• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hekekatnya adalah makhluk yang berbudaya. Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hekekatnya adalah makhluk yang berbudaya. Budaya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia pada hekekatnya adalah makhluk yang berbudaya. Budaya tersebut dibuat oleh manusia dan untuk manusia. Budaya atau kebudayaan berasal dari kata budh/budhi/budhaya dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, sehingga budaya tersebut adalah hasil dari apa yang dipikirkan atau akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, atau juga dalam bahasa Latin “Colere”, yaitu mengelolah atau mengerjakan (Sarinah, 2016).

Budaya merupakan bagian dari cara atau gaya hidup berkembang yang dimiliki bersama oleh sebuah kelompok yang terdiri dari individu atau orang-orang, yang diwujudkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tersebut terbentuk dari banyaknya unsur yang rumit, sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni pun ikut termasuk didalamnya. Ketika seseorang berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan melakukan penyesuaian terhadap perbedaan-perbedaan tersebut, membuktikan bahwa budaya itu sendiri harus dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup secara menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak dan luas (Sarinah, 2016).

(2)

2 Dilihat dari konteks diatas, budaya sangat berpengaruh terhadap bagaimana sesorang berperspektif. Prespektif membantu manusia untuk menilai dan memandang sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Perspektif berasal dari bahasa Italia "Prospettiva" yang berarti gambar atau pandangan (sudut pandangan). Menurut Katherine Miller (2005) dalam bukunya “Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts”, mendefinisikan perspektif merupakan bagian dari cara individu untuk melihat atau mengamati berbagai macam situasi, keadaan dan fenomena disekeliling kita. Leonardo da Vinci (1949 dalam Rigaud, 2004) berpendapat bahwa perspektif adalah sesuatu yang bersifat alami yang terbentuk dari relief datar menjadi suatu relief bidang atau ruang. Dua pengertian ini dikemas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan prespektif sebagai suatu cara dalam melukiskan suatu benda pada permukaan datar dan dapat dilihat oleh mata secara tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya) atau sebagai sudut pandang.

Dalam kehidupan manusia dilihat dari konteks diatas, budaya dan prespektif sangat berpengaruh terhadap bagaimana sesorang melihat sehat dan sakit. Terbukti dengan adanya pendapat Zaidin Ali (2001) bahwa faktor sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar dalam mempengaruhi kesehatan, latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana mengenal penyakit serta menjadi sehat dan sakit. Dengan demikian, perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

(3)

3 Dalam konteks penelitian yang akan dilakukan, peneliti melihat dari prespektif kesehatan (biologis atau psikologis) yang akan dikaitkan dengan cultural (budaya). Upaya yang dilakukan bisa berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, namun upaya peningkatan kesehatan bergantung pada keyakinan seseorang terhadap kesehatan. Dalam kebudayaan manusia sering menggunakan keyakinan mereka dalam memilih penanganan kesehatan. Keyakinan ini yang membuat manusia atau individu berperilaku, inilah yang disebut Health Belief Model.

Semua segi kehidupan manusia memiliki keterkaitan. Hal ini pun yang dapat kita lihat dan ketahui bahwa keadaan biologis dan psikologi seseorang berkaitan dengan lingkungan dan budaya yang ada. Health Belief Model (HBM) ini adalah teori yang paling umum dan sering digunakan dalam pendidikan kesehatan serta promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002; National Cancer Institute [NCI], 2003). Teori ini dikembangkan pada 1950-an oleh US Public Health Service sebagai salah satu cara yang ditawarkan untuk menjelaskan mengapa program skrining medis dilakukan. Konsep asli yang mendasari HBM adalah perilaku kesehatan yang ditentukan dari keyakinan pribadi atau persepsi seseorang terhadap penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum,1958). Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam Voluntary Conseling And Testing (VCT) penelitian ini dilakukan oleh Arulita Ika Fibriana (2013) yang dituangkan dalam jurnalnya mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori HBM bahwa seseorang memiliki perceived

(4)

4 susceptibility (perasaan kerentanan), yakni persepsi individu terhadap suatu kemungkinan terkena suatu penyakit akan mempengaruhi perilaku mereka untuk melakukan pencegahan atau pengobatan. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa terdapat kemungkinan besar akan terkena penyakit tersebut. Kerentanan ini dirasakan berbeda-beda pada setiap individu, tergantung persepsi tentang akibat yang akan dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu (Frances, 2005).

Dilihat dari sudut pandang keyakinan kesehatan atau HBM, manusia atau individu dapat memilih pengobatan baik secara modern (ilmiah) maupun secara tradisional (konvensional) dalam mengupayakan kesehatannya. Pengobatan moderen merupakan pengobatan yang dilakukan secara ilmiah atau yang telah diujicobakan dengan sebuah penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan yang dipelajari dalam ilmu kedokteran yang merupakan bagian dari cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara untuk menyembuhkan dan mempertahankan kesehatan manusia dari berbagai jenis penyakit (Potty & Parry, 2005). WHO (2000) menyatakan pengobatan tradisional adalah total dari semua pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek berdasarkan pada suatu ilmu atau teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda, yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam usaha preventif atau pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.

