• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Selfefficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Self-regulated Learning dengan Selfefficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama di Jawa Timur"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

efficacy pada Siswa Akselerasi Sekolah Menengah Pertama

di Jawa Timur

Nono Hery Yoenanto

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Nono Hery Yoenanto, Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan 4-6 Surabaya, 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910. Email: nono_hery@yahoo.com

Abstract.

The purpose of this study was to know the correlation between regulated learning and self-efficacy among accelerated student in East Java. Respondents in this research are four schools: SMPN 1 in Bondowoso, SMPN 1 Tuban, SMPN 2 Jember and SMPN 1 Surabaya. Self-regulated learning was measured with questionairre originally constructed by Vallerand, and self-efficacy was measured by questionnaire made by Matthias Jerusalem and Ralf Schawarzer. This study used Spearman's product moment. The result showed that there is a significant correlation between self-regulated learning and self-efficacy among accelerated student in state junior high school in East Java with r = 0.412.

Keywords: self-regulated learning, self-efficacy, accelerated students Abstrak.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara regulated learning dengan self-efficacy pada siswa akselerasi di SMP di Jawa Timur. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang ada di wilayah Jawa Timur. Sampel dalam penelitian ini ada 4 sekolah, yaitu: SMPN 1 di Bondowoso, SMPN 1 Tuban, SMPN 2 Jember dan SMPN 1 Surabaya. Untuk mengukur self-regulated learning menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Vallerand dan kuesioner self-efficacy menggunakan kuesioner yang diciptakan oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schawarzer. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu korelasi product moment dari Spearman. Dari hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara self-regulated learning dengan self-efficacy pada siswa-siswa akselerasi di SMP Negeri di Jawa Timur dengan r = 0,412.

Kata kunci:self-regulated learning, self-efficacy, siswa akselerasi

Di era globalisasi diperlukan sumber daya Munandar (1999) Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing manusia yang berkualitas pada hakikatnya dengan negara lain. Namun untuk membentuk menuntut adanya komitmen 1) identifikasi bakat-sumber daya manusia yang berkualitas dan bakat unggul dalam berbagai bidang dan 2) memiliki kompetensi yang tinggi tidaklah pemupukan dan pengembangan kreativitas yang semudah membalik telapak tangan. Menurut dimiliki setiap orang yang pada dasarnya perlu

(2)

untuk dikenali dan dirangsang semenjak usia dini. terpenting yang masih kurang diperhatikan dari Anak berbakat atau juga diberi istilah anak semua karakteristik keberbakatan. Konsepsi cerdas istimewa adalah a gift from God and nature keberbakatan Renzulli ini kemudian lebih populer yang merupakan sumber daya manusia dikenal sebagai The Three Ring Conceptions dan berkualitas dan bermakna yang tidak boleh disia- keberbakatan merupakan interaksi (irisan) tiga siakan. Dalam belajar, anak-anak cerdas istimewa kluster yang melibatkan kemampuan intelektual memiliki self-regulated learning yang kuat dan yang berada di atas rata-rata, kreativitas dan positif untuk menunjang keberhasilannya. komitmen terhadap tugas yang tinggi. Tidak ada Mereka mampu menentukan sendiri tujuan satu kluster pun yang dapat berdiri sendiri dalam belajarnya, mampu menumbuhkan rasa mampu mewujudkan keberbakatan sehingga interaksi diri (self-efficacy) untuk meraih target yang antara 3 kluster merupakan syarat utama hendak dicapai, penataan lingkungan untuk keberbakatan yang keberadaan dimunculkan menopang pencapaian target, menentukan secara nyata melalui tercapainya prestasi kreatif-sendiri bagaimana mendapatkan social support produktif (Renzulli, 1978, dalam Hawadi, 2001:7). agar dapat sukses, melakukan evaluasi diri dan Interaksi dari ketiga kluster adalah resep penting memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang untuk mencapai produktivitas sehingga dapat membedakan anak cerdas istimewa dengan anak- dikatakan sebagai pengikatan kreativitas dan anak biasa. Apakah kenyataannya seperti ini bukan pelengkap ekstra dalam membentuk terjadi pada anak cerdas istimewa di Indonesia keberbakatan. Setiap kluster keberbakatan satu khususnya di Jawa Timur. Dengan pertimbangan sama lain berperan sejajar dan penting dalam tersebut, apakah ada hubungan antara Self mewujudkan keberbakatan seseorang (Renzulli, Regulated Learning dengan Self Efficacy pada Reis dan Smith, 1981, dalam Hawadi, 2001:7). siswa akselerasi di SMP di Jawa Timur.

