• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Pusat Museum Maritim Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Pusat Museum Maritim Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PELABUHAN SUNDA

KELAPA SEBAGAI PUSAT MUSEUM MARITIM INDONESIA

Zahrotunissa Insani¹

¹Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510

anies_insani@yahoo.com

Abstrak

Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar didunia. Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau sudah berkembang dengan menggunakan berbagai macam jenis perahu dan kapal tradisional. Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu peninggalan sejarah yang berkaitan dengan kemaritiman. Saat itu merupakan pintu masuk perdagangan di Pulau Jawa yang dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang. Kini Pelabuhan Sunda Kelapa berfungsi sebagai pelabuhan pelayaran rakyat dan kawasan wisata. Pelabuhan sebagai kawasan wisata ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam hal kegiatan bongkar muat barang secara tradisional dan penggunaan Kapal Phinisi. Namun pelabuhan sebagai kawasan wisata ini belum dikembangkan dengan baik terlihat dari kondisi eksisting kawasan wisata yang belum bisa melayani para wisatawan dalam menunjang kegiatan wisata dan pemanfaatan peninggalan sejarah lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu studi yang bertujuan untuk membantu pengembangan potensi wisata yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif kualitatif dan analisis frekuensi dengan penggalian informasi yang dilakukan dari studi literatur, wawancara, penyebaran kuesioner dan observasi lapangan. Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi terakhir kawasan studi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat perkembangan kawasan wisata yang dilanjutkan dengan pembentukan konsep dalam bentuk site plan pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pusat museum maritim Indonesia.

Kata Kunci : Museum Maritim, Pelabuhan, kawasan wisata, pengembangan kawasan.

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia ini dipisahkan oleh laut. Namun hal tersebut tidaklah menjadi penghalang untuk menghubungkan antara pulau satu dengan pulau yang lainnya. Dalam hal ini, moda transportasi laut sangat erat kaitannya untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut. Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau sudah berkembang dengan menggunakan berbagai macam jenis perahu dan kapal tradisional. Bahkan pelayaran dan perdagangan tersebut tidak hanya menuju pulau-pulau di Indonesia tetapi juga sampai ke luar Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 879), Maritim yang berartikan segala sesuatu yang berkenaan dengan laut dan berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan laut ini sudah lekat dengan Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan terdahulu, dimana Indonesia yang sebagian besar terdiri dari laut ini telah dikuasai dengan adanya armada perang dan dagang yang besar pada saat itu. Tidak heran jika Indonesia terdapat banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang terkait

dengan kemaritiman, seperti halnya dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan bersejarah yang ada di Jakarta dimana pada saat itu dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk dan merupakan pintu masuk perdagangan di Pulau Jawa. Kini Pelabuhan Sunda Kelapa juga masih berfungsi sebagai pelabuhan yang melayani pelayaran ke pulau-pulau kecil seperti Jambi, Pontianak, Bangka Belitung, Jambi, Lampung dan sebagainya dengan menggunakan Kapal Kayu Phinisi yang merupakan kapal tradisional khas Indonesia.

Disamping itu pula, Pelabuhan Sunda Kelapa telah diresmikan sebagai pelabuhan tertua sejak Tahun 1970 dan ditetapkan sebagai salah satu dari 12 Jalur Destinasi Kawasan Wisata Jakarta Utara serta kawasan wisata bahari dengan potensi sejarah yang dimiliki serta didukung oleh peninggalan bersejarah lainnya seperti Museum Bahari, Menara Syahbandar dan Galangan VOC yang terkait erat dengan kemaritiman. Dengan adanya nilai sejarah yang dimiliki dan berkaitan erat dengan kemaritiman Indonesia sehingga Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan bersejarah lainnya ini berpotensi untuk

(2)

dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata dengan konsep sebagai pusat museum maritim.

Namun Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai kawasan wisata pada saat ini sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi eksisting Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya yang belum diperhatikan dengan baik dan masih terlihat apa adanya. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan potensi tersebut maka perlu sebuah penelitian untuk membantu mengembangkan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa agar potensi-potensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik melalui pengembangan sebuah kawasan wisata yang aman, nyaman dan berkesan dengan suatu konsep yang dapat membawa pengunjung untuk mengingat kepada sejarah kemaritiman melalui keberadaan pusat museum maritim tersebut.

Untuk membantu memanfaatkan potensi tersebut maka dibutuhkan suatu pembentukan konsep pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan bangunan-bangunan bersejarah lainnya dengan mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor yang menjadi penghambat tidak berkembangnya kawasan wisata dengan melihat kondisi eksisting yang ada kemudian dilanjutkan dengan pembentukan konsep pengembangan. Tujuan dari Studi penelitian ini adalah : (1) Mengetahui potensi dari nilai sejarah yang dimiliki Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan sejarah disekitarnya untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. (2) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan sejarah disekitarnya sebagai arahan untuk pengembangan kawasan wisata. (3) Memanfaatkan potensi yang ada di kawasan tersebut untuk pengembangan kawasan wisata. Ruang lingkup wilayah dalam studi ini adalah Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan bangunan bersejarah disekitar pelabuhan yang terkait erat dengan sejarah pelabuhan. Sementara untuk ruang lingkup materi dalam studi ini diperkuat dengan sejarah, kondisi eksisting, kebijakan terkait dan teori terkait pariwisata.

