• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA BENGKULU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | i

DAMPAK PERUMAHAN DI SEKITAR KAWASAN

CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR TERHADAP

KELESTARIAN DANAU DENDAM TAK SUDAH KOTA

BENGKULU

Aryan Purba¹) Ispurwono Soemarno2) Sri Nastiti N. Ekasiwi

1.) Graduate school of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111,email:

3)

2.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: 3.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:

Abstrak

Keberadaan suatu kawasan perumahan sedikit banyaknya akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dari suatu wilayah. Selain dikarenakan adanya aktifitas dari warga perumahan, adanya ekses dari kawasan seperti , limbah rumah tangga, pembangunan infrastruktur yang dapat merubah bentang alam, dll, yang akan terus terakumulasi sesuai dengan perkembangan dari perumahan. Kondisi serupa adalah adanya kawasan perumahan yang dibangun berdampingan dengan wilayah Cagar Alam Danau Dusun Besar, Kota Bengkulu. Pengelolaan kedua kawasan ini, memerlukan penanganan khusus yang pada dasarnya saling bertentangan. Kesejahteraan manusia pada dasarnya tidak lepas dari dukungan lingkungannya. Sehingga setiap kegiatan ataupun pembangunan yang dapat merusak lingkungan akan mengancam kesejateraan dari manusia sendiri.

Paper ini menyampaikan hasil penelitian tentang dampak yang disebabkan oleh kawasan perumahan terkait dengan kelestarian Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, analisis daya dukung lingkungan kawasan perumahan, dilengkapi dengan evaluasi dampak menggunakan matriks Leopold yang dimodifikasi.

Dari hasil yang didapat, diketahui dampak yang ditimbulkan oleh perumahan pada kawasan ini dikategorikan belum merusak lingkungan, dimana hal ini tidak terlepas dari optimumnya daya dukung kawasan perumahan pada kawasan ini. Meskipun demikian diperlukan upaya-upaya yang dapat menjaga kondisi tersebut sekaligus memperbaiki adanya faktor-faktor yang dapat mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam tersebut.

(2)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Impact of Housing around Danau Dusun Besar Nature

Reserve Area to the Sustainability of Lake Dendam Tak

Sudah, Bengkulu City

Aryan Purba¹) Ispurwono Soemarno2) Sri Nastiti N. Ekasiwi

1.) Graduate school of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111,email:

3)

2.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email: 3.)Department of Architecture FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111, email:

Abstract

The housing will affect the surrounding environment, especially the natural environment. It can affected by the activities of the residents, household waste, development activities, etc. Which it will accumulated due to it’s development. Along with the development in Bengkulu city, there are housing areas which was developed on area which adjencent to Danau Dusun Besar nature reserves. The management of these two areas require special handling that basically contradictory. In principle, human welfares can’t be separated from the environment support. Any activity or development that could endanger the environment would threat the human life.

This paper what is the impact caused by the housing associated with the sustainability of Lake Dendam Tak Sudah. Research approach is using qualitative descriptive method, the analysis of housing carrying capacity and factors, with environmental impact assessment using modified Leopold matrix.

From the results obtained, the housing carrying capacity on this region is on optimum condition, and the impact can be categorized as hasn’t damaged the environment yet. The efforts to maintain and improve this condition is needed to avoid impend the sustainabilityof this nature reserves.

(3)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | iii

PENDAHULUAN

Sebagai suatu kawasan hunian, kawasan perumahan memiliki hubungan keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Perumahan merupakan suatu wilayah hunian yang dapat berkembang seiring dengan dinamika para penghuninya. Perumahan dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya melalui berbagai aktifitas pembangunan/pengembangan kawasan itu sendiri ataupun melalui perilaku dan aktifitas warganya. Perkembangan wilayah perumahan

akan sangat bergantung pada daya dukung lahan (carrying capacity) dari kawasan perumahan

itu sendiri yang memiliki batas-batas tertentu. Dimana bila batas tersebut terlampaui, dapat berakibat terganggunya keseimbangan alami dari lingkungan tersebut. Kerusakan suatu lingkungan tidak hanya berdampak pada kawasan dimana lingkungan tersebut berada, namun dapat menyebar ke daerah yang lebih luas (Soemarwoto, 1989)

Seiring dengan perkembangan pembangunan di Kota Bengkulu, kawasan yang berada di Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, menjadi daerah yang sangat strategis untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan. Selain dikarenakan letak dan posisi, serta dukungan infrastruktur yang telah ada di sekitar kawasan tersebut, topografi kawasan ini sangat mendukung untuk dijadikan kawasan perumahan. Namun sebagian dari luasan kawasan tersebut, ternyata berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam. Keadaan ini terjadi dengan dibangunnya kawasan perumahan Diknas pada tahun 1997 dengan luas kawasan ± 7 ha, dan perumahan Surabaya Permai dengan luas kawasan ± 33 ha, yang terletak pada daerah yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Danau Dusun Besar.

Penyediaan sarana dan prasarana bagi kawasan perumahan bertujuan untuk mendukung peri kehidupan warga (penghuninya) secara optimum. Diperlukan juga upaya pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang ada untuk tetap menjaga kondisi tersebut berada dalam keadaan optimum, yang disesuaikan dengan perkembangan dari kawasan perumahan itu sendiri. Untuk itu dilakukan proses pembangunan guna mewujudkan hal tersebut, dimana didalam kegiatan pembangunan ini terkadang dilakukan berbagai perubahan terhadap lingkungan alami pada kawasan tersebut untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pembangunan itu sendiri. Namun apakah pembangunan pada kawasan ini mempunyai dampak yang berpotensi mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam? Mengingat setiap perubahan pada lingkungan akibat suatu aktifitas didefinisikan sebagai dampak, dan seringkali menimbulkan masalah karena perubahan yang terjadi selalu lebih luas daripada yang menjadi sasaran pembangunan yang direncanakan (Soemarwoto, 1989).

