• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENJANG HELARAN SEBAGAI MOTIF BUSANA READY TO WEAR DENGAN TEKNIK HAND PAINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENJANG HELARAN SEBAGAI MOTIF BUSANA READY TO WEAR DENGAN TEKNIK HAND PAINTING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

14

Jurnal Da Moda

JURNAL DA MODA Vol. 2 No 1 – Oktober 2020

p-ISSN 2684-9798 (Print), e-ISSN 2684-9801 (Online) Available Online at :

https://jurnal.std-bali.ac.id/index.php/damoda

BENJANG HELARAN SEBAGAI MOTIF BUSANA READY TO WEAR DENGAN

TEKNIK HAND PAINTING

Sifa Herlina Nurfirdausiah1, Katiah2

1 ,2 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat-Indonesia

e-mail: nsyifaherlina608@gmail.comi1, katy59@upi.edu2

INFORMASI ARTIKEL

A B S T R A C T

Received : June, 2020 Accepted : September, 2020 Publish online : October, 2020

The condition of traditional art in Indonesia which has begun to occur a cultural crisis in which the younger generation prefers foreign culture also resulted in the existence of Benjang in West Java. Benjang is a traditional art that developed in the Bandung area since the 7th century. Benjang is known to be divided into 3 types namely Gelut Benjang, Helaran Benjang, and Benjang Mask Dance. The existence of Benjang which has begun to be set aside inspires to realize a fashion decoration motif with hand painting techniques. Hand painting is a painting technique that is carried out by providing fabrics that have become fashionable. The application of decorative motifs inspired by Benjang will be applied to ready-made clothing in the form of jackets and denim pants. This type of ready-made clothing easily penetrates various circles of various ages and genders. The purpose of the activity is to analyze fashion products from the development of students' creativity and innovation in the field of fashion, in the context of preserving traditional art that has been around for a long time. The stages begin with designing, making clothes, and analyzing products. The author conducted a study of ready-made clothing products with painted fabric surfaces which are adaptations of Benjang art with hand-painted techniques, as the focus of innovation.

Keywords: Benjang, Hand Painting, Ready to Wear

A B S T R A K

Kondisiseni tradisionaldi Indonesia yang sudah mulai terjadi krisis budaya dimana generasi muda lebih menyenangi budaya luar , berakibat juga pada keberadaan Benjang yang ada di Jawa Barat. Benjang adalah seni tradisional yang berkembang di wilayah Bandung dari abad ke-7. Benjang diketahui terbagi menjadi 3 jenis yakni Benjang Gelut, Benjang Helaran dan Tari Topeng Benjang. Keberadaan Benjang yang sudah mulai tersisihkan menginspirasi untuk mewujudkan menjadi motif hias busana dengan teknik hand painting. Hand painting merupakan teknik melukis yang dilakukan dengan bermediakan kain yang telah menjadi busana. Penerapan motif hias yang terinspirasi oleh Benjang akan diterapkan pada busana ready to wear berupa jaket dan celana berbahan denim. Jenis busana siap pakai ini mudah menembus berbagai kalangan dengan berbagai usia dan jenis kelamin. Tujuan dari akifitas yang dimaksud adalah menganalisis produk busana dari hasil pengembangan kreatifitas dan inovasi mahasiswa di bidang busana, dalam kontek melestarikan seni tradisional bejang. Tahapan yang dilakukan di awali dengan perancangan, pembuatan busana dan menganalisi produk Penulis melakukan kajian pada produk busana ready to wear dengan

(2)

permukaan kain yang dilukis motif hias yang merupakan pengadaptasian dari seni Benjang dengan teknik hand paintingm , sebagai focus inovasi.