Untuk dapat mengkaji lebih dalam mengenai penataan pelabuhan sebagai kawasan wisata maritim, sebelumnya perlu memahami mengenai sejarah dan kondisi eksisting dan kemudian mengkaji pula hal-hal mendasar mengenai berbagai definisi terkait kawasan studi. Sebagaimana menurut Kamus Tata Ruang mengenai definisi: (1) Konsep adalah faham atau pemahaman tentang sesuatu hal (situasi, masalah, fenomena) yang dicerna dan dihayati oleh seseorang. (2) Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan

geografis beserta unsur terkait yang batasnya diperuntukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri/khas tertentu. (3) Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki batasan ukuran atau standar tertentu.

Sedangkan untuk kondisi eksisting kawasan studi yaitu pelabuhan, definisi dan fungsi pelabuhan yaitu: Pelabuhan menurut PP No. 61 Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri dari daratan dan/atau periaran dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan pengusaha yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

Jenis-jenis Pelabuhan yaitu: (1) Pelabuhan terbuka dan tertutup. (2) Pelabuhan alam, buatan dan semi alam. (3) Pelabuhan umum dan khusus. (4) Pelabuhan Hub, Internasional, Nasional, Regional dan Lokal. (5) Pelabuhan ekspor dan impor. (6) Pelabuhan laut dan pantai. (7) Pelabuhan Samudera dan Nusantara dan Pelayaran Rakyat. (8) Pelabuhan Transito dan Ferry.

Fasilitas-fasilitas Pokok dan Penunjang Pelabuhan yaitu: (1) Dermaga. (2) Gudang Lini dan Lapangan Penumpukan. (3) Terminal Penumpang, Peti Kemas dan Ro-ro. (4) Fasilitas Penampungan dan Pengelolahan Air Limbah. (5) Fasilitas Bunker, Pemadam Kebakaran, Gudang untuk B3 dan pemeliharaan. (6) Kawasan Perkantoran. (7) Fasilitas Pos dan Telekomunikasi. (8) Fasilitas Pariwisata dan Perhotelan. (9) Instalasi Air Bersih, Listrik dan Telekomunikasi. (10) Jaringan Jalan, Rel Kereta, Air Limbah, Drainase dan Sampah. (11) Areal Pengembangan Pelabuhan. (12) Tempat tunggu kendaraan bermotor. (13) Kawasan Perdagangan dan Industri. (14) Fasilitas Umum lainnya. Sementara dalam pengertian Pariwisata, definisi wisata menurut UU RI No.10 Tahun 2009 adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Usaha Pariwisata: (1) Daya tarik wisata. (2) Kawasan pariwisata. (3) Jasa transportasi wisata. (4) Jasa

(3)

perjalanan wisata. (5) Jasa makanan dan minuman. (6) Penyediaan akomodasi. (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi. (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran. (9) Jasa informasi pariwisata. (10) Jasa konsultasi pariwisata. (11) Jasa pramuwisata. (12) Wisata tirta. (13) Spa.

Sama halnya dengan sistem perencanaan menurut Oka A. Yoeti tentang Ilmu Pariwisata terdiri dari 5 jenis komponen, yaitu:

1. Atraksi dan daya tarik 2. Promosi

3. Wisatawan 4. Transportasi

5. Fasilitas dan pelayanan

Definisi Museum dan Maritim yaitu: Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan permanen untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi dan memberitahukan aset-aset barang berharga yang nyata dan tidak nyata tentang lingkungannya kepada masyarakat. Sedangkan Maritim adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan laut dan berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Kemaritiman bermakna hal-hal yang menyangkut masalah maritim atau sifat kepulauan Indonesia. Istilah maritim sering disinonimkan dengan kata bahari yang bermakna dahulu kala, indah dan mengenai laut.

Jenis-jenis museum, yaitu: (1) Museum Seni. (2) Museum Sejarah. (3) Museum Maritim. (4) Museum Otomotif. (5) Museum Sejarah Alam. (6) Museum Sains. (7) Museum Spesialisasi. Dalam menentukan sebuah konsep pengembangan kawasan wisata juga perlu menganalisis mengenai kebijakan terkait kawasan, aksesibilitas terhadap lokasi dan juga teori dalam perencanaan yang digunakan dalam pembentukan konsep.

Kebijakan yang terkait dengan Pengembangan Pelabuhan Sunda Kelapa:

1. Pengembangan pariwisata Pelabuhan Sunda Kelapa didasari dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

2. Keputusan Pemerintah Daerah melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 345/2011 yang menetapkan bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi salah satu dari 12 Jalur Destinasi Kawasan Wisata Jakarta Utara.

3. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta bahwa Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya

dikembangkan untuk pusat wisata, perdagangan dan jasa, dan pelayaran rakyat secara terbatas.

4. Raperda Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa dikembangkan sebagai kegiatan wisata bahari.

5. Selain itu juga pada Perpres Nomor 79 Tahun 2011 bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa ditetapkan sebagai salah satu dari 18 pelabuhan di Indonesia yang menjadi pintu gerbang kedatangan kapal wisata (yatch).

Aksesibilitas terhadap lokasi yang berdefinisikan (1) Kedekatan dengan jalan utama akan memudahkan menjangkau lokasi dan mudah terlihat. (2) Jumlah jalur jalan. Untuk jalan utama jumlah empat jalur akan memudahkan pergerakan. (3) Akses yang buruk misalnya tingkat kemacetan yang tinggi akan menyulitkan menjangkau lokasi sehingga mengurangi penjualan. Sedangkan untuk teori perencanaan yang digunakan dalam pembentukan konsep yaitu:

1. Teori Citra Kota yang terbagi menjadi 5 elemen yaitu; (1) Path. (2) Edge. (3) District. (4) Node. (5) Landmark.

2. Teori Strategi Generik adalah pendekatan untuk mengungguli pesaing dalam industri dalam struktur industri tertentu yang berarti bahwa semua hasil perusahaan dengan salah satu strategi generik mungkin diperoleh sekedar untuk mendapatkan hasil laba yang layak dalam artian absolut.

Gambar 1 Strategi Generik

3. Teori Three Level of The Product adalah tiga tingkatan dalam produk yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.

(4)

Gambar 2

Three Level of The Product

Teori Perencanaan Tapak adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan-kegiatan manusia. Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan yaitu lingkungan alam dan buatan.

Metode Penelitian

Penelitian studi Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa Sebagai Pusat Museum Maritim Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Hipotesis dalam studi ini adalah apa yang menyebabkan kurang berkembangnya kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai kawasan wisata. Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan pengumpulan data baik itu primer maupun sekunder.

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu). Pendekatan kualitatif, lebih mementingkan pada proses daripada hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala – gejala yang ditemukan.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya seperti penyebaran kuesioner, wawancara langsung, observasi lapangan maupun studi kepustakaan dilakukan kepada setiap pihak yang terlibat atau mengetahui secara langsung kondisi lokasi studi seperti: (1) Pekerja pelabuhan baik itu karyawan pelabuhan, anak buah kapal dan pekerja bongkar muat barang. (2) Pengunjung pelabuhan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. (3) Penduduk y

ang tinggal disekitar pelabuhan. (4

) RT/RW/Kelurahan setempat.

Populasi merupakan keseluruhan karakteristik dari sumber data yang ada dan menunjukan objek penelitian, dapat juga didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis lengkap yang sedang diteliti. Populasi yang akan diteliti yaitu terbagi menjadi 3 (tiga) kriteria yaitu pengunjung, pekerja dan penduduk sekitar pelabuhan.

Jumlah ini didapatkan berdasarkan kepada hasil perhitungan sampel menggunakan Rumus Slovin yaitu :

dimana dari perhitungan tersebut diperoleh hasil sampel yaitu 100 sampel (pembulatan 99,9).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian studi Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa Sebagai Pusat Museum Maritim Indonesia menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis tapak. Metode analisis deskriptif adalah gambaran umum tentang suatu data yang telah diperoleh yang mana bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh. Gambaran umum ini menggunakan analisis frecuencies dengan pertimbangan hasilnya lebih rinci dan cukup mewakili untuk mendeskripsikan data.

Metode analisis yang digunakan ini disesuaikan dengan variabel yang diteliti. Hal ini diperlukan untuk memperoleh gambaran bagaimana suatu Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa kurang berkembang dalam hal pariwisatanya kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang kemudian dapat disimpulkan. Ketidakberkembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dianalisis dengan melihat persepsi beberapa pihak yang terlibat dengan melihat kondisi eksisting kawasan studi dan kawasan sekitarnya. Kemudian setelah melihat persepsi beberapa pihak yang terlibat dengan melihat langsung kondisi eksisting maka selanjutnya adalah menganalisis persepsi tersebut dengan pembuktian teori-teori yang sesuai, metode analisis yang digunakan dalam variabel yang diteliti antara lain:

1. Analisis Kebijakan; 2. Analisis Aksesibilitas;

3. Analisis Fisik Fasilitas Sarana dan Prasarana; 4. Analisis Faktor Pendukung Kegiatan Wisata; 5. Analisis Keterkaitan kawasan wisata dengan

sekitarnya;

6. Analisis Three Level of The Product; 7. Analisis Strategi Generik;

8. Analisis Kerangka Daya Tarik Objek; dan 9. Analisis Perencanaan Tapak.

Keterangan:

n = sampel minimum N = populasi

d = tingkat kepercayaan (90%)

(5)

Gambaran Umum

Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Teluk Jakarta, di muara Sungai Ciliwung yang merupakan pusat perdagangan yang sangat penting sejak abad ke-12 hingga abad ke-16. Pada saat itu, Jakarta dikenal sebagai pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa. Pelabuhan Sunda Kalapa berpusat di Ibu Kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Deyeuh Pakuan Pajajaran dan merupakan pelabuhan terpenting yang merupakan pintu masuk dan pusat perdagangan di Pulau Jawa.

