• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat melalui strategi pembelajaran Index Card Match pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat melalui strategi pembelajaran Index Card Match pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH PADA SISWA KELAS VI MI BINA BANGSA KREMBANGAN SURABAYA

SKRIPSI Oleh:

VERA NUR AUFA D97215079

UNIERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH APRIL 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Aufa, Vera Nur. 2019. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Strategi Index Card Match Pada Siswa Kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya. Dosen Pembimbing: Wahyuniati, M.Si., Irfan Tamwifi, M.Ag.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Strategi Index Card Match.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat. Hal tersebut terjadi karena siswa menganggap pembelajaran matematika adalah sesuatu yang sulit. Selain itu pembelajaran matematika juga lebih banyak menggunakan metode ceramah yang mengakibatan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Menanggapi hal tersebut, maka diperlukan penerapan strategi Index

Card Match untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung

bilangan bulat pada kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui penerapan strategi Index

Card Match untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung

bilangan bulat pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya. 2) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat setelah diterapkannya strategi Index Card Match di kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan strategi Index Card Match pada pelajaran matematika di kelas VI MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya dapat dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik. Kategori tersebut dapat dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas guru yang mendapatkan nilai 80,9 (baik) pada siklus I dan meningkat menjadi 98,8 (sangat baik) pada siklus II, sedangkan hasil observasi aktivitas siswa mendapatkan nilai 78,5 (cukup) pada siklus I dan meningkat menjadi 98,8 (sangat baik) pada siklus II. 2) Hasil belajar siswa pada penelitian ini juga mengalami peningkatan dengan kategori baik. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari persentase ketuntasan belajar siswa. Pada pra siklus sebesar 12,5% (Gagal) siswa tuntas, kemudian meningkat menjadi 62,5% (Kurang) pada siklus I dan 87,5% (Baik) pada siklus II.

(6)

DAFTAR ISI

COVER SAMPUL i

MOTTO ... iii

PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 10 C. Hipotesis Tindakan ... 11 D. Tujuan Penelitian ... 11 E. Lingkup Penelitian ... 12 F. Signifikansi Penelitian ... 12 BAB II ... 15 KAJIAN TEORI ... 15 A. Hasil Belajar ... 15

1. Teori Hasil Belajar ... 15

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 18

3. Indikator Ketercapaian Hasil Belajar ... 21

(7)

1. Pengertian Matematika ... 23

2. Pembelajaran Matematika ... 25

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI ... 27

4. Materi Matematika Operasi Hitung Bilangan Bulat ... 28

C. Strategi Pembelajaran Index Card Match ... 40

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 40

2. Pengertian Strategi Index Card Match ... 42

3. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Index Card Match ... 44

4. Langkah-Langkah Strategi Index Card Match ... 45

D. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match. ... 46

BAB III ... 48

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 48

A. Metode Penelitian ... 48

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 51

C. Variabel yang Diselidiki ... 52

D. Rencana Tindakan ... 52

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 58

F. Indikator Kinerja ... 64

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 65

BAB IV ... 67

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Hasil Siklus I ... 67

2. Hasil Siklus II ... 78

B. Pembahasan ... 88

1. Penerapan Strategi Pembelajaran Index Card Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat ... 88

(8)

2. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan

Bulat ... 90 BAB V ... 95 PENUTUP ... 95 A. Simpulan ... 95 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 97

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 99

RIWAYAT HIDUP ... 100

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Sistem Bilangan ... 28

Gambar 2.2 Garis Bilangan ... 30

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin ... 49

Gambar 4.1 Kegiatan Pendahuluan ... 69

Gambar 4.2 Kegiatan Menjelaskan Materi ... 70

Gambar 4.3 Kegiatan Membentuk Kelompok ... 71

Gambar 4.4 Kegiatan Membagikan Kartu ... 71

Gambar 4.5 Kegiatan Berdiskusi ... 72

Gambar 4.6 Mencari pasangan kartu ... 72

Gambar 4.7 Mempresentasikan Pasangan Kartu ... 72

Gambar 4.8 Kegiatan Pendahuluan ... 80

Gambar 4.9 Kegiatan Membaca Materi ... 81

Gambar 4.10 Siswa Menemukan Kartu Pasangan ... 82

Gambar 4.11 Siswa Mempresentasikan Kartu ... 83

Gambar 4.12 Diagram Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 89

Gambar 4.13 Diagram Rata-rata Nilai Siswa ... 92

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ... 22

Tabel 3.1 Kriteria Nilai Observasi Aktibitas Guru dan Siswa ... 62

Tabel 3.2 Klasifikasi Skala Peniliain ... 64

Tabel 4.1 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 74

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Aktivitas Guru dan Siswa ... 93

(11)

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Menghitung Nilai Aktivitas Guru dan Siswa 62

Rumus 3.2 Menghitung Skor Hasil Belajar 63

Rumus 3.3 Menghitung Nilai Rata-rata 63

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 4 Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Lembar Validasi RPP Siklus I dan II

Lampiran 6 Validasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan II Lampiran 7 Validasi Butir Soal Siklus I dan II

Lampiran 8 RPP Siklus I Lampiran 9 RPP Siklus II

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II Lampiran 12 Pedoman Wawancara

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan sumber sarana penting dalam kehidupan manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembengunan suatu bangsa sehingga dapat meraih dan menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global.1 Jadi, kesimpulannya pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang perlu dipikirkan secara sungguh-sungguh sejak dini.

Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bukan sangat penting saja, bahkan masalah pendidikan itu tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa bisa dilihat dari maju mundurnya suatu pendidikan di negara tersebut.

1 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia

(14)

2

Peningkatan mutu pendidikan menjadi perhatian oleh pemerintah agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah merupakan tanggung jawab tenaga pendidikan yang profesional di sekolah. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas guru dalam menguasai proses pembelajaran.

Selain Belajar komponen utama dalam pendidikan adalah guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas mengajar yang dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena gurulah yang berhadapan langsung dengan peserta didik, bahkan gurulah yang menjadi orang tua siswa pada saat di sekolah. Tugas guru dalam bidang kemausiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Pelajaran apapun yang diberikan guru menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

Apalagi dengan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk lebih mampu mengimbangi atau bahkan diharapkan lebih mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru di sekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan lebih siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras.

Untuk mencapai pendidikan yang sangat berkualitas, guru harus melakukan perubahan – perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan

(15)

3

metode mengajar, strategi dalam belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru harus menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan – bahan pelajaran yang baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran, menghafal, dan menguasai tujuan – tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.2 Matematika juga merupakan salah satu materi wajib yang diajarkan disekolah, kegunaan matematika dalam penerapan kehidupan menjadikan sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang mampu mengajarkan matematika. Matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan mempelajari matematika di Madrasah Ibtidaiyah adalah menjadikan siswa mampu menemukan suatu cara penyelesaian dalam pembelajaran dikelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. karena matematika tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Matematika selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Hal yang demikian kebanyakan belum disadari oleh siswa yang disebabkan minimnya informasi mengenai apa dan

2

(16)

4

bagaimana sebenarnya matematika itu. Dampaknya akan berakibat buruk terhadap proses belajar siswa, yakni mereka hanya belajar matematika dengan mendengarkan penjelasan dari seorang guru, menghafal rumus yang sudah dihafalkan, tetapi siswa tidak pernah ada usaha untuk memahami dan mencari makna yang sebenarnya tentang hakikat dan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri.

Dalam realita pendidikan di Indonesia mata pelajaran matematika merupakan salah satu salah satu mata pelajaran yang kurang diminati. Siswa selalu menganggap bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit dan banyak rumus-rumus yang harus dihafal. Hal tersebut akan mempengaruhi optimalisasi pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat agar tercapai pemahaman yang maksimal sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Suasana belajar yang kondusif dan menarik serta menyenangkan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran matematika itu sendiri, terlebih pada tingkat dasar atau tingkat Madrasah Ibtida’iyah.

Pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap sekolah tentunya berbeda-beda tergantung dari guru dan fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Kreatifitas guru disini sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang terpenting yang tidak dapat dilepaskan dalam proses pembelajaran karena dengan menggunakan strategi yang tepat dapat memaksimalkan tujuan pembelajaran. Sudah dirasakan bahwa matematika menjadi mata pelajaran yang sulit dan

(17)

5

menakutkan bagi siswa. Oleh karena itu kunci keberhasilan pembelajaran matematika adalah keterlibatan penuh siswa dalam proses pembelajaran.

Pentingnya mempelajari matematika adalah sebagai mata pelajaran dasar yang harus dikuasai siswa bukan hanya dihafalkan rumusnya namun harus dipelajari dan dipahami agar dapat menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Pada materi operasi hitung bilangan bulat, bukan hanya menghafalkan rumus-rumus tetapi harus lebih memahami bentuk-bentuk soalnya agar dapat memahami isi dari materi. Matematika banyak juga yang sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an seperti pokok bahasan tentang bilangan bulat. Allah SWT berfirman dalam Q.S, Al-Israa’ : 12

ََنْلَعَجَو

اَنْوَحَمَفَِْيَْ تَ ياَءََراَهَّ نلٱَوََلْيَّلٱَا

ٓ

َ

اَنْلَعَجَوَِلْيَّلٱََةَياَء

ٓ

َ

ًَةَرِصْبُمَِراَهَّ نلٱََةَياَء

اوُغَ تْبَتِّل

ٓ

َ

اوُمَلْعَ تِلَوَْمُكِّبَّرَنِّمَ ًلًْضَف

ٓ

َ

َُهََٰنْلَّصَفٍَءْىَشََّلُكَوََباَسِْلْٱَوََيِْنِّسلٱََدَدَع

ًَلًيِصْفَ ت

Artinya : Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.

Ayat diatas menjelaskan bahwa adanya pergantian siang dan malam merupakan anugrah yang dapat disarankan secara langsung oleh manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Perubahan siang dan malam itu sangat berguna bagi manusia untuk mengetahui bilangan-bilangan tahun, bulan serta hari serta perhitungannya. Bilangan tersebut menggunakan bilangan bulat seperti pada

(18)

6

pelajaran Matematika, sehingga siswa harus memahami materi ini untuk menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan di MI Bina Bangsa Surabaya dapat diketahui bahwa peserta didik kelas VI yang berjumlah 24 siswa, 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Beberapa siswa MI Bina Bangsa Surabaya pada setiap kompetensi dasar memiliki kesulitan belajar yang berbeda. Akan tetapi pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat siswa kelas VI ini cenderung memiliki kesulitan belajar yang paling tinggi. Dilihat dari hasil belajar rendah dan rata-rata nilainya banyak yang dibawah KKM yaitu nilai 75. Dari jumlah siswa kelas VI tersebut hanya 2 anak yang mendapatkan nilai memenuhi KKM.3

Guru matematika kelas VI sudah menjelaskan kepada siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat, namun peserta didik kelas VI MI Bina Bangsa ini masih kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, alasannya proses pembelajarannya monoton atau hanya berceramah saja akibatnya menyebabkan peserta didik merasa bosan dan jenuh pada saat guru menyampaikan materi. Alasan lain yaitu kurangnya metode atau strategi yang digunakan oleh guru pada penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat tersebut. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar pada materi operasi

3 Wawancara dengan Ibu Lilik Rosyidah, S.T. (guru mata pelajaran Matematika kelas VI MI Bina

(19)

7

hitung bilangan bulat peneliti menerapkan strategi yang dirasa tepat yaitu Index

Card Match.