(3)

16

Jurnal Da Moda

PENDAHULUAN

Seni bukan hanya suatu wadah untuk mengekspresikan diri, tetapi seni adalah bagian identitas dari suatu kelompokyang tidak bisa dielakkan. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki keanekaragaman kesenian dan budaya di dunia. Namun, perkembangan peradaban manusia yang semakin maju berimbas juga pada samarnya berbagai kesenian tradisional dalam kehidupan masyarakat modern di Indonesia. Kondisi masyarakat khususnya generasi muda yang berada di zaman milenial mulai melupakan seni dan budaya tradisional Indonesia karena beranggapan sesuatu budaya dan seni kuno. Kesenian tradisional yang mulai tersisihkan diantaranya seni Benjang. Benjang terkenal sebagai kesenian tradisional di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat . Ujungberung, daerah kecil di sudut Bandung yang diketahui sebagai tempat sejarah lahirnya Benjang pada abad ke-19.

Benjang dikenal sebagai kesenian tradisional Tatar Sunda, tidak ditemukan informasi kapan Benjang lahir dan mulai dikenal secara luas. Sejarah mencatat Benjang lahir dari berbagai seni beladiri tradisional Indonesia ketika masa penjajahan Hindia Belanda, yang pada masa itu ilmu beladiri dilarang. Benjang adalah kasenian tradisional yang dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Benjang Gelut yang termasuk dalam seni beladiri, Benjang Helaran dan Tari Topeng Benjang yang termasuk dalam seni tari dan pertunjukan. Benjang memiliki banyak gerakan yang mengandung nilai-nilai positif. Fakta keberadaan Benjang yang mulai terasingkan karena budaya luar yang lebih disenangi generasi muda Indonesia menjadikan Benjang patut dilestarikan.

Seni lukis menjadi bidang seni yang banyak dipelajari oleh manusia dengan berbagai macam tekniknya. Pada perkembangannya muncul teknik

hand painting yang dapat digunakan untuk menghias busana. Hand painting termasuk dalam daftar surface textile design. Surface textile design

adalah teknik desain yang dilakukan setelah proses pembuatan kain. Teknik-teknik yang termasuk dalam surface textile design diterapkan untuk menghasilkan karya textile yang variatif dan inovatif. Hand painting sendiri merupakan salah satu teknik yang tengah digandrungi oleh para desainer busana ready to wear. Hand painting

sebagai teknik lukis yang beralaskan kain, dengan memberikan aksen hiasan berupa motif atau lukisan pada kain yang akan dijadikan busana. Posisi motif memiliki peranan yang krusial. Motif terinspirasi dari berbagai hal di dunia untuk digubah menjadi karya seni berupa lukisan atau gambar. Para desainer dan seniman sering kali membuat motif lukisan dengan menyelipkan tujuan dan makna yang terkandung di dalamnya. Seni

tradisional Benjang yang kali ini penulis angkat menjadi suatu motif. Dengan tujuan pelestarian kesenian tradisional Indonesia dengan cara yang berbeda, serta pemilihan teknik Hand painting yang diterapkan pada busana menjadikan busana tersebut sebagai karya seni yang bernilai tinggi.

Ready to wear disebut sebagai busana yang memiliki aspek kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaannya karena diperuntukan untuk busana

casual bahkan pesta. Busana ready to wear tidak berbatas pada satu style fashion. Biasanya busana ini menggunakan bentuk busana yang sederhana hingga pola yang digunakan tidak rumit, selain itu penggunaan bahan pun efisien dan mudah didapat di pasaran. Untuk menciptakan busana ready to wear yang unik dan berciri khas dapat membuat inovasi dengan berbagai cara seperti menggunakan teknik manipulation fabrics atau teknik surface textile design.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam pembuatan produk ini adalah bagaimana menciptakan desain motif yang terinspirasi dari seni tradisional Benjang untuk diaplikasikan pada busana ready to wear dengan teknik hand painting.

Tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah mengembangkan kreatifitas, ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh selama perkuliahan. Selain itu, tujuan lainnya yaitu menganalisis produk perancangan dan pembuatan busana dengan menggunakan teknik hand painting

untuk menggambar motif hias yang terinspirasi dari Benjang menjadi sebuah hiasan pada busana serta untuk melestarikan Benjang itu sendiri dengan cara yang berbeda. Manfaat dari penyusunan karya tulis ilmiah Seminar Kajian Komprehensif Tata Busana ini adalah untuk mengembangkan kreatifitas dalam bidang seni dan fashion, serta memberikan motivasi bagi industri busana serta pelaku usaha untuk memproduksi busana yang up-to-date

dengan tema Indonesia sebagai identitas. Terwujudnya produk busana ini, diharapkan dapat memberi motivasi kepada generasi milenial di bidang busana agar meningkatkan pengetahuan dan keahliannya untuk lebih produktif dalam menghadapi era 4.0.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode Project Based Learning (PBL), metode pembelajaran berbasis proyek yang berkaitan dalam pemecahan masalah, dengan langkah awal menentukan tema, setelah itu menganalisis tema, merancang produk, membuat produk hingga mengevaluasi hasil dari karya produk agar dapat dievaluasi terlebih dahulu. Didukung dengan studi

(4)

jenis referensi yang relevan dengan permasalah yang dikaji. Pengerjaan busana ini dilakukan dengan beberapa tahapan agar penulis mendapatkan hasil produk yang sesuai, diantaranya:

1. Mempelajari Benjang Heleran dengan memahami unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti sejarah, jenis-jenis Benjang, busana dan atribut yang dikenakan.

2. Mencari ide dari Benjang Heleran untuk dibuat motif hias yang akan diaplikasikan pada busana

ready to wear.

3. Pembuatan desain motif hias secara manual hingga digital.

4. Pembuatan desain busana dengan pengaplikasian motif hias Benjang Heleran. 5. Mempelajari teknik-teknik hand painting, alat

dan juga bahan pada proses menggambar di atas tekstil.

6. Menganalisis dan mengevaluasi produk akhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Benjang Helaran

Tercatat pada awal abad ke-20 seni Benjang berasimilasi dari seni Terebangan dan seni Gedut sehingga berkembang menjadi seni beladiri yang dimainkan di pekarangan rumah. Pada tahun 1923, seni ini berkembang ke bentuk seni pertunjukan gulat tradisional yang dinamakan Benjang Gelut. Ada unsur hiburan yang kemudian hadir dalam seni tradisional ini. Penggiat Benjang menambahkan musik pada pertunjukan Benjang. Alat musik Benjang disebut waditra terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya adalah Terebangan, kendang, bedug, tarompet, dan kecrek. Selain sebagai pengiring pertunjukan waditra juga dimainkan untuk memberikan sebuah pemberitahuan di siang hari yang disebut dengan Benjang wawaran karena pertunjukan Benjang Gelut dilakukan pada malam hari. Pada pertengahan tahun 1930 dimunculkan properti sepasang kesweh (dua orang yang memerankan kakek dan nenek), babarongan dan sepasang Kuda Lumping (sumber: Khotimah, 2019:42-43).

Pada tahun 1938 seni Benjang berkembang ke bentuk seni arak-arakan yang disebut Benjang Helaran. Pada tahun 1941 kelompok penari Topeng Klasik Sunda mulai menciptakan bentuk seni Benjang lain, yakni seni tari yang dinamai Tari Topeng Benjang. Tari Topeng Benjang merupakan perkembangan dari Benjang Heleran dengan gerakan tari dari perubahan pola Topeng Klasik Sunda. Pada tahun 1955 hingga tahun 1965 merupakan masa keemasan Benjang. Waktu itu Benjang dimainkan 24 jam penuh, dari Benjang Helaran (pagi), ke Tari Topeng Benjang (sore)

hingga Benjang Gelut (malam sampai menjelang subuh).

