• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hari Besar Islam terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Hari Besar Islam terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HARI BESAR ISLAM TERHADAP KOMODITAS UTAMA INFLASI MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN DI PROVINSI

SULAWESI SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Oleh NURFADILLAH

90300114003

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurfadillah

Nim : 90300114003

Jurusan/ Program Studi : Ilmu Ekonomi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Tempat/Tgl Lahir : Pekkabata, 01 Januari 1997

Alamat : Jl.Lamaccenning, Pekkabata, Pinrang

Judul : Pengaruh Hari Besar Islam terhadap Komoditas Utama Inflasi menurut kelompok pengeluaran di provinsi Sulawesi Selatan.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini benar dari hasil karya sendiri. Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersediah menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat dan pasal 70).

Makassar, November 2018 Yang membuat pernyataan,

NURFADILLAH NIM: 90300114003

(3)
(4)

KATA PENGANTAR







Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat, karunia dan kekuatan dari-Nya, Sehingga Skripsi yang berjudul “Pengaruh Hari Besar Islam terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluran di Provinsi Sulawesi Selatan” dapat diselesaikan. Salam serta Salawat tak lupa dikirimkan kepada Nabiullah Muhammad Saw yang menjadi panutan setiap umat Muslim.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa dan dari segi sistematika penulisan yang termuat didalamnya. Oleh karena itu Kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan Guna penyempurnaan kelak.

Salah satu dari sekian banyak pertolongan-Nya adalah telah digerakkan hati segelintir hamba-Nya untuk membantu dan membimbing penulis dalam mewujudkan dan menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimah kasih yang setulus-tulusnya kepada mereka yang telah memberikan andilnya hingga Skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Rasyid dan Ibunda Tercinta Hj. Saribanong yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, waktu, materi dan segalahnya serta senantiasa Menyelipkan doa untuk kesuksesan dan keberhasilan penulis hingga penulis sampai kepada tahap sekarang ini. Tak lupa juga Kakak ku Nursyahidah

(5)

dan Syarifuddin Sulaiman yang senantiasa memberikan support dorongan serta doa kepada Penulis. Tiada sesuatu yang dapat penulis persembahkan kecuali Skripsi ini sebagai wujud Bakti dan kecintaan yang tulus dari penulis.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini adalah atas izin Allah SWT sebagai pemegang kendali dan penulis sadar bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama, dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. tidak lepas dari doa dan dukungan dari segenap keluarga besar penulis yang selalu percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas dan tulus akan membuahkan hasil yang indah.Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku rektor UIN Alauddin Makassar dan para Wakil Rektor serta seluruh jajaran yang senantiasa mencurahkan dedikasinya dengan penuh keikhlasan dalam rangka pengembangan mutu dan kualitas UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Bapak Dr. Siradjuddin, SE., M.Si dan Hasbiullah, SE., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala kontribusi, bantuannya selama ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak A.Faisal Anwar, SE.,M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan,

(6)

petunjuk, arahan, masukan serta saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan banyak ilmu serta banyak pengalaman yang penulis dapatkan semoga bernilai ibadah disisinya.

6. Seluruh staf Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan Izin untuk melakukan penelitian serta mendapat banyak ilmu barunya darinya.

7. Kepada Sahabat seperjuangan Ilmu Ekonomi A 014 terima Kasih untuk Nurfadilah Sarimunding, Anita, Nurwanti, dan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kebersamaan 4 tahun yang penuh warna banyak cerita dan kisah yang kita buat dan senantiasa akan tersimpan sebagai kenangan yang indah tetap solid untuk kita semua Ilmu ekonomi A 014.

8. Kepada Seatapku Sarina, Irma Irawati dan Ratna Maulia Reski terimah kasih Atas segala dorongan, motivasi, bantuan dan kerjasamanya selama kita hidup dalam atap yang sama.

