• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB.IIi ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB.IIi ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB.IIi

ARAHAN KEBIJAKAN

DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b) menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta (e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan.

UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah, serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun 2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas infrastruktur seperti jalan, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara (bandara), energi, ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed

(2)

and mobile phone). Di samping itu, upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air minum dengan tujuan untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan airnasional.

Dalam upaya percepatan pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.

Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen (BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus di daerah perkotaan (Riskesdas, 2013).

Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaanpenyediaan air minum dan sanitasi saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan.Penyediaan layanan sanitasi belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan).

Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan kumuh terutama di perkotaan. Berdasarkan hasil pengukuran oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Pemda DKI Jakarta hingga bulan Oktober 2014, tercatat masih terdapat 38,431 Ha kawasan kumuh yang tersebar di Indonesia. Meskipun telah banyak program-program penanganan kumuh yangdiimplementasikan di Indonesia, penerapan program tersebut masih belum optimal menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan persoalan kumuh secara tuntas.

Arahan yang diamanatkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 dalam bidang permukiman adalah:

(3)

 Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga terwujud 100% akses air minum dan sanitasi dengan indikator meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi I00% dan sanitasi layak menjadi 100%

 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh dengan indikator berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%

 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a.Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) b.Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

c.Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) d.Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(4)

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Provinsi

Sumatera Utara

No Provinsi PKN PKW

1 Sumatera Utara KawasanPerkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro) Tebingtinggi, Sidikalang, pematangSiantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, GunungBalige, Padang Sidempuan, Sibolga

Tabel 3.2Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

No KawasanStrategis

Nasional SusutKepentingan Kabupaten/Kota Provinsi Status Hukum 1 Pulaukecilterluar

(Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia Sumatera Utara 2 Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)

Ekonomi Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo

Sumatera

Utara Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo 3 KawasanDanau Toba dan Sekitarnya Lingkungan

Hidup Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab. Simalungun, Kab. Toba, Kab. Pakpak Bharat Sumatera Utara

A. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

i. Ekonomi

(5)

iii. Sosial Budaya

iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi v. Tinggi

vi. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a. Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b. Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase.

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN Provinsi Sumatera Utara yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo.

B. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dan lain-lain.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

C. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

(6)

D. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana rinci kawasan strategis.

Kawasan strategis kabupaten berfungsi :

1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;

3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur dan rencana pola ruang;

4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan

(7)

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten;

2. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan;

3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

4. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan 5. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria :

1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan;

2. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten;

3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;

4. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

a. potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; c. potensi ekspor;

d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan;

g. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi; atau

h. kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam

wilayah kabupaten;

5. Merupakan kawasan budi daya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai strategis sosial budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang merupakan:

a. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; b. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

c. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; d. tempat perlindungan peninggalan budaya;

e. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

atau

f. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

6. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang memiliki :

a. peruntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

(8)

b. sumber daya alam strategis;

c. fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; d. fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e. fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

7. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain merupakan :

a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau

fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. kawasan rawan bencana alam; atau

g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

8. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan spasial wilayah kabupaten; dan

9. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten. Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan kawasan strategis kabupaten didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan.

Untuk Kabupaten Pakpak Bharat tidak terdapat kebijakan tentang Kawasan Strategis Nasional dan Propinsi Sumatera Utara. Maka secara lokalitas, terdapat beberapa kawasan yang dapat diusulkan sebagai kawasan strategis kabupaten (lokal), yaitu :

1. Kawasan Strategis Ekonomi

Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi memiliki kriteria :

 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh.

 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi kabupaten.

 Memiliki potensi ekspor.

 Didukung jaringan parasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.

 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan kabupaten.

 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan wilayah.

Kawasan-kawasan ini pada kondisi eksisting sekarang telah menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan cepat atau kawasan yang berpotensi tumbuh dengan cepat sehingga memerlukan prioritas penanganan yang menerus dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Fokus penanganan tidak hanya ditujukan pada upaya mengoptimalkan proses dan kinerja pertumbuhan sektor-sektor produktif di kawasan, namun juga pada upaya pengendalian perkembangan fisik

(9)

kawasan agar tidak melampaui daya dukung lingkungan. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam kategori ini adalah : Salak – Sindeka, Sukaramai, Sibande, Lae Ikan, Siempat Rube, Singgabur-Ulu Merah, Tinada, Bandar Baru, Kecupak dan Sibagindar.