Terdapat pula beberapa peninggalan sejarah disekitar pelabuhan yang terkait dengan pelabuhan yaitu Menara Syahbandar yang merupakan menara pengganti tiang bendera lama pada galangan kapal dan digunakan sebagai menara pemantau masuk dan keluarnya kapal ke Kota Batavia yang dibangun pada Tahun 1839. Museum Bahari digunakan sebagai tempat menyimpan rempah-rempah dalam jumlah besar dan Galangan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang pada saat itu dijadikan sebagai tempat bongkar muat barang kapal VOC dan sekaligus menjadi bengkel untuk memperbaiki kapal besar internasional yang singgah di kawasan tersebut.

Ruang lingkup kawasan perencanaan adalah Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Utara yang berada di perbatasan Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol. Terletak pada ketinggian sekitar 10-15 cm dari permukaan laut, kemiringan sekitar 0-10%. Secara geografis letak pelabuhan sebelah barat 06o-07’-30” LS dan 106o-48’-30” garis sejajar kolam pelabuhan sejauh 200 m, sebelah timur 06o-06o-30” LS dan 106o-47’-40” BT garis sejajar kolam pelabuhan sejauh 600 m, sebelah utara terletak pada garis pantai dengan kedudukan air terendah diujung utara batas barat sampai ujung utara batas timur dan sebelah selatan terletak pada sepanjang tepian Ancol 150 m membelok ke utara sejajar dengan kolam pelabuhan. Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan sebesar 67 ha dan luas perairan sebesar 1.209 ha yang terdiri dari Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Kalibaru.

Berikut adalah batas administrasi lokasi studi:

 Barat : Berbatasan dengan Jalan Ekor Kuning dan Jalan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan.

 Utara : Berbatasan dengan Teluk Jakarta

 Timur : Berbatasan dengan Kawasan Industri Ancol Barat 1, Kecamatan Pademangan

 Selatan : Berbatasan dengan Jalan Lodan Raya dan Jalan Tol Pelabuhan, Kecamatan Pademangan Barat.

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan umum yang pengelolahannya dilaksanakan oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa dan kegiatan bongkar muat barang pada umumnya masih dikerjakan secara langsung oleh tenaga manusia. Kapal-kapal yang menyinggahi Pelabuhan Sunda Kelapa adalah kapal-kapal tradisional berupa phinisi yang dibantu dengan motor yang dikenal sebagai Kapal Layar Motor yang pengoperasiannya oleh Perusahaan Rakyat dan kapal-kapal motor baik konstruksi kayu maupun besi yang pengoperasiannya oleh Pelayaran Dalam Negeri/Nasional.

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan antar pulau di Indonesia yang sebagian besar merupakan jalur pelayaran daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau oleh kapal-kapal besar. Jalur-jalur pelayaran kapal meliputi Wilayah Perairan sekitar Bengkulu, Palembang, Riau, Bangka Belitung, Jambi, Lampung, Banjarmasin dan Pontianak.

Pelabuhan Sunda Kelapa selain sebagai pelabuhan umum juga merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi DKI Jakarta yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu dari 12 Jalur Destinasi Kawasan Wisata Pesisir Jakrta Utara. Hal ini disebabkan karena Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua di Indonesia sejak Kerajaan Padjajaran, telah menjadi pelabuhan pangkalan ketika orang-orang Eropa datang ke Pulau Jawa bahkan juga merupakan cikal bakal Kota Jakarta.

Kondisi Fisik Topografi pada Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang termasuk kedalam Wilayah Administrasi Jakarta Utara berada pada ketinggian sekitar 10-15 cm dari permukaan laut, kemiringan sekitar 0-10%, sehingga pada saat air laut pasang dan turun hujan, permukaan air laut berada di atas permukaan daratan pelabuhan yang mengakibatkan sebagian kawasan tergenang air dan mengganggu kegiatan operasional pelabuhan. Kondisi hidrologi di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa terdiri dari air permukaan yang berupa laut karena di sebelah utaranya berbatasan langsung dengan Teluk Jawa. Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang termasuk kedalam Wilayah Administrasi Jakarta Utara, disebelah utara membentang pantai Laut Jawa dari Barat sampai ke Timur sepanjang kurang lebih 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih di Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan Mesin Pompa Air Minum sebanyak 2 unit dengan masing-masing kapasitas sebesar 150 T/m2.

(6)

Kondisi klimatologi di Pelabuhan Sunda Kelapa dipengaruhi oleh angin timur dan barat laut. Angin timur dengan kecepatan 1,4 knot yang terjadi pada bulan Mei hingga September dan angin barat dengan kecepatan sekitar 1,6 knot yang terjadi pada bulan November hingga Maret. Sedangkan Untuk suhu udara maksimum 29oC dan suhu udara minimum 28oC.

