• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pengukuran Tingkat Kontaminasi Dan Dekontaminasi_winahyu S_011500430_tkn 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pengukuran Tingkat Kontaminasi Dan Dekontaminasi_winahyu S_011500430_tkn 2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PKR 

LAPORAN PRAKTIKUM PKR 

“PENGUKURA

PENGUKURAN

N TINGKAT

TINGKAT KONTAMINA

KONTAMINASI

SI

DAN DEKONTAMINASI

DAN DEKONTAMINASI”

Disusun Oleh: Disusun Oleh:

 Nama

 Nama : Winahyu Saputri: Winahyu Saputri  NIM

 NIM : 011500430: 011500430 Prodi

Prodi : : Teknokimia Teknokimia NuklirNuklir Semester

Semester : : IVIV Asisten

Asisten : : Puji Puji Astuti, Astuti, S.STS.ST Kelompok

Kelompok : : HH

Tanggal

Tanggal Praktikum Praktikum : : 6 6 April April 20172017

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

2017

(2)

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI

I. Tujuan Instruksional Umum:

Peserta dapat melakukan pengukuran tingkat kontaminasi dan melakukan dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan dekontaminan

II. Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah melakukan percobaan ini, peserta mampu untuk; 1. Menghitung tingkat kontaminasi suatu permukaan bahan

2. Melakukan dekontaminasi menggunakan bahan dekontaminan 3. Menghitung faktor dekontaminan

4. Menghitung aktivitas yang tertinggal pada permukaan bahan III. TEORI DASAR

Pengukuran tingkat Kontaminasi

Kontaminasi adalah keberadaan substansi radioaktif (sumber terbuka) yang mempunyai potensi bahaya radiasi interna. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif sangat diperlukan untuk keselamatan kerja di lingkungan yang menangani bahan radioaktif. Pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Pengukuran secara langsung dilakukan dengan meletakkan alat pencacah, langsung di atas permukaan bahan terkontaminasi, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan uji usap menggunakan kertas saring, kemudian kertas saring tersebut dilakukan pencacahan menggunakan sistem pencacah.

Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahan adalah  besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas,

dinyatakan sebagai: (L) nasi Terkontami Permukaan Luas (A) Aktivitas  TK 

Sebelum melakukan pengukuran tingkat kontaminasi (TK) suatu permukaan bahan, harus ditentukan efisiensi alat, yaitu suatu parameter yang berkaitan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu sistem pencacah dengan aktivitas zat radioaktif yang sedang diukur.

 p

 A

 R

 R

a b a     

(3)

dengan :

 a = Efisiensi Alat

 Ra = Laju cacah pengukuran (cps)  Rb = Laju cacah latar (cps)

 A = Aktivitas sumber (Bq)

 p = Probabilitas pancaran radiasi

Rumusan Tingkat Kontaminasi, dinyatakan dengan

 L

 p

 R

 R

TK 

a b       dengan: TK  = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)

 L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)

Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efisiensi usap yang dinyatakan dengan

Kontaminan Aktivitas Terambil Kontaminan Aktivitas  u  

Rumusan Tingkat Kontaminasi menjadi:

 L

 p

 R

 R

TK 

u a b u          dengan: TK  = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)

 L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)  u = Efisiensi Usap

(4)

Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah aktivitas total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan  bergantung pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara Tingkat

Kontaminasi maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm2) dengan Tingkat Kontaminasi maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2), sehingga

 permukaan  pada diizinkan yang tertinggi i Kontaminas udara di diizinkan yang tertinggi i Kontaminas   F  dengan:  F  = Faktor resuspensi

 Nilai  F  bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F  rata-rata 5.10

-5

/cm.

Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu radioisotope, maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi yang diizinkan.

F Radioisotop Udara (Bq/cm2) Permukaan (Bq/cm2)

5.10-4/cm I131 7,03 10-4  14,06 I125 9,99 10-4  19,9 S35 11,47 10-3  229,4 P32 5,92 10-3  118,4 Zn65 22,57 10-4  45,14 Cr 51 7,77 10-2  1554 Br 82 7,77 10-3  155,4 Mo99 19,98 10-3  399,6 Tc99 4,07 10-4  8140

Dikutip dari buku”Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi”

Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan menghilangkan suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan yang

(5)

kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut sebagai limbah radioaktif

Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982) adalah: 1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan

2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil  pencacahan yang baik

3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.