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Apa dampak yang ditimbulkan oleh adanya kawasan perumahan, terhadap kelestarian

Cagar Alam Danau Dusun Besar?

2. Faktor-faktor penentu apa saja, yang dapat mengancam kelestarian kawasan Cagar Alam,

terkait dengan adanya perumahan pada kawasan tersebut?

Penelitian dilaksanakan pada kawasan perumahan formal, yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Danau Dusun Besar, di Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu

KAJIAN TEORI

Bila dikaji melalui pengertian dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Jika dianalogikan rumah merupakan suatu proses, yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan

(4)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

kehidupan penghuninya. Maka perumahan merupakan suatu kelompok “organisme” yang akan terus berkembang dan cenderung mempengaruhi kawasan sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi suatu wilayah dan kemajuan pembangunan di wilayah tersebut. Sehingga dalam menentukan kelayakan suatu kawasan perumahan/permukiman perlu memperhatikan daya dukung lingkungan dari kawasan yang dimaksud

Pada dasarnya konsep daya dukung (carrying capacity) menjelaskan hubungan antara

ukuran suatu populasi optimum yang dapat ditopang oleh sumber daya yang ada. Konsep ini dasarnya diaplikasikan untuk menjelaskan laju stok maksimum dalam suatu area (Soemarwoto, 2004). Hal ini berarti menjelaskan bahwa proses menentukan daya dukung lingkungan menghasilkan suatu ukuran sebagai acuan untuk menetapkan apa yang akan dioptimumkan. Mengingat bahwa suatu lingkungan akan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu organisme (Kurnia, 2005).

Dari berbagai regulasi yang mengatur tentang perumahan (Kepmen Perumahan Rakyat, No : 09/KPTS/M/IX/1999, No : 31/Permen/M/2006, Nomor 32/Permen/M/2206, Petunjuk Perencanaan kawasan perumahan kota, SKBI – 2.3.51. 1987, UDC: 711.58) dituliskan berbagai kriteria fisik lahan pengembangan kawasan perumahan. Dengan mengacu kepada peraturan-peraturan diatas, maka disusun kriteria mengenai daya dukung lingkungan untuk kawasan perumahan, yaitu :

Tabel 1. Daya Dukung Lingkungan Kawasan Perumahan

NO Uraian Kriteria

1 Kelerengan

0 – 15 % , Landai

Memberikan kemudahan dalam pengembangan kawasan, mempermudah dalam pekerjaan infrastruktur, pekerjaan fasilitas perumahan, dan memberikan keamanan bagi penghuninya dalam beraktifitas

2 Tidak berada pada daerah

rawan bencana alam

- Terletak pada daerah yang lebih tinggi dari

permukaan air setempat

- Tidak berada pada daerah yang memiliki

jenis tanah yang mudah longsor atau berada pada daerah yang rawan longsor

- Tidak berada pada daerah patahan atau alur

gempa

3 Memiliki sumber air tanah

yang cukup

- Berada pada daerah yang relatif

berdekatan dengan kawasan perairan atau

- Memiliki sumber air tanah dangkal yang

cukup

4 Tidak terancam oleh gangguan

polusi

- Berada pada daerah yang aman dari

sumber polusi baik air, udara, suara, dll

5 Memiliki aksesibilitas yang

baik

- Berada pada kawasan yang telah

ada/berkembang, sehingga proses

pembentukan jaringan akan menjadi lebih mudah, sehingga akan lebih mudah berkembang.

(5)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | v Selain dukungan alami dari kondisi fisik lingkungan, kawasan perumahan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung lainnya seperti ; jumlah penduduk pada suatu kawasan yang tidak melebihi daya tampung kawasan, pasokan infrastruktur yang mampu menunjang kehidupan, seperti adanya jaringan listrik, jaringan air bersih dan jaringan jalan (Sastra dan Marlina, 2006), serta fasilitas sosial maupun utilitas lainnya. Namun daya dukung lingkungan dari suatu kawasan tidak selalu sama sepanjang waktu, artinya jika adanya perlakuan yang merusak keseimbangan dari lingkungan tersebut, maka daya dukung lingkungannya akan menurun, sehingga pada titik tertentu suatu kawasan perumahan dapat kehilangan daya dukung lingkungannya.

Untuk dapat menjaga agar perumahan dapat mendukung peri kehidupan warganya, didalam proses perencanaan suatu perumahan dilakukan berbagai pertimbangan mengenai penataan terhadap lingkungan binaan yang akan dibangun. Berbagai aspek seperti, aspek lingkungan, iklim setempat, orientasi tanah, sosial ekonomi, kesehatan, serta aspek teknis merupakan hal yang harus dipertimbangkan secara seksama (Sastra dan Marlina, 2006). Kesemua aspek tadi direncanakan untuk dapat mengakomodasi kebutuhan warga perumahan dalam jumlah tertentu yang dapat ditampung dalam suatu batasan luas wilayah yang tertentu pula. Kesalahan prediksi dalam proses perencanaan dapat berakibat pada tidak optimumnya lingkungan perumahan dalam mendukung peri kehidupan warganya.

