• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI PEKERJA MELALUI PERDA PROPINSI SUMUT DALAM MEMBERIKAN HAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI PEKERJA MELALUI PERDA PROPINSI SUMUT DALAM MEMBERIKAN HAM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

51

4.

PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI PEKERJA

MELALUI PERDA PROPINSI SUMUT

DALAM MEMBERIKAN HAM

Surya Nita Uniersitas Pancabudi Medan Suryanita.fhunpab@gmail.com

Abstrak

Anak sebagai penerus bangsa dalam perkembangan hidup belajar, bermain, bergembira, mencapai cita-cita tanpa dibebani tanggung jawab sebagai pekerja. Hak dasar anak sebagai perlindungan HAM oleh Negara melalui Pemerintah Daerah. Penelitian bertujuan menganalisis

pertama perlindungan anak sebagai pekerja di Indonesia; kedua

menganalisis Aturan Propinsi Sumut dalam memberikan perlindungan HAM bagi anak sebagai pekerja. Metode penelitian yuridis normatif membahas pengaturan ketenagekerjaan di Indonesia dan Perda Propinsi Sumut No 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak. Indonesia meratifikasi Konvesi ILO 182 dengan Undang-undang Nomor

1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention Concerning the

Prohibition and Immediate Action for the Elemination of the Worst Forms Child Labour. Setahun sebelumnya Indonesia juga telah meratifikasi Konvesi ILO 138 dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun

1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Converning Minimum

Age For Admission to employment, Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Kepmenakertrans No. Kep. 235/Men/2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Membahayakan Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak, Kepmenakertrans No. Kep.115/Men/VII/2004 Tentang Perlindungan Anak Bekerja Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Propinsi Sumut telah mengeluarkan Perda No. 5 Tahun 2004 sebagai bentuk perlindungan HAM bagi anak sebagai pekerja. Rekomendasi tidak ada lagi anak di Indonesia sebagai pekerja,

(2)

52

negara bertanggung jawab memberikan hak dasar dalam perlindungan HAM.

Kata Kunci: Pekerja Anak, Perda, HAM

Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya anak tidak boleh bekerja karena waktu mereka selayaknya dimanfaatkan untuk belajar, bermain, bergembira, dalam suasana damai dan mendapat kesempatan serta fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan perkembangan fisik, psikologi, intelektual dan sosialnya. Namun pada kenyataan banyak anak dibawah usia 18 Tahun yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, antara lain sektor perikanan, perkebunan, industri, hiburan dan pariwisata yang justru membahayakan anak. Alasan tekanan ekonomi yang dialami orang tua atau faktor-faktor lain seperti budaya dan kebiasaan setempat selalu dijadikan alasan pembenaran mempekerjakan anak pada sektor-sektor usaha yang berpotensi membahayakan keselamatan, kesehatan dan masa depan.

Indonesia telah banyak meratifikasi ILO yang memberikan perlindungan bagi anak sebagai pekerja, selain itu telah disahkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan sebagai aturan pelaksana yang memberikan perlindungan bagi anak sebagai pekerja. Pemerintah

Daerah sebagai perpanjangan tangan negaraa memberikan

penghargaan, perlindungan dan memenuhi segala hak dasar HAM khususnya anak di daerah masing-masing dalam bentuk peraturan daerah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini berjudul “Perlindungan Anak Sebagai Pekerja Melalui Perda Propinsi Sumut Dalam Memberikan HAM’.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah pertama

(3)

53

Indonesia?; kedua bagaimana pengaturan hukum Propinsi Sumut dalam

memberikan perlindungan HAM bagi anak sebagai pekerja?

Metode Penelitian

Metode penelitian yuridis normatif membahas pengaturan

ketenagekerjaan di Indonesia dan Perda Propinsi Sumut No 5 Tahun 2004 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bentuk-Bentuk

Pekerjaan Terburuk Bagi Anak. Setelah seluruh peraturan

ketenagakerjaan diperoleh dan dikumpulkan sebagai bahan pustaka. Kemudian dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan memamparkan secara keseluruhan peraturan ketenagakerjaan di Indonesia khususnya pekerja anak dan peraturan pelaksana seperti Peraturan Daerah di Propinsi Sumatera Utara dalam memberikan perlindungan bagi anak sebagai pekerja.