Tujuan Program percepatan belajar Anak Cerdas Istimewa (gifted) (akselerasi)

Istilah gifted (anak cerdas istimewa) yang Program percepatan belajar (akselerasi) sering digunakan saat ini, pertama kalinya sekarang istilahnya diganti dengan Program diperkenalkan oleh Guy Whipple dalam Monroe's pendidikan cerdas istimewa adalah program Encyclopedia of Education untuk menunjukkan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik keadaan anak-anak yang memiliki kemampuan yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar supernormal (Hawadi, 2002). Istilah yang biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih menunjuk keadaan gifted sebelumnya ada cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan bermacam-macam dan tidak satu pun definisi pada setiap jenjang pendidikan.

yang sama, meski demikian secara umum Tujuan dari program akselerasi antara lain: pengertian anak cerdas istimewa merujuk pada 1. Memberikan kesempatan kepada peserta individu yang memiliki kemampuan memproses didik cerdas dan/ atau istimewa untuk potensi yang luar biasa untuk pencapaian mengikuti program pendidikan sesuai keberhasilan akademik atau pengejaran produksi dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

intelektual. 2. Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas

Renzulli (1978, dalam Munandar 1999) istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi seorang pakar keberbakatan mengajukan evaluasi dirinya.

kelemahan beberapa konsepsi keberbakatan yang 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas telah berkembang sekitar abad 18 sebagai konsepsi proses pembelajaran bagi peserta didik keberbakatan yang didominasi determinan cerdas istimewa

tunggal (unifaktor) mengacu pada batasan IQ 4. Membentuk manusia berkualitas yang semata sedangkan konsepsi pada periode memiliki kecerdasan spiritual, emosional, setelahnya telah menambahkan determinan lain sosial, dan intelektual serta memiliki s e p e r t i k re a t iv i t a s. Re n z u l l i ke m u d i a n ketahanan dan kebugaran fisik.

mengajukan faktor komitmen terhadap tugas 5. Membentuk manusia berkualitas yang (motivasi) sebagai karakteristik keberbakatan

(3)

kompeten dalam pengetahuan dan seni, dapat ditarik kesimpulan bahwa self-regulated berkeahlian dan berketerampilan, menjadi learning adalah mengacu pada kemampuan dari anggota masyarakat yang bertanggung siswa untuk memahami dan mengontrol jawab, serta mempersiapkan peserta didik belajarnya, dimana siswa memerlukan untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam mengontrol belajarnya melalui keyakinan akan rangka mewujudkan tujuan pendidikan motivasi yang produktif dan menggunakan nasional. (Diknas, 2007). strategi belajar kognitif.

Self-regulated Learning Komponen dari self regulated learning Self regulated learning adalah suatu usaha Self-regulated learning memiliki tiga yang mendalam dan memanfaatkan sumber daya komponen yaitu:

dan jaringan yang ada, memonitor dan 1. mengamati diri sendiri (self-observation), meningkatkan proses yang mendalam Dengan yaitu dengan sengaja memberikan perhatian kata lain, self regulated learning mengacu pada yang spesifik dari aspek perilaku dirinya perencanaan dan memonitor proses kognitif dan sendiri,

a f e k t i f y a n g m e l i b a t k a n ke b e r h a s i l a n 2. penilaian dirinya sendiri (self-judgement), menyelesaikan tugas-tugas akademik (Kerlin, B.A. yaitu dengan membandingkan kemajuan