Kondisi sosial kependudukan, tenaga kerja dan kunjungan wisatawan di Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa yaitu jumlah penduduk pada Tahun 2012 yang termasuk kedalam wilayah studi di Kelurahan Ancol sebesar 31.689 jiwa dan Kelurahan Penjaringan sebesar 107.110 jiwa. Sedangkan total pekerja di pelabuhan yang terdiri dari PT Persero Indonesia, Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yaitu sebanyak 1.333 jiwa. Kemudian untuk jumlah wisatawan pada Tahun 2011 ke Tahun 2012 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami penurunan yaitu dari 34.179 jiwa menjadi 32.067 jiwa.

Secara umum kondisi fisik fasilitas dan utilitas di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa menurut kondisi eksisting yaitu telah menyediakan beberapa fasilitas pendukung pariwisata seperti fasilitas peribadatan, ATM, rumah makan, minimarket, pusat informasi pengunjung, penginapan dan tempat parkir tetapi hal tersebut masih dianggap belum optimal dalam memenuhi kebutuhan wisatawan. Hal tersebut karena sistem pelayanan dan perawatan masih memprihatinkan, seperti pusat informasi yang tidak terawat dengan baik dan sistem pelayanan yang kurang baik. Begitu pula dengan jasa makanan dan minuman yang hanya menyediakan restaurant seafood. Sedangkan untuk utilitas masi hada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti sampah yang masih berada dimana-mana.

Analisis Konsep Pengembangan Kawasan

Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa Sebagai

Pusat Museum Maritim

Dalam alur pelaksanaan analisis pada bab ini dilakukan dengan melihat kondisi eksisting kawasan studi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana konsep pengembangan kawasan wisata mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan dengan melakukan pengelompokan menggunakan Three Level of The Product.

Pembentukan konsep pengembangan kawasan tersebut didasari dengan hasil kuesioner pengunjung, pekerja dan penduduk lokal mengenai persepsi mereka terhadap kebutuhan kawasan wisata. Kemudian juga didasari dengan kebijakan terkait penetapan kawasan wisata bahari dan

diperkuat pula dengan tinjauan teori mengenai dasar-dasar dalam perencanaan kawasan wisata dan tinjauan pustaka yang menjelaskan mengenai studi perbandingan kawasan studi dengan kawasan wisata lain yang memiliki potensi serupa.

Gambar 3 Diagram Proses Analisis

Dalam pembentukan konsep pengembangan kawasan wisata terdapat beberapa aspek yang perlu di analisis yaitu:

1. Analisis Kebijakan

Berdasarkan RTRW DKI Jakarta Tahun 2030 Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya yang termasuk kedalam Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Ancol ini diarahkan kedalam pengembangan kawasan strategis pantura yang pengembangannya area reklamasi dan kawasan daratan pantai secara terpadu dan kawasan tatanan kepelabuhan yang berupa pelabuhan laut dan dermaga penyeberangan sesuai dengan fungsinya.

Kemudian peranan dan fungsi kegiatan Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa menurut RTRW dan RDTR DKI Jakarta juga difokuskan kepada kegiatan wisata, perdagangan dan jasa serta pelayaran rakyat secara terbatas serta pengembangan kegiatan wisata bahari. Sesuai dengan kondisi eksisting saat ini bahwa Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa berfungsi sebagai pelabuhan dan kawasan wisata.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang bahwa Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dalam pengembangannya diarahkan kepada pusat wisata, perdagangan dan jasa serta pelayaran rakyat secara terbatas. Pada kondisi eksisting saat ini perkembangan lokasi studi sebagai pelabuhan rakyat berfungsi dengan baik dengan kegiatan ekonominya. Dilihat dari produktivitas bongkar muat barang pelayaran rakyat pada tahun terakhir sebesar 651.084 T/M3.

Namun dalam pengembangan Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai kawasan wisata belum dimanfaatkan dengan baik. Dalam pelayanan fasilitas sarana dan prasarana bagi kegiatan wisata

(7)

pun belum melayani secara maksimal dan terkonsentrasi/terpusat dimana fasilitas yang tersedia masih tersebar dimana-dimana. Hal tersebut berdampak kepada terganggunya kegiatan operasional pelabuhan dan tingkat kenyamanan para wisatawan.

2. Analisis Aksesibilitas

Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah utara Jakarta, memiliki tingkat aksesibilitas yang mudah menurut persepsi pengunjung. Sebagian pengunjung mengatakan bahwa tingkat aksesibilitas ini dikatakan mudah baik itu dijangkau menggunakan transportasi umum maupun transportasi pribadi.