Tinjauan Pustaka

Pengertian perlindungan anak adalahsuatu usaha mengadakan kondisi

dan situasi yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajipan anak secara manusiawi positif (Arif Gosita, 1989:3.[1].Suatu kegiatan bersama yaang bertujuan mengusahakan, pengamanan, pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmani anak/remaja yang sesuai dengan kepentingannya dan hak asasinya.

Pengertian pekerja berdasarkan Pasal 1 angka 4 adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbaaln dalam bentuk apapun. Pegertian ni maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apa pun karena penegasan dalam bentuk apapun tidak harus uang menerima imbalan dapat berupa barang (Lalu Husni, 2012:45).[2]

Bagi pekerja hubungan hukum dengan pemberi kerja bersifat keperdataan yaitu dibuat diantara para pihak yang mempunyai

(4)

54

kedudukan perdata. Hubungan hukum antara kedua pihak selain diatur dalam perjanjian kerja yang ditanda tangani para pihak (hukum otonom) juga diatur dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh instansi atau lembaga yang berwenang (hukum heteronom) (Danang Sunyoto, 2013:20).[3]

Pengertian Peraturan Daerah merupakan hasil kerja sama antar pihak Legislatif daerah (DPRD) dengan Eksekutif (Kepala Daerah) yang di dalamnya mengatur kepentingan umum yang ada di daerah bersangkutan. Keputusan Kepala Daerah adalah suatu bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah (Bupati dan Walikota).[4]

Pengertian Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi. Hak asasi manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu yang mendasar, fundamental dan penting. Berdasarkan pada berbagai instrumen hak asasi manusia internasional, saat ini terdapat lebih dari 50 (lima puluh) kategori hak yang dilindungi, yang mencakup: hak-hak sipil dan politik, yang menjamin hak-hak individual dihadapan hukum dan jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sipil, politik dan ekonomi (Zainal.Abidin dan Surya Nita, 2018:14).[5]

Hasil Penelitian

Perlindungan Hukum Anak Sebagai Pekerja Di Indonesia

Indonesia meratifikasi Konvesi ILO 182 dengan Undang-undang Nomor

1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention Concerning the

Prohibition and Immediate Action for the Elemination of the Worst Forms Child Labour. Setahun sebelumnya Indonesia juga telah meratifikasi Konvesi ILO 138 dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Converning Minimum Age For Admission to employment, Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Kepmenakertrans No. Kep. 235/Men/2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak, Kepmenakertrans No. Kep.115/Men/VII/2004 Tentang

(5)

55

Perlindungan Anak Yang Bekerja Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Dari peraturan ini mengatur tentang jenis pekerjaan yang diperbolehkan bagi anak sebagai berikut:

ü pekerjaan ringan;

ü jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh anak usia 13 sampai 15

thn;

ü tidak mengganggu keselamatan, kesehatan moral dan

pendidikan anak;

ü anak usia 14 tahun dapat bekerja pada diklat dengan syarat : diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan;

ü bimbingan serta pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dan

diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengaturan Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (BPTA) berdasarkan Keputusan Menteri Tenagakerja sebagai berikut:

ü Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

ü Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau

menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian;

ü Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau

melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya semua jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak.

Jika dihubungkan dengan hak asasi manusia di Indonesia bahwa negara menjamin adanya perlindungan HAM di Indonesia hal ini tertuan pada Pasal 28A-28J Undang-Undang 1945, hak asasi manusia mencakupi:

ü Hak untuk hidup serta hak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.

ü Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah.

(6)

56

serta hak anak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

ü Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, hak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

ü Hak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan

haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

ü Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

ü Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang

adil dan layak dalam hubungan kerja.

ü Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

ü Hak atas status kewarganegaraannya.

ü Hak bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

ü Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran

dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

ü Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pendapat.

ü Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,

ü Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

ü Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,

ü Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan

untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(7)

57

ü Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia

ü Hak memperoleh suaka politik dari negara lain.