9. Sahabat KKN Angkatan 58 Desa Watu, Kec. Marioriwawo, Kab. Soppeng. Terima kasih atas doa dan dukungan serta telah mengajarkan sebuah arti persaudaraan, 45 hari yang terindah adalah bersama kalian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan penulis secara terkhusus. Penulis juga menyadari bahwa skripsi jauh dari

(7)

kesempurnaan. Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan “WassalamuAlaikum. Wr.Wb”.

Gowa, 11 November 2018 Penulis

Nurfadillah 90300114003

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PENGUJI DAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi ABSTRAK ... xiii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Hipotesis ... 6 D. Penelitian Terdahulu ... 7 E. Tujuan Penelitian ... 12 F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Inflasi ... 14

1. Teori Inflasi ... 14

2. Indeks Harga Konsumen (IHK) ... 21

3. Perhitungan Inflasi ... 22

4. Jenis-Jenis Inflasi ... 22

B. Hari Besar ... 24

C. Kerangka Pikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 28

(9)

C. Lokasi Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Analisis Data ... 30

F. Defenisi Operasional Variabel ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

B. Deskriptif Variabel Penelitian ... 38

C. Analisis Data ... 40

1. Regresi Variabel Dummy ... 40

2. Regresi Model ARMA ... 41

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP ... 71 A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 75 RIWAYAT PENULIS ... 106

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1.1 Laju Inflasi Perbulan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun

2012 – 2016 ... 2 Tabel 1.2 Inflasi Kelompok Barang dan Jasa di Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2012-2016 ... 5 Tabel 1.3 Matrix Penelitian Terdahulu ... 7 Tabel 2.1 Kelompok Indeks Harga Konsumen menurut Kelompok

Pengeluaran ... 21 Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan tahun

2012- 2017... 38 Tabel 4.2 Data Laju Inflasi Harga Konsumen Secara Umum pada

Tahun 2012-2017 ... 39 Tabel 4.3 Estimasi p-value Dummy Variabel ... 40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 27

Gambar 4.1 Collegram dari data inflasi keompok bahan makanan ... 42

Gambar 4.2 Uji akar unit data inflasi kelompok bahan makanan ... 43

Gambar 4.3 Hasil estimasi model ARMA(3,2) ... 44

Gambar 4.4 Grafik uji Residual model ARMA (3,2)... 45

Gambar 4.5 Collegram residual model ARMA (3,2) ... 45

Gambar 4.6 Collegram dari data inflasi keompok makanan jadi ... 46

Gambar 4.7 Uji akar unit data inflasi kelompok makanan jadi ... 47

Gambar 4.8 Hasil estimasi model ARMA(0,12) ... 47

Gambar 4.9 Grafik uji Residual model ARMA (0,12)... 48

Gambar 4.10 Collegram residual model ARMA (0,12) ... 49

Gambar 4.11 Collegram dari data inflasi kelompok perumahan ... 50

Gambar 4.12 Uji akar unit data inflasi kelompok perumahan ... 50

Gambar 4.13 Hasil estimasi model ARMA(3,2) ... 51

Gambar 4.14 Grafik uji Residual model ARMA (3,2)... 52

Gambar 4.15 Collegram residual model ARMA (3,2) ... 53

Gambar 4.16 Collegram dari data inflasi keompok sandang ... 53

Gambar 4.17 Uji akar unit data inflasi kelompok sandang ... 54

Gambar 4.18 Hasil estimasi model ARMA(0,4) ... 55

Gambar 4.19 Grafik uji Residual model ARMA (0,4)... 55

Gambar 4.20 Collegram residual model ARMA (0,4) ... 56

(12)

Gambar 4.22 Uji akar unit data inflasi kelompok kesehatan ... 58

Gambar 4.23 Hasil estimasi model ARMA(0,6) ... 58

Gambar 4.24 Grafik uji Residual model ARMA (0,6)... 59

Gambar 4.25 Collegram residual model ARMA (0,6) ... 60

Gambar 4.26 Collegram dari data inflasi keompok pendidikan ... 60

Gambar 4.27 Uji akar unit data inflasi kelompok pendidikan ... 61

Gambar 4.28 Hasil estimasi model ARMA(1,0) ... 61

Gambar 4.29 Grafik uji Residual model ARMA (1,0)... 62

Gambar 4.30 Collegram residual model ARMA (1,0) ... 63

Gambar 4.31 Collegram dari data inflasi keompok transportasi... 64

Gambar 4.32 Uji akar unit data inflasi kelompok transportasi ... 65

Gambar 4.33 Hasil estimasi model ARMA(0,1) ... 65

Gambar 4.34 Grafik uji Residual model ARMA (0,1)... 66

(13)