Faktor dekontaminasi merupakan perbandingan Tingkat Kontaminasi sebelum dan sesudah dekontaminasi, yang berarti menunjukkan perubahan Tingkat Kontaminasi-nya.

asi Dekontamin Sesudah TK asi Dekontamin Sebelum TK   FD

Faktor yang mempengaruhi Faktor Dekontaminasi adalah: 1. Bahan Kontaminan Permukaan Benda

2. Cara Dekontaminasi 3. Bahan Dekontaminan

Aktivitas tersisa At   adalah kontaminan yang masih tertinggal setelah proses dekontaminasi

dapat ditentukan dengan persamaan:

% 100 1  x  FD  A t  

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Bahan :  Sumber radioaktif I131  Aquadest  Sabun cair  EDTA  HNO3  Vinil  Keramik  Aluminium  Kertas saring  Kertas merang  Label

(6)

2. Alat :  Detektor GM  Detektor kontaminasi  Pen dose  Mikropipet  Pinset  Gunting  Planset aluminium  Sarung tangan  Jas lab V. LANGKAH KERJA

PENENTUAN EFISIENSI USAP

1. Pencacahan latar belakang kertas saring dan planset dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan sistem pencacah GM

2. Jas lab, sarung tangan karet, dan pendose dikenakan dengan baik.

3. Plat Alumunium disiapkan dan di cacah latar menggunakan monitor kontaminasi. 4. Larutan sumber radioaktif terbuka I131 dipipet sebanyak 100 µL dan diteteskan di atas

 plat alumunium.

5. Plat alumunium dan zat radioaktif dicacah 3 kali.

6. Plat terkontaminasi tersebut diusap dengan kertas saring dengan metode melingkar ke dalam.

7. Setelah diusap plat dicacah kembali.

8. Kertas saring tersebut di letakkan di atas planset.

9. Kertas saring dan planset tersebut dicacah sebanyak 3 kali menggunakan system  pencacah GM selama 60 detik.

10. Setelah dicacah, kertas saring serta planset di buang ke bak sampah aktif .

11. Diulangi langkah 3 hingga 9 dengan 2 bahan yang berbeda yaitu vinil dan keramik. 12. Sarung tangan yang dikenakan di cek terkontaminasi atau tidaknya menggunakan

monitor kontaminasi

13. Data-data yang diperlukan dan besar tegangan GM dicatat.

PENENTUAN TINGKAT KONTAMINASI SECARA LANGSUNG DAN PROSES DEKONTAMINASI

1. Jas lab, sarung tangan karet, dan pendose dikenakan dengan baik.

2. Plat keramik disiapkan dan dicacah sebanyak 3 kali sebagai cacah latar menggunakan monitor kontaminasi.

3. Larutan sumber radioaktif terbuka I131 dipipet sebanyak 100 µL dan diteteskan di atas

(7)

4. Plat yang telah terkontaminasi tersebut dicacah 3 kali dan dicatat.

5. Plat terkontaminasi tersebut diusap menggunakan kertas merang dan dicacah kembali. 6. Plat tersebut didekontaminasi menggunakan air dan diusap dengan kertas merang

kembali kemudian dicacah menggunakan monitor kontaminasi.

7. Langkah 6 diulangi hingga hasil cacah mendekati atau sama dengan cacah latar. 8. Langkah 2 s.d. 7 diulangi dengan dekontaminan lain yaitu air sabun dan radiowash. 9. Langkah 2 s.d. 8 diulangi dengan plat lain yaitu vinil dan alumunium.

10. Faktor kalibrasi monitor kontaminasi dicatat.

11. Seluruh bahan yang terkontaminasi dibuang di tempat limbah aktif padat yang telah disediakan.

12. Dilepaskan sarung tangan karet, dan dibuang di tempat yang telah disediakan. 13. Setiap praktikan harus mencuci tangan dan diperiksa dengan monitor kontaminasi 14. Sebelum meninggalkan lab, dilepaskan jas lab dan sepatu khuhus (jika digunakan).