ü Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

ü Hak memperoleh pelayanan kesehatan.

ü Hak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

ü Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

ü Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak

boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun

ü Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan

pikiran dan hati nurani, hak beragama

ü Hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

ü Hak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan hak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

ü Hak Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Sementara itu, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak asasi manusia dibagi setidaknya kedalam 10 (sepuluh) jenis hak, yaitu: Hak untuk hidup; Hak berkeluarga; Hak mengembangkan diri; Hak memperoleh keadilan; Hak atas kebebasan pribadi; Hak atas rasa aman; Hak atas kesejahteraan; Hak turut serta dalam pemerintahan; Hak wanita, dan Hak anak.

(8)

58

Kewajiban untuk menghormati: Negara memiliki “kewajiban untuk menghormati” (obligation to respect) berarti bahwa Negara berkewajiban untuk menahan diri untuk tidak melakukan intervensi, kecuali atas hukum yang sah (legitimate). Kewajiban ini mengandung larangan tindakan tertentu yang dapat merusak penikmatan hak. Misalnya, berkenaan dengan hak untuk pendidikan, itu berarti bahwa Pemerintah harus menghormati kebebasan orang tua untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta dan untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri. Kewajiban untuk melindungi hak bukan hanya terhadap pelanggaran yang dilakukan negara, namun juga terhadap pelanggaran atau tindakan yang dilakukan oleh entitas atau pihak lain (non-negara) yang akan mengganggu perlindungan hak asasi manusia. Kewajiban negara untuk menghormati adalah kewajiban paling dasar. Negara memiliki wewenang yang luas sehubungan dengan kewajiban ini. Kewajiban untuk memenuhi: Negara-negara diminta untuk mengambil tindakan positif untuk memastikan bahwa hak asasi manusia dapat dilaksanakan. kewajiban Negara untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif yudisial, dan praktis, yang perlu untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia. Sehubungan dengan hak atas pendidikan, misalnya, Negara harus memberikan cara dan sarana untuk pendidikan dasar gratis dan wajib untuk semua, pendidikan menengah gratis, pendidikan tinggi, pelatihan kejuruan, pendidikan orang dewasa, dan penghapusan buta huruf (termasuk langkah-langkah seperti mendirikan sekolah umum yang cukup atau menyediakan cukup banyak guru) selain itu bahwa negara menjamin anak memiliki hak dasar untuk tidak dibebani dengan mencari uang sebagai pekerja, negara memastikan perlunya perlindungan bagi anak dari permasalahan ekonomi baik kebutuhan dasarnya dijamin oleh negara. Anak sebagai makhluk yang harus dilindungi dari tindakan kekerasan, kewajiban

(9)

59

untuk mencari nafkah bagi kebutuhan ekonominya menjadi tanggung jawab negara dalam memberikan perlindungan hak asasi manusia. Pengaturan Hukum Propinsi Sumut Dalam Memberikan Perlindungan HAM Bagi Anak Sebagai Pekerja

Propinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki posisi dan letak yang sangat strategis yang menyebabkan daerah ini sejak dahulu tumbuh sebagai kawasan perkebunan, perikanan, pariwisata dan lain sebagainya yang menyumbang pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Sementara itu pada sisi yang lain pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dalam berbagai sektor tadi mempekerjakan tenaga kerja yang juga sebagian turut melibatkan anak-anak. Termasuk diantaranya anak-anak tersebut dipekerjakan pada tempat-tempat yang berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.

Pemerintah daerah merupakan pelaksana asas desentralisasi di mana pemerintah pusat menyerahkan sebagian urusannya kepada daerah untuk dikelola secara mandiri. Dalam konteks ini Pemerintah daerah diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, antara lain melalui penerbitan produk hukum daerah. Melalui kewenangan yang dimilikinya, pada dasarnya pemerintah daerah mempunyai peluang yang cukup baik untuk menerapkan gagasan Kota HAM yang sedang berkembang saat ini. Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban negara dalam melaksanakan hak asasi manusia. Secara nasional, hak asasi manusia telah menjadi bagian dari hukum Indonesia.