Elzawan & Yuningsih menuturkan bahwa Benjang menonjolkan sebuah identitas yang di dalamnya terdapat pesan verbal berupa bahasa Sunda Karuhun yang mempuyai arti sebagai bahasa identitas masyarakat Sunda. Benjang sebagai bagian dari kesenian tradisional Sunda merupakan sebuah pesan non-verbal dari para leluhur yang memberikan petuah mengenai makna dari Benjang menciptakan situasi kekeluargaan, kekuatan, sportivitas, respek dan lain sebagainya Menurut Khotimah (2019), Lain Benjang Gelut, lain pula Benjang Helaran. Benjang Helaran termasuk dalam seni arak-arakan atau pertunjukan yang dilakukan pada pagi hari hingga sore hari. Pada Benjang Helaran rangkaian acara dimulai dengan memandikan anak yang dikhitan, pembukaan menggunakan iringan waditra dengan penambahan alat musik berupa kulanter dan gong, serta sinden yang bernyanyi selama pertunjukan berlangsung. Setelah itu menaikan anak yang dikhitan ke atas jampana (tandu yang dipikul menggunakan bambu), dilanjutkan dengan pertunjukan dari Babarongan, Kuda Lumping, dan Babadutan. Pertunjukan Babarongan diperankan oleh satu orang yang menari dan kemudian diarahkan oleh pawang untuk masuk kedalam busana Barong. Maka dimulailah atraksi Barong sebagai pembuka dari pertunjukan Benjang. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Kuda Lumping yang dimainkan oleh 4 orang. Dalam para penari menggunakan properti Kuda Lumping yang terbuat dari bambu atau rotan. Di tengah pertunjukan Kuda Lumping akan ada pawang yang berperan sebagai perantara antara alam gaib dan tari-tarian yang sedang berlangsung sehingga para pemain Kuda Lumping akan kesurupan. Setelah itu, dilanjut dengan Babadutan yang merupakan salah satu peran pelengkap dalam pertunjukan Benjang Helaran. Pemain Babadutan akan menggunakan topeng dan busana karakter tertentu. Bentuk dari Babadutan bervariasi tergantung pada karakter yang dipilih oleh masing-masing kelompok Benjang. Contoh karakter dari Babadutan adalah Kala atau Si

Gambar 1. Benjang Gelut [Sumber: Ditwdb, 2019]

(5)

18

Jurnal Da Moda

Buta pada Seni Wayang Golek dan adaptasi Babarongan. Setelah semua pertunjukan telah selesai, maka anak yang khitan mulai diarak keliling kampung dengan diikuti oleh seluruh pemain Benjang. Arak-arakan tersebut awalnya bermaksud untuk memberikan hiburan sekaligus memberi pengumuman kepada warga bahwa nanti malam akan ada pertandingan Benjang Gelut. Benjang Helaran sesunggungnya adalah seni arak-arakan jadi untuk menampilkannya dimulai dengan keliling kampung, kemudian ditutup dengan tari Tari Topeng Benjang. (sumber: Elzawan & Yuningsih, 2016; Khotimah, 2019).

Dilansir dari situs Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (2020), busana Benjang berbeda setiap bagiannya, namun memiliki karakteristik umum yang tidak boleh dihilangkan seperti warna dasar yang sesuai dengan filosofis Benjang yakni Merah, Putih, Kuning, dan Hitam. Penambahan warna lain diperbolehkan tetapi tidak dominan. Busana Benjang Gelut menggunakan celana pendek, Pangsi atau baju Kampret dengan warna dominan hitam. Busana dalam Benjang Helaran, terbagi menjadi beberapa jenis antara lain: (1) Busana Nayaga (pemain waditra), (2) Busana Pembawa Umbul-umbul, (3) Busana Ma’lim, (4) Busana Pembawa Jampana, (5) Busana Badud (pimpinan pasukan Kuda Lumping), (6) Busana Kesweh, (7) Busana Bangbarongan, (7) Busana Babadutan, (8) Busana Akod Andong (boneka gendong), (9) Busana Pemain Kuda Lumping. Busana dalam Tari Topeng Benjang, terbagi menjadi beberapa jenis antara