VI. DATA PENGAMATAN

1. Penentuan kontaminasi (metode langsung)

 Detektor GM : t = 60 s HV = 800 volt Cacah Latar 37 41 35

2. Penentuan dekontaminasi (metode tak langsung)

Volume ZRA = 100 μL Fk monitor 1X = 0.0072      No Kontaminasi (cpm) Plat

Alumunium Keramik Vynil

1 Cacah latar 40 40 60 Plat + Radioaktif 336 446 450 Setelah diusap 40 70 60 Dicacah 414 270 596 Pencucian 1 40 40 60

(8)

No Zat

Dekontaminasi Kontaminasi (cpm)

Plat

Alumunium Keramik Vynil

1 Air biasa Cacah latar 40 40 60 Plat + Radioaktif 330 420 400 Setelah diusap 40 60 60 Pencucian 1 40 40 60 2 Air Sabun Cacah latar 40 40 60 Plat + Radioaktif 290 420 330 Setelah diusap 60 60 60 Pencucian 1 40 40 60 3 Radiacwash Cacah latar 40 40 60 Plat + Radioaktif 400 340 410 Setelah diusap 60 60 60 Pencucian 1 40 40 60 3. Dosis personal

 Nama Personil Dosis sebelum bekerja (mR) Dosis sesudah bekerja (mR)

Friscilla Hermatasya 0 0

Surya Muttaqin S 0 0

Winahyu Saputri 0 0

VII. PERHITUNGAN

a. Menentukan efisiensi usap:

 Alumunium

Cacah latar = 40 cpm Cacah ZRA awal = 336 cpm

Cacah netto ZRA = 336 cpm - 40 cpm = 296 cpm

Cacah ZRA setelah diusap = 40 cpm

Cacah ZRA yang terambil = Cacah ZRA awal –  cacah ZRA setelah diusap = 296 cpm –  40 cpm

= 256 cpm

Uji usap ini dilakukan pada dekontaminasi alumunium dengan kontaminasi awal 296 cpm dan aktivitas terambil 256 cpm. Sehingga :

(9)

 

 

 

 

 

 

  

Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda maka didapat hasil sebagai berikut :

Kontaminasi (cpm) Plat

Alumunium Keramik Vynil

Cacah latar 40 40 60 Plat + Radioaktif 336 446 450 Plat + Radioaktif  Netto 296 406 390 Setelah diusap 40 70 60 Dicacah GM 414 270 596 Aktifitas yang terambil 256 336 330 Efisiensi usap (%) 86.486 82.758 84.615 Pencucian 1 40 40 60

b. Menentukan tingkat kontaminasi (sebelum dekontaminasi)  Alumunium

  () 

  

 Atau

  (̅



 ̅



)  

 Untuk bahan pencucinya merupakan aquades :



  



  

Maka:

  (    )  



 

  ( )  



 

(10)

   

Dengan cara yang sama, maka diperoleh :

Bahan pencuci Alumunium

( 

 )

Keramik

(

) Vynil (



) Air 2.088 2.736 2.448 Air sabun 1.8 2.736 1.944 Radiachwash 2.592 2.16 2.52

c. Menghitung Faktor Dekontaminasi

 Alumunium

Rumus :

  

  

  

 Untuk pembersih aquadest

    

 

 





       



 

      

 Maka:

  

  

  

  

 

 

  

 7.25

Dengan cara yang sama maka akan diperoleh :

Bahan pencuci Alumunium (



)

FD Keramik

(

)

FD Vynil

(

)

FD

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Air 2.088 0.288 7.25 2.736 0.288 9.5 2.448 0.432 5.67

Air sabun 1.8 0.288 6.25 2.736 0.288 9.5 1.944 0.432 4.5

(11)

d. Menghitung Aktivitas tersisa (At) Rumus :

 



 

Untuk plat aluminium dengan zat dekon air biasa dengan FD 7.25 .

   



 

     

Dengan cara yang sama untuk nilai FD yang berbeda maka didapat hasil sebagai berikut : Bahan

Dekontaminasi

Faktor Dekontaminasi Aktivitas Tersisa (%)

Aluminium Keramik Vynil Aluminium Keramik Vynil

Air Biasa 7.25 9.5 5.67 13.79 10.52 17.64

Air Sabun 6.25 9.5 4.5 16 10.52 22.22

Radiachwash 9 7.5 5.83 11.11 13.33 17.14

VIII. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tingkat kontaminasi dan melakukan dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan dekontaminan. Hal tersebut diharapkan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menghitung tingkat kontaminasi suatu permukaan bahan, melakukan dekontaminasi menggunakan bahan

0 5 10 15 20 25 1 2 3    A     k   t    i    v    i    t    a    s    s    i    s    a Bahan plat

Grafik hubungan aktivitas sisa pada plat vs

bahan pencuci

Series1 Series2 Series3

Alumunium Keramik Vynil

Air biasa Air sabun Radiachwash

(12)

dekontaminan, menghitung faktor dekontaminan, dan menghitung aktivitas yang tertinggal  pada permukaan bahan.