ABSTRAK Nama : Nurfadillah

Nim : 90300114003 Jurusan : Ilmu Ekonomi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Judul Skripsi: Pengaruh Hari Besar Islam Terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan

Masalah kestabilan tingkat harga barang atau inflasi masih menjadi masalah ekonomi yang selalu dihadapi Provinsi Sulawesi Selatan, dan seringkali inflasi terjadi ketika menjelang hari besar seperti Ramadhan dan menjelang lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, Natal, Tahun Baru dan Hari Besar Lainnya. Sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Hari Besar Islam terhadap inflasi menurut kelompok pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini menggunakan Metode penelitian Kuatitatif dengan menggunakan metode Auto Regressive Moving Average (ARMA). Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data tingkat Inflasi menurut kelompok pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012-2017 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi kelompok Bahan Makanan dan Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman dan Tembakau berpengaruh signifikan terhadap hari besar islam, sedangkan untuk inflasi Kelompok Sandang, Perumahan, Kesehatan, Pendidikan dan Transportasi tidak memiliki pengaruh atau kenaikan secara signifikan terhadap hari besar. Pemerintah melalui kordinasi BI tetap mengontrol inflasi kelompok pengeluaran tersebut, agar tingkat inflasi tetap stabil, untuk mengantisipasi adanya lonjakan harga pada awal Ramadhan, pemerintah seharusnya melakukan operasi pasar.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inflasi merupakan salah satu penyebab menurunnya perekonomian makro di Sulawesi Selatan, yang berdampak pada memburuknya pertumbuhan ekonomi, menurunnya daya beli serta pendapatan masyarakat, selain itu inflasi juga dapat menyebabkan minat masyarakat untuk menabung menurun. Inflasi pada umumnya sering terjadi pada hari-hari besar seperti di bulan Ramadhan, menjelang Hari Raya, Maulid Nabi Muhammad, dan Tahun baru di Sulawesi Selatan. Namun disisi lain pemerintah yang berperan sebagai pengambil kebijakan untuk mengatasi persoalan ini, belum bisa mengontor/mengendalikan penyebab inflasi di setiap hari-hari besar. Sehingga inflasi jenis ini biasa disebut dengan inflasi musiman, karena inflasi yang terjadi di hari-hari besar masih terus-menerus terjadi beberapa tahun terakhir ini di Sulawesi Selatan. Sehingga hal ini menjadi persoalan perekonomian bagi provinsi Sulawesi Selatan.

Secara teoritik inflasi merupakan penyebab menurunnya daya beli masyarakat, justru pada bulan Ramadhan daya beli masyarakat meningkat, ditandai dengan kelebihan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa sehingga menimbulkan inflasi, hal ini berbanding terbalik dengan teori yang ada. Inflasi terkadang disebabkan oleh spekulasi masyarakat, dimana pola komsumsi masyarakat berubah dan cenderung meningkat, biasanya masyarakat dibulan ramadhan cenderung ingin mengkonsumsi makanan atau barang yang lebih banyak, Tingkat komsumsi yang meningkat mendorong kenaikan harga beberapa

(15)

barang-barang konsumsi, dikarenakan para pedagang-pedagang mengambil kesempatan untuk menaikkan harga barang-barang, untuk memperoleh profit yang lebih tinggi, khususnya terkait dengan kebutuhan pokok, pada akhirnya tingkat inflasi juga terdorong naik akibat dari kenaikan harga barang-barang konsumsi tersebut. Selain itu inflasi juga terkadang disebabkan oleh jumlah barang yang ada di pasar sedikit, biasanya jumlah barang yang tersedia sedikit dikarenakan distribusi barang yang terkendala atau biasanya banyak oknum yang sengaja menimbun/menguasai barang kebutuhan pokok untuk mengatur/memperlambat pendistribusiannya ke pasar dan bagi masyarakat, sehingga terjadi kelangkahan terhadap barang-barang pokok, sehingga memicu terjadinya inflasi. Namun, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Dikarenakan inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Berikut data laju inflasi Perbulan di Provinsi di Provinsi Sulawesi Selatan.