2. Kawasan Strategis Lingkungan Hidup

Suaka Margasatwa Siranggas dan Danau Sicike-cike;Kawasan SM. Siranggas ini dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat baik pribadi maupun umum. Perjalanan dimulai dari Medan menuju kota Sidikalang sejauh lebih kurang 150 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Perjalanan dilanjutkan menuju Kecamatan Salak (tepatnya di Desa Kecupak) sejauh kurang 32 Km. Bagi yang menggunakan kendaraan umum, perjalanan dari Medan hanya sampai di Sidikalang untuk selanjutnya dengan menggunakan pengangkutan yang lain meneruskan perjalanan ke Desa Kecupak. Kemudian deri Desa Kecupak ke lokasi Suaka Marga satwa Siranggas harus berjalan kaki sejauh lebih kurang 2 Km. Sementara untuk Kawasan Danau Sicike-cike dapat di tempuh melaui Kecamatan Siempat Rube dengan menggunankan Kenderaan Roda empat dan kemudian dilanjutkan dengan kenderaan roda dua.

Peranan yang paling utama diharapkan pada kawasan Suaka Margasatwa Siranggas dan Danau Sicike-cike ini adalah sebagai habitat dalam mempertahankan keanekaragaman jenis yang dalam mempertahankan keanekaragaman jenis yang terdapat di dalamnya. Kawasan ini juga sebagai habitat satwa, seperti Harimau Sumatera, Rusa, Kiah-kiah, Kancil, Beruang dan Trenggiling.

Pohon yang berbatang relatif kurus (Siranggas berarti kurus) adalah mencerminkan kondisi ekosistem yang berbeda dengan tempat lain meskipun jenis vegetasinya sama. Faktor tanah, iklim, cuaca, ketinggian adalah faktor yang menentukan kondisi tersebut. Untuk mengungkapkan hal tersebut harus dilakukan penelitian yang seksama. Pada masa mendatang pengembangan kawasan ini, lebih ditujukan sebagai laboratorium penelitian, dan sumber plasma nutfah.

Kawasan Hutan Lindung di Sitellu Tali Urang Jehe dan Salak; Kriteria kawasan strategis ini dilihat dari sudut pandang kepentingan fungsi dan daya lingkungan hidup, maka ditetapkan sebagai :

1. Kawasan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.

2. Aset berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau yang hampir punah harus dilindungi dan/atau dilestarikan.

3. Kawasan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro wilayah

4. Kawasan rawan bencana alam dan sangat menentukan dalam perubahan rona alam (rentan) serta mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan Untuk menetapkan kawasan-kawasan strategis yang sudah diidentifikasikan di atas ada baiknya untuk mencermati kawasan tersebut dari sisi kriteria kawasan strategis yang sudah ditetapkan.Dengan demikian untuk kawasan strategis kabupaten dapat diusulkan kawasan berikut :

(10)

1. Kawasan Strategis Ekonomi yang terdiri dari Kota Salak – Sindeka, Sukaramai, Sibande, Lae Ikan, Siempat Rube, Singgabur-Ulu Merah, Tinada, Bandar Baru, Kecupak dan Sibagindar.

2. Kawasan Strategis Sosial Budaya adalah Kecamatan Salak dan Pergetteng-getteng Sengkut

3. Kawasan Strategis Lingkungan Hidup yang terdiri dari Kawasan Suaka Margasatwa Siranggas, Danau Sicike-cike dan Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Salak.

Tabel 3.2 Kriteria Kawasan Stategis

NO. KRITERIA KAWASAN STRATEGIS*) POTENSI KAWASAN STRATEGIS

1 2 3

A Memiliki nilai strategis ekonomi

a.potensi ekonomi cepat tumbuh; √ b.sektor unggulan yang dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi √

c.potensi ekspor √

d.dukungan jaringan prasarana dan fasilitas

penunjang kegiatan ekonomi √ e.kegiatan ekonomi yang memanfaatkan

teknologi tinggi √

f.fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan

√ g.fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi

sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi

h.kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten

√ B Memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber

daya alam dan/atau teknologi tinggi

a.peruntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi,

pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

b.sumber daya alam strategis √

c.fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

d.fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir

e.fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis

C Memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a.tempat perlindungan keanekaragaman hayati √ b.kawasan lindung yang ditetapkan bagi

perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan

(11)