Penelitian terdahulu yang membahas tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Peserta Didik Kelas IV MI Jati Salam Desa Gombang Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014.” Tes awal yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa kelas IV MI Jati Salam diperoleh hasil yaitu 17 siswa atau 68% belum mencapai batas ketuntasan yaitu 75. Sedangkan siswa yang telah mencapai batas ketuntasan ada 8 siswa atau 32% saja.

Pada siklus I menyebabkan 9 siswa tidak mencapai KKM yang diharapkan yaitu 75. Pada siklus I ini nilai rata-rata siswa adalah 71 dan ketuntasan belajar hanya mencapai 64 %. Pada siklus II mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari sebanyak 20 siswa yang tuntas mencapai nilai KKM. Nilai rata-rata siswa pada kelas pada siklus II ini meningkat dari 71 menjadi 83 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 92%. Itu artinya bahwa metode Make

a Match dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika siswa

kelas IV MI Jati Salam Gombang Pakel Tulungagung. 4

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat dalam pembelajaran, kurangnya

4

Emi Sulistioningsih, “Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Operasi Hitung Campuran Peserta Didik Kelas IV MI Jati Salam Pakel Tulungagung ”, Skripsi PTK (Tulungagung: Repo-iain tulungagung, 2015), t.d 75.

(20)

8

perhatian siswa dan siswa merasa kurang menarik terhadap pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru, namum penerapan strategi yang digunakan oleh guru sudah berhasil yang dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar.

Penelitian terdahulu yang membahas tentang “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Dengan metode Index Card Match pada Siswa Kelas IV MI Bustanul Muta’allimin Menganti Gresik pada tahun 2014”. Tes hasil belajar siswa pada semester I menunjukkan nilai rata-rata siswa kelas IV adalah 65,90. Pada siklus I menyebabkan 10 siswa tidak mencapai KKM yang diharapkan yaitu 74. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 74,31, dan ketuntasan belajar hanya mencapai 54,54 %. Pada siklus II mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari sebanyak 20 siswa yang tuntas mencapai nilai KKM. Nilai rata-rata siswa pada kelas pada siklus II ini meningkat dari 65,90 menjadi 85 dan persentase ketuntasan belajar mencapai 90,90 %. Itu artinya bahwa metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV MI Bustanul Muta’allimin Menganti Gresik. 5

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan awal dalam pembelajaran IPS Kelas IV di MI Bustanul Muta’allimin menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa masih rendah. Metode yang digunakan cukup menarik karena cocok dengan materi Koperasi yang sudah diajakan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti juga ingin

5

Anggi Dwi Purwandari, “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas IV MI Bustanul Muta’allimin Setro Menganti Gresik”, Skripsi PTK (Surabaya: Diilib Uin Sunan Ampel, 2014), t.d 80.

(21)

9

membuktikan bahwa strategi Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penelitiannya di MI Bina Bangsa Surabaya.

Index Card Match merupakan pembelajaran yang menyenangkan yang

digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya, pembelajaran ini membagi kelas menjadi dua kelompok besar dimana satu kelompok akan diberikan kertas yang berisi pertanyaan sedang kelompok yang lain akan diberi kertas yang berisi tentang jawaban tentang pertanyaan yang diberikan pada kelompok satu, kemudian masing-masing siswa akan mencari pasangan soal dan jawabannya. Kemudian siswa yang menemukan pasangannya akan duduk berdekatan kemudian meminta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas pada teman-teman yang lain.

Setiap strategi pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing, begitu pula dengan strategi pembelajaran Index Card Match. Kelebihan strategi pembelajaran Index Card Match yaitu: a) Siswa menerima satu kartu soal atau jawaban, namun melalui presentasi antar pasangan, b) Terjadi proses diskusi dan presentasi sehingga menguatkan materi yang hendak dipelajari, c) Siswa dapat mempelajari topik atau konsep lainnya.

Strategi Index Card Match merupakan sebuah strategi yang menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran, membolehkan

(22)

10

peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.6 Strategi pembelajaran Index Card Match bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik belajar peserta didik yang berbeda-beda.

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung

Bilangan Bulat Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match Pada Siswa Kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi Index Card Match pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya setelah menggunakan strategi Index Card Match ?

6 Melvin L, Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan

(23)

11

C. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan strategi Index Crard Match dalam mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya. Dan jika strategi Index Card

Match diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VI di MI

Bina Bangsa Surabaya, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa akan tercapai. Melalui strategi ini diharapkan siswa dapat lebih memahami materi operasi hitung bilangan bulat.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan bulat kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya setelah menggunakan strategi pembelajaran Index Card Match.

2. Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran Index Card Match pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

(24)

12

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini :

1. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

2. Fokus penelitian

Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan bulat.