Tanggung Jawab, Kewenangan dan Tugas Pemerintah Daerah Terhadap Hak Asasi Manusia berdasarkan Pasal 18 UUD 1945, penyelenggaraan pemerintaan daerah dilakukan secara desentralisasi melalui pemberian otonomi daerah. Penerapan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan ini dapat dikatakan telah diterima secara universal sebagai suatu solusi dari sebuah kondisi bahwa tidak semua urusan pemerintahan dapat diselenggarakan secara sentralisasi. Terutama mengingat kondisi geografis, kompleksitas

(10)

60

perkembangan masyarakat, kemajemukan struktur sosial dan budaya lokal serta adanya tuntutan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur hak asasi manusia ditegaskan kembali dengan munculnya Peraturan Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2012 dan Nomor 77 Tahun 2012 tentang Parameter Hak Asasi Manusia Dalam Pembentukan Produk Hukum Daerah. Tugas HAM Pemerintah Daerah dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama, yaitu: tugas untuk menghormati, kewajiban untuk melindungi dan tugas untuk memenuhi.

Dalam pemberian perlindungan kepada anak sebagai pekerja telah dilakukan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan mengesahkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2004 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak dimana ruang lingkup dan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk diatur pada Pasal 2 menyebutkan bahwa bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak meliputi sektor kegiatan usaha : Perikanan, Perkebunan, Industri, Hiburan dan Pariwisata serta bidang-bidang usaha lain yang berpotensi menciptakan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. Bentuk pekerjan terburuk diatur pada Pasal 3 menyebutkan bahwa:Bentuk-bentuk pekerjaan yang terburuk bagi anak adalah :

ü Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya ;

ü Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau

menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian ;

ü Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau

melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya ; dan/ atau

ü Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan,

atau moral anak.

Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d Pasal ini ditetapkan

(11)

61

dengan Keputusan Kepala Daerah. Sehingga ketentuan ini jelas membatasi ruang lingkup dan bentuk pekerjaan terburuk bagi anak yang tidak boleh anak untuk dipekerjakan. Pencegahan Dan Penanggulangan Pasal 4 adalah siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk. Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota, Aparat Penegak Hukum berkewajiban mengeluarkan anak yang ditemukan bekerja pada tempat bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. Apabila anak yang mengalami tindakan pekerjaan yang terburuk bagi anak Pemerintah Daerah melakukan rehabilitasi hal ini diatur di dalam Pasal 6 yang menyebutkan bahwa: Setiap anak yang telah dipekerjakan dan atau bekerja di tempat-tempat pekerjaan terburuk bagi anak berhak mendapatkan rehabilitasi; Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini berupa :

ü Pengembalian anak yang telah dipekerjakan kepada keluarga dan

lingkungan sosialnya ;

ü Pemberian kesempatan dan fasilitas belajar bagi anak yang masih

dalam usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya ;

ü Pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan yang bernilai

produktif sesuai dengan bakat dan minat ;

ü Pemulihan kesehatan dan psikologi anak.

Prosedur dan mekanisme pelaksanaan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Dalam pelaksanaan pemantauan terhadap anak yang dipekerjakan bentuk pekerjaan terburuk bagi anak adanya peran serta masyarakat bersama pemerintah untuk pencegahan dan penanggulangan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak berupa memberikan bantuan advokasi; dan atau memberikan bantuan moril dan materil. Peran Pemerintah Daerah dengan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dikoordinir oleh Organisasi Perangkat Daerah. Setiap pengusaha atau perusahaan wajib memberikan akses kepada komisi Pemantau untuk melakukan

(12)

tugas-62

tugas pemantauan dan pengawasan sesuai dengan Peraturan Daerah ini. Pemerintah Daerah menyediakan biaya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini. Selain itu disiapkan pegawai pengawas ketenagakerjaan dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan penyidik PPNS sebagai berikut:

ü melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta

keterangan tentang tindak pidana di bidang ketenaga-kerjaan;

ü melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan

tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;

ü meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan

hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;

ü melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti

dalam perkara tindak pidana di bidang ketenaga-kerjaan;

ü melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain

tentang tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;

ü meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; dan

ü menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti

yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.