NO. KRITERIA KAWASAN STRATEGIS*) POTENSI KAWASAN STRATEGIS c.kawasan yang memberikan perlindungan

keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian

√ d.kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap keseimbangan iklim makro √

e.kawasan yang menuntut prioritas tinggi

peningkatan kualitas lingkungan hidup √

f.kawasan rawan bencana alam √

g.kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan

Jumlah Poin 7 1 8

Keterangan : 1 = Kawasan Strategis Ekonomi; 2=Kawasan Strategis Sosial Budaya;3= Kawasan Strategis Lingkungan Hidup

(12)
(13)

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Arah dan kebijakan pembangunan jangka menengah Propinsi Sumatera Utara tahun 2013-2018 dibagi dalam beberapa tahapan. Pada Tahun pertama arah kebijakan pembangunan difokuskan untuk mengatasi berbagai permasalahanpembangunan menahun dan mendesak untuk segera ditangani, antara lain transportasi, permukiman, sarana dan prasarana infrastruktur lainnya. Selain itu, upaya pembenahan birokrasi pemerintahan yang lebih akuntabel dan transparan serta penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik.

Arah kebijakan pembangunan tahun Kedua merupakan lanjutan dari tahun pertama pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018. Penanganan permasalahan pembangunan yang mendesak seperti kesehatan, pelaksaan pelayanan umum lainnya terus dilaksanakan secara konsisten untuk memastikan adanya penyelesaian yang konfrenhensif terhadap permasalahan tersebut.

Arah Kebijakan pembangunan tahun ketiga dilaksanakn untuk memastikan kesinambungan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode tahun pertama dan kedua dengan tetap menekankan pada perbaikan dan penyempurnaan pelayanan pemerintah daerah.

Arah Kebijakan pembangunan tahun keempat adalah untuk memantapkan capaian pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dengan terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah. Pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pada tahun keempat diarahkan pada upaya untuk mensinergikan capaian pembangunan dimasing-masing bidang/sektor agar terwujud pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang berkelanjutan secara fisik, sosial, dan ekonomi.

Tahun kelima pelaksanaan RPJMD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018 merupakan tahap konsolidasi untuk memastikan terjadinya perubahan dan pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah sesuai dengan target yang ditetapakan. Arah kebijakan pembangunan tahun kelima difokuskan pada bidang/sektor yang masih perlu ditingkatkan pencapaian kinerjanya berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap capaian program prioritas yang telah dilakukan salama 4 tahun. Selain itu capaian pembangunan daerah pada tahun kelima menjadi dasar untuk penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan pada periode keempat pelaksanaan RPJPD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.

3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

Pusat-pusat Permukiman yang menjadi pusat pelayanan wilayah umumnya merupakan wilayah kawasan perkotaan yang menjadi simpul pelayanan bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Semakin besar ukuran dan semakin kompleks fungsi suatu kawasan perkotaan akan semakin luas pula jangkauan pelayanannya (service area).

Rencana pengembangan sistem perkotaan dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup

(14)

Kabupaten Pakpak Bharat. Pengembangannya dilakukan melalui pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan secara hirarkhi sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat-pusat kegiatan atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting), baik yang menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sedangkan arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Dalam kajian pola keterkaitan (lingkages) antar simpul/pusat ini akan dipertimbangkan :

 Identifikasi simpul/pusat dan keefektifannya sebagai puast pelayanan;

 Orientasi dan jarak pelayanan pusat yang bersangkutan;

 Administrasi pemerintahan, terutama pada tingkat kecamatan dan kabupaten.

Dari olah data lapangan dan informasi kewilayahan pendukung RTRW Kabupaten Pakpak Bharat, pusat pelayanan yang efektif di pedesaan adalah desa yang memiliki pasar mingguan, yang melayani atau menjadi orientasi dari desa-desa di sekitarnya. Pelayanan yang paling efektif dalam hal ini adalah pelayanan ekonomi, khususnya perdagangan yang mencakup pemasaran produksi dan distribusi barang konsumsi.

Ibukota kecamatan (IKK) mempunyai pelayanan ekonomi, pelayanan sosial, pelayanan administrasi, pemerintahan kecamatan dan jasa-jasa lainnya, sedangkan ibukota kabupaten mempunyai pelayanan yang lebih kompleks/lengkap. Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut :

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada pada Kota Salak dengan fungsi utama sebagai;

 Pusat pemerintahan kabupaten.