3. Implementasi penelitian

Pada penelitian ini yang digunakan adalah strategi Index Card Match. 4. Kompetensi dasar dan indikator

Kompetensi Dasar:

3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif. Indikator:

3.2.1 Menunjukkan hasil operasi hitung campuran bilangan bulat. 3.2.2 Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat.

F. Signifikansi Penelitian

(25)

13

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan yang menyangkut strategi penyampaian materi dalam pembelajaran matematika, juga untuk mengkaji efektivitas penggunaan strategi Index Card Match terhadap hasil belajar siswa, serta dapat menambah masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga

Meningkatkan mutu madrasah melalui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya. b. Bagi Guru

1) Guru mendapatkan strategi yang tepat yaitu berupa strategi Index Card

Match sehingga dalam menyampaikan materi lebih mudah diterima

dan mudah dipahami oleh siswa dan pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

2) Guru dapat meningkatkan hasil belajar materi operasi hitung bilangan bulat mata pelajaran matematika siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

3) Guru lebih termotivasi untuk lebih kreatif dan inovasi dalam mengelola pembelajaran.

(26)

14

1) Siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya menjadi lebih aktif saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika karena setiap siswa akan mendapatkan 1 kartu yang berisi pertanyaan atau 1 kartu yang berisi jawaban.

2) Hasil belajar siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya menjadi lebih meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran pada pembelajaran materi tersebut.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dalam menentukan strategi yang cocok untuk materi pelajaran matematika kelas VI. Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, dapat menambah pengetahuan peneliti dalam menggunakan strategi Index Card Match dalam pembelajaran matematika khususnya materi tentang operasi hitung bilangan bulat.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Teori Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya suatu pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa berdasarkan hasil belajar yang dicapainya. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk. Seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.7

Makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

7 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(28)

16

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.8

Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif maupun psikomotorik yang kemudian lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom. Berikut penjelasan aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :

(29)

17

a. Aspek Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sesori, penyimanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga panggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom membagi dan menyusun tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Enam tingkatan itu adalah hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Aspek Afektif

Hasil belajar afektif disusun secara hiraktif mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan komplek. Tingkatan itu adalah penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Aspek Psikomotorik

Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarkhi hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar psikomotorik dibagi menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.9

9

(30)

18

Pada penelitian kali ini hasil belajar yang akan diambil adalah ranah kognitif yang telah disesuaikan dengan kondisi siswa yaitu tingkat pemahaman siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat. Hasil dari ranah kognitif diambil pada saat menilai tingkat pengetahuan siswa pada saat pembelajaran selesai. Untuk mengukur kognitif atau pengetahuan pada materi yang diajarkan oleh guru, peneliti menggunakan lembar post tes atau lembar kerja yang telah disediakan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang behubungan dengan kondisi fisik individu baik kesehatan jasmani maupun fungsi jasmani.10 Kesehatan jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar

10 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

(31)

19

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar. Sebaliknya, konsisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar. Peran fungsi jasmani pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar yang baik pula.

2. Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah keserdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.11 Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik (berasal dari dalam diri) dan motivasi ekstrinsik (datang dari luar individu).

Minat sama halnya dengan kecedasan dan motivasi, karena memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak pada perfoman guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Faktor

11

(32)

20

psikologis lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah bakat. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung hasil belajarnya sehingga memungkinkan besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

Di dalam lingkungan sosial terdapat tiga faktor yaitu lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan keluarga.12 Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi hasil belajar. Lingkungan keluarga, sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, semua itu dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

2. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental dan materi pelajaran.13

12 Baharudin, Teori Belajar, 26.

(33)

21

Lingkungan alamiah yang suasananya sejuk dan tenang akan mendukung aktivitas belajar dan sebaliknya akan terhambat. Faktor instrumental, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, peraturan sekolah, kurikulum sekolah, buku, perpustakaan, dan lain sebagainya. Itu semua akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dari penjelasan di atas banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. Faktor yang paling besar yang dapat mempengaruhi siswa adalah faktor eksternal. Faktor eksternal ini bisa ditimbulkan oleh keluarga, teman sebaya maupun lingkungan. Akan tetapi menurut saya faktor yang sangat mempengaruhi siswa dari segi faktor eksternal adalah dilihat dari keluarganya. Keluarga sangat berperan penting dalam menentukan masa depan anak-anaknya.

3. Indikator Ketercapaian Hasil Belajar

Untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa, dibutuhkan indikator atau patokan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Bloom dan kawan-kawan menganalisis kompetensi hasil belajar ke dalam tiga aspek dan setiap aspek memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Setiap aspek tersebut dihubungkan dengan dua atau lebih proses kognitif.14

(34)

22

Pada ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berpikir, yang tersusun mulai dari kemampuan yang paling rendah (lower order thinking) hingga kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Yang termasuk ke dalam lower order thinking adalah pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Sedangkan yang termasuk ke dalam higher order thinking adalah analisis, sintesis dan evaluasi15. Berikut adalah Kata Kerja Operasional (KKO) yang dapat digunakan dalam menyusun instrumen untuk aspek kompetensi kognitif atau pengetahuan.

