• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPIJM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4 1

DAFTAR ISI

BAB 4 ANALISIS LINGUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI ...2

4.1 Analisis Lingkungan...2

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ...2

4.1.2 Anaisis Dampak Lingkungan, UKL/UPL DAN SPPLH ...6

4.2 Analisis Dampak Sosial ...15

4.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Dan Pembangunan Bidang Cipta Karya ....15

4.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya...18

(2)

BAB 4 2

BAB 4

ANALISIS LINGUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI

4.1 Analisis Lingkungan

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dalam pelaksanaan program pembangunan pada saat ini, ada beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka dibuatkan dokumen SAFEGUARD (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

Peraturan dan perundang – undanganyang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah:

 Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.

 Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

 Undang-undang No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang

 UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 15 (1) : “Setiap

rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup”

 Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak Lingkungan

 PP 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 1 (1), 3 (2) dan 17 : AMDAL terdiri atas :

 Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); dan

 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) yang disusun b Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman Ukuran dampak Lingkungan

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanfaatan lingkungan (UPL)

(3)

BAB 4 3

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD.

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daera h, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting. Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

(4)

BAB 4 4

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

A. PRINSIP DASAR SAFEGUARD

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51/1993, pengertian SAFEGUARD adalah hasil studi mengenai “Dampak Penting” suatu usaha atau kegiatan yang

direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses sedangkan dampak penting adalah suatu perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Untuk ukuran

“dampak penting” menurut keputusan kepala BAPEDAL RI

No.Kep.056/1994 adalah sebagai berikut :

 Jumlah Manusia yang akan terkena dampak, Dampak lingkungan suatu kegiatan menjadi penting bila manusia di wilayah studi SAFEGUARD yang terkena dmpak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah studi.

 Luas Wilayah Persebaran Dampak, dampak lingkungan suatu kegiatan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak , atau tidak berbaliknya dampak, atau kumulatif dampak

 Lamanya dampak Berlangsung, dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi dan pasca operasi)

 Intensitas Dampak, intensitas dampak mengandung pengertian yang timbul bersifat hebat, drastis serta berlangsung didaerah yang bersifat luas, dalam kurun waktu yang relativ singkat. Dengan demikian dampak lingkungan yang tergolong penting antara lain, bila rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang - undangan yang berlaku.

(5)

BAB 4 5

 Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak, Dampak tergolong penting bila dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasikan oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

 Berbalik atau tidak Berbaliknya Dampak, Dampak bersifat penting apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipuluhkan kembali walaupun dengan intervensi manusia

 Safeguard diperlukan untuk Untuk melindungi warga dan lingkungan dari dampak proyek yang merugikan. Pada proyek USRP terdapat potensi besar dampak besar dan penting dan memerlukan pengadaan lahan dan (atau tanpa) pemukiman kembali. Peraturan perundangan RI dan/atau kebijakan operasional Bank Dunia mengharuskan proyek dengan ciri yang demikian dilengkapi AMDAL, dan Rencana Tindak Pengadaan Lahan (dan Pemukiman Kembali, jika perlu).

 Waktu penyiapan Safeguard:

 Sebelum proyek dimulai, sebagai bagian dari FS (Studi Kelayakan)

 Proyek tahun I:

 FS (termasuk kajian safeguard) diselesaikan sebelum appraisal

 Kajian safeguard lingkungan: UKL/UPL

 Kajian safeguard pengadaan lahan tidak ada, karena jenis dan skala proyek telah diseleksi.

B. KERANGA SAFEGUARD

Safeguard sesungguhnya merupakan salah satu alat untuk tujuan pengelolaan lingkungan hidupyang berperan untuk memasukkan pertimbangan –

pertimbangan lingkungan ke dalam proses perencanaan pembangunan Menurut PP/51/1993, pasal 6 menegaskan bahwa SAFEGUARD merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana uasaha atau kegiatan. Ini berarti alternatif yang berkembang dalam studi kelayakan juga perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup sebelum dipilih alternatif yang layak secara teknis, demikian SAFEGUARD akan berperan dalam meningkatkan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

C . PEMBIAYAAN

Sumber Pembiayaan untuk SAFEGUARD ini bersumber dari pemda melalui dana APBD II dan APBD I juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta kalangan swasta.