Namun tingkat kemudahan aksesibilitas menuju lokasi wisata ini tidak hanya diukur dengan jaringan transportasi saja tetapi juga diukur dari tingkat kenyamanan pengunjung. Jika diukur dari tingkat kenyamanan pengunjung, mereka merasa terganggu dalam perjalanan karena padatnya aktivitas lalu lintas kendaraan truck-truck besar yang mengangkut barang dengan kondisi dimensi lebar jalan yang kecil. Hal ini dikarenakan akses jalan yang digunakan bukanlah tempat pergerakan pejalan kaki dan kendaraan umum tetapi merupakan jalan yang dimanfaatkan oleh truck-truck besar menuju pelabuhan baik itu Pelabuhan Sunda Kelapa maupun Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Analisis Fisik Sarana dan Prasarana

Penyediaan fasilitas prasarana dan sarana kepariwisataan merupakan aspek yang harus diperhatikan dan disediakan sebelum mempromosikan suatu kawasan wisata agar dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan.

Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa pada kondisi eksisting telah menyediakan beberapa fasilitas seperti fasilitas peribadatan, ATM, rumah makan, minimarket, pusat informasi pengunjung, penginapan dan tempat parkir tetapi hal tersebut masih dianggap belum optimal dalam memenuhi kebutuhan wisatawan. Hal tersebut karena sistem pelayanan dan perawatan masih memprihatinkan, seperti pusat informasi yang tidak terawat dengan baik dan sistem pelayanan yang kurang baik. Kemudian untuk jasa makanan dan minuman, hanya menyediakan restaurant seafood tanpa ada pilihan rumah makan lainnya.

Secara garis besar bahwa fasilitas yang sudah tersedia belum dikelola dengan baik dan seringkali belum melayani pengunjung dengan baik. Sedangkan untuk kemanan dan kenyamanan belum terdapat sistem keamanan yang baik bagi para wisatawan dan kondisi kawasan wisata yang secara langsung tergabung dengan kegiatan operasional pelabuhan.

4. Analisis Faktor Pendukung Kegiatan Wisata Dalam aspek ini, analisis yang dibahas yaitu mengenai objek dan daya tarik, atraksi wisata dan kegiatan promosi.

Pada kondisi eksisting di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini masih mempertahankan ketiga daya tarik wisata pelabuhan yaitu Sejarah pelabuhan, kegiatan bongkar muat barang dan Kapal Phinisi sehingga masih menarik wisatawan untuk datang ke lokasi studi. Namun daya tarik tersebut hanya akan menarik sebagian kecil dari wisatawan jika belum dikembangkan atau dikemas semaksimal mungkin. Karena daya tarik yang ada masih berlangsung secara alami dengan melibatkan kegiatan pelabuhan secara langsung sehingga belum ada pemusatan konsentrasi terhadap kegiatan wisata yang memang diperuntukan bagi para pengunjung. Padahal dengan daya tarik yang dimiliki tersebut dapat menjadi strategi untuk bersaing dengan kawasan wisata sekitar.

Atraksi adalah daya tarik wisatawan yang perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata seperti event-event atau festival. Tanpa adanya atraksi wisata, tidak akan ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan. Dengan adanya atraksi wisata ini juga selain dapat menarik jumlah wisatawan untuk hadir juga dapat membantu memperkenalkan budaya-budaya dengan kegiatan festival-festival di Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada kondisi eksisting kawasan wisata ini belum memiliki kegiatan-kegiatan wisata seperti halnya pengadaan atraksi wisata inilah yang juga yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya kawasan wisata Pelabuhan Sunda Kelapa.

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian terpenting.

Pelabuhan Sunda Kelapa yang ditetapkan sebagai salah satu dari 12 Jalur Destinasi Kawasan Wisata Jakarta Utara belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan promosi secara maksimal dari pihak instansi terkait ataupun media cetak dan elektronik untuk menginformasikan penetapan kawasan wisata dan juga mempromosikan atraksi-atraksi yang akan diselenggarakan sebagai upaya perkembangan kawasan wisata.

5. Analisis Peran Masyarakat

Pengembangan pariwisata tidak terlepas dengan peran masyarakat didalamnya. Sikap ramah, hangat dan keikutsertaan masyarakat lokal di kawasan wisata merupakan aspek penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Karena pada

(8)

prinsipnya, tujuan pengembangan kawasan wisata adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya alam, memajukan kebudayaan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, pengembangan pariwisata dalam mewujudkan tujuan tersebut harus melibatkan masyarakat lokal dimana merekalah yang paling dekat dan mengetahui tentang kawasan wisata sehingga mereka dapat membantu menjaga melestarikan alam dan lingkungan. Dengan keterlibatan tersebut maka masyarakat merasa dihargai, tidak merasa diabaikan dan bukan hanya sebagai objek/ penonton serta tidak merasa terancam dengan kegiatan-kegiatan wisata di daerah mereka.

Namun pada kenyataannya partisipasi masyarakat lokal terhadap Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa sangatlah rendah. Mereka masih acuh tak acuh dengan wisatawan yang datang, belum memperlihatkan sikap ramah dan hangat kepada wisatawan. Padahal sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan wisatawan terhadap kawasan wisata yang dikunjungi.