 Pusat perdagangan dan jasa, industri, dan permukiman skala lokal.

 Pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perhubungan.

 Pusat pelayanan Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) berada pada Kota Sukaramai dan Sibande dengan fungsi utama sebagai;

 Pusat pemerintahan kecamatan

 Permukiman perkotaan dan jasa transportasi

 Kawasan penunjang agropolitan, perdagangan dan jasa, industri, dan pertambangan.

 Pusat pelayanan pendidikan menengah untuk pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan industri.

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berada pada Kota Kecupak, Ulu Merah, Pagindar, Tinada, dan Jambu Rea dengan fungsi utama sebagai;

 Pusat pemerintahan kecamatan

 Permukiman perdesaan

 Kawasan penunjang agropolitan

 Pusat perdagangan dan jasa, pariwisata, dan pertambangan.

 Pusat pendidikan menengah bidang pertanian tanaman pangan, pariwisata, bidang lingkungan dan kehutanan, serta holtikultura.

Lebih jelasnya rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, dapat dilihat pada Tabel 3.4

(15)

Tabel 3.3 Rencana Sistem Kota di Kabupaten Pakpak Bharat

No Ibukota Kecamatan/

Kabupaten Fungsi Hirarki Fungsi Utama 1 Kota Salak PKL

Pusat Pemerintahan Kabupaten

Perdagangan & Jasa

Pusat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Pusat Informasi dan komunikasi

Industri

Pendidikan

Kesehatan

Pertanian tanaman pangan

Perhubungan

Permukiman

2 Sukaramai PPK

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Jasa transportasi intra regional

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Perikanan

Pertanian tanaman pangan dan perkebunan

Perdagangan dan jasa

Permukiman

Pertambangan

Industri/kerajinan

Perhubungan

Pariwisata

Pusat pelayanan pendidikan menengah untuk pertambangan dan perkebunan

3 Sibande PPK

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Agropolitan

Jasa transportasi regional

Industri/kerajinan

Perhubungan

Perdagangan dan jasa

Ekowisata

Pusat pelayanan pendidikan menengah untuk kehutanan dan industri/kerajinan

4 Kecupak PPL

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, perdagangan dan jasa, sosial, pariwisata

Pusat pelayanan pendidikan menengah bidang pertanian tanaman pangan

5 Ulumerah PPL

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Pusat pertanian tanaman pangan, perikanan, jasa, sosial, pariwisata, pertambangan (galian C)

(16)

No Ibukota Kecamatan/

Kabupaten Fungsi Hirarki Fungsi Utama

Pusat pelayanan pendidikan menengah pariwisata dan kerajinan

Pusat pariwisata budaya/sejarah 6 Sibagindar PPL

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan dan jasa, sosial, perhubungan

Pusat pelayanan pendidikan menengah 7 Tinada PPL

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,industri, perdagangan dan jasa, sosial, pariwisata hutan alam dan budaya

Pusat pelayanan pendidikan menengah bidang lingkungan dan kehutanan

Sub pusat pelayanan ekowisata 8 Jambu Buah Rea PPL

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Tempat Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pakpak

Permukiman

Agropolitan

Pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perdagangan dan jasa, sosial, pariwisata, industri kerajinan, dan perhubungan

Pusat pelayanan pendidikan menengah bidang pangan dan holtikultura

Pusat pariwisata budaya/sejarah Sumber : RTRW Kabupaten Pakpak Bharat 2012-2032

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

a. Rencana pengembangan sistem jaringan air bersih yang dilayani Non PDAM (swadaya)

 Penyusunan Masterplan Sistem Penyediaan Air Bersih

 Pembentukan kelembagaan Badan Pengelola Air Bersih Desa (BPABD)

 Pelatihan sumber daya manusia pengelola Badan Pengelola Air Bersih Desa (BPABD)

 Detail Desain (DED) Sistem Penyediaan Air Bersih Desa dengan teknologi tepat guna di masing-masing daerah layanan Badan Pengelola Air Bersih Desa (BPABD)

 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih Sederhana dengan kapasitas pengolahan 5 liter/detik di masing-masing sumber mata air desa.

 Pemasangan pipa distribusi air bersih di masing-masing daerah layanan Badan Pengelola Air Bersih Desa (BPABD).