Pengusaha atau Perusahaan yang melanggar ketentuan Pasal 11 Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi berupa : Teguran; Peringatan secara tertulis Pencabutan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini perlu adanya revisi karena Pemerintah Daerah tidak dapat menjatuhkan sanksi pidana karena ini aturan daerah sanksi hanya berupa teguran, peringatan secara tertulis dan pencabutan izin, namun hendaknya Pemerintah Daerah

(13)

63

tidak mengizinkan perusahan mempekerjakan anak sebagai pekerja sebaiknya Pemerintah Daerah menanggung segala kebutuhan anak baik perekenomian, pendidikan, kesejatan dan kesejahteraan menjadi kewajiban pemerintah daerah sebagaimana tanggung jawab dan tugas Pemerintah Daerah sebagai perpanjangan tangan negara dalam memberikan perlindungan HAM.

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berkut:

ü Indonesia meratifikasi Konvesi ILO 182 dengan Undang-undang

Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention

Concerning the Prohibition and Immediate Action for the Elemination of the Worst Forms Child Labour. Setahun sebelumnya Indonesia juga telah meratifikasi Konvesi ILO 138 dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Converning Minimum Age For Admission to employment, Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Kepmenakertrans No. Kep.

235/Men/2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yang

Membahayakan Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak,

Kepmenakertrans No. Kep.115/Men/VII/2004 Tentang

Perlindungan Anak Yang Bekerja Untuk Mengembangkan Bakat Dan Minat dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

ü Bahwa Pemerintah Propinsi Sumut telah mengeluarkan Perda

No. 5 Tahun 2004 sebagai bentuk perlindungan HAM bagi anak sebagai pekerja.

Rekomendasi

üBahwa perlu ada pengaturan tentang bahwa anak Indonesia tidak

(14)

64

ü Bahwa tidak ada lagi anak di Indonesia sebagai pekerja, negara

bertanggung jawab memberikan hak dasar anak dalam

perlindungan HAM baik perekonomian, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan menjadi dasar hak asai bagi anak.

Dafatar Pustaka

Arif. Gosita, 2005, Masalah Perlindungan Anak, Akademi Presindo,

Jakarta.

Husni. Lalu, 2012, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi

Revisi, Rajawali Press, Jakarta.

Sunyoto. Danang, 2013, Hak dan Kewajiban bagi Pekerja dan

Pengusaha,Pustaka Yustisia, Jakarta.

https://telingasemut.blogspot.com/2016/03/pengertian-peraturan-daerah.html, dikutip tanggal 18 November 2019 pukul 15.30 wib.

Zainal Abidin dan Surya Nita, 2018, Naskah Akademik Kabupaten

Ramah HAM, Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

6.3 Melakukan perawatan wajah berkomedo 6.4 Memberikan saran pasca perawatan 6.5 Membereskan area kerja... STANDAR KOMPETENSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan gejala burik; (2) kerusakan jaringan kulit buah manggis yang bergejala burik; (3) spesies trips yang menyerang bunga

Hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa dari 4 variabel yang ada dalam penelitian ini (kesempatan investasi, kebijakan keuangan, risiko & kinerja keuangan),

Dua cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED)

Relationship between thermomechanical properties and baking expansion of sour cassava starch (Polvilho azedo).. Journal of the Science of Food

Aku menolak teknologi tanpa kendali Aku tak mau mengijonkan masa depan Demi listrik sedikit banyak keruwetan Sama sekali ku tak anti teknologi Tapi aku lebih percaya pada hati Aku

- Orang tersebut harus memiliki tik yang terjadi berkali-kali sehari, hampir setiap hari atau setidaknya 4 minggu, tetapi tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut.. -

Obeservasi kelas bertujuan untuk memberikan gambaran nyata tentang proses belajar mengajar yang dilaksanakan dikelas. Sehingga melalui obeservasi ini mahasiswa dapat