1992). sekarang dengan suatu tujuan secara standar,

Menurut Schunk yang dikutip oleh Kerlin, dan

B.A.(1992) self regulated learning adalah proses 3. reaksi dari dirinya sendiri (self-reaction), kognitif mulai dari menghadirkan informasi atau yaitu dengan membuat respon yang evaluatif instruksi, memproses dan mengintegrasikan terhadap penilaian kinerja dirinya sendiri. pengetahuan dan mengulang informasi. Menurut Schunk & Zimmerman (1994) Sementara Menurut Eggen, P & Kauchak (2004: Ketrampilan self regulated learning meliputi: 1) 389) self regulated learning adalah proses untuk m e n e t a p k a n t u j u a n p e r fo m a n s i nya , 2 ) menerima tanggung jawab dan mengontrol merencanakan dan mengelola waktu, 3) memiliki belajarnya sendiri. S e l f r e g u l a t e d keyakinan yang positif tentang kemampuannya, didef inisikan cara bagaimana seseorang 4) memperhatikan dan konsentrasi pada instruksi, memonitor, mengontrol dan mengarahkan aspek- 5) mengorganisir secara efektif, mengulang dan aspek proses kognitif dan perilakunya. mengkode informasi, 6) menetapkan lingkungan Self regulated learning mencakup beberapa kerja yang kondusif, 7) memanfaatkan sumber aspek kognitif antara lain: daya sosial secara efektif, 8) memfokuskan pada 1. perencanaan: mengorganisir langkah- pengaruh positif, 9)membuat atribusi kegagalan

langkah meliputi menetapkan tujuan dan keberhasilan. dengan cara harus mengidentikasi

tujuan-tujuan, mengembangkan strategi dengan Self-efficacy

c a r a m e n g a n a l i s i s t u g a s d a n Istilah self-efficacy pertama kali diciptakan mendiskripsikan hasil yang diharapkan oleh Albert Bandura pada tahun 1977. Menurut dengan mempertimbangkan kendala yang Betz, N.E & Hackett, G (1988) Self efficacy

muncul. mengacu pada keyakinan akan kemampuan dari

2. monitoring: melibatkan kemampuan individu untuk berhasil melaksanakan tugas-mengobservasi, melaporkan dan mengukur tugas atau perilaku yang diharapkan. Teori self-kemajuan terhadap tujuan; efficacy dianggap salah satu pendekatan dari 3. mengevaluasi: meliputi mengevaluasi tujuan penerapan teori belajar sosial atau teori kognitif dan kemajuan dari evaluasi sosial. Senada Dengan Betsz, menurut Elliot, N.S, 4. memperkuat(reinforcing): ref leksi dan Kratochwill, T.R,& Travers, J.F (2000) self-efficacy

p e m b e r i a n p e n g h a r g a a n t e r m a s u k adalah keyakinan dari diri individu pada

pemberian reward. kemampuannya untuk mengontrol kehidupannya

atau perasaan untuk merasa mampu. Menurut Dari beberapa pengertian para ahli maka

(4)

teori dan penelitian dari Bandura (Schawarzer,

METODE PENELITIAN

R.1998) self efficacy membuat suatu perbedaan

bagaimana individu: 1) merasa (feel), 2) berfikir Tipe Penelitian

(think) dan 3) bertindak (act). Self efficacy juga Penelitian ini menggunakan pendekatan membuat seseorang memilih situasi yang kuantitatif dan dengan metode survei. Penelitian menantang, mengeksplorasi lingkungannya atau ini disebut jenis penelitian korelatif, karena akan menciptakan lingkungan yang baru. memperoleh informasi sejauhmana korelasi Menurut Bandura dalam (Eggen, P & antara self-regulated learning dan self-efficacy Kauchak, 2004: 361) Self-efficacy adalah suatu siswa akselerasi.

keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dalam

mengorganisir dan melengkapi suatu tugas yang Variabel Penelitian

dipersyaratkan untuk memenuhi suatu tugas yang Variabel X (bebas) dalam penelitian ini spesifik. Self efficacy fokus pada mengorganisir adalah self-regulated learning sedangkanVariabel dan melengkapi tugas lebih spesifik dan dalam Y (terikat) dalam penelitian ini adalah self-situasi yang termotivasi (Bong & Clark, 1999). efficacy. Untuk mengukur self-regulated learning Misalnya siswa yang memiliki self-efficacy yang menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh tinggi pada pelajaran matematika, ketika ia Vallerand (2000) dan untuk kuesioner Self menjumpai soal-soal yang pelik ia yakin dapat Efficacy menggunakan kuesioner yang diciptakan memecahkannya. Pengertian merasa, orang yang oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schawarzer memiliki self-efficacy yang rendah berkaitan (1979). Teknik analisis data yang digunakan dalam dengan depresi, kecemasan, ketidakberdayaan, penelitian ini, yaitu korelasi product moment dari

harga diri yang rendah dan pesimis. Spearman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi self- Subyek penelitian

efficacy Populasi dari penelitian ini adalah seluruh

Bandura yang dikutip oleh Betz, N.E & siswa SMP yang ada di wilayah Jawa Timur yaitu Hackett, G (1988) mengemukakan ada empat ada10 sekolah. Sampel dalam penelitian ini SMP N sumber informasi yang spesifik untuk dipelajari 1 Bondowoso, SMP N 1 Tuban, SMP N 2 Jember dan

dan dimodifikasi, yaitu: SMP N 1 Surabaya.

1. p e r f o m a n s i s e b e l u m m n y a (p a s t

p e r f o r m a n c e ) , y a i t u p e n g a l a m a n Metode Analisis Data

keberhasilan sebelummnya adalah paling Teknik analisis data yang digunakan dalam pe n t i n g, k a re n a a k a n m e m b e r i k a n penelitian ini, yaitu menggunakan statistik keyakinan pada orang lain, deskriptif untuk melihat tingkat self-regulated 2. p e m o d e l a n (m o d e l i n g ) , d e n g a n learning dan self-efficacy siswa akselerasi dari mengobservasi model dari seseorang orang m a s i n g - m a s i n g s e k o l a h . K e m u d i a n yang dianggap tepat, misalnya seperti orang diperbandingkan untuk masing-masing sekolah. bisa menyampaikan laporan secara akurat, Selain itu, teknik analisis data yang akan meningkatkan harapan tentang digunakan adalah uji korelasi product moment perfomansi orang tersebut. dari Spearman untuk melihat korelasi antara self-3. persuasi verbal, misalnya komentar dari yang regulated learning dan self-efficacy baik untuk

m e m b e s a r k a n h a t i s i s w a n y a a k a n masing-masing sekolah yang jadi subyek meningkatkan self-efficacy-nya dan penelitian maupun total seluruh sekolah. Analisis 4. kondisi fisik misalnya, kelelahan atau lapar datanya menggunakan bantuan SPSS versi 13.

dapat mengurangi self-efficacy, walaupun tidak terkait dengan tugas.

(5)

HASIL DAN BAHASAN

Tabel 1 hasil statistik Deskriptif Sekolah Rerata SE Rank

SE Rerata SRL Rank SRL SD SE SD SRL N SMP 1 Sby 32 1 50,85 3 3,69 5,49 26 SMP 1 Tuban 26,82 4 48,36 4 4,63 4,26 33 SMP 1 Bdws 30,22 2 51,56 2 4,89 4,01 18 SMP 2 Jbr 28,33 3 51,66 1 3,71 7,28 9 SMP Total 29,25 50,13 4,8 5,09 86

