CO2 terhadap metana sebesar 1, reaksi ini seringkali tidak dapat dilakukan karena akan menghasilkan konversi yang tidak sempurna. Perbandingan uap terhadap metana berpengaruh pada pembentukan karbon pada katalis. Risiko pembentukan karbon pada katalis juga merupakan aspek termodinamika. Untuk menghindari terjadinya penumpukan karbon pada katalis maka pada reaksi 3, diusahakan perbandingan uap terhadap metana minimal 2. Reaksi pembentukan karbon adalah sebagai berikut :

CH4<--->C+2H2 ∆Hf298= 75 kJ/mol ...(5) 2CO<--->C+CO2 ∆Hf298 = -172 kJ/mol …....(6) CO+H2<--->C+H2O ∆Hf298 = -131 kJ/mol .... (7)

Produk utama dari pembentukan karbon pada

steam reforming adalah whisker karbon. Jenis

whisker ini tumbuh pada kristal nikel bagian

puncak. Fenomena yang terjadi adalah karena rusaknya pelet katalis. Proses terbentuknya

whisker karbon adalah sebagai berikut :

hidrokarbon diserap atau karbon monooksida didisosiasi pada permukaan logam sehingga terjadi penyerapan atom karbon, yang kemudian atom karbon tersebut larut dalam partikel logam. Difusi karbon terjadi di dalam partikel dan bernukleasi menuju lapisan antar muka di permukaan. Kristal nikel berubah menjadi partikel bulat. Whisker karbon mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, dan partikel-partikel katalis dihancurkan ketika

whisker karbon masuk dinding pori. Proses ini

akan menyebabkan meningkatnya penurunan tekanan dan tube akan menjadi lebih panas, sehingga mengganggu operasi. Ukuran partikel nikel juga mempunyai dampak pada nukleasi karbon. Pada kristal-kristal yang lebih kecil, terjadinya inisiasi pembentukan karbon akan lebih sukar. Pembentukan karbon juga tergantung pada kinetika reaksi dari hidrokarbon yang diserap dengan oksigen dan disosiasi lebih lanjut hidrokarbon tersebut menjadi atom-atom karbon, yang larut dalam kristal nikel.

SIMPULAN

Pemanfaatan energi panas dari PLTN untuk produksi hidrogen merupakan salah satu pengembangan pemanfaatan panas PLTN. Berdasarkan studi aspek termodinamika produksi hidrogen dengan proses steam

reforming gas alam, maka dapat disimpulkan :

 Reaksi produksi hidrogen bersifat endotermis, peningkatan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Namun kenaikan suhu dibatasi oleh kekuatan material dan katalis yang digunakan.

 Reaksi reforming akan sangat baik dioperasikan pada tekanan rendah, namun akan mengakibatkan kenaikan beban

(power) kompresor di bagian pemurnian

dan transportasi produk hidrogen, sehingga tekanan optimum proses adalah 35-40 kg/cm2.

 Perbandingan uap terhadap karbon sebesar 2,5 dan suhu 920oC akan dihasilkan konversi metana yang maksimal.

(7)

 Ditinjau dari fase reaksi, jenis katalis dan medium pemanas maka jenis reaktor yang sesuai digunakan untuk proses produksi hidrogen dengan steam reforming yang dikopel dengan PLTN HTGR adalah fixed bed multitubes.

DAFTAR PUSTAKA

1. MOLBURG, J.H., et.al., “Hydrogen From Steam-Methane Reforming With CO2 Capture”, 20th Annual International Pittsburgh Coal Conference, Sept. 15-19 2003.

2. CROSBIE, L.M. AND CHAPIN, D., “Hydrogen Production by Nuclear Heat”, Genes4/ANP2003, Sep 15-19, 2003, Japan.

3. AGUS SUBEKTI, “ Pengenalan Proses Ammonia”, Departemen Operasi Kaltim-3, PT. Pupuk Kaltim, 2009. 4. ANONIM, LK series, Leading Edge

Performance LTS Catalysts, Haldor

Topsoe A/S,

“http://www.topsoe.com/business

_areas/ammonia/processes/co_

conversion.aspx”,

diakses 25

November 2009.