6. Analisis Keterkaitan Pelabuhan dengan kawasan sekitar

Pelabuhan Sunda Kelapa yang terdahulu merupakan pelabuhan lada yang sibuk memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar yaitu peninggalan-peninggalan sejarah lainnya seperti Menara Syahbandar, Museum Bahari dan Galangan VOC. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai satu kesatuan dari kawasan wisata pelabuhan karena menurut sejarahnya memiliki keterkaitan erat yang tidak dapat dipisahkan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Namun Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan kawasan sekitar belum saling terintegrasi karena para wisatawan belum menjadikan kawasan sekitar sebagai rute wisata perjalanan mereka. Sehingga diperlukan pembentukan konsep untuk menghubungkan antar kawasan agar menjadi satu kesatuan kawasan wisata.

Konsep Pengembangan Kawasan Wisata

Pelabuhan Sunda Kelapa Sebagai Pusat

Museum Maritim Indonesia

Pembentukan konsep dalam pengembangan kawasan wisata dapat dilihat dari kebutuhan apa saja yang diperlukan dengan membandingkan dari kondisi eksisting yang ada dan merencanakan kebutuhan-kebutuhan wisata dengan berpedoman kepada hasil kuesioner pengunjung dan teori-teori pariwisata serta kebijakan-kebijakan terkait. Berikut

adalah rencana konsep pengembangan kawasan wisata menggunakan analisis teori Three Level of The Product:

Gambar 4

Hasil Analisis Kondisi Eksisting

Gambar 5

Hasil Analisis Konsep Pengembangan

Dalam pembentukan konsep pengembangan kawasan wisata terbagi menjadi beberapa pengembangan dalam penggunaan lahannya yaitu: 1. Konsep pengembangan fasilitas sarana dan

prasarana: (1) Fasilitas akomodasi. (2) Fasilitas sosial. (3) Fasilitas Ekonomi. (4) Fasilitas Umum. (5) Fasilitas utilitas.

2. Konsep pengembangan pendukung kegiatan wisata: (1) Atraksi dan daya tarik seperti atraksi wisata untuk aktivitas rekreasi berupa kegiatan perjalanan wisata, atraksi wisata tempat hiburan berupa replika kapal dan atraksi wisata penggolongan event berupa penyelenggaraan event-event.

3. Konsep pengembangan kawasan wisata pelabuhan: (1) Path. (2) Edge. (3) District. (4) Node. (5) Landmark.

(9)

Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan, identifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi di lokasi studi maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu:

1. Potensi dari nilai sejarah yang dimiliki Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan sejarah di sekitarnya untuk pengembangan kawasan wisata yaitu:

a. Pelayarannya masih menggunakan Kapal Phinisi;

b. Kegiatan bongkar muat barang secara tradisional;

c. Peninggalan sejarah Menara Syahbandar; d. Peninggalan sejarah Musuem Bahari; dan e. Peninggalan Sejarah Galangan VOC.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dan peninggalan sejarah di sekitarnya sebagai kawasan wisata yaitu:

a. Kondisi lingkungan yang masih kurang optimal;

b. Sarana dan prasarana yang tersedia dalam menunjang kegiatan wisata belum cukup optimal;

c. Penurunan dan kurangnya pengembangan daya tarik dari objek wisata;

d. Masih kurangnya pengadaan atraksi wisata dalam mendukung kegiatan wisata;

e. Belum maksimalnya kegiatan promosi kawasan wisata;

f. Belum terbentuknya penentuan kawasan yang jelas antara kawasan wisata dan pelabuhan; g. Peran serta masyarakat yang masih rendah

dalam mendukung kegiatan wisata; dan h. Kurang adanya integrasi antara Kawasan

Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa dengan peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah disekitaran pelabuhan.

Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka rekomendasi yang dapat diajukan untuk Pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa yaitu sebagai berikut:

1. Membentuk konsep pengembangan Kawasan Wisata Pelabuhan Sunda Kelapa yang sesuai dengan potensi yang ada dan kebutuhan para pengunjung;

2. Karena kawasan wisata berada di dalam kawasan pelabuhan maka dibutuhkan penentuan zona/ pengelompokan kegiatan antara kegiatan wisata dan kegiatan operasional pelabuhan agar dapat lebih terfokus kepada penyediaan dan rencana kegiatan wisata yang bersangkutan;

3. Diperlukan peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana yang telah tersedia secara optimal dan penambahan sarana dan prasarana yang belum tersedia dalam mendukung kegiatan wisata serta penambahan sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan wisata tersebut;

4. Dibutuhkan strategi dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kawasan wisata dengan daya tarik wisata yang telah ada dan penyelenggaraan atraksi-atraksi wisata dengan melakukan kegiatan wisata, event-event seperti festival seni budaya berbagai tarian dan pameran-pameran souvenir; 5. Pelaksanaan kegiatan promosi kawasan wisata secara optimal baik untuk menarik jumlah wisatawan;

6. Meningkatkan peran masyarakat lokal dalam mendukung kegiatan wisata dengan cara melibatkan langsung dalam kegiatan wisata baik itu kegiatan promosi maupun pemeliharaan dan pengelolaan kawasan wisata; 7. Menjadikan peninggalan-peninggalan

bersejarah disekitar pelabuhan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai satu kesatuan yang saling terkait dalam pengembangan kawasan wisata; dan

8. Diperlukan komitmen dan konsistensi yang tinggi dari semua pihak terkait akan pengembangan dan kemajuan kawasan wisata baik itu penentuan konsep maupun implementasinya agar kawasan wisata terus berkembang.

Daftar Pustaka

Aditianata. (2010). Identifikasi Proses dan Dampak Perubahan Fungsi Perumahan Menjadi Komersil di Koridor Wolter Monginsidi Kawasan Pasar Santa, Kecamatan Kebayoran Baru (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul.

Asmara, Maya. (2011). Identifikasi Faktor Tidak Berkembangnya Pedagang Eks PKL Barito di Lokasi Baru (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta. (2007). Sejarah dan Guideliness Kotatua. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta.

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan

(10)

Ikatan Ahli Perencana Indonesia. (1997). Kamus Tata Ruang. Jakarta.

DKI Jakarta Dalam Angka 2012. DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta.

Eko Sujanto, Agus. (2009). Aplikasi Statistik

dengan SPSS 16. Prestasi Pustaka

Publisher.

Glasson, J.(1974). An Introduction to Regional Planning. London: Hutchinson Educational.

Hadinoto, Kusudianto. (1996). Perencanaan

Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Hasan, Nur. (2005). Identifikasi Faktor Penghambat Perkembangan Kawasan Wisata Sendang Biru (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS. Surabaya.

Indriyanto. Peran Pelabuhan Dalam Menciptakan Peluang Usaha Pariwisata; Kajian Historis Ekonomi.

Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran, Buku 1 dan 2. Jakarta: PRENHALLINDI.

Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta: Erlangga.

Lynch, Kevin. (1960). The Image Of The City. Cambrige: The MIT Press.

Mahmud, Amir. (2007). Model Komunikasi

Pembangunan Dalam Penyediaan

Prasarana Perdesaan di Kawasan Pesisir Utara Jawa Tengah (Studi Kasus Desa Morodemak dan Purwosari Kabupaten Demak).

Mareza, Muhamad Daniel. (2013). Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Nurun, Meisani. (2013). Revitalisasi Kawasan Pasar Baru Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing Pusat Belanja Tertua di Jakarta (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Pendit, Nyoman S. (1980). Ilmu Pariwisata Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012: Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030. (2012).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009:Tentang Kepelabuhan. (2009).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010: Tentang Kepelabuhan. (2010).

Poelinggomang, Dr. Edward L. (2012). Bahan Ajaran Sejarah Maritim Dunia. Makassar: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan.

Porter, Michael E. (1987). Competitive Advantage. New York: Free Press.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif:

Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT.

Radjagrafindo Persada.

Rahmita, Ira. (2011). Hubungan Minat Masyarakat Terhadap Rumah Susun Sederhana Dengan Aksesibiltas dan Lokasi (Tugas Akhir). Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Ricardo Turnip, Daniel. (2010). Museum Musik di

Medan, (Tugas Akhir). Departemen

Arsitektur, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Riduwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ruslan, Rosady. (2003). Metode Penelitian Public

Relations dan Komunikasi. Jakarta:

Rajawali Press.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Spillane, J James. (1994). Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.

(11)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009: Tentang Kepariwisataan. (2009).

Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

(13 Juli 2012). Kutai Kartanegara Kembangkan Obyek Wisata. Kompas.

(1 April 2013). Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional. Berita Resmi Statistik No.24/04/Th.XVI. Diakses dari

Gambar

Gambar 3  Diagram Proses Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi di bawah tekanan (sub optimum), benih merbau mampu tumbuh dengan baik seperti halnya pada kondisi optimum sehingga benih ini relatif memiliki

Gözleri uyuyup kalbi uyumadığı için sonra klakıp abdest almaya ihtiyaç duymadan namazını kılardı.. Namazı sakın terk etmeyin, elleriniz altında bulunanlar hakkında Allah

Laju aliran yang kuat dari trailling edge daun propeller akan diubah oleh Propeller Boss Cap Fins untuk mengurangi komponen yang berputar, Gambar 2.5 menunjukkan

Hasil belajar bukanlah suatu hal yang independen. Kenyataan yang ada, hasil belajar sangat bergantung dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles barbirostris di Tojo Una-una telah resisten terhadap insektisida Lambdacyhalothrin (0,05%) dan Etofenprox (0,5%), namun

Kepadatan spora Glomus hasil isolasi dari rizosfer Macaranga triloba pada tiga jenis tanaman inang dalam 5 g media tanam.. Hal ini kemungkinan karena tanaman jagung

pengambilan keuntungan terbagi menjadi beberapa pembiayaan, yaitu profit sharing (mudharabah dan musyarakah), profit margin (murabahah dan istishna), dan sewa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kategori rendah lila ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RSUD Wates, Kulon Progo, Yogyakarta