Dari hasil statistik deskriptif jenjang tiap Jember memiliki skor self-regulated learning sekolah, tampak bahwa untuk tingkat self-efficacy (rerata= 51,66) yang paling tinggi diantara siswa masing-2 sekolah menunjukkan rerata yang akselerasi sekolah yang lainnya. Kemudian diikuti bervariasi dengan rentang terendah rerata=26,82 oleh siswa akselerasi SMP Negeri 1 Bondowoso hingga yang tertinggi rerata=32 . Siswa akselerasi (rerata= 51,56) dan SMP Negeri 1 Surabaya dengan di SMP Negeri 1 Surabaya memiliki self-efficacy rerata = 50,85 dan yang paling rendah tingkat (rerata= 32) yang paling tinggi diantara siswa SRLnya adalah siswa akselerasi SMP Negeri 1 akselerasi sekolah yang lainnya. Kemudian diikuti Tuban dengan rerata sebesar 48,36. Jika oleh siswa akselerasi SMP Negeri 1 Bondowoso dibandingkan dengan rerata SRL SMP total (rerata= 30,22) dan SMP Negeri 2 Jember dengan (rerata= 50,13) tampak bahwa yang ada diatas rerata = 28,33 dan yang paling rendah tingkat self- rerata adalah siswa akselerasi SMP Negeri Jember, efficacy-nya adalah siswa akselerasi SMP Negeri 1 SMP Negeri 1 Surabaya dan SMP Negeri 1 Tuban. Jika dibandingkan dengan rerata self- Bondowoso. Sementara yang dibawah rerata self-efficacy SMP total (rerata= 29,35) tampak bahwa regulated learning-nya adalah siswa akselerasi yang ada diatas rerata adalah siswa akselerasi SMP SMP Negeri 1 Tuban.

Negeri 1 Surabaya dan SMP Negeri 1 Bondowoso. Dari hasil statistik deskriptif, tingkat self-Sedangkan yang dibawah rerata self-efficacy-nya efficacy dan self-regulated learning tampak bahwa adalah siswa akselerasi SMP Negeri 2 Jember dan siswa akselerasi SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor

SMP Negeri 1 Tuban. yang rendah diantara siswa akselerasi SMP yang

Untuk tingkat self-regulated learning lainnya. SMP Negeri 1 Bondowoso yang paling masing-masing sekolah juga menunjukkan rerata konsisten menempati rangking 2 baik untuk self-yang bervariasi. Siswa akselerasi di SMP Negeri 2 efficacy maupun self-regulated learning.

Tabel 2. hasil uji korelasi product moment

self-efficacy self-regulated learning Pearson Correlation 1 .412(**) Sig. (2-tailed) .000 N 86 86 Pearson Correlation .412(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 N 86 86

(6)

Dari tabel 2. hasil uji korelasi product Demikian juga untuk self-efficacy yaitu suatu moment dengan level taraf signifikansi 0.05 (5%), keyakinan tentang kemampuan diri sendiri dalam maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi mengorganisir dan melengkapi suatu tugas yang signifikan antara self-regulated learning dengan dipersyaratkan untuk memenuhi suatu tugas yang self-efficacy pada siswa-siswa akselerasi di SMP spesifik menunjukkan bahwa siswa akselerasi di Negeri di Jawa Timur dengan r sebesar 0, 412. SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor yang paling rendah dibandingkan dengan siswa akselerasi SMP yang lainnya.

Bahasan

Dari hasil penelitian terbukti ada korelasi Berdasarkan hasil uji korelasi dengan sampel

antara self-regulated learning dengan self-efficacy 4 SMP Negeri penyelenggara sekolah akselerasi di

maka dapat disarankan sebagai berikut: 1) Bagi Jawa Timur ternyata terbukti ada korelasi antara

siswa, setelah tahu tingkat self-regulated learning self-regulated learning pada siswa akselerasi

dan self-efficacy-nya disarankan untuk lebih dengan tingkat korelasi (r = 0,412) dengan

meningkatkan kemampuan self-regulated signifikansi á = 0.00 (p < 0,05). Artinya ada korelasi

learning dan self efficacy-nya agar bisa dijadikan yang signifikan antara self-regulated learning

bekal untuk mengikuti kelas akselerasi secara dengan self-efficacy pada siswa akselerasi di SMP

efektif. 2) Bagi guru, dengan mengetahui tingkat di Jawa Rimur baik pada taraf signifikansi 1%

self-regulated learning dan self-efficacy dari maupun 5%. Dari hasil penelitian ini ternyata

masing-masing siswa diharapkan guru bisa sejalan dengan yang dikemukakan oleh Schunk

memotivasi siswanya untuk lebih meningkatkan dalam Kerlin (1992) yang mengatakan bahwa

self-self-regulated learning dan self-efficacy-nya, 3) efficacy merupakan prediktor dari motivasi dan