(6)

BAB 4 6

D . KOMPONEN SAFEGUARD

Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang Pekerjaan Umum adalah beberapa kegiatan pembangunan yang diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan SAFEGUARD yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antar usaha atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha atau kegiatan tersebut.

E. METODE PENGGUNAAN DAMPAK

Bagi rencana atau usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan SAFEGUARD disebabkan tidak ada dampak penting secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tetap diharuskan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan peraturan yang berlaku yang diatur melalui suatu pedoman Umum.

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan lingkungan perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat :

 Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha atau kegiatan yang merupakan sifat proyek itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan.

 Informasi komponen lingkungan yang terkana dampak

 Upaya UKL dan UPL yang harus dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi.Karena UKL dan UPL bukan merupakan bagian dari SAFEGUARD, maka kedua dokumne tersebut tidak dinilai oleh komisi SAFEGUARD, melainkan diarahkan langsung oleh instansi teknis yang membidangi dan bertanggung jawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui suatu petunjuk teknis.

4.1.2 Anaisis Dampak Lingkungan, UKL/UPL DAN SPPLH A . PRINSIP DASAR

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(7)

BAB 4 7

1) Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

2) AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

3) Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

4) Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek 5) Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu, produksi, atau penggunaan:

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

 Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.

 Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak dapat dibiayai.

 Pestisida, herbisida, dan insektisida.

 Konstruksi bendungan (dam).

 Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual, tidak dapat dibiayai.

(8)

BAB 4 8

6) Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

B . KATEGORI PROYEK

Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek, seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek tiap proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan-perundangan Nasional juga dicantumkan dalam tabel.

(9)

BAB 4 9 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup untuk Bi

Pekerjaan Umum/Cipta Karya

Tabel 4.1 Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Di Lengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Untuk Bidang Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

No. Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Besaran

1. Persampahan

a.

Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfill dengan luas landfill

≥ 40 Ha

b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha

c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari 2. Pembangunan Perumahan/Permukiman

a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha

b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha

c. Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha

3. a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha

b. Pembangunan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan

≥ 500 Ha

4. Drainase Permukiman

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- lebar ≥ 5 m

- atau panjang ≥ 10 km

b. Pembangunan saluran di kota sedang

- lebar ≥ 10 m

- atau panjang ≥ 15 km

5. Air Bersih di kota besar/metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha

b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

6.

Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan debit pengambilan

≥ 500 liter /detik

Sumb er :

(10)

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1. Persampahan

a.

Tempat Pembua nga n Akhir (TPA) dengan system control ladfill atau sanitary landfill

Peruba ha n bentang alam dan bentuk lahan, pengaruh pengguna a n teknologinya terhada p lingkung a n fisik - kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis hewan

Gangguan kesehata n, estetika, bau, asap pembaka ra n, emisi bio gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin), pencema ra n air tanah maupun air permukaan

Luas <10 Ha

Kapasitas <10.000 ton

b.

TPA di daerah pasang surut

Ke dalam proses

pembus uka n, kecula i untuk lokasi yang berada di bantaran sungai, tidak dibangun di sekitar sungai/be rba tas an langsung dengan sungai

Leachate (air lindi), gangguan cacing, gangguan lalat, keluhan penduduk sekita r terhadap kebera daa n tempat pembua nga n sampah di sekitar, dll

Luas <5 Ha

Kapasitas <5.000 ton

c.

Pembang una n Transfer Station

(kapasitas operasional) <1.000 ton/hari

d. Pembang una n incenerator Semua Ukuran

e.