Untuk dapat mewujudkan terciptanya daya dukung yang optimal, selain perhitungan mengenai daya tampung kawasan perumahan, kebutuhan akan sumber daya yang dibutuhkan (air bersih, energi listrik, dll), utilitas, maupun fasilitas sosial dilakukan kegiatan pembangunan. Setelah sarana dan prasarana perumahan terbangun, proses pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana tersebut juga harus berlangsung dengan baik untuk menjaga kualitas kondisi lingkungan yang telah terbentuk, dimana hal ini juga memerlukan kegiatan pembangunan. Selain dalam proses pembangunan, maupun pada saat pemeliharaan, kawasan perumahan juga akan melakukan proses pembangunan pada saat kawasan perumahan memerlukan pengembangan terhadap kawasan yang telah ada.

Dengan kata lain, proses pembangunan pada kawasan perumahan bersifat simultan dan dalam waktu yang bertahap secara berkesinambungan. Hal ini tidak lepas dari perkembangan dari perumahan itu sendiri. Baik perkembangan akibat bertambahnya jumlah penduduk yang dipicu oleh angka kelahiran, pertumbuhan ekonomi warga perumahan, ataupun dinamika dari perkembangan kawasan sekitarnya akibat pertumbuhan dari kawasan perkotaan.

Kegiatan pembangunan yang dalam arti “construction” atau “development” bertujuan

untuk merubah suatu lingkungan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia (Soemarwoto, 2004). Suratmo (1993), mendefinisikan dampak sebagai, setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan akibat aktivitas manusia. Dalam UU LH No 23 Tahun 1997, diuraikan, dampak lingkungan hidup sebagai pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Dari sisi ekologi, pembangunan adalah gangguan (Soemarwoto, 1989), karena adanya upaya dari manusia untuk merubah suatu keseimbangan lingkungan untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia yang dilakukan secara sadar melalui pembangunan. Sehingga dari kacamata ekologi adalah tidak mungkin untuk melakukan pembangunan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan (Soemarwoto,

1989). Jika dikaitkan dengan teori mengenai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

(6)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan) sebagai, pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga meskipun pembangunan itu sendiri merubah keseimbangan lingkungan, namun yang harus dijaga adalah bagaimana pembangunan itu sendiri tidak mengakibatkan lingkungan kehilangan kemampuan untuk mendukung kehidupan manusia (Soemarwoto, 1989).

Salah satu sifat alam adalah tidak statis (unstatic) dan berproses secara terus menerus

dengan hukum alam. Lingkungan hidup mengalami dinamika dan berevolusi seiring waktu. Dalam kamus Poerwadarminta, kata “lestari” berarti: tetap selama-lamanya; tidak berubah sebagai sediakala. Melestarikan berarti menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah. Wardhana (2001) mengungkapkan ada 2 (dua) faktor yang menyebabkan kerusakan daya dukung alam, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan kerusakan yang berasal dari alam itu sendiri dan sulit untuk dicegah, karena merupakan proses alami yang terjadi pada bumi yang sedang mencari keseimbangan dirinya. Sedangkan faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Selain aktifitas pembangunan, dampak lingkungan dapat juga diakibatkan oleh aktifitas manusia (Soemarwoto, 1989). Sebagai bagian dari komponen perumahan, warga (manusia) tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Berbagai sarana dan prasarana yang dibuat bertujuan untuk menunjang aktifitas warganya, baik dari segi kebutuhan akan kehidupan sosial, kesehatan, ekonomi, maupun pengembangan kualitas hidup setiap warganya.. Namun setiap individu manusia memiliki berbagai aktifitas sehari hari yang dapat berbeda setiap individu. Dimana setiap interaksi manusia terhadap lingkungannya sangat dipengaruhi oleh berbagai mekanisme, seperti mekanisme fisiologi, mekanisme anatomis, mekanisme perseptual, mekanisme kognitif,

mekanisme pemaknaan (meaning), mekanisme afektif, mekanisme evaluatif , mekanisme

tindakan dan perilaku, respon manusia terhadap kognisi (cognition), makna (meaning), afektif,

dan evaluasi dan mekanisme supportiveness (Rapoport, 2000).

Pengertian Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu di lindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Terletak di sebelah Barat Kota Bengkulu, Cagar Alam Danau Dusun Besar atau lebih dikenal dengan Danau Dendam Tak Sudah, ditetapkan menjadi kawasan Cagar Alam pertama kali dalam Besluit Tuan Besar Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 17 Juni 1936 no. 36 seluas 11, 5 ha. Selanjutnya pada tahun 1981 kawasan lindung ini diperluas menjadi 430 ha berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 171/KPTS/UM/3/1981 dan pada tahun 1992 Menteri Kehutanan RI dengan surat keputusan No.602/KPTS-II/1992 tanggal 10 Juni 1992 menetapkan kelompok hutan danau Dusun Besar seluas 577 ha, sebagai kawasan hutan tetap (register 61) dengan fungsi hutan suaka alam/Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB). Sebagian besar wilayah kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar adalah rawa, dan sebagian lagi berupa tanah daratan dan perairan danau. Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar mempunyai dua tipe ekosistem yaitu, ekosistem perairan danau dan ekosistem hutan air tawar dengan luas 487

ha yang berfungsi sebagai kawasan tangkapan air (catchment area) bagi zona perairan danau.

Kawasan perumahan yang menjadi obyek penelitian ini, terletak pada kawasan yang berbatasan dengan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan tangkapan air bagi zona

(7)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | vii Alam, akan mengancam keberlangsungan dari kawasan perairan Danau Dendam Tak Sudah, yang membutuhkan pasokan air dari kawasan tersebut.

Gambar 1. Kawasan penelitian (Sumber : Dinas Tata Kota Bengkulu, 2009)

Salah satu yang menjadi sumber dampak lingkungan adalah pencemaran lingkungan. Terjadinya suatu pencemaran terhadap suatu lingkungan terkadang melampaui batas atau wilayah yang sebelumnya diprediksi dapat terkena dampak. Hal ini disebabkan oleh media perantara dari pencemaran tersebut, seperti udara, air, ataupun tanah. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, dan dalam jumlah yang semakin banyak, maka kemampuan lingkungan untuk mengasimilasi zat pencemar akan terlampaui, sehingga dalam waktu tertentu kualitas lingkungan akan menjadi buruk dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan lingkungan. Selain itu upaya pemanfaatan kawasan Cagar Alam dapat juga merusak kelestarian kawasan ini. Tindakan seperti menebang pohon, merubah bentuk alami kawasan Cagar Alam, dan berbagai aktifitas lain yang dapat bersifat merusak kealamian kawasan Cagar Alam.

Dari apa yang telah diuraikan, ditarik keseimpulan bahwa, kawasan perumahan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik pada lingkungan sekitarnya akibat beberapa faktor, yaitu : Menurunnya daya dukung lingkungan kawasan perumahan akibat terlampauinya kapasitas daya tampung kawasan perumahan. Kondisi ini dapat berakibat pada semakin bertambahnya beban lingkungan akibat, tingginya jumlah kebutuhan sumber daya seperti air bersih, tingginya unsur polutan yang dihasilkan oleh kawasan perumahan (sampah, limbah cair, pencemaran udara akibat asap buangan kendaraan, atau pencemaran air tanah), adanya pemanfaatan lahan pada kawasan sekitarnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya sebagai akibat berkurangnya kemampuan kawasan perumahan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas warganya, baik dari kebutuhan sosial, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga akibat menurunnya daya dukung lingkungan pada kawasan perumahan dapat mempengaruhi kualitas lingkungan alami disekitarnya. Aktifitas pembangunan pada kawasan perumahan pada kawasan perumahan sebagai akibat dari dinamika perkembangan kawasan perumahan dapat juga mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya. Ini dapat terjadi jika, pembangunan pada kawasan perumahan tidak memperhatikan karakteristik kawasan yang berada disekitarnya. Pembangunan sarana infrastruktur dengan menggunakan metoda teknis yang tidak tepat atau sesuai dengan lingkungan sekitarnya seperti, pengeringan lahan,

Kawasan Perumahan Wilayah Cagar Alam Danau Dusun Besar

(8)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

penimbunan dan penggalian (cut and fill), atau penggunaan material yang dapat merusak

keseimbangan lingkungan dapat berdampak buruk pada lingkungan sekitarnya. Perencanaan yang tidak cermat dalam penataan tata ruang kawasan juga dapat menimbulkan dampak yang merusak lingkungan sekitarnya. Sehingga kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya pada fase pembangunan, namun juga pada fase setelah pembangunan terlaksana. Selain kedua faktor tadi, aktifitas penghuni perumahan dapat juga berdampak buruk pada lingkungan. Sebagai bagian dari lingkungan, manusia akan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Aktifitas yang dapat merugikan kawasan Cagar Alam seperti ; Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya yang bersifat merubah bentang alami kawasan dapat meluas hingga ke kawasan Cagar Alam, mencemari kawasan Cagar Alam, perusakan lingkungan kawasan Cagar Alam, yang dapat dipengaruhi oleh upaya penyehatan lingkungan, aktifitas sosial, maupun aktifitas keseharian.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data-data yang diperoleh dilakukan dengan beberapa cara : pengumpulan data sekunder melalui teknik dokumentasi (peta-peta, peraturan terkait, laporan resmi, dll), dan pengumpulan data primer, dengan menggunakan teknik, observasi, survey (menggunakan kuisioner), serta wawancara. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengolahan data untuk mendapatkan fakta-fakta serta gambaran mengenai kondisi lapangan fisik lingkungan , baik pada kawasan perumahan dan kawasan Cagar Alam yang berada pada daerah yang terdekat dengan kawasan perumahan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan pada kawasan Cagar Alam, dilakukan pendekatan dengan menggunakan metoda analisa dampak Matriks Leopold yang dimodifikasi.

Metoda ini memiliki keunggulan dalam menganalisis dampak lingkungan akibat suatu konstruksi ataupun berbagai aktifitas yang berada di suatu wilayah yang relatif masih alami (Fandeli, 1995). Menurut Soemarwoto (1989), kegunaan matriks Leopold adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi interaksi antara aktifitas dan faktor lingkungan, untuk mendapatkan dampak potensial. Dalam perkembangannya, metoda matrik Leopold dimodifikasi oleh banyak pakar (Fandelli, 1995), atau yang dikenal dengan nama Metoda Matrik Leopold dimodifikasi. Modifikasi dari metoda ini terutama pada hal-hal seperti : Banyaknya komponen lingkungan tidak harus 88 unit, namun dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat, banyaknya aktivitas tidak harus 100 jenis, melainkan ditentukan dan dipilih aktifitas-aktifitas yang paling menonjol atau memberi dampak.

Matriks ini menginteraksikan antara aktifitas atau komponen kegiatan dengan komponen penelitian, sehingga dapat mengidentifikasi dampak lingkungan (Fandelli, 1995). Secara ringkas, penggunaan metoda ini adalah : pertama, dengan membuat matrik dengan menentukan dampak-dampak setiap aktifitas dari kawasan perumahan terhadap komponen lingkungan. Dimana data ini didapat dari hasil data-data primer dan sekunder. Langkah

selanjutnya adalah menentukan besaran (magnitude) dan tingkat kepentingan (importance)

dampak. Penentuan besaran dampak didasarkan pada analisis evaluatif yang obyektif dengan cara-cara kualitatif, maupun kuantitatif (dalam penelitian ini, hasil kuisioner). Untuk besaran kepentingan dampak ditinjau dari Keputusan Kepala Bapedal No : 056 Tahun 1994 tentang pedoman ukuran dampak penting. Yang meliputi kepentingan aktifitas, sektoral lokal, regional, nasional, luas persebaran dampak, sifat dampak, intensitas dampak, sifat kumulatif dampak, dan banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak. Dampak yang terjadi akibat adanya kegiatan diklasifikasikan sebagai dampak penting, bila salah satu kriteria dari

(9)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | ix kriteria diatas mempunyai skala kriteria dampak > 2. Dalam analisa ini kriteria yang

digunakan tertera sebagai berikut :

Tabel 2. Skala Kepentingan Kriteria Dampak Penting

NO Kriteria Skala 1 2 3 4 5 1 Luas Wilayah persebaran dampak (ha) < 100 Sangat sempit 101 – 200 sempit 201 – 300 sedang 301 – 500 luas ‘> 500 Sangat luas 2 Intensitas

dampak Tidak Permanen Permanen

3 Komponen Lingkungan yang terkena dampak Sangat

sedikit Sedikit Sedang Banyak

Sangat banyak 4 Sifat kumulatif dampak Antagonistik saling menetralisir Dampak muncul kumulatif sedang Dampak muncul komulatif lama Dampak muncul kumulatif relatif sangat lama Dampak muncul kumulatif sangat lama 5 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dampak terperbalikan Dampak terperbalikan selama terkendalikan Dampak terperbalikan agak sukar dikendalikan Dampak tak terperbalikan efek majemuk Dampak tak terperbalikan efek sangat majemuk Sumber : Fandeli 1995

Namun pertimbangan nilai (value judgement) dari suatu dampak dapat dipengaruhi oleh,

waktu, kepentingan, wilayah, serta latar belakang pendidikan. Hal inilah yang sering menimbulkan konflik, karena pada dasarnya pertimbangan nilai tersebut bersifat subyektif, meskipun penilaian tersebut dilakukan oleh seorang pakar (Soemarwoto, 1989).

Untuk memudahkan menentukan tingkat besaran dampak, terlebih dahulu ditentukan batasan-batasan angka/ skala dari besaran dampak dengan menggunakan skala penilaian dalam tabel 3 yang diambil dari Fandeli. (1995)

Tabel 3. Skala Penilaian

NO Jenis Skala Besaran (%) Tafsiran

1 Keadaan Komponen Lingkungan 1 2 3 4 5 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik 2 Kepentingan komponen lingkungan 1 2 3 4 5 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Kurang Penting Cukup Penting Penting Lebih Penting Sangat Penting 3 Keadaan kualitas lingkungan 1 2 3 4 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 Sangat Buruk Buruk Sedang Baik

(10)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010 5 81 - 100 Sangat baik 4 Tafsiran Dampak 1 2 3 4 5 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100

Dampak Sangat Kecil Dampak Kecil Dampak Sedang Dampak Besar Dampak Sangat Besar Sumber : Fandelli 1995

Untuk dapat memperkirakan dampak yang terjadi, dilakukan pengolahan data baik sekunder maupun primer, sehingga dapat dijadikan dasar penilaian terhadap analisis yang akan dilakukan. Perhitungan mengenai kapasitas daya tampung penghuni pada kawasan perumahan juga dilakukan untuk mengetahui tekanan terhadap lingkungan pada kawasan perumahan dan lingkungan kawasan Cagar Alam. Lokasi penelitian adalah kawasan perumahan formal di Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu,meliputi kawasan perumahan Surabaya Permai, perumahan Diknas Surabaya, dan perumahan Griya Asri, dimana wilayah perumahan ini berbatasan langsung dengan kawasan Cagar Alam. Sebagai subyek penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah komunitas warga yang menghuni kawasan perumahan yang berbatasan dengan Cagar Alam Danau Dusun Besar, Kelurahan Surabaya, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Sesuai dengan model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, pengambilan sampel dalam

mengumpulkan data primer dilakukan dengan cara Purposive sampling, baik melalui metoda

kuisioner, wawancara, serta observasi mengenai aktifitas warga.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari data sekunder ditemukan, Wilayah perumahan yang diteliti terdiri dari 11 RT, dengan jumlah KK sebanyak 831 KK, dengan jumlah jiwa sebanyak 3.170 jiwa. Sedangkan luas lahan yang telah didirikan perumahan yang berdekatan dengan kawasan tangkapan air kawasan Cagar Alam adalah seluas 46,4 ha, yang terdiri dari 3 kawasan perumahan yaitu Perumahan Diknas Surabaya, Perumahan Surabaya Permai, dan Perumahan Permata Griya Asri. Untuk dapat menghitung daya tampung optimum kawasan, maka dilakukan pendekatan dengan menghitung luas area perumahan, luas standar pemanfaatan lahan yang diizinkan, peraturan koefisien dasar bangunan (KDB), dan menghitung standar minimum kebutuhan ruang untuk setiap orang. Sehingga dapat diperoleh jumlah maksimum atau daya tampung maksimum dari kawasan perumahan tersebut. Melalui pendekatan diatas maka didapat daya tampung maksimum untuk setiap kawasan perumahan adalah sebagai berikut ;

Tabel. 4. Jumlah Penduduk dan daya tampung kawasan perumahan

Perumahan Luas Kawasan

Perumahan (ha)

Daya Tampung Maksimum (jiwa)

Jumlah warga perumahan saat ini (jiwa)

Diknas Surabaya 6,5 3.034 727

Griya Asri 8,6 4.014 1.372

Surabaya Permai 31,5 14.700 1.071

Sumber. Analisa 2009

Dari hasil pengamatan, ketersediaan sarana dan prasarana kawasan perumahan yang ada memiliki kemiripan antara satu kawasan dengan kawasan lain. seperti tersedianya fasilitas jaringan jalan yang memiliki lebar jalan 3 – 3, 5 m dimana mampu menampung lalulintas kendaraan untuk < 350 kendaraan per hari. Dilayani dengan jaringan air bersih PDAM, serta

menggunakan septic tank dengan konstruksi kedap air/permanen. Ketiga kawasan perumahan

(11)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | xi perumahan. Terdapat juga jaringan drainase air limbah rumah tangga, yang melayani ketiga kawasan perumahan ini. Konstruksi drainase yang terbuat dari pasangan batu dengan mortar ini mengalirkan air menjauhi kawasan Cagar Alam. Meskipun kawasan perumahan ini dilayani oleh jaringan air bersih PDAM, namun didapati adanya sumur galian pada sebagian rumah warga ( 55 %), namun sumber air bersih utama menggunakan PDAM ( 95 %). Dengan membandingkan antara ketersediaan sarana dan prasarana yang ada dengan jumlah penduduk pada kawasan perumahan ini, belum didapati adanya penurunan daya dukung kawasan perumahan yang diakibatkan oleh terlewatinya kapasitas daya tampung kawasan perumahan, dan kapasitas pelayanan pada sarana dan prasarana perumahan akibat pertumbuhan jumlah penduduk baik oleh angka kelahiran maupun pertambahan penduduk. Sehingga dukungan lingkungan kawasan perumahan yang berupa tingkat pelayanan sarana dan prasarana kawasan perumahan masih berada dalam kondisi yang dapat memenuhi kebutuhan warganya. Namun dari segi kualitas pelayanan, didapati keluhan warga mengenai kualitas jalan lingkungan yang ada (65 %). Adanya tumpukan sampah pada daerah perumahan yang belum dimanfaatkan (kosong), ataupun lahan kosong dalam jumlah yang relatif sedikit, kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya fasilitas penampungan sampah sementara yang berada didalam kawasan perumahan. Namun pada kawasan perumahan Diknas Surabaya dan Permata Griya Asri ditemukan adanya managemen persampahan secara mandiri oleh warga perumahan, dengan membayar pekerja yang mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah.

Dari pengamatan lapangan, karekteristik lingkungan kawasan Cagar Alam yang berbatasan dengan kawasan perumahan berupa ekosistem rawa-rawa. Dimana dari data sekunder didapati kawasan ini adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan

tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Mengingat tidak adanya sumber air yang

permanen seperti sungai yang menyuplai air ke kawasan perairan danau, pelestarian lingkungan Cagar Alam yang berbentuk rawa-rawa dan wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah tangkapan air kawasan Cagar Alam menjadi sangat penting. Untuk tetap menjaga agar kawasan yang merupakan wilayah Cagar Alam ini tidak mengalami penurunan kemampuan fungsinya atau kehilangan fungsinya. Selain dari karakteristik lingkungan, didapati juga komponen lingkungan yang dapat terkena dampak adalah batas wilayah Cagar Alam itu sendiri.

Di sepanjang kawasan yang berbatasan langsung dengan kawasan perumahan tidak ditemui adanya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Tidak tampak adanya tumpukan sampah pada daerah yang berbatasan dengan kawasan perumahan. Kondisi vegetasi di daerah ini terdiri dari semak belukar dan beberapa kelompok pohon keras pada beberapa bagian dari kawasan. Demikian pula tidak ditemukan adanya aliran air yang dapat masuk secara langsung ke dalam kawasan tangkapan air dari arah kawasan perumahan. Hal ini dikarenakan adanya tanggul tanah yang dibangun setelah adanya kawasan perumahan. Selain itu pula adanya saluran drainase permanen yang mengalirkan air buangan rumah tangga ke arah yang menjauhi kawasan tangkapan air. Ini berarti tidak adanya sumber pencemaran lingkungan yang berasal dari kawasan perumahan, baik itu limbah cair maupun limbah padat seperti sampah, dan lain-lain.

Sebagian besar aktifitas pembangunan yang ada pada kawasan perumahan, merupakan aktifitas pembangunan yang bertujuan melakukan pemeliharaan sarana infrastruktur yang ada, seperti pembangunan jalan, pembuatan drainase. Dari hasil pengamatan didapati jenis konstruksi yang dipergunakan untuk pembuatan jalan lingkungan menggunakan konstruksi

(12)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

lapis perkerasan aspal. Pengembangan sarana seperti pembangunan masjid dilakukan secara swadaya oleh masyarakat, dengan waktu pembangunan yang relatif lama. Pengembangan unit rumah pada masing masing kapling tanah, dari hasil pengamatan dan kuisioner, menunjukkan hasil yang baik pada pada lingkungan sekitarnya. Dimana hasil yang didapat menunjukan sebagian besar pengembangan unit rumah dibandingkan dengan luasan kaplingnya masih memenuhi persyaratan koefisien dasar bangunan sebesar 60 : 40 (85 %), sehingga selain ruang terbuka hijau yang ada, setiap kapling rumahpun masih mampu meresapkan air hujan ke dalam tanah. Ditemukan juga adanya bangunan tanggul tanah pada daerah yang berbatasan dengan kawasan Cagar Alam. Menurut warga perumahan, tanggul tanah yang dibangun pada tahun 1997 ini dibangun untuk mengatasi banjir akibat meluapnya air dari kawasan rawa-rawa yang berada di kawasan Cagar Alam terutama pada musim penghujan. Dari hasil pengamatan, jenis konstruksi tanggul yang menggunakan tanah ini, dibuat dengan menggunakan tanah timbunan yang didatangkan ke lokasi tersebut, tanpa melakukan penggalian tanah/rawa pada daerah kawasan Cagar Alam. Didapati juga adanya penggunaan lapisan beton pada dinding tanggul secara setempat setempat pada bagian dinding yang menghadap ke kawasan Cagar Alam. Pembangunan tanggul ini secara nyata telah membuat batasan secara fisik terhadap batas kawasan perumahan dengan kawasan Cagar Alam.

Hasil pengamatan terhadap aktifitas warga perumahan, baik berdasarkan observasi maupun kuisioner. Didapati aktifitas yang paling menonjol dari warga perumahan berkaitan dengan lingkungan kawasan Cagar Alam, adalah aktifitas memancing di kawasan Cagar Alam. Berdasarkan hasil wawancara didapati juga adanya aktifitas berburu (menembak burung) yang dilakukan oleh warga, namun pada saat penelitian ini dilakukan, tidak didapati adanya aktifitas warga tersebut. Hal lain yang menonjol adalah adanya aktifitas berkebun pada lahan kosong yang beredekatan dengan kawasan Cagar Alam. Jenis tumbuhan yang ditanam berupa, pisang, jagung, dan sebagian lagi kelapa sawit.

Dari uraian diatas, disimpulkan komponen lingkungan dari kawasan Cagar Alam yang dapat terkena dampak akibat adanya perumahan ini adalah :

1. Perubahan bentuk alami kawasan Cagar Alam, terutama pada daerah yang berbatasan

dengan kawasan perumahan.

2. Perubahan batas kawasan Cagar Alam, secara illegal.

3. Berkurangnya Kuantitas air permukaan (pada rawa-rawa) yang dipengaruhi oleh aktifitas

warga dan aktifitas pembangunan kawasan perumahan.

4. Potensi terjadinya pencemaran lingkungan akibat masuknya limbah cair kedalam

kawasan Cagar Alam. Dapat terjadi pada air permukaan ataupun merembes melalui air tanah yang berada pada kawasan perumahan.

5. Menurunnya kualitas alami lingkungan kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar

Alam, akibat perusakan lingkungan.

6. Adanya perubahan vegetasi alami kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam

sebagai pengaruh dari aktifitas dan perilaku warga perumahan.

7. Pemanfaatan kawasan Cagar Alam yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh warga perumahan secara illegal.

Setelah dilakukan pengidentifikasian aktifitas maupun komponen perumahan yang dapat menimbulkan dampak, dan mengidentifikasi komponen lingkungan yang dapat dipengaruhi oleh adanya kawasan perumahan. Maka dilakukan analisa dampak lingkungan akibat adanya kawasan perumahan dengan menggunakan analisa Matriks Leopold

(13)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | xiii Tabel. 5 Matriks dampak Perumahan terhadap komponen lingkungan Cagar Alam

N O

Aktifitas

Komponen Lingkungan

Rona Lingkungan Awal

Nilai Keadaan lingkungan dengan

Aktifitas

Keadaan Lingkungan

sesudah Operasional Evaluasi

Kead aan Kom pone n Ling kung an Nilai (Keadaan x Kepentin gan) Lingkung an Nilai (maks keadaan x Maks kepenting an) Lingkung an Persent ase (%) (Kolo m 4 / Kolom 5) Skala Kualita s Kompo nen Lingku ngan terbobo t (A) Aktif itas Pem bang unan Aktif itas War ga Nilai Keselu ruhan Nilai Maksi mum Pros en ( % ) Skal a Dam pak yang terja di Selis ih Skal a Tafsiran dampak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Bentuk Kawasan Cagar Alam 4 5 20 25 80 4 4 4 4 4 32 50 64 4 0 Tidak ada dampak

2 Batas Kawasan Cagar Alam 4

5 20 25 80 4

4 4

4

5 36 50 72 4 0 Tidak ada dampak

3 Kualitas Air Permukaan 4 4 16 25 64 4 3 4 4 4 28 50 56 3 -1 Penurunan skala -1 (sangat kecil)

4 Kuantitas Air Permukaan 4

5 20 25 80 4 3 4 4 4 28 50 56 3 -1 Penurunan skala -1 (sangat kecil) 5 Kualitas Lingkungan Catchment Area 4 5 20 25 80 4 4 5 4

4 36 50 72 4 0 Tidak ada dampak

6 Pemanfaatan Kawasan Cagar Alam 4 5 20 25 80 4 4 5 4

4 36 50 56 4 0 Tidak ada dampak

7 Perubahan Vegetasi 4 4 16 25 64 4 4 5 4 4 28 50 56 3 -1 Penurunan skala -1 (sangat kecil)

Jumlah Nilai 132 108 116 224 dari perhitungan skala

ternyata tidak ada dampak, namun dari prosentase, ada penurunan

kualitas sebesar 11,43 %

Nilai Maksimum 175 175 175 350

Prosentase ( % ) 75,43 62 66 64 11,43

Skala 4 4 4 4

(14)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Dari hasil pengolahan data menggunakan metoda analisa dampak matriks Leopold, ditemukan bahwa adanya kawasan perumahan memiliki dampak terhadap kawasan tangkapan

air (catchment area) dari Cagar Alam Danau Dusun Besar. Dampak yang diakibatkan adalah :

- Adanya dampak pada komponen lingkungan kualitas air permukaan

Didapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Kondisi ini diakibatkan oleh adanya sumber penghasil limbah baik limbah cair maupun sampah yang

permanen pada lokasi yang dapat mempengaruhi kawasan tangkapan air (catchment

area) Cagar Alam.

- Adanya dampak pada komponen lingkungan kuantitas air permukaan.

Didapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Dengan dikembangkannya kawasan perumahan pada daerah yang semula menyatu dengan kawasan tangkapan air, maka luasan wilayah tangkapan air yang awalnya lebih ditentukan oleh faktor topografi kawasan, menjadi ditentukan oleh batas kawasan yang telah ditentukan. Selain itu adanya pemakaian air tanah juga mempengaruhi cadangan air tanah pada kawasan sekitarnya.

- Adanya dampak pada komponen lingkungan vegetasi kawasan tangkapan air (catchment

area) Cagar Alam.

Didapati dampak yang terjadi adalah penurunan skala 1 (sangat kecil). Adanya aktifitas memancing dan berburu yang dapat mempengaruhi kelestarian vegetasi kawasan dan ekosistem kawasan tangkapan air serta adanya penanaman jenis tumbuhan yang bukan merupakan vegetasi asli kawasan dalam jumlah yang cukup banyak pada beberapa lokasi, terutama dari jenis tanaman yang dapat tersebar oleh bantuan hewan sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh di dalam kawasan tangkapan air

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, meliputi kajian mengenai daya dukung lingkungan kawasan perumahan, dan analisa dampak perumahan terhadap kawasan Cagar Alam dengan menggunakan matriks Leopold yang dimodifikasi, serta faktor-faktor yang dapat mengancam kelestarian kawasan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu ;

Keberadaan kawasan perumahan pada daerah yang berbatasan dengan kawasan tangkapan

air (catchment area) yang merupakan bagian kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar,

mengakibatkan dampak berkurangnya jumlah pasokan air ke dalam kawasan tangkapan air

(catchment area) Cagar Alam, munculnya sumber limbah pada daerah yang sangat dekat

dengan kawasan tangkapan air, dan adanya pengaruh perubahan vegetasi asli kawasan

tangkapan air (catchment area) Cagar Alam. Namun dampak yang dihasilkan masih dapat

dikategorikan sangat kecil, sehingga belum merusak keseimbangan lingkungan pada kawasan tangkapan air Cagar Alam Danau Dusun Besar.

Kondisi ini terjadi diakibatkan adanya faktor-faktor yang menguntungkan bagi kedua kawasan seperti ; Daya dukung kawasan perumahan yang sangat baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh perbandingan antara jumlah penghuni (warga perumahan) yang ada, tidak melebihi jumlah kapasitas yang dapat ditampung pada kawasan perumahan. Sehingga dukungan sarana dan prasarana kawasan perumahan yang ada masih memadai bagi kegiatan beraktifitas warga perumahan.

Adanya keterpaduan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) kawasan perumahan yang berfungsi secara optimal dapat meningkatkan kualitas lingkungan kawasan perumahan. Hal ini dapat dilihat dari , adanya sistem drainase utama yang menyatukan ketiga kawasan perumahan.

(15)

Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota 2010

Jurusan Arsitektur ITS – Maret 2010 | xv Konstruksi saluran drainase menggunakan konstruksi pasangan batu yang kedap air, dapat

mengarahkan air buangan menjauhi kawasan tangkapan air (catchment area) Cagar Alam,

terlayaninya kawasan perumahan oleh jaringan air minum PDAM, sehingga penggunaan air tanah menjadi relatif sedikit. Terpenuhi Koefisien bangunan (KDB) atau rasio areal tanah yang ditutupi oleh lantai bangunan, pada kawasan perumahan di daerah ini sebagian besar memenuhi yang disyaratkan sebesar 60 : 40. Sehingga selain areal hijau dari kawasan perumahan, setiap kapling tanah pun masih mempunyai areal resapan air hujan. Pemilihan jenis konstruksi dan material yang tepat pada pembangunan tanggul tanah penahan banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, C (1995), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan

Pemapanannya Dalam Pembangunan, edisi revisi, ed. Martopo, S, Liberty, Yogyakarta.

Komarudin, (1996), Menelusuri Pembangunan Perumahan Dan Permukiman, Yayasan REI –

PT Rakasindo, Jakarta.

Kurnia R, (2005), “Penentuan Daya Dukung Lingkungan Pesisir”, Makalah Individu,

Program Pasca Sarjana / S 3 Institut Pertanian Bogor,

Rapoport, A (2000), Critical Reflections on the Work, ed. Moore, K.D, Ashagate Publishing,

Ltd, London

Sastra. S.M dan Marlina.E (2006), Perencanaan dan Pembangunan Perumahan, Andi,

Yogyakarta.

Soemarno, I (2009), Jenis/Type Pengadaan Perumahan/Permukiman, Bahan Kuliah : Sistem

dan Metoda Pengadaan Perumahan Dan Permukiman, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya.

Soemarwoto, O (1989), Analisis Dampak Lingkungan, Cet. Ke 2, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Soemarwoto, O (2004), Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Ed. Ke 10,

Djambatan, Jakarta.

Suratmo, F.G (1993), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, edisi ke 5 (lima), Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Wardhana, W.A (2004), “Dampak Pencemaran Lingkungan”, edisi revisi, Andi , Yogyakarta

Waryono, T (2003), “Peranan Kawasan Resapan Air dalam Pengelolaan Sumber Daya Air”,

Gambar

Gambar 1.  Kawasan penelitian (Sumber : Dinas Tata Kota Bengkulu, 2009)
Tabel 2. Skala Kepentingan Kriteria Dampak Penting

Referensi

Dokumen terkait