Sekolah; dengan mengetahui tingkat self-ketrampilan pemerolehan, sehingga dapat

regulated learning dan self-efficacy dari masing menjelaskan self-regulated learning dari usaha

masing siswa diharapkan dapat menjadikan dasar siswa.

rujukan sekolah untuk menjaring siswa akselerasi Merujuk kepada hasil statistik deskriptif,

yang lebih berkualitas. baik untuk self-regulated learning dan self-efficacy

pada siswa akselerasi di SMPN 1 Tuban adalah paling rendah dibandingkan dengan siswa akselerasi di sekolah yang lainnya. Hal ini menunjukkan hasil self-regulated learning dan self-efficacy yang konsisten. Sayangnya penulis tidak bisa membandingkan prestasi akademiknya sebelumnya dengan siswa di sekolah akselerasi yang lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Jika mengacu definisi operasional self-regulated learning yang mengacu pada cara bagaimana seseorang memonitor, mengontrol dan mengarahkan aspek-aspek proses kognitif dan perilakunya. Dari pengertian ini mengandung pengertian bahwa kemampuan siswa dalam mengelola dirinya yang melibatkan keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Tampak bahwa self-regulated learning siswa SMP Negeri 1 Tuban memiliki skor yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa akselerasi pada SMP yang lain.

(7)

PUSTAKA ACUAN

Betz, N.E & Hackett, G (1988). Manual for the occupational self efficacy scale, (online),

http://seamonkey.ed.asu.edu/~gail/occse1.htm, diakses tanggal 28 Maret 2006.

Diknas (2007). Pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkecerdasan istimewa (Program

Akselerasi). Jakarta:

Hawadi, R. A., (2002), Identifikasi keberbakatan intelektual melalui metode non tes dengan pendekatan konsep

keberbakatan renzulli. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Hawadi, R. A.; Wihardjo, D., & Wiyono, M., (2001). Keberbakatan intektual: Panduan bagi penyelenggaraan

program percepatan belajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Jerusalem, M & Schawarzer , R (1993). The general self-efficacy scale, (online)

http://userpage.fu-berlin.de/~health/engscal.htm, diakses tanggal 28 maret 2006

Kerlin, B.A. (1992). Cognitive engagement style, self regulated learning and cooperative learning, (On line)

http://kerlins.net/bobbi/research/myresearch/srl.html, diakses tanggal 29 Maret 2006

Munandar, U., (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT Rineka Cipta.

Vallerand, R. J (2000) Learning self regulation questionnaire (online),

Gambar

Tabel 1 hasil statistik Deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Thus, the presence of foreign firms in the Indonesian pharmaceutical industry generate higher technical efficiency change for domestic suppliers as these foreign firms tend to

Pojam dekonstrukcije u modi zajedno s novim valom dekonstruktivističkih dizajnera dodatno će proširiti i belgijski dizajner Martin Margiela, koji ima nešto za reći o izradi odjeće

[r]

Pendidikan kesehatan menggunakan buklet telah memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai deteksi dini kanker serviks

Sampai saat ini, produksi biopestisida dari tanaman nimba dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari biji. Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg

Hingga hari terakhir, rangkaian sidang BPUPK yang pertama, perdebatan tentang dasar negara terus berlangsung, dan belum menemukan titik temu.Untuk menyelesaikan

Dari Gambar 5 merupakan tampilan awal aplikasi saat pengguna menggunakannya, terdapat menu hitung kalori kebutuhan anak yang digunakan untuk menghitung kebutuhan

Dikenalnya tanah yasan dan tanah kuli ( pekulen ) menunjukkan bahwa di wilayah pesisir jenis tanah milik dan tanah komunal (dalam pengaturan desa) adalah benar-benar ada