Kontaminasi permukaan adalah terdapatnya zat radioaktif yang tidak diinginkan pada suatu permukaan dalam jumlah yang dapat membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi dan masyarakat pada umumnya. Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan untuk uji coba kontaminasi permukaan adalah plat alumunium, keramik dan

vynil. Sumber radioaktif yang digunakan sebagai bahan kontaminan adalah 131Iodium.

Dipilihnya131Iodium sebagai bahan kontaminan karena131Iodium memiliki waktu paro yang

relatif singkat, yaitu 8.02 hari. Karena apabila terjadi kontaminasi, maka bahaya radiasi internal yang ditimbulkan akan menjadi semakin kecil karena sumber tesebut akan cepat meluruh.

Sedangkan sebagai bahan dekontaminasi digunakan tiga jenis bahan yakni air biasa, sabun dan radiowash (EDTA). Tujuan dari pemilihan tiga jenis dekontaminan yaitu sebagai  pertimbangan keselamatan dan kesehatan, mengurangi interferensi pencacahan peralatan

tertentu, serta memperkecil tingkat kontaminasi suatu permukaan sehingga bisa dipakai kembali. Bahan kontaminan dapat didekontaminasi oleh bahan yang dapat menghilangkan suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut sebagai limbah radioaktif.

Pengukuran tingkat kominasi pada percobaan pertama dilakukan secara langsung, yaitu pengukuran dengan menggunakan monitor kontaminasi yang diletakkan di atas  permukaan bahan yang terkontaminasi. Dari hasil percobaan uji usap, diketahui bahwa pada

saat dilakukan kontaminasi sebanyak 100 µL pada plat, cacah yang terukur untuk

Alumunium sebesar 336 cpm, untuk keramik 446 cpm dan vynil 450 cpm. Dilakukan  pengusapan pada plat-plat yang terkontaminasi menggunakan kertas saring dengan arah

melingkar ke dalam. Dilakukan perlakuan sedemikian rupa agar kontaminan pada permukaan tidak semakin meluas dan mengkontaminasi area lain. Setelah diusap dilakukan lagi  pengukuran secara langsung pada plat alumunium , keramik dan vynil menggunakan monitor kontaminasi. Cacah yang terukur setelah pengusapan yaitu 40 cpm untuk alumunium, 70 cpm untuk kermik dan 60 cpm untuk vinil. Nilai akhir setelah pengusapan ini hampir mendekati

(13)

 background yaitu 40 cpm. Untuk metode tidak langsung, dilakukan pengusapan menggunakan kertas saring lalu kertas saring dicacah dengan detektor GM. Nilai cacah pada kertas saring hasil usapan yaitu 414 cpm untuk usapan pada alumunium, 270 cpm pada usapan keramik dan 596 cpm pada usapan vynil. Pada perhitungan efisiensi uji usap, aktivitas yang terambil dianggap aktivitas awal sebelum diusap dikurangi aktivitas akhir setelah pengusapan. Seharusnya pada metoda tidak langsung , cacahan kertas saring dapat mewakili aktivitas yang terambil. Namun karena efisiensi antara detector GM dan monitor kontaminasi berbeda dan tidak ada faktor konversi yang dapat menunjukkan bahwa nilai  pengukuran GM dan monitor kontaminasi sama, maka cukup menggunakan data dari  pengukuran monitor kontaminasi. Aktivitas yang terambil serta efisiensi usap yang diperoleh

setelah perhitungan per bahan yaitu sebagai berikut :

Kontaminasi (cpm) Plat

Alumunium Keramik Vynil Plat + Radioaktif Netto 296 406 390 Aktifitas yang terambil 256 336 330 Efisiensi usap (%) 86.486 82.758 84.615