Table 1.1:

Laju Inflasi Perbulan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2016

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 1,12 1,13 1,11 -0,17 1,22 Februari 0,44 0,71 0,30 -0,27 -0,08 Maret 0,34 0,26 0,02 0,50 0,08 April 0,34 -0,12 0,36 0,33 -0,39 Mei -0,52 -0,26 -0,16 0,31 -0,03 Juni 0,60 0,56 0,30 0,73 0,45 Juli 0,65 3,05 1,17 1,19 1,04 Agustus 1,25 1,58 0,40 0,37 -0,04 Sepember -0,22 -0,18 0,25 0,54 0,32 Oktober -0,13 -0,72 0,41 -0,08 0 November -0,13 -0,67 1,41 0,26 0,45 Desember 0,50 0,77 2,75 0,70 0,30

Sumber :Badan Pusat Statisik Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan data terbaru BPS, bahwa setiap bulan yang bertepatan dengan jatuhnya bulan Ramadhan selalu mengalami peningkatan inflasi. Dimana pada

(16)

bulan juli dan agustus tahun 2012 dimana bertepatan dengan bulan Ramadhan inflasi di provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan sebesar 1,25 persen. Pada tahun 2013 di bulan juli laju inflasi mengalami peningkatan sebesar 3,05 persen sedangkan agustus peningkatan inflasi hanya sebesar 1,58 persen, hal ini dikarenakan bulan Ramadhan berakhir di awal bulan Agustus. Hingga pada tahun 2016 di bulan juni peningkatan inflasi sebesar 0,45 persen sedangkan di bulan juli peningkatan inflasi sebesar 1,04 persen.

Berdasarkan pernyataan dari pemerintah bahwa inflasi terjadi bukan hanya sebagai dampak dari Ramadhan murni tetapi juga melainkan sebagai akibat adanya kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah pada awal juli 2013. Sementara itu bulan Ramadhan juga dimulai pada pertengahan bulan juli. Untuk mengatasi lonjakan harga selama hari-hari besar, pemerintah telah berupaya untuk mencukupi pasokan komoditas yang mengalami lonjakan harga tersebut. Beberapa hal yang dilakukan pemerintah, antara lain adalah operasi pasar dan penambahan cadangan stok melalui impor beberapa komoditas, seperti daging sapi dan cabai rawit.

Selain pada bulan Ramadhan inflasi juga sering terjadi pada hari besar lainnya seperti pada hari Natal, Tahun Baru dan Maulid Nabi Muhammad saw. Yang biasanya jatuh pada bulan desember dan bulan januari. Pada tahun 2012 di bulan januari peningkatan inflasi sebesar 1,13 persen dan dibulan desember peningkatan inflasi hanya sebesar 0,50 persen. Di tahun 2014, di awal tahun peningkatan inflasi sebesar 1, 11 persen sedangkan pada akhir tahun di bulan desember peningkatan inflasi sebesar 2,75 persen. Di tahun 2015 di bulan januari

(17)

laju inflasi mengalami penurunan sebesar 0,17 persen, hal ini disebabkan pada desember tahun sebelumya inflasi mengalami peningkatan yang sangat tinggi, sehingga pemerintah mengambil peran dalam menstabilkan harga-harga barang agar masyarakat tidak mengeluh atau menderita, sedangkan pada bulan desember laju inflasi mengalami peningkatan sebesar 0,70 persen. Sedangkan di tahun 2016 peningkatan inflasi di bulan januari sebesar 1,22 persen dan di bulan desember peningkatan inflasi sebesar 0,30 persen.