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Ranah Kognitif16

Pengetah uan

Pemaham an

Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi Mengutip Memperki

rakan

Menegaskan Menganalisis Mengabtraksi Memband ing-kan Menyebut kan Mengkate gori-kan Mengurutka n

Mengaudit Mengatur Menilai Menjelask an Mencirika n Menentukan Menganimas i Menganimasi Mengkriti k Menggam bar

Merinci Menerapkan Mengumpul kan Mengumpulk an Memberi saran Membilan g Mengasos iasi-kan Menggunak an Memecahka n Mengkategori -kan Menimba ng Mengiden tifi-kasi Memband ing-kan Menyesuaik an Menyelesaik an Memberi kode Memutusk an Mendaftar Menghitu ng Memodifika si Menegaskan Mengkombin asi-kan Memilah Menunjuk kan Mengkont ras-kan Mengklasifi kasi-kan

Mendeteksi Menyusun Memisahk an Memberi

label

Mengubah Membangun Mendiagnos a Mengarang Mempredi ksi Memberi indek Memperta han-kan Membiasaka n

Menyeleksi Membangun Memperje las Memasan gkan Mengurai kan Menggamba rkan

Memerinci Merancang Menegask an Menamai Menyalin Menilai Menominasi Menghubung Menafsirk

15 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.

166-167.

(35)

23 kan kan an Menandai Membeda kan Melatih Mendiagram kan Menciptakan Memperta han-kan Membaca Mendisku sikan Menggali Mengorelasi kan Mengkreasika n Memerinc i Menyadar i Menggali Mengadapta si Merasionalk an Mengoreksi Mengukur Menghafa l Menconto hkan

Menyelidiki Menguji Merencanaka n Merangku m Meniru Menerang kan Mengonsepk an

Menjelajah Mendikte Membukti kan Mencatat Mengemu kakan Melaksanak an Membagank an Meningkatka n Menduku ng Mengulan g Mempola kan Meramalkan Menyimpulk an Memperjelas Memvalid asi Memprod uksi Memperlu as

Mengaitkan Menemukan Membentuk Mengetes Meninjau Menyimp

ulkan

Mengomuni kasi-kan

Menelaah Merumuskan Mencoba Memilih Meramaik an Menyusun Memaksimal kan Menggeneral-isasikan Menduku ng Menyatak an Merangku m Mensimulasi kan Memerintah kan Menggabung kan Memilih Mempelaj ari Menjabar kan Memecahka n

Mengedit Memadukan Memproy eksi-kan Menjabula

si

Menjelask an

Melakukan Memilih Membatasi Memberi

kode

Mengelo mpok-kan

Memproses Mengukur Menampilkan Menelusur i Menggolo ngkan Menyelesaik an Melatih Merangkum Mentransfer Merekonstruk si B. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa yunani mathem dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat dengan kata sansekerta medha atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan atau intelegensi. Berdasarkan etimologi kata matematika berarti ilmu pengetahuan

(36)

24

yang diperoleh dengan bernalar. Disisi lain matematika dipandang sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dan terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.17

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. 18 Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

17 Ali Hamzah, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2014), hlm. 48.

18

(37)

25

matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.19

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegaiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi padaapa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di dalam pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal, serta guru harus mampu menempatkan dirinya secara dinamis

19

(38)

26

dan fleksibel sebagai informan, transfomator, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar siswa yang dinamis dan inovatif. Sementara siswa dalam memperoleh pengetahuannya tidak menerima secara pasif, pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri secara aktif. Selain dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Siswa mengaktifkan struktur kognitif dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan yang baru. Jadi, penyusunan pengetahuan yang terus menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.20

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan

20

(39)

27

tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD/MI

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah terutama di tingkat dasar atau (SD) adalah agar siswa mampu dan terampil meggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.21 Adapun tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Umum adalah:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari serta dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan khusus, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

21

(40)

28

b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar ke jenjang lebih lanjut.

d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.22

4. Materi Matematika Operasi Hitung Bilangan Bulat

Gambar 2.1 Bagan Sistem Bilangan23

Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa bilangan kompleks terdiri dari bilangan imajiner dan bilangan riil. Bilangan riil disini terdiri dari bilangan rasional dan bilangan irasional yang mana bilangan rasional terdiri dari bilangan pecahan dan bilangan bulat. Bilangan bulat yaitu bilangan yang

22 Ahmad Susanto, Teori Belajar, 190.

23 DinSMK57, e-Learning Mathematics, (Juli 24, 2013).

(41)

29

terdiri dari bilangan cacah dan bilangan bulat negatif yang mana bilangan cacah itu terdiri dari bilangan bulat positif atau bilangan asli dan nol (0).

a. Operasi hitung bilangan bulat

Bilangan bulat meliputi bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Tanpa bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif penyelesaian soal-soal dalam matematika tidak mungkin dapat dilakukan. Operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai berikut:

1) Penjumlahan

Pengertian penjumlahan bagi anak atau peserta didik terutama yang lambat daya tangkapnya (Slow Leaners) diupayakan dengan berbagai cara seperti berikut.24

a) Penjumlahan dengan membilang adalah melanjutkan membilang, contoh: 7 + 3 = ...?

Suruh anak atau peserta didik mengelompokkan lidi dan sekaligus menghitung lidi sebanyak 1 sampai 7 dan 1 sampai 3. Setelah pengelompokan dari tujuh dilanjutkan membilang tiga kali yaitu 7, 8, 9 dan 10, maka hasil akhir adalah 10.

Dengan demikian 7 + 3 = 10.

b) Penjumlahan cara Hukum Kumulatif a) 7 + 3 = 3 + 7 = 10

b) 5 + 6 = 6 + 5 = 11

24

(42)

30

c) 5 + ... = 8 + ... = 13 d) ... + ... = 7 + ... = 12 e) ... + ... = 15 + 3 = ...

c) Penjumlahan dengan garis bilangan.