Bangunan Komposting dan daur

ulang (kapasita s sampah baku) > 4 ton/hari, >500 m2

2. Pembangunan Perumaha n dan Permukiman

a. Kota Metropolita n (luas) 2 Ha s/d 25 Ha Peruba ha n bentang alam

dan bentuk lahan, eksploita si dan

pemanfaa ta n sumber daya alam yang menimbulkan pemborosa n dan kemeros ota n, pengaruhnya terhada p lingkung a n fisik - kimiaw i, biolog i, sosial ekonomi dan budaya

Peruba ha n tata guna lahan skala kawasan, peruba ha n daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkita n LHR, bangkitan sampah dan limbah, peruba ha n tingkat konsum si air bersih, peruba ha n koefis ie n KDB & KLB, peruba ha n volum e run - off, peruba ha n kawasan resapan air, kesenja nga n sosial dengan masyaraka t sekitar

b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang , Kecil (luas) 2 Ha s/d 100 Ha 3. Peremaja an Perumaha n dan Permukiman

a. Kota Metropolita n & Besar ≥ 1 Ha

Peruba ha n bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkung an sosial, ekonom i dan budaya dan pelesta ria n cagar budaya

Peruba ha n kepada ta n penduduk, peruba ha n tingkat pelayanan prasarana & sarana kota, peruba ha n kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehila nga n bangunan berseja ra h atau pening ka ta n nilai asset bangunan bersejarah

b. Kota Sedang ≥ 2 Ha

c.

Revita lisas i Kawasan (Memfung s ika n kemba li

kawasan) ≥ 1 Ha

4. Pembang una n Instalas i Pengola ha n Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengola han Air Limbah (IPAL)

a. IPLT < 2 Ha

Peruba ha n bentuk lahan, pengaruh proses teknologi terhada p lingkung a n fisik, kimiaw i, biolog i, sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan kesehata n, estetika, bau, pembaha n kualita s air tanah maupun air permuka a n sekitar PILT/IPAL, pembaha n pola mata pencaharia n masyarakat sekitar

b. IPAL < 3 Ha

(11)

BAB 4 11 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/KegiatanSkala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus 5.

Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan Luas Lahan 5 Ha Perubahan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia, biologi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan lokal, bangkitan LHR, sampah, air limbah, peningkatan

kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, sanitasi, sampah, drainase, areal parkir), perubahan KLB, KDB, peningkatan PKL Luas Lantai Bangunan < 10.000 m2

10. Pembangunan Kawasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali

a. Jumlah penduduk yang dipindahkan

50 KK - 200 KK

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya

mempengaruhi lingkungan sosial

Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidakpuasan atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar, perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan,

perkebunan, dll), perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB

(12)

BAB 4 12

b. Luas Lahan Kawasan 2 Ha - 100 Ha

penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik - kimia - biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

kegiatan ini termasuk kawasan yang dipersiapkan untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor: 17/KPTS/M/2003, Tanggal : 3 Februari 2003

Keterangan :

1.

Semua kegiatan yang memerlukan disposal area dan/atau borrow area dengan luas > 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau

> 5 Ha (kawasan perdesaan), memerlukan UKL/UPL

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) :

a. Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 jiwa

b. Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 jiwa

c. Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 jiwa

d. Kota Kecil Populasi 20.000 - 200.000 jiwa

e. Kota Kecamatan Populasi 3.000 - 20.000 jiwa

C . PENGADAAN LAHAN /TANAH

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara:

a) Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena; Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

b) Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang

(13)

BAB 4 13

pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali.

c) Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama;

iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non -material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama. d) Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum, atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut: i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii). penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir – orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf.

e) Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

f) Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

(14)

BAB 4 14

jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta USDRP, akan mengabaikan peraturan-perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif :

 Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

 Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

 Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

 Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada orang-orang yang dipindahkan.

 Cara menghitung kompensasi :

 Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.

 Contoh cara menghitung:

 Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;

 Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan yang sama;

 Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian immaterial

 Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan biaya untuk memperoleh aset yang sama Pengaduan / klaim: Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke:

(15)

BAB 4 15 • Tim Pengawas Safeguards .

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL:

Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan 1. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

2. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis, dan besaran dampak

3. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan. 4. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKL/UPL tersebut.