Inflasi yang terjadi di akhir tahun dan awal tahun disebabkan oleh budaya masyarakat hampir di seluruh Indonesia yang biasanya pada akhir tahun masyarakat menikmati libur panjang, yang biasanya dinikmati dengan liburan dan berkumpul dengan keluarga dan biasanya berdampak pada permintaan terhadap barang-barang pokok, yang meningkat. Selain itu, inflasi juga biasa terjadi pada saat Maulid Nabi Muhammad saw dikarenakan budaya umat islam dihampir seluruh Indonesia, apabila maulid selain melakukan doa dan zikir bersama di masjid masyarakat juga mengungkapkan rasa syukurnya dengan cara membagi-bagikan beberapa makanan ke maysarakat lain. Biasanya komoditas utama yang sering mengalami kenaikan menjelang perayaan Maulid Nabi adalah telur, minyak goreng, daging dan beras.

(18)

Table 1.2

Inflasi Kelompok Barang dan Jasa Di Provinsi Sulawesi- Selatan Tahun 2012-2016

Barang dan Jasa Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 Bahan Makanan 6,56 6,97 16,02 8,78 6,36 Makanan Jadi 5,03 4,47 6,21 5,48 3,63 Perumahan 3,35 6,06 6,87 4,13 2,76 Sandang 7,08 2,36 3,24 6,01 2,97 Kesehatan 2,83 3,71 5,08 5,02 2,65 Pendidikan 3,41 1,39 1,85 2,57 0,83 Transport 1,16 11,58 10,15 10,99 (0.87) Umum 4,40 6,22 8,61 4,48 2,94

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok yang konsisten menjadi penyumbang inflasi terbesar pertama atau kedua setiap tahun adalah kelompok bahan makanan. Pada tahun 2012 yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi terhadap inflasi kelompok barang dan jasa adalah kelompok sandang menyusul kelompok bahan makanan, masing-masing jumlah inflasi sebesar 7,08 persen dan 6,56 persen. Sedangkan yang memiliki tingkat inflasi rendah adalah kelompok transport dan kesehatan, masing-masing jumlah inflasi sebesar 1,16 persen dan 2,83 persen. Sedangkan pada tahun 2013 inflasi tertinggi berada dikelompok transport dan bahan makanan, masing-masing jumlah inflasi sebesar 11,58 persen dan 6,97 persen, dan yang memiliki tingkat inflasi terendah adalah kelompok pendidikan dan sandang, masing-masing sebesar 1,39 persen dan 2,36 persen. Sedangkan di tahun 2016 penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan dan makanan jadi, dimana tingkat inflasi kelompok bahan makanan sebesar 6,36 persen dan kelompok makanan jadi

(19)

sebesar 3,63 persen, sedangkan yang memiliki tingkat inflasi terendah adalah kelompok pendidikan sebesar 0,83 persen dan kelompok transport sebesar 0,87 persen.

Berangkat dari masalah yang telah dipaparkan diatas, kenaikan harga yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan inflasi yang terjadi di hari-hari besar, seperti bulan Ramadhan, hari Raya dan Tahun Baru, terus terjadi sepanjang tahun dan telah dianggap sebagai siklus tahunan oleh masyarakat. Pada penelitian ini peneliti akan memilah komoditas yang secara umum terpengaruh harganya oleh hari besar untuk diketahui apakah hari besar memberi dampak yang signifikan terhadap harga pada periode tersebut dan mengapa meningkatnya daya beli dibulan Ramadhan menyebabkan inflasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Hari Besar Islam berpengaruh Terhadap Komoditas Utama Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Di Provinsi Sulawesi Selatan?

C. Hipotesis

Menurut Nanang Martono (2016:67), Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji atau dirangkuman simpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Hipotesis juga merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.

(20)

Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam melakukan penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ialah “ diduga hari besar islam memiliki hubungan yang signifikan terhadap komoditas utama inflasi”.