Penjumlahan bilangan bulat dengan garis bilangan berarti melakukan penjumlahan dua bilangan bulat menggunakan garis bilangan. Garis bilangan yang dimaksud adalah seperti berikut.

Gambar 2.2 Garis Bilangan

2) Pengurangan

Pengertian pengurangan yang pertama ditanamkan pada anak atau peserta didik adalah “pengambilan” dan ini merupakan bahasa sehari-hari yang sering didengar oleh anak-anak maupun peserta didik pada jenjang pendidikan dasar.

Operasi pengurangan bilangan bulat dapat diubah menjadi operasi penjumlahan dengan lawan bilangan dari bilangan pengurangnya. Lawan suatu bilangan , Contoh: 5 lawannya 5); 12) lawannya 12; (-7) lawannya 7; 9 lawannya (-9).

(43)

31 Contoh penyelesaian : 1. 9 – 4 = 9 + (-4) = 5 2. 9 – 19 = 9 + (-19) = (-10) 3. (-12) – (-6) = (-12) + 6 = (-8) a) Pengurangan dengan cara biasa

9 – 3 = 6

b) Pengurangan dengan garis bilangan

Pengurangan bilangan bulat juga dapat dilakukan dengan menggunakan garis bilangan. Garis bilangan dapat dilihat pada gambar 2.2 diatas.

3) Perkalian

Dengan operasi hitung perkalian banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik atau menambah minat anak atau peserta didik untuk memahami. Dan satu hal yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung perkalian bahwa penyelesaiannya sama dengan operasi hitung penjumlahan berulang. Cara mengerjakan soal perkalian bilangan bulat sama seperti perkalian pada bilangan cacah.

Catatan:

1) Bilangan bulat positif dikali bilangan bulat positif hasilnya bilangan bulat positif.

Contoh: 9 × 4 = 36

2) Bilangan bulat negatif dikali bilangan bulat negatif hasilnya bilangan positif.

(44)

32

Contoh: -12 × (-6) = 72

3) Bilangan bulat positif dikali bilangan bulat negatif hasilnya bilangan bulat negatif.

Contoh: 8 × (-7) = - 56

4) Bilangan bulat dikali bilangan bulat positif hasilnya bilangan bulat negatif.

Contoh: -5 × 9 = - 45

4) Pembagian

Seperti pada perkalian bilangan bulat, hasil pembagian bilangan bulat dapat ditentukan dengan cara berikut.

Contoh: 1) 10 : 2 = 5 2) – 20 : (-2) = 10 3) 24 : (-3) = - 8 4) – 33 : 11 = - 3 Keterangan:

Contoh 1) dan 2) kedua bilangan bertanda sama, hasilnya bilangan postif. Contoh 3) dsn 4) kedua bilangan berbeda tanda, hasilnya bilangan negatif. Catatan:

a) Bilangan bulat positif dibagi bilangan bulat positif hasilnya bilangan bulat positif.

(45)

33

b) Bilangan bulat positif dibagi bilangan bulat negatif hasilnya bilangan bulat negatif.

Contoh: 120 : (-10) = - 12

c) Bilangan bulat negatif dibagi bilangan bulat positif hasilnya bilangan bulat negatif.

Contoh: - 64 : 4 = - 16

d) Bilangan bulat negatif dibagi bilangan bulat negatif hasilnya bilangan bulat positif

Contoh: - 75 : -25 = 3

b. Sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat

Sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dapat digunakan untuk mempermudah kita melakukan penghitungan.

1) Sifat Komutatif (pertukaran)

Sifat komutatif hanya berlaku pada operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat.

a) Sifat komutatif pada penjumlahan

Andi mempunyai 5 kelereng berwarna merah dan 3 kelereng berwarna hitam. Budi mempunyai 3 kelereng berwarna merah dan 5 kelereng berwarna hitam. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi ? ternyata jumlah kelereng Andi sama dengan jumlah kelereng Budi.

(46)

34

Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat komutatif.

Secara umum, sifat komutatif pada penjumlahan dapat ditulis sebagai berikut: a + b = b + a

Dimana a dan b merupakan bilangan bulat. b) Sifat komutatif pada perkalian

Jumlah kelereng Andi dan Budi sama, yaitu 8 butir. Kelereng Andi dimasukkan ke empat kantong plastik. Setiap kantong berisi 2 butir. Kelereng Budi dimasukkan ke dua kantong plastik. Setiap kantong plastik berisi 4 butir. Kelereng Andi dan Budi dapat ditulis sebagai berikut.

Kelereng Andi = 2 + 2 + 2 + 2 = 4 × 2 = 8 Kelereng Budi = 4 + 4 = 2 × 4 = 8

Jadi, 4 × 2 = 2 × 4

Cara perkalian seperti ini menggunakan sifat komutatif pada perkalian.

Secara umum, sifat komutatif pada perkalian dapat ditulis: a × b = b × a

Dimana a dan b merupakan bilangan bulat.

2) Sifat Asosiatif (pengelompokan)

Seperti sifat komutatif, sifat asosiatif juga hanya berlaku pada operasi hitung penjumlahan dan perkalian saja.

(47)

35

Andi mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah dan 2 kelereng hitam. Kotak II berisi 4 kelereng putih. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi ?

Ternyata jumlah kelereng yang dimiliki Andi sama dengan jumlah kelereng yang dimiliki Budi.

Jadi, (3 + 2) + 4 = 3 + (2 + 4)

Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada penjumlahan.