lain: (1) Busana Tari Topeng Putri: Kebaya putih, mengenakan sangggul dengan tudung selendang warna putih. (2) Busana Tari Topeng Emban/Menyon: Memakai sanggul sederhana dan menggunakan kemben dada dengan kain samping pada bagian bawah. Warna kuning dan merah menjadi warna yang dominan. (3) Busana Tari Topeng Satria: Memakai Iket atau Ceta serta sinjang untuk pelengkap busana bagian bawah dengan busana dominan warna hijau. (4) Busana Tari Topeng Rahwana: Busana dominasi warna merah, jubah punggung, Baju Kutung berlengan pendek serta sinjang pada bagian bawah. Seluruh busana Tari Topeng Benjang menggunakan Selendang sebagai pelengkap. (Sumber: Ditwdb, 2020)

2. Ready to Wear

Ready to wear disebut sebagai busana yang memiliki aspek kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaannya karena diperuntukan untuk busana

casual bahkan pesta. Busana ready to wear tidak berbatas pada satu style fesyen. Biasanya, busana ini menggunakan bentuk busana yang sederhana hingga pola yang digunakan tidak rumit, selain itu penggunaan bahan pun efisien dan mudah didapat di pasaran. Untuk menciptakan busana ready to wear yang unik dan berciri khas dapat membuat inovasi dengan berbagai cara seperti menggunakan teknik manipulation fabrics atau teknik surface textile design.

3. Hand Painting

Daniati S & Achir S, hand painting merupakan karya seni yang dituangkan diatas kain, dengan menggunakan teknik lukis dengan memberikan aksen hiasan berupa lukisan pada benda yang dikerjakan sebagai kerajinan tangan. Objek hand painting adalah kain. Hand painting sekarang tidak hanya dijadikan sebagai hiasan pada busana saja tetapi dapat dijadikan sebagai karya seni yang bernilai tinggi. Dari penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa hand painting sebagai teknik lukis yang beralaskan kain, dengan memberikan aksen hiasan berupa motif atau lukisan pada kain yang akan dijadikan busana. Nurwidianti, S.I. & Hendrawan, A, hand painting termasuk dalam salah satu teknik craftsmanship yang diambil dari teknik

surface textile design. Surface textile design adalah desain yang dilakukan setelah proses pembuatan kain, umumnya dilakukan pada proses penyempurnaan kain. Contoh teknik surface textile design antara lain teknik batik, teknik digital printing, teknik bordir, teknik hand painting, dan teknik sulam. Berbagai teknik tersebut dapat dikombinasikan untuk menghasilkan karya tekstil yang variatif dan inovatif. Setiawati & Suhartiningsih bahwa kepopuleran teknik hand Gambar 2. Jampana pada Benjang Heleran

[Sumber: m.ayobandung.com, 2018]

Gambar 3. Properti Kuda Lumping dan Babarongan [Sumber: Khotimah, 2019:50]

(6)

painting saat ini disebabkan banyaknya produk yang menggunakan teknik hand painting, karena pengerjaan hand painting mudah dikerjakan dan hasilnya dapat menambah nilai jual produk tersebut. (Sumber: Nurwidianti, S.I. & Hendrawan, A, 2018; Daniati S & Achir S, 2015; Setiawati & Suhartiningsih, 2016)

4. Moodboard

Moodboard merupakan tahap awal dalam perancangan suatu produk busana. Moodboard

adalah berisi beberapa gambar yang disusun sedemikian rupa, yang mana gambar tersebut merupakan acuan dari dalam perancangan produk tersebut.