H0 : variabel hari besar tidak berpengaruh terhadap inflasi menurut kelompok pengeluaran.

Ha : variabel hari besar berpengaruh terhadap inflasi menurut kelompok pengeluaran.

D. Penelitian terdahulu

Adapun penelitian yang terdahulu yang relavan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 1.3: Matrix Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Metode Hasil

penelitian 1. Muhamma d Akmal dan Muhamma d Usman Abbasi (2010) Pengaruh ramadan terhadap pergerakan harga: bukti dari Pakistan (Ramadan effect on price movements evidence from pakistan) Ramadan dan inflasi Metode ARMA Ramadan tidak memilik dampak signifikan terhadap harga barang dipakistan. Keseluruhan IHK tidak meningkat ketika ramadan. Hanya beberapa barang tertentu. 2. Andreas Partogi (2017) Pengaruh hari besar keagamaan Inflasi, jumlah uang Metode Ordinary Least

Hari raya idul firi dan natal dalam jangka

(21)

nasional (idul fitri dan natal) terhadap laju inflasi di Indonesia periode 2004.1-2016.4 pendekatan error correction model beredar, PDB, tingkat suku bunga, idul fitri, natal.

Square panjang dan

jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat harga. 3. Putu Simpen Arini dan I Komang Gde Bendesa (2012) Pengaruh hari raya galungan pada seasonal adjustment IHK dan penentuan komoditas utama yang mempengar uhi inflasi di Provinsi Bali: Analisis ARIMA Inflasi, IHK, komoditas utama dan hari besar Metode ARIMA  Hari raya galungan tidak signifikan sebagai komponen musiman yang mempengaru hi IHK provinsi bali.  Komoditi utama yang menjadi penyumbang terbesar inflasi di bali adalah beras. 4. Wijoyo Santoso, Sri Liani Suselo, Nurhemi dan Guruh Suryani R. (2013) Pengaruh hari besar pada komoditas utama inflasi di Indonesia Inflasi, komoditas utama, dan hari besar Metode ARMA Ramadhan berpengaruh signifikan untuk komoditas daging sapi, daging ayam dan telur ayam. 5. Clara Agustn Stephani, Agus Suharsono dan Peramalan inflasi asional berdasarka n faktor ekonomi Inflasi Metode ARIMA dan ANFIX Model arima dan anfis tidak selalu menjadi model terbaik. Pemodelan terbaik

(22)

Suhartono (2015) makro menggunak an pendekatan time series klasik dan ANFIS tergantung dari keterkaitan antara deret input jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga, serta faktor-faktor variasi kalender dan intervensi yang digunkan terhadap tingkat inflasi di masing-masing kelompok. 6. Puspa ayu (2015) Analisis pola perilaku inflasi IHK sebelum dan setelah hari raya idul fitri Inflasi, IHK dan hari raya idul fitri Metode ARIMA, SARIMA, Seasonal adjustment Adanya pengaruh hari raya idul fitri terhadap inflasi yaitu sebesar 0,52 persen. 7. Nugroho Joko Prastowo, Tri Yanuarti dan Yoni Depari Pengaruh distribusi dalam pembentuk an harga komoditas dan implikasiny a terhadap inflasi. Ditribusi, harga komoditas dan inflasi Analisis deskriptip, kuantitatif dan survei Komoditas pangan mempunyai peranan penting karena sumbangannya yang cukup signifikan dalam pembentukan inflasi. 8. Amanda Lucky Berlian, Yuciana Wilandari, dan Hasbi Yasin (2014) Peramalan inflasi menurut kelompok pengeluara n makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Inflasi, IHK, dan Hari raya Model ARIMA Inflasi menurut kelompok pengeluaran makanan, minuman, rokok dan tembakau memilik pola dimana terjadi kenaikan yang