Langkah selanjutnya yaitu melakukan dekontaminasi terhadap kontaminan. Dalam  pelaksanaanya, digunakan bahan dekontaminan, yaitu : Air biasa, Air sabun, dan EDTA. Tujuan dari dekontaminasi yaitu sebagai pertimbangan keselamatan dan kesehatan, mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu, serta memperkecil tingkat kontaminasi suatu permukaan sehingga bisa dipakai kembali. Sebelumnya telah dihitung terlebih dahulu tingkat kontaminasi dari masing-masing plat. Tingkat kontaminasi merupakan besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas. Untuk melakukan dekontaminasi semua peralatan yang terkontaminasi akan didekontaminasi beberapa kali sampai tingkat kontaminasinya menurun hingga di bawah  batas yang diizinkan. Berikut ini lampiran tentang klasifkasi tingkat kontaminasi.

(14)

Bahan pencuci Alumunium (



)

FD Keramik (



)

FD Vynil (



)

FD Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Air 2.088 0.288 7.25 2.736 0.288 9.5 2.448 0.432 5.67

Air sabun 1.8 0.288 6.25 2.736 0.288 9.5 1.944 0.432 4.5

Radiachwash 2.592 0.288 9 2.16 0.288 7.5 2.52 0.432 5.83

Pada plat alumunium, keramik dan vinil, nilai tingkat kontaminasi awal diperoleh sekitar 1.8 Bq/cm2 hingga 2.736 Bq/cm2. Dari nilai tersebut dapat ditunjukan bahwa tingkat kontaminasinya berada pada tingkat sedang. Dan setelah dilakukan dekontaminasi, nilai tingkat kontaminasi alumunium dan keramik berada disekitar 0.288 Bq/cm2  dan tergolong tingkat kontaminasi rendah. Sedangkan untuk vinil adalah 0.432 Bq/cm2. Nilai TK tersebut masih berada di tingkat sedang. Faktor kontaminasi dapat digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu zat dalam mengkontaminasi suatu bahan. Semakin kecil faktor kontaminasi, maka semakin tinggi nilai kemampuan suatu zat dalam mendekontaminasi suatu bahan. Dalam zat yang sama pada bahan terkontaminasi yang berbeda dapat diketahui faktor kontaminasi terkecil adalah vinil. Hal ini di sebabkan karena vinil memiliki  permukaan yang paling halus (licin) dibanding alumunium maupun keramik, sehingga lebih

mudah untuk didekontaminasi.

Bahan Dekontaminasi

Aktivitas Tersisa (%) Aluminium Keramik Vynil

Air Biasa 13.79 10.52 17.64 Air Sabun 16 10.52 22.22 Radiachwash 11.11 13.33 17.14

(15)

Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada bahan terkontaminasi yang sama, zat pendekontaminasi yang paling mampu mengurangi tingkat kontaminasi sehingga aktifitas yang tersisa menjadi sangat kecil yaitu pada plat alumunium adalah radiachwash, untuk plat keramik adalah larutan air biasa atau air sabun , sedangkan untuk vynil adalah radiachwash. EDTA dan air sabun juga baik digunakan untuk bahan dekontaminan karena EDTA merupakan pengkelat, sehingga dapat mengikat bahan radioaktif lebih kuat dibandingkan dengan air kran atau kertas usap. Sedangkan pada air sabun, karena pada air sabun terdiri dari molekul sabun, dimana molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor sabun terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor sabun akan  bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga. Sementara itu kepala sabun yang

terdiri dari air akan melekat dengan molekul air. Itulah sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus, selain itu pada sabun cair juga terdapat zat pengkelat. Maka sebab itu, sabun dapat mengikat bahan radioaktif yang tercecer.

IX. KESIMPULAN

1. Dekontaminasi secara tidak langsung adalah pengukuran tingkat kontaminasi yang ditunda dikarenakan instrument pengukurnya yang tidak ada sehingga diperlukan tes  pengusapan yang hasil usapan disimpan dan dibawa ke tempat yang memiliki instrument pengukur tingkat kontaminasi tersebut. Dekontaminasi langsung adalah  proses pengurangan intensitas kontaminasi dengan cara melakukan pembersihan

secara langsung.