(17)

b. Rencana pengembangan sistem jaringan air bersih yang dilayani

 Peningkatan cakupan pelayanan di Kecamatan Salak mencapai 90% dari penduduk Kecamatan Salak pada Tahun 2030, selengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

 Kebutuhan air Kabupaten Pakpak Bharat sampai Tahun 2030 adalah 99,69 L/detik, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.

 Pemasangan Sambungan Rumah di Kecamatan Salak mencapai 186 unit pada Tahun 2030

 Peningkatan kapasitas pengolahan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) yang sudah ada

 Peningkatan kualitas pelayanan dan pemeliharaan

 Peningkatan manajemen kelembagaan dan sumber daya manusia Tabel 3.4 Rencana Lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sederhana

No. Kecamatan Lokasi Mata Air IPA Sederhana (liter/detik)

1 Salak Desa Salak II

Desa Bongmanalu Desa Kutatinggi

5 5 5 2 Sitellu Tali Urang Jehe Desa Malum

Desa Bandarbaru Desa Perjaga

5 5 5

3 Pagindar Desa Pagindar 5

4 Sitellu Tali Urang Julu Desa Silimakuta 5 5 Pergetteng-getteng

Sengkut Desa Kecupak I 5

6 Kerajaan Desa Sukaramai

Desa Perduhapen 5 5

7 Tinada Desa Mahala

Desa Tinada Desa Kutababo

5 5 5 8 Siempat Rube Desa Kuta Junga

Desa Mungkur

Desa Mungkur (2 lokasi)

5 5 5 Sumber : RTRW Kabupaten Pakpak Bharat 2012-2032

Angka kehilangan air sistem perpipaan Kabupaten Pakpak Bharat cukup tinggi, yaitu sebesar 43%. Kondisi ini diakibatkan kondisi pipa yang sudah tua dan kebocoran pipa. Maka untuk mengatasinya perlu dilakukan peremajaan pipa serta penyesuaian kapasitas sistem dengan memperhitungkan 20% tingkat kebocoran.

(18)

Tabel 3.5 Rencana Kebutuhan air Kabupaten Pakpak BharatTahun 2012-2032

No. Kecamatan 2012 2017

Kebutuhan Tingkat Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Tingkat Jumlah Kebutuhan Air Bersih Pelayanan Sambungan Kran Umum Air Bersih Pelayanan Sambungan Kran Umum

Air Bersih Rumah Air Bersih Rumah

(l/detik) (%) (unit) (unit) (l/detik) (%) (unit) (unit)

1 Salak* 2.02 30 249 41 4.27 50 527 37

2 Sitellu Tali Urang Jehe** 0.52 0 - 90 2.54 20 314 88

3 Pagindar** 0.07 0 - 12 0.11 5 14 19

4 Sitellu Tali Urang Julu** 0.19 0 - 33 0.51 10 63 39

5 Pergetteng-getteng Sengkut** 0.19 0 - 32 0.45 10 55 35 6 Kerajaan** 0.52 0 - 89 2.42 20 299 84 7 Tinada** 0.32 0 - 55 1.45 20 179 50 8 Siempat Rube** 0.24 0 - 41 0.57 10 70 44 TOTAL 4.06 - 249 394 12.32 - 1,521 396 No. Kecamatan 2022 2027 2032 Kebutuhan Tingkat Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Tingkat Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Tingkat Jumlah Kebutuhan Air Bersih Pelayanan Sambungan Kran Umum Air Bersih Pelayanan Sambungan Umum Kran Air Bersih Pelayanan Sambungan Umum Kran Air Bersih Rumah Air Bersih Rumah Air Bersih Rumah (l/detik) (%) (unit) (unit) (l/detik) (%) (unit) (unit) (l/detik) (%) (unit) (unit) 1 Salak* 8.40 70 1,037 31 16.78 90 2,071 16 27.24 90 2,071 16 2 Sitellu Tali Urang Jehe** 7.74 50 956 67 15.08 80 1,861 33 18.36 80 1,861 33 3 Pagindar** 0.77 20 95 27 2.47 40 305 32 5.53 60 457 21

4 Sitellu Tali Urang Julu** 2.16 30 267 44 5.12 50 631 44 8.50 60 758 35 5 Pergetteng-getteng Sengkut** 1.79 30 222 36 4.42 50 545 38 8.19 60 655 31 6 Kerajaan** 6.86 50 846 59 12.43 80 1,535 27 15.85 90 1,726 13 7 Tinada** 4.33 50 534 37 7.96 80 983 17 10.31 90 1,106 9 8 Siempat Rube** 2.02 30 250 41 4.01 50 495 35 5.73 60 594 28 TOTAL 34.08 - 4,206 342 68.27 - 8,427 242 99.69 - 9,228 186 Sumber : RTRW Kabupaten Pakpak Bharat 2012-2032

(19)

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK) a. Rencana Sistem Jaringan Limbah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 pada pasal 25menyebutkan bahwa setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya, oleh karena itu perlu adanya system pengelolaan air limbah secara terpadu.