4.2 Analisis Dampak Sosial

4.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Dan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu-isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut : 1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian

(16)

BAB 4 16

perencanaan maupun tahap pembangunan. 3. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat. 4. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

5. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

6. Transparansi da Auntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan

(17)

BAB 4 17

dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan. 8. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu 9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan- kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

1. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re-Kompak menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

2. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam

(18)

BAB 4 18

Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

4.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor da n Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan. Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal. Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

(19)

BAB 4 19

berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

2. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

3. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

4. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

5. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

A. KEGUNAAN KEGIATAN ANALISIS DAMPAK SOSIAL .

1. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

2. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

3. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

4. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan.

B . PEMILIHAN ALTERNATIF

Keputusan umum dalam PP No. 51/1993 tentang perbedaan jenis SAFEGUARD adalah sebagai berikut :

 SAFEGUARD suatu usaha atau kegiatan seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan yang terdahulu

 SAFEGUARD kegiatan terpadu/multisektor yang merupakan hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan terpadu yang direncanakan

(20)

BAB 4 20

melibatkan satu instansi yang bertanggung jawab.

 SAFEGUARD kawasan yang merupakan hasil studi mengenai dampak lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan atau instansi yang bertanggung jawab

 SAFEGUARD Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai RUTRD denagn melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. C . RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Komisi SAFEGUARD pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang dibentuk oleh menteri atau pimpinan lembaga non Departemen, dan dalam menjalankan tugasnya komisi SAFEGUARD pusat dibantu oleh tim Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen safeguard.

Komisi safeguard Daerah yang terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang dibentuk oleh Gubernur, dan dalam menjalankan tugasnya Komisi Safeguard Daerah dibantu oleh Tim Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen Safeguard.

Komisi Safeguard pusat bertugas untuk :

 Menyusun pedoman teknis pembuatan Dokumen Safeguard yang meliputi pembuatan kerangka acuan Analisis Dampak Lingkungan.

(Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL). Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

 Menanggapi dokumen KA ANDAL.

 Menanggapi dokumen ANDAL.

 Menanggapi dokumen RPL.

 Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang dokumen ANDAL,RKL,RPL.

4.2.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang

(21)

BAB 4 21

menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi- organisasi sosial yang ada di masyarakat.

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika

(22)

BAB 4 22

awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas.

hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik ver tikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Gambar

Tabel  4.1  Jenis  Usaha  Dan/Atau  Kegiatan  Yang  Wajib  Di  Lengkapi  Analisis  Mengenai  Dampak  Lingkungan  Hidup  Untuk  Bidang  Pekerjaan  Umum  Bidang  Cipta Karya
Tabel  4.2  Jenis  Usaha  dan/  atau  Kegiatan  yang  Wajib  di  Lengkapi  UKL-UPL

Referensi

Dokumen terkait

Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis data untuk aplikasi Web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan Microsoft Internet Information Services (IIS)

Perilaku menyimpang di lingkungan pesantren dalam sinetron Pesantren dan Rock n Roll 3 yang dimaksud dalam penelitian ini, dapat dilihat dari cara berpakaian

Tujuannya adalah meningkatkan harga pasar saham perusahaan yang berdampak pada peningkatan potensi kepemilikannya atau peningkatan nilai intrinsik opsi saham (Asyik,

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Nilai

Pengkajian bentuk dan isi seni pertunjukan dengan pendekatan multidisiplin agar mampu memahami konsep dan hakikat bentuk, isi, makna, fungsi, nilai, norma, etika, dan pendidikan

Adapun mengenai dasar hukum yang digunakan oleh hakim dalam memutus perkara is|ba&gt;t nikah bagi orang yang telah meninggal dunia tidak berbeda dengan dasar

Sebagai salah satu bentuk pengakuan resmi, maka dalam melaksanakan program sertifikasi LPTK seyogyanya memiliki suatu standar tertentu yang merupakan

Tradisi liberal-demokratis memandang bahwa kebijakan luar negeri negara-negara demokratis lebih damai (daripada kebijakan negara-negara nondemokratis) salah satunya