Secara umum. Sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis: (a + b) + c = a + (b + c)

Dimana a, b, dan c merupakan bilangan bulat. b) Sifat asosiatif pada perkalian

Andi mempunyai 2 kotak mainan. Setiap kotak diisi 3 bungkus kelereng. Setiap bungkus berisi 4 butir kelereng. Berapa jumlah kelereng Andi ?

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah kelereng Andi.

Cara pertama menghitung banyak bungkus. Kemudian, hasilnya dikalikan banyak kelereng tiap bungkus.

Banyak bungkus × banyak kelereng tiap bungkus = (3 bungkus + 3 bungkus) × 4 butir

(48)

36

= (2 × 3) × 4 = 24 butir

Cara kedua menghitung banyak kelereng setiap kotaknya dahulu kemudian hasilnya dikalikan banyak kotak.

Banyak kotak × banyak kelereng = 2 × (4 + 4 + 4)

= 2 × (3 × 4) = 24 butir

Perhitungan cara I : (2 × 3) × 4. Perhitungan cara II : 2 × (3 × 4). Hasil perhitungan dengan kedua cara adalah sama.

Jadi, (2 × 3) × 4 = 2 × (3 × 4)

Cara perkalian seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada perkalian.

Secara umum, sifat asosiatif pada perkalian dapat ditulis:

(a × b) × c = a × (b × c)

Dengan a, b, dan c merupakan bilangan bulat.

3) Sifat Distributif (penyebaran)

Sifat distributif yang berlaku adalah distributif perkalian terhadap penjumlahan dan distributif perkalian terhadap pengurangan.

a) (3 × 4) + (3 × 6) = 3 × (4 + 6)

Angka pengali disatukan 3 × 4 dan 3 × 6 mempunyai angka pengali yang sama, yaitu 3 yang menggunakan sifat distributif. Benarkah bahwa (5 × 13) – (5 × 3) = 5 × (13 – 3) ?

(49)

37

Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlah kedua angka yang dikalikan (4 × 6). Kemudian hasilnya dikalikan dengan angka pengali (3).

3 × (4 + 6) = 3 × 10 = 30. Mengapa cara ini digunakan? Karena menghitung 3 × (4 + 6) = 3 × 10 lebih mudah daripada menghitung (3 × 4) + (3 × 6).

(5 × 13) – (5 × 3) mempunyai angka pengali yang sama yaitu 5. Angka pengali disatukan menjadi 5 × (13 – 3). Diperoleh (5 × 13) – (5 × 3) = 5 × (13 – 3).

Contoh diatas merupakan pengurangan dengan sifat distributif. b) 15 × (10 + 2) = (15 × 10) + (15 × 2)

Angka pengali dipisahkan

15 × (10 + 2) mempunyai angka pengali 15.

Penghitungan dilakukan dengan cara kedua angka yang dijumlah (10 dan 2) masing-masing dikalikan dengan angka pengali (15), kemudian hasilnya dijumlahkan.

15 × (10 + 2) = (15 × 10) + (15 × 2) = 150 + 30 = 180

Cara ini juga mempermudah penghitungan karena menghitung (15 × 10) + (15 × 2) = 150 + 30 lebih mudah daripada menghitung 15 × (10 + 2) = 15 × 12.

(50)

38

Cara penghitungan seperti di atas menggunakan sifat distributif pada penjumlahan dan pengurangan. Secara umum, sifat distributif pada penjumlahan dan pengurangan dapat ditulis:

a × (b + c) = (a × b) + (a × c) a × (b – c) = (a × b) – (a × c)

Dimana a, b, dan c merupakan bilangan bulat.

c. Operasi hitung campuran bilangan bulat

Operasi hitung campuran adalah menyelesaikan perhitungan yang terdiri perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan bilangan negatif. Bilangan cacah = 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, ... dan bilangan negatif = -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -9, ... .

Contoh soal dan pembahasan: 1) 300 + 25 – 60 = (300 + 25) – 60 = 325 – 60 = 265 2) 5 × 12 : 3 = (5 × 12) : 3 = 60 : 3 = 20

Operasi hitung perkalian dan pembagian berasal dari penjumlahan dan pengurangan yang berulang, maka mempunyai tingkatan yang lebih

(51)

39

tinggi. Sehingga operasi hitung perkalian dan pembagian harus didahulukan daripada penjumlahan dan pengurangan

1) 187 + 39 : 3 = 187 + (39 : 3) = 187 + 13 = 200 2) 196 – 5 × 25 = 196 – (5 × 25) = 196 – 125 = 71

Jika dalam operasi hitung campuran terdapat tanda kurung, maka operasi hitung yang di dalamnya dikerjakan paling awal.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam operasi hitung campuran ada beberapa kaidah pengerjaan hitung campuran pada bilangan bulat, yaitu sebagai berikut:

a) Operasi di dalam tanda kurung didahulukan.

b) Perkalian atau pembagian lebih kuat dari penjumlahan atau pengurangan, yang dikerjakan terlebih dahulu adalah operasi perkalian atau pembagian.

c) Perkalian dan pembagian sama kuat, yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang berada di sebelah kiri.

d) Penjumlahan dan pengurangan sama kuat, jadi yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang berada di sebelah kiri.