5. Perancangan Desain Motif

Motif merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan suatu karya ornament, salah satu bagian dari desain dekoratif atau desain ragam hias, dapat dikatakan pula sebagai ornament. Motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok seni onamen pada kain. Menurut Murwati ornament dalam setiap karya seni dibuat untuk menambah niali estetis dari suatu benda atau produk. Motif merupakan pangkal tolak untuk esensi dari suatu pola. Hal ini diperkuat oleh Gustami keberadaan motif yang estetis dapat menambah nilai finansial dari benda atau produk. Motif pada kain dimaksudkan untuk mendukung keindahan suatu kain, sehingga memperkuat nilai jual yang tinggi. Sama halnya dengan batik, ornamentasi atau motif pada kain berfungsi sebagai ragam hias murni, dengan maksud bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat untuk keindahan. (Sumber: Murwati, 2008; Gustami, 2008)

Pada tahap perancangan motif hias, motif hias diadaptasi dari 3 jenis ikon Benjang Helaran yakni

Babarongan (bagian kepala), Kuda Lumping dan Jampana bentuk burung elang. Perancangan ini berupa sebuah sketsa yang dibuat secara digital. Motif tersebut akan diaplikasikan pada 2 ikon fashion yaitu jaket denim dan celana denim dengan teknik hand painting menggunakan cat akrilik. Cat akrilik jenis transparent cocok untuk melukis bermediakan kain karena karakteristiknya yang mudah mengering namun tidak akan retak dan fleksibel mengikuti gerakan kain. Desain motif terbagi menjadi 2 yakni desain motif kepala Babarongan yang akan di tempatkan pada celana bagian paha kanan dan desain motif Jampana serta Kuda Lumping yang digabung menjadi satu, diaplikasikan pada jaket denim bagian punggung. Berikut ini desain dari 2 motif beserta dengan penempatannya pada baju dan celana berupa desain busana:

Gambar 4. Moodboard

Gambar 4. Motif Jampana dan Kuda Lumping

(7)

20

Jurnal Da Moda

6. Pengaplikasian Pada Busana

Proses melukis pada busana dilakukan setelah busana telah jadi. Pada proses pengaplikasian motif, perlu diperhatikan ukuran bidang yang akan dilukis dengan kisaran besar motif. Pengaplikasian pada busana dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat (kuas, palet cat, wadah air, kuas dan papan dada) dan bahan (cat akrilik, air, tisu, alat tulis dan busana) 2. Buat pola motif terlebih dahulu dengan

menggunakan pensil, karena bahan berwarna hitam gunakan pensil warna kontras, beri alas di bawah jaket. 3. Mulai beri warna pada motif

Keringkan dengan cara digantung dan dianginkan.

7. Sasaran Pasar

Apriliza berpendapat bahwa sasaran pasar yang dituju dalam suatu perancangan busana ada 3, yakni:

1. Segi Geografis, konsumen yang dituju adalah masyarakat yang berada di kota. Kota-kota besar telah lama bersentuhan dengan dunia modern, pengetahuan masyarakat di kota besar tentang dunia tren fashion sangat berkembang dengan adanya pengaruh alat-alat modern dan media promosi. Gaya hidup masyarakat di kota besar pun cukup tinggi dan itu ditampilkan dalam cara masyarakat berpakaian, itu menjadi alasan mengapa masyarakat di kota besar sangat terbuka dengan keaneragaman serta keinovativan para pencipta produk fashion. Masyarakat yang tinggal di kota besar berkemungkinan besar memiliki sifat konsumtif yang tinggi.

2. Segi Demografis, konsumen yang dituju adalah wanita dan laki-laki remaja hingga dewasa. Usia remaja dan dewasa muda adalah masa dimana karakter segmentasi yang sedang mencari jati dirinya, mudah beradaptasi terutama dengan perkembangan tren. Diperuntukkan untuk masyarakat kalangan menengah ke atas.