(5)

5 Dalam memilih penyembuhan terkadang membutuhkan praktik-praktek tertentu sebagai alat pembuktian penerapan selanjutnya. Keragaman dari pengobatan rakyat tradisional tersebut ialah pengobatan rakyat alamiah dan magisoreligius.Pengobatan rakyat alamiah adalah salah satu pengobatan dari masyarakat yang unsur utamanya menggunakan lingkungan alamiah dan menggunakan bahan herbal, dan subtansi hewan untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Salah satu contoh yang ditemukan peneliti, yakni seorang pemuda dari Italia yang menggunakan bawang putih untuk mencegah ”mata setan”. Mata setan adalah salah satu bentuk guna-guna yang bisa terkena manusia dan ciri-cirinya adalah mata yang kemerahan dan hanya bisa dilihat oleh dukun atau ahli pengobatan tradisional. Pengobatan rakyat magisoreligius sendiri merupakan ungkapan dengan menggunakan kata-kata yang ramah, suci (tindakan) untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit. Hal ini dapat dilihat pada Minggu Palem yakni minggu dimana daun palem ditaruh di rumah orang yang beragama katholik atau mezuzah (di pintu rumah orang Yahudi sebagai pelindung rumah dan keluarga) (Potty & Parry, 2005).

Dalam hal memilih pengobatan terkait dengan penyembuhan, Indonesia merupakan suatu negara terkenal dengan berbagai keragaman suku budaya dan ras yang ada dan pengobatan tradisonal ada didalamnya. Salah satunya di Maluku khususnya di daerah Kepulauan Ambon, desa Waai ada salah satu pengobatan tradisonal secara alamiah yang menggunakan ramuan herbal. Pengobatan ini merupakan pengobatan

(6)

6 sambung tulang dengan bahan alamiah. Klien yang datang berobat ke tempat pengobatan sambung tulang ini bukan hanya dari desa Waai atau desa yang ada di pulau Ambon saja, namun Kepulauan Maluku seperti Maluku Tenggara bahkan dari Papua. Klien datang dengan kondisi patah tulang yang retak, maupun patah dengan kondisi tulang yang hancur sekalipun, akan di obati oleh penyembuh dan sebagian besar dapat berjalan dengan normal, namun tekstur atau keadaan tulang tidak seperti semula. Dari fenomena ini maka peneliti tertarik untuk meneliti Tradisi “Sambung Tulang atau Topu Bara” di Desa Waai Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Dilihat Dari Prespektif Health Belief.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana Tradisi Sambung Tulang atau Topu Bara di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dilihat dari prespektif Health Belief.

1.3. Signifikansi dan Keunikan Penelitian

Penelitian mengenai Sambung Tulang Topu Bara sebelumnya dilakukan oleh Roiyan Orditya Manuhutu (462008077) pada tahun 2012 tentang Sikap Masyarakat Desa Waai Pulau Ambon Terhadap Pengobatan Tradisional “Topu Bara” Di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif, sedangkan dalam penelitian ini adalah Tradisi Sambung

(7)

7 Tulang “Topu Bara” Di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah Dilihat Dari Prespektif Health Belief. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 7 orang baik yang sedang maupun sudah pernah menjalani pengobatan sambung tulang topu bara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi.

1.4. Tujuan Penelitian

Mengetahui Tradisi Sambung Tulang atau Topu Bara di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dilihat dari prespektif Health Belief.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Secara Praktis

1.5.1.1. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman, menambah wawasan, pembelajaran kompetensi dan juga keterampilan peneliti khususnya dalam bidang keperawatan yaitu Transcultural In Nursing.

(8)

8 1.5.1.2. Penelti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peneliti dan selanjutnya dapat meneliti tentang dukungan tradisi pengobatan sambung tulang topu bara dilihat dari prespektif health belief.

1.5.1.3. Partisipan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien & praktisi sambung tulang Topu Bara mengenai peran Health Belief dalam diri setiap individu. 1.5.1.4. Masyarakat

Memberikan informasi bagi masyarakat dalam memahami, memilih serta melakukan pengambilan keputusan pengobatan alternatif.

1.5.1.5. Pendidikan Keperawatan

Secara akademis pendidikan dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya ilmu keperawatan yaitu Transcultural In Nursing.

1.5.1.6. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi rumah sakit mengenai pengobatan tradisional yang ada di lingkungan masyarakat dan juga

(9)

9 menjadi pembelajaran dan perbandingan sebagai peningkatkan pelayanan kesehatan melalui evaluasi kembali tindakan-tindakan keperawatan yang sudah dilakukan terutama dalam hal pengobatan patah tulang.

1.5.2. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian mengenai Tradisi Sambung Tulang atau Topu Bara di Desa Waai Pulau Ambon Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dilihat dari prespektif Health Belief. Kiranya dapat berkontribusi mengembangkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan yaitu Transcultural In Nursing.

Referensi

Dokumen terkait

Berbicara mengenai produksi, di Jl. Syuhada, kelurahan Gadang, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ada sebuah bisnis yang melakukan

Upah menurut realitas dunia kerja dalam hubungannya dengan jaminan hidup tenaga kerja, jika dilihat sepintas hanya berhubungan dengan uang. Akan tetapi jika kita telusuri

Topik ini menarik untuk diteliti oleh karena dilihat dari kehidupan masyarakat Sumbawa khususnya pada masyarakat desa Motong Kecamatan Utan yang cukup baik dalam

Individu dewasa awal di Kota Ambon berupaya untuk dapat memahami tradisi dan aturan yang berlaku di antara masyarakat Ambon, yang mana pada tradisi dan aturan

Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil kajian dari beberapa penelitian yang relevan dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan model pembelajaran

Cara dalam pembayaran royalti terhadap hasil karya cipta musik atau lagu antara lain; Pertama, untuk menghitungan royalti dalam menerima pembayaran atas segala bentuk album

Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah” adalah suatu penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

Bagaimana merancang Pusat Pelatihan Bahasa Inggris di Ambon Maluku dengan penekanan pada desain ruang belajarnya yang stimulatif, yaitu desain ruangan yang membantu siswanya