(23)

menggunak an variasi kalender (studi kasus inflasi kota Semarang) cukup signifikan antara lain ketika satu bulan sebelum terjadinya hari raya idul fitri, dua bulan sebelum terjadinya hari raya idul fitri dan satu bulam sesudah

terjadinya hari raya idul fitri. 9. Novi Wulandari, Setiawan dan Imam Safawi Ahmad (2016) Peramalan inflasi kota Surabaya dengan pendekatan ARIMA, variasi kalender dan intervensi Inflasi, hari raya idul fitri Model ARIMA, Variasi kalender dan intervensi Model terbaik yang diperoleh pada tingkat inflasi di kota surabaya baik digunakan untuk meramalkan untuk satu periode ke depan berdasarkan hasil rmse adaptif dari time series cross-validation kecuali pada kelompok sandang yang masih dapat digunakan untuk meramalkan setidaknya maksimal tujuh periode ke depan. 10. Hertiana Ikasari (2005) Determinan Inflasi (Pendekata Inflasi, uang primer, Model Error Correction Dalam jangka panjang dan jangka pendek

(24)

n Klasik) PDB Riil Model (ECM) variable uang primer tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah inflasi sedangkan variable PDB berpengaruh signifikan terhadap inflasi. 11 Atien Priyanti dan Ismeth Inounu (2016) Perilaku harga produk peternakan pada hari besar keagamaan nasional Hari besar, harga produk peternakan General Linier Model Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan rata-rata harga daging sapi menjelang HB berkisar antara 10−20%, sedangkan untuk daging dan telur ayam ras masing-masing mencapai 10−16% dan 5−13%. Faktor wilayah 12. Teguh Susanto (2011) Aplikasi model garch pada data inflasi bahan makanan Indonesia periode 2005.1-2010.6 Indeks Harga Konsumen (IHK ) bahan makanan dan periode yang lalu Model ARIMA, ARCH/GA RCH Data infasi bahan makanan di indonesia menunjukkan perilaku yang cukup baik, meskipun mempunyai volatilitas yang cukup tinggi 13. Alvita Rachma Devi, Moch. Abdul Analisis inflasi kota semarang menggunak an metode Inflasi bulanan Regresi non parametric, B-spline Model terbaik dari data inflasi tahunan kota semarang januari

(25)

2008-Mukid dan Hasbi Yasin (2014) regresi Non Parametric B-SPLINE agustus 2013 diperoleh menggunakan B-spline linier pada titik kot 5,99 dan 6,09 dengan nilai GCV sebesar 0,5484866 14. Harjunata Y.T. Kalalo, Tri Oldy Rotinsulu, Mauna Th.B.Mara mis (2016) Analisis faktor-faktor yang mempengar uhi inflasi di Indonesia periode 2000-2014 Inflasi, jumlah uang beredar, harga minyak dunia, nilai tukar rupah, BI rate Ordinary Least Square Hasil penelitian menunjukkanb ahwa keempat variabel Jumlah Uang Beredar, Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar Rupiah, dan BI Ratesecara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap inflasi. 15. Adrian Sutawijaya danZulfah mi (2012) Pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap Inflasi di indonesia Inflasi, tingkat suku bunga, investasi, uang beredar, dan nilai tukar. OLS (Ordinary Least Square). tingkat suku bunga, jumlahuang beredar, investasi, dan nilai tukar secara simultan mempengaruhi inflasi di Indonesia. E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui Pengaruh Hari Besar Islam Terhadap Komoditas Utama Inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan menurut kelompok pengeluaran dalam Jangka Pendek.

(26)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Bagi pengambil kebijakan

Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna di dalam memahami bagaimana pengaruh hari besar islam terhadap komoditas utama terhadap inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan, agar dapat digunakan dalam mengambil kebijakan untuk menstabilkan harga atau inflasi.

2. Ilmu pengetahuan

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai pengaruh hari besar terhadap komoditas utama inflasi.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inflasi

1. Teori Inflasi

Mankiw (2007) menyebutkan bahwa inflasi adalah seluruh kenaikan harga output dalam perekonomian, BPS (2008) mendefinisikan inflasi sebagai kecendrungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus-menerus. Mery Heryati (2016:17).