3. Segi Psikologis, konsumen seperti ini dapat ditujukan pada orang-orang yang mengekspresikan dirinya secara langsung seperti mengeksplorasi dirinya melalui penampilan, kalimat, musik ataupun gadget. Memiliki ketertarikan terhadap fashion, seni dan budaya tradisional secara bersamaan. Karakter fashion antusias atau fashionista salah satunya adalah sesuatu yang berbeda. Busana ini menghadirkan suatu perbedaan dari motif Benjang yang sangat tradisional, namun tetap mengutamakan sisi up to date dengan

Gambar 7. Desain busana

(8)

style yang catchy dan chic, dilihat dari jenis bahan yang dipilih yaitu denim, yang dapat digunakan oleh semua usia dan jenis kelamin. (Sumber: Apriliza, 2016)

8. Pemeliharaan Busana

Angga Krisnawan (mengemukakan beberapa trik untuk merawat pakaian berbahan denim dengan lukisan tangan, seperti jangan terlalu sering dicuci, cuci menggunakan tangan dan letakkan busana ke dalam freezer dengan dimasukan plastic terlebih dahulu untuk menghilangkan bau. Diperkuat juga dengan ungkapan Octama bahwa merawat pakaian berbahan denim dengan menghindari mencuci dengan mesin cuci, cukup rendam 10 menit pada air dingin campuran deterjen yang tidak mengandung pemutih, dilarang menggunakan sikat saat mencuci dan menjemur di bawah sinar matahari langsung, jemur dan simpan pakaian dengan cara di gantung. (Sumber: Ikhsania, A, 2016; Octama, C, 2018)

KESIMPULAN

Benjang adalah seni tradisional yang berkembang di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat . Awal mula, Benjang berbentuk seni beladiri yang diiringi dengan music yang disebut waditra. Seiring dengan perkembangannya muncul Benjang Helaran dan Tari Topeng Benjang. Benjang Helaran termasuk dalam jenis seni pertunjukan atau seni arak-arakan yang dilakukan pada pagi hari hingga sore hari. Di dalam pertunjukan Benjang Helaran terdapat beberapa penampilan diantaranya adalah Babarongan, Kuda Lumping, Kesweh, Jampana dan Babadutan. Hand painting adalah teknik melukis yang bermediakan kain. Teknik ini termasuk dalam teknik surface textile design yang mana merupakan teknik pembuatan desain/hiasan yang dilakukan setelah proses pembuatan kain. Pembuatan motif adaptasi Benjang Helaran yang diaplikasikan pada busana ready to wear memerlukan ketelatenan dan ketelitian dalam pembuatan desain motifnya, dengan memperhatikan kesamaan unsur bentuk benda dan detail dari ikon tersebut. Penempatan motif yang telah dirancang perlu mempertimbangkan dengan bidang yang akan ditempatkan. Proses pelukisan motif dimulai dengan menggambar sketsa dengan pensil pada permukaan kain yang akan dilukis. Ketepatan dalam penggunaan jenis kuas serta teknik dalam pemolesan cat pada kain menghasilkan lukisan yang baik dan menjadikan produk busana ready to wear dengan motif hias adaptasi Benjang Helaran menjadi menarik dan mampu melestarikan Benjang Helaran dengan cara yang berbeda yang merupakan hasil ivonasi di bidang busana

DAFTAR PUSTAKA

[1] Angendari, D.M. “Penerapan Motif Hias Dengan Teknik Jumputan Dan Teknik Painting Pada Kain”. Seminar Nasional Risetinovatif. Hlm. 592-599. 2017

[2] Apriliza, P. R. “Ready to Wear Dengan Konsep Hymn Hour”. E-Proceeding of Art & Design., vol. 3 No. 2, pp. 194-205. 2016 [3] Daniati, S. & Achir, S. “Penerapan Teknik

Hand Painting Dengan Menggunakan Cat Poster Terhadap Kulit Telur Pada Hasil Jadi Wall Hanging”. E-Journal Edisi Yudisium Periode Agustus 2015., vol. 4 No. 3, pp. 24-28. 2015.

[4] Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. “Kompetisi Desain Kostume Karnaval Kota

Bandung”. Internet:

http://patrakomala.disbudpar.bandung.go. id/en/kompetisi-desain-kostum-karnaval-kota-bandung, 7 Maret 2020 [Apr. 12, 2020].