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah

neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin,

rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter. 4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah

coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,

membrane separation, serta thickening gravity or flotation. 5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion,

pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed,

incineration, atau landfill. b. Rencana Sistem Jaringan Drainase

Berdasarkan tujuan tersebut maka rencana pengembangan drainase di Kabupaten Pakpak Bharat diarahkan sebagai berikut :

 Pengendalian terhadap besarnya aliran permukaan (surface run-off) dengan mengusahakan aliran infiltrasi, perkolasi ke dalam tanah pada musim kemarau diharapkan dapat mencukupi kebutuhan air bersih bagi penduduk dan sekaligus dapat mengendalikan bahaya banjir/genangan dan erosi;

(20)

(infiltrasi) terutama pada lahan tanah miring yang berada pada daerah-daerah cekungan atau bagian hulu aliran air;

 Pembangunan saluran drainase dengan menggunakan tipe-tipe saluran yang mudah dalam pembersihannya atau pengangkatan kotoran;

 Normalisasi sungai-sungai dan pengamanan bantarannya;

 Rehabilitasi dan peningkatan saluran-saluran yang ada;

 Perluasan jaringan saluran drainase bagi daerah-daerah yang belum mempunyai drainase mikro;

 Penambahan jaringan saluran drainase baik terbuka maupun tertutup yang terpadu dengan sistem utilitas lainnya seiring dengan perkembangan kawasan terbangun;

 Pengembangan/peningkatan saluran drainase tertutup untuk pemukiman-pemukiman padat;

 Pengembangan sistem manhole dan inlet bagi saluran tertutup di jalan-jalan utama; dan

 Pengembangan jaringan saluran drainase dengan dimensi yang sesuai debit curah hujan terbesar, yang dihitung dari besarnya intensitas curah hujan. c. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

Usulan lokasi TPA yang ada sekarang berada di kawasan lindung, sehingga harus dilakukan feasibility study (studi kelayakan) untuk memilih lokasi TPA berdasarkan Zona Layak TPA yang sudah dianalisis. (Lihat Tabel 3.6

Tabel 3.6 Kebutuhan Luas TPA Kabupaten Pakpak Bharat dan Sarana Persampahannya

No. Rincian Besaran

1 Tingkat pelayanan (%) 100

2 Timbulan Sampah diolah (m3/hari) 223 3 Luas TPA yang dibutuhkan (Ha) 1 4 Tinggi Maksimum sampah TPA (m) 15

5 Umur TPA (tahun) 20

6 Teknologi Pengolahan yang diusulkan Sanitary Landfill di TPA dan

composting di TPS

7 Jumlah TPS (unit) 8

8 Truk Sampah (unit) 3

Sumber : RTRW Kabupaten Pakpak Bharat 2012-2032

Berdasarkan kriteria desain di atas, maka diajukan usulan Zona Layak TPA di Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu :

1. Desa Aornakan I dengan kondisi fisik :

 Kemiringan bervariasi 3 – 8 %

 Pergerakan tanah sedang

 Air tanah dalam tidak produktif

 Kelulusan sangat rendah (tanah permeable) 2. Desa Sukarame dengan kondisi fisik :

 Kemiringan bervariasi 3 – 8 %

 Pergerakan tanah sedang

 Air tanah dalam tidak produktif

(21)

3. Desa Sibagindar dengan kondisi fisik :

 Kemiringan bervariasi 3 – 15 %

 Pergerakan tanah rendah - sedang

 Air tanah dalam tidak produktif

 Kelulusan sangat rendah (tanah permeable)

Rencana pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Pakpak Bharat antara lain adalah :

 Volume Timbulan sampah Kabupaten Pakpak Bharat samapai Tahun 2032 adalah 222,64 m3/hari

 Penyusunan Masterplan Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Pakpak Bharat.