2.  Nilai efisiensi usap yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Kontaminasi (cpm) Plat

Alumunium Keramik Vynil

(16)

3.  Nilai tingkat kontaminasi awal dan akhir adalah sebagai berikut : Bahan pencuci Alumunium (



)

Keramik (



)

Vynil (



)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Air 2.088 0.288 2.736 0.288 2.448 0.432

Air sabun 1.8 0.288 2.736 0.288 1.944 0.432

Radiachwash 2.592 0.288 2.16 0.288 2.52 0.432 4.  Nilai tingkat kontaminasi awal bahan alumunium, keramik dan vynil tergolong

tingkat kontaminasi sedang. Nilai tingkat kontaminasi akhir alumunium dan keramik tergolong tingkat kontaminasi rendah. Nilai tingkat kontaminasi akhir bahan vynil masih tergolong tingkat kontaminasi sedang.

5.  Nilai Faktor kontaminasi dan aktivitas tersisa adalah sebagai berikut :

Bahan Dekontaminasi

Faktor Dekontaminasi Aktivitas Tersisa (%) Aluminium Keramik Vynil Aluminium Keramik Vynil

Air Biasa 7.25 9.5 5.67 13.79 10.52 17.64 Air Sabun 6.25 9.5 4.5 16 10.52 22.22 Radiachwash 9 7.5 5.83 11.11 13.33 17.14

6. Vinil memilki nilai faktor kontaminasi paling kecil, karena permukaan vinil paling halus (licin) sehingga lebih mudah didekontaminasi.

7. Semakin kecil aktivitas tersisa, maka semakin baik bahan pencuci untuk mendekontaminasi. Bahan yang paling baik untuk mendekontaminasi adalah air sabun dan radiachwash. EDTA dan air sabun ini memiliki sifat yang dapat mengkhelat dan mengadsorpsi kontaminan.

X. DAFTAR PUSTAKA

Maria, C. dkk. 2017. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi”.

Modul. Yogyakarta: STTN-BATAN.

Rahardjo, Tur. 2011. Pengembangan prosedur baku Dekontaminasi Internal radionuklida. Sumber: http://nhc.batan.go.id/tur1.php, diakses pada tanggal 11 Mei 2017.

(17)

Saogi, Akhmad. 2010. Pemantauan Kontaminasi Dan Dekontaminasi Alat Potong Accutom Di Laboratorium Kendali Kualitas Hr-22 Iebe – Ptbn. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir : BATAN

Sutoto. “DEKONTAMINASI PERALATAN STAINLESS STEEL TERKONTAMINASI CESIUM-137 DENGAN SILIKON ASETAT”. Prosiding Seminar  Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII. Pusat Teknologi Limbah

Radioaktif-BATAN. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK.

http://caturrontgen.blogspot.com/2010/01/prosedur-dekontaminasi-pada-radio.html http://digilib.batan.go.id/sipulitbang/abstrak.php?id=0402 http://www.batan.go.id/ptbn/php/index.php?option=com_content&view=article&id=68& Itemid=62 Yogyakarta, 13 Mei 2017 Pembimbing, Praktikan,

Gambar

Grafik hubungan aktivitas sisa pada plat vs bahan pencuci

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2015) tentang Perbedaan Tingkat Konsentrasi Sebelum dan Sesudah Adanya Bising Akibat Aktifitas Perlintasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecukupan protein, vitamin C dan zat besi ( Fe ) dengan kadar

Berdasarkan tabel 4 diketahui hasil analisis hubungan antara tingkat pruritus dengan tingkat keparahan lesi didapatkan santri paling banyak mengalami penyakit

Penelitian tentang prev alensi dan tingkat kontaminasi L. monocytogenes pada udang vaname yang berasal dari tambak, bahan baku di bagian penerimaan, dan produk akhir di

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemakaian zat besi (Fe) selama kehamilan di Klinik Marelan tahun 2015

Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa sistem pengelolaan data hasil sampling, pengukuran dan pencacahan daerah radiasi dan kontaminasi di IEBE 2015 telah sesuai

Hasil Percobaan pertama kertas lakmus Bahan pH Lakmus merah Lakmus biru Jenis larutan Larutan kapur 13 biru tetap Basa Air jeruk nipis 3 Tetap Merah Asam Larutan garam 7 tetap

Hasil analisis statistik parameter persentase kontaminasi jamur dengan perlakuan kombinasi jenis eksplan dan ekstrak tomat memberikan pengaruh yang nyata, dengan perlakuan dengan