[5] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. “Topeng Benjang”. Internet: http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/d est-det.php?id=320&lang=id, 12 September 2011 [Mei. 12, 2020].

[6] Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya.

“Benjang”. Internet:

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditw db/benjang/, 16 September 2019 [Mei. 12, 2020].

[7] Elzawa M. & Yuningsih A. “Pola Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Dalam Seni Benjang”. Prosiding Hubungan Masyarakat., vol. 2 No. 1, pp 243-250. 2016

[8] Gustami, S. P. Ukiran Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Arindo. 2008. [9] Ikhsania, A. “Trik Merawat Hand Painted

pada Denim Jacket”. Internet: https://lifestyle.okezone.com/read/2016/ 12/11/194/1564277/trik-merawat-hand-painted-pada-denim-jacket, 12 Desember 2016 [2 Juni 2020]

[10] Khotimah N. “Otentisitas Kesenian Benjang Pada Kawasan Pariwisata Budaya Tradisional Ujungberung Kota Bandung”. S.Par, Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung, Bandung. 2019.

[11] Mantri Y. M. “Peran Pemuda Dalam Pelestarian Seni Tradisional Benjang Guna Meningkatkan Ketahanan Budaya Daerah (Studi Di Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat)”. Jurnal Ketahanan Nasional., vol. 3 No. 2, pp. 135-140. 2014.

(9)

22

Jurnal Da Moda

[12] Murwati, E & Masiswo. “Rekayasa Pengembangan Desain Motif Batik Khas Melayu”. Dinamika Kerajinan Dan Batik,

vol. 30 No. 2, pp. 67-72. 2013

[13] Nurwidianti, S.I. & Hendrawan, A. (2018). Penerapan Motif Mega Mendung dengan Teknik Hand Painting dan Sulam Pada Produk Fasyen. E-Proceeding of Art & Design, vol. 5 No. 3, pp.2407-2426. [14] Octama, C. “Cara Merawat Celana Jeans

Yang Wajib Diketahui. Internet: https://parenting.orami.co.id/magazine/c ara-merawat-celana-jeans-yang-wajib-diketahui/. 16 Maret 2018 [7 Juni 2020] [15] Setiawati, N. & Suhartiningsih. “Pengaruh

Jumlah Cat Merah Terhadap Hasil Pewarnaan Jilbab Pada Kain Sifon Dengan Teknik Hand Painting”. E-Journal Edisi Yudisium Periode Agustus 2016, vol. 5 No. 2, pp. 55-61. 2016

Gambar

Gambar 3. Properti Kuda Lumping dan Babarongan  [Sumber: Khotimah, 2019:50]
Gambar 4. Moodboard
Gambar 8. Hasil dari penerapan desain

Referensi

Dokumen terkait

Informasi di lakukan untuk mengenalkan kesenian Benjang Gelut kepada masyarakat umum khususnya pebenjang, dimana Benjang Gelut sebagai seni beladiri tradisional yang memiliki

Teknik ini memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan utama dalam pembuatan motif dengan cara memindahkan bentuk dan warna tumbuhan pada kain.Tujuan dalam penelitian ini

Berarti dengan waktu pengapian 9 o BTDC, bahan bakar yang dikonsumsi engine untuk menghasilkan daya sebesar 1 hp dalam waktu 1 jam akan lebih sedikit dari pada dengan

Dari sisi supply side, BI telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendorong pengembangan UMKM, antara lain ketentuan mengenai Kredit Usaha Kecil yang pada prinsipnya

Karena PKI dinilai sudah memasukkan ajaran dan idiologinya kepada petani-petani di daerah perkebunan asal Jawa yang masih buta huruf serta berdirinya organisasi Badan

Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di di daerah Kabupaten Poso merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan sebuah model desain motif batik tulis hand-drawn

Dengan menggunakan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa check list adalah salah satu alat observasi yang ditujukan untuk memperoleh