 Studi kelayakan (feasibility study) Zona Layak TPA untuk menetapkan lokasi yang paling tepat sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terpilih

 DED TPA Hasil Studi Kelayakan penentuan lokasi TPA

 Pembangunan TPA hasil DED (Detail Engineering Design)

 Pembangunan jalan akses dari setiap TPS menuju ke TPA terpilih

 Pembangunan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) sebanyak 52 lokasi, yaitu masing-masing di: Kec. Salak, Kec. Sitellu Tali Urang Jehe, Kec. Pagindar, Kec. Sitellu Tali Urang Julu, Kec. Pergetteng Getteng Sengkut, Kec. Kerajaan, Kec. Tinada dan Kec. Siempat Rube

 Penerapan sistem kompos di setiap TPS yang ada

 Sosialisasi pengelolaan sampah oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di setiap kelurahan/desa melibatkan tenaga Kesehatan Lingkungan masing-masing kelurahan :

 pemilahan sampah basah dan kering sampai tingkat RT

 pengelolaan sampah secara composting (kompos) untuk tingkat kelurahan/desa

 Sosialisasi program 4R (Reduce, Recycle, Reuse dan Replace) di setiap desa :

 meminimalkan sampah dari sumbernya (reduce)

 pemilahan sampah yang bisa didaur ulang (recycle)

 pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali (reuse)

 menggunakan barang yang tidak menimbulkan sampah, misalnya belanja menggunakan tas yang bisa dipakai lagi seperti keranjang rotan, tas pakai ulang, bukan menggunakan kantong plastik (replace)

 Penertiban pemisahan sampah Non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dari pemukiman, industri, bangunan komersil, rumah sakit, hotel dan bangunan penghasil sampah lainnya

 Pengawasan ketat pada pengolahan sampah rumah sakit dan rumah bersalin. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jaringan prasarana wilayah, dapat dilihat pada Gambar 3.2

(22)

Tabel 3.7 Rencana Pengembangan Sistem Persampahan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2012-2032

No. Kecamatan 2012 2017

Timbulan *Timbulan **Tingkat Kebutuhan Kebutuhan Timbulan *Timbulan **Tingkat Kebutuhan Kebutuhan Sampah Sampah Pelayanan Gerobak TPS Sampah Sampah Pelayanan Gerobak TPS Domestik Non

Domestik Sampah Sampah Domestik Domestik Non Sampah Sampah (m3/hari) (m3/hari) (%) (unit) (unit) (m3/hari) (m3/hari) (%) (unit) (unit)

1 Salak 11.61 3.48 5 1 1 14.76 4.43 50 1 1

2 Sitellu Tali Urang Jehe 18.06 5.42 5 1 1 21.98 6.59 20 1 1

3 Pagindar 2.47 0.74 0 - - 3.93 1.18 5 1 1

4 Sitellu Tali Urang Julu 6.64 1.99 5 1 1 8.76 2.63 10 1 1

5 Pergetteng-getteng Sengkut 6.40 1.92 5 1 1 7.73 2.32 10 1 1 6 Kerajaan 17.87 5.36 5 1 1 20.91 6.27 20 1 1 7 Tinada 10.91 3.27 5 1 1 12.54 3.76 20 1 1 8 Siempat Rube 8.24 2.47 5 1 1 9.80 2.94 10 1 1 TOTAL 82.20 24.66 35 7 7 100.42 30.13 145 8 8 No. Kecamatan 2022 2027 2032

Sampah Sampah Pelayanan Gerobak TPS Sampah Sampah Pelayanan Gerobak TPS Sampah Sampah Pelayanan Gerobak TPS Domestik Non

Domestik Sampah Sampah Domestik Domestik Non Sampah Sampah Domestik Domestik Non Sampah Sampah (m3/hari) (m3/hari) (%) (unit) (unit) (m3/hari) (m3/hari) (%) (unit) (unit) (m3/hari) (m3/hari) (%) (unit) (unit)