5. ANONIM, Hydrogen Technologies, ''http://www.hysafe.org/.../BRHS

%20Chap2 Engineering version%200 9 0”, pdf, diakses 16 November 2009. 6. SMITH, J.M., et.al., “Introduction to

Chemical Engineering Thermodynamics”, Fiftth Edition, International Edition, 1996.

7. ROSTRUP-NIELSEN, J.R., et.al., “ Hydrogen and Syngas by Steam reforming”, Academic Press, An Imprint of Elsevier Science, 2002.

8. HILL, C.G.JR., “An Introduction to Chemical Engineering, Kinetics & Reactor Design”, John Wiley & Sons, Inc., The University of Wisconsin, Canada, 1977.

RIWAYAT PENULIS

Siti Alimah, lahir di Semarang, 11 Juli 1966. Menyelesaikan Pendidikan S1 Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro tahun 1991. Sejak tahun 1992 bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di Pusat Pengkajian Iptek Nuklir dan menjadi Peneliti di bidang Teknik Kimia sejak tahun 1999. Tahun 2000

bekerja di Pusat Pendayagunaan Iptek Nuklir BATAN. Sejak tahun 2005 sampai sekarang bergabung di Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN.

Dedy Priambodo, lahir di Kebumen, 6 Januari 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro tahun 2006. Tahun 2007 bekerja sebagai Insinyur Proses (Process Engineer)

di Chemical Side Riaupulp APRIL Kerinci,

Riau. Kemudian sejak tahun 2009-sekarang bergabung dengan BATAN pada Pusat Pengembangan Energi Nuklir.

Erlan Dewita, lahir di Surabaya, 2 Mei 1962. Menyelesaikan Pendidikan S1 Jurusan Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Surabaya tahun 1987. Menyelesaikan pendidikan S2 Jurusan Teknik Nuklir, di Tokai University, Jepang tahun 1993. Sejak tahun 1988 bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN), di Pusat Pengkajian Iptek Nuklir dan menjadi Peneliti di bidang Teknik Kimia sejak tahun 1996. Tahun 2000 bekerja di Pusat Pendayagunaan Iptek Nuklir BATAN. Sejak tahun 2005 sampai sekarang bergabung di Pusat Pengembangan Energi

Gambar

Tabel 1. Komposisi gas alam [1]
Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Hidrogen Dengan Steam Reforming Gas Alam Medium  pemanas  untuk  reformer  primer,
Gambar 2. Konversi Metana Pada Berbagai                     Suhu [8]

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan bahan baku ini didasarkan atas pertimbangan bahwa proses cracking gas alam ( natural gas ) atau yang biasa disebut steam reforming merupakan salah alternatif

Untuk itu, berbagai litbang proses steam reforming terus dilakukan untuk memperoleh proses yang dimungkinkan beroperasi pada temperatur lebih rendah sehingga reaktor nuklir

Uraian hasil dan pembahasan disajikan dalam dua pasal: aspek katalis dan kinetika reaksi steam reforming toluen; dan evaluasi kinerja reaktor plug flow sampai dengan

No. Berikut ini data pada tabel 2 hasil pengukuran luas permukaan katalis logam Cu untuk reaksi Steam Reforming gliserol dengan penyangga  -Al 2 O 3

Penelitian ini berjudul “Simulasi Produksi Hidrogen melalui CO2 Methane Reforming dengan Menggunakan Reaktor Membran” dan bertujuan untuk mengevaluasi unjuk kerja reaktor membran

Produksi hidrogen dengan memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi akan menguntungkan dari sisi pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, yang berimplikasi langsung

Beberapa proses produksi hidrogen yang dapat memanfaatkan reaktor VHTR antara lain: steam reforming gas alam, proses termokimia pemisahan air siklus iodine-sulfur, proses

Uraian hasil dan pembahasan disajikan dalam dua pasal: aspek katalis dan kinetika reaksi steam reforming toluen; dan evaluasi kinerja reaktor plug flow sampai dengan