(52)

40

C. Strategi Pembelajaran Index Card Match

Gambar 2.3 Ilustrasi Pembelajaran dengan Strategi Index Card Match

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Kata strategi berasal dari bahasa latin yakni strategi yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang guru yang berperan sebagai pemimpin di kelas, yang menginginkan kesuksesan dan keberhasilan dalam mengajar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuan itu. Seorang guru umumnya mengharapkan hasil belajar yang baik bagi anak didiknya, akan menerapkan

(53)

41

suatu strategi sedemikian rupa sehingga siswa mencapai tujuannya dengan mendapat prestasi yang terbaik. 25

Sedangkan pembelajaran tentu saja sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan, mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar sebagai perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar.26

Strategi pembelajaran merupakan pendekatan umum serta rangkaian tindakan yang akan diambil dan digunakan guru untuk memilih beberapa metode pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran. Misalnya, strategi pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif peserta didik tentunya tidak akan banyak menggunakan metode ceramah, akan tetapi motode-metode lainnya seperti seminar, kerja proyek, kelompok, tutorial perorangan atau paket-paket belajar mandiri.

Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didsain untuk mencapai tujuan

25 Hamzah, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2014), 140.

26

(54)

42

pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas: Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam penerapan suatu strategi.

2. Pengertian Strategi Index Card Match

Salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat digunakan oleh seorang guru adalah strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Strategi Index Card Match (mencari pasangan kartu) adalah suatu strategi yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi yang telah diberikan sebelumnya.27

Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara individual maupun kelompok kecil, serta pada saat proses pembelajaran atau pada saat kegiatan terjadwal. Dalam strategi ini, model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah, melainkan komunikasi banyak arah. Perlu diketahui, bahwa dalam pembelajaran Index Card Match, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi

27

(55)

43

informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi peranan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator belajar saja.

Index Card Match adalah salah satu teknik intruksional dari belajar aktif

yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan). Strategi ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. 28

Berdasarkan penjelasan di atas, strategi pembelajaran Index Card Match merupakan strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang telah dipelajari dengan cara menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melaporkan pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.

28

(56)

44

3. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Index Card Match

Strategi pembelajaran Index Card Match sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai dalam penyampaian materi pelajaran selama proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu :

a. Kelebihan dari srategi pembelajaran Index Card Match yaitu: 1) Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. 3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. 4) Mampu meningkatkan prestasi belajar siswa mencapai taraf ketuntasan

belajar.

5) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. b. Kekurangan dari strategi Index Card Match yaitu:

1) Membutuhkan waktu yang lama bagi siwa untuk menyelesaikan tugas dan presentasi.

2) Guru harus meluangkan waktu yang lebih. 3) Membutuhkan waktu lama untuk persiapan.

4) Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas.

5) Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

6) Suasana kelas menjadi “gaduh” sehingga dapat mengganggu kelas lain.

(57)

45

4. Langkah-Langkah Strategi Index Card Match

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi Index Card Match ini adalah:29

a. Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.

b. Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

c. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

d. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. f. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang akan dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

g. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman lain.

h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan

(58)

46

soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.

i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

D. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan

Bulat Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match.

Materi operasi hitung bilangan bulat merupakan salah satu materi yang terdapat pada pembelajaran Matematika pada kelas VI MI, permasalahan terkait masalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat yang masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal yang diberikan sekolah. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran Index Card Match merupakan salah satu upaya dalam mengatasi hasil belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal.

Dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam mengatur jalannya proses pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran Index Card Match pada siswa kelas VI MI Bina Bangsa Surabaya.

Strategi pembelajaran Index Card Match sangat penting dilakukan agar proses belajar mengajar tersebut menjadi aktif dan menyenangkan serta tidak membuat para siswa menjadi bosan, dan para siswa dapat menangkap ilmu dari guru dengan mudah, begitu juga siswa dapat meningkatkan keakraban kepada siswa lainnya. Melalui strategi ini memungkinkan siswa untuk saling berbagi

(59)

47

informasi pada waktu yang bersamaan. Dengan strategi ini siswa juga lebih mudah memahami mata pelajaran Matematika dengan mudah karena dikemas sesuai karakter siswa sekolah dasar yang senang dengan bermain.

Dengan demikian strategi Index Card Match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat sesuai dengan terget yang telah ditentukan dan mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian tindakan kelas ini.

Gambar

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Ranah Kognitif 16 Pengetah
Gambar 2.1 Bagan Sistem Bilangan 23
Gambar 2.2 Garis Bilangan
Gambar 2.3 Ilustrasi Pembelajaran dengan Strategi Index Card Match  1.  Pengertian Strategi Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu penelitian yang juga menjadi referensi peneliti adalah penelitian Rintis Tri Hartanto (2015) dengan judul PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP IKLAN POLITIK ABURIZAL BAKRIE

Pembuktian dihadiri oleh direktur utama/pimpinan perusahaan, atau Kepala Cabang/Perwakilan, atau karyawan resmi perusahaan atau pejabat yang menurut perjanjian kerja sama

(2) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Bagian Tata.. Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau

Dengan adanya Sistem Informasi E-Commerce Berbasis Web diharapkan para konsumen dapat melakukan pemesanan setiap waktu dan dimanapun tempatnya tanpa ada

Dengan uji koefisien determinasi atau penentu diperoleh hasil 25,28% variabel produktivitas (Y) ditentukan oleh keterlibatan kerja (X) pada PT.Astra Honda Motor Jakarta

Aplikasi Bisnis (Bagaimana sistim informasi diimplementasi- kan dalam kegiatan bisnis dengan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan yang terlihat).. Dasar-dasar Sistem

[r]

Berdasarkan hasil koreksi aritmatik dan evaluasi penawaran terhadap 4 (empat) peserta yang memasukkan penawaran, Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Kabupaten Aceh Barat Daya, sesuai