1 Salak 20.75 6.22 70 2 1 32.22 9.67 90 8 1 52.30 15.69 100 15 2 2 Sitellu Tali Urang Jehe 26.76 8.03 50 1 1 32.57 9.77 80 8 1 39.65 11.89 90 10 2 3 Pagindar 6.66 2.00 20 1 1 10.66 3.20 40 1 1 15.92 4.78 50 1 1 4 Sitellu Tali Urang Julu 12.44 3.73 30 1 1 17.68 5.30 50 1 1 24.48 7.34 60 1 2 5 Pergetteng-getteng Sengkut 10.34 3.10 30 1 1 15.27 4.58 50 1 1 23.58 7.07 60 1 2 6 Kerajaan 23.70 7.11 50 1 1 26.86 8.06 80 6 1 30.43 9.13 90 8 2 7 Tinada 14.95 4.49 50 1 1 17.20 5.16 80 4 1 19.79 5.94 90 5 1 8 Siempat Rube 11.66 3.50 30 1 1 13.87 4.16 50 1 1 16.50 4.95 60 1 1 TOTAL 127.25 38.18 330 9 8 166.33 49.90 520 30 8 222.64 66.79 600 42 13

(23)
(24)

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya serta dipenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Hal ini adalah amanat yang tertuang dalam UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung sebagai salah satu landasan hukum penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Penataan bangunan didasari oleh undang-undang atau peraturan peraturan daerah yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Penataan bangunan danlingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik siperkotaan ataupun di perdesaan, khususnya fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Fungsi RTBL adalah pengendalian pengembangan Bangunan danLingkungan khususnya pada wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kota(KSK). Persyaratan-persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh pemda, yang mencakup:

- Peruntukan dan insentisitas bangunan gedung, - Arsitektur bangunan gedung,

- Pengendalian dampak lingkungan.

Sedangkan persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

Maksud dan tujuan penyusunan penataan bangunan dan lingkungan sebagaibagian dari rencana pembangunan daerah.yang bekelanjutan adalah:

a. Mengarahkan pembangunan sejak dini

b. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

c. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung

d. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan

e. Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan

f. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan berkelanjutan

g. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan

Kabupaten Pakpak Bhatat belum memiliki RTBL yang disahkan, dan pada saat ini (2016) masih dalam tahap finalisasi penyusunan Perda Bangunan Gedung. Dengan demikian sebagai tindak lanjut dalam merincikan arahan serta persyaratan seperti yang dijelaskan, maka hendaknya pihak terkait dapat segera menyelesaikan tahapan penyusunan dokumen Tata Bangunan dan Lingkungan berikut legalisasinya berupa Perda Bangunan Gedung Kabupaten Pakpak Bharat. Dengan demikian maka akan melengkapi proses

(25)

penyusunan keterpaduan program pembangunan terkait infrastruktur bidang Cipta Karya Kabupaten Pakpak Bharat pada dokumen RPIJM ini

Terkait data-data rencana program dan kegiatan Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai bagian dari Keterpaduan Strategis penyusunan RPIJM Kabupaten Pakpak Bharat, selanjutnya mengacu kepada dokumen RTRW Kabupaten Pakpak Bharat untuk arahan skala kawasan dan dokumen SPPIP/RKPP Kabupaten Pakpak Bharat sebagai rencana induk program pembangunan permukiman bidang Cipta Karya.

Gambar

Tabel 3.2Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)  Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Tabel 3.2 Kriteria Kawasan Stategis
Gambar 3.1 Peta Kawasan StrategisKabupaten Pakpak Bharat
Tabel 3.3 Rencana Sistem Kota di Kabupaten Pakpak Bharat
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan pengaturan ulang tata letak dan perbaikan terhadap prosedur setup di gudang bahan baku untuk mengurangi waktu penyiapan komponen

 Untuk angkutan udara domestik, jumlah pesawat yang berangkat dari bandara Ngurah Rai pada bulan Januari 2016 sebanyak 3.303 unit penerbangan, atau turun 2,05 persen

Program sukarela – Dana Pensiun : Dari semua dana pensiun yang menyelenggarakan program yang manfaatnya pasti, rata-rata menjanjikan manfaat pensiun sebesar 1.5 x penghasilan

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat

Distribusi Frekuensi berdasarkan Skala nyeri disminore sesudah pemberian minuman kunir asam pada kelompok kontrol di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Analisis statistik menunjukkan nilai deteksi vaskularisasi dengan CEUS sesuai dengan ukuran tumor dan kedalaman tumor pada 118 nodul dengan densitas tinggi pada fase arterial fase

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa menggunakan penerapan pendekatan brain based learning dengan metode pembelajaran

Fungsi–fungsi manajemen ini telah diterapkan pada bimbingan manasik haji dan umrah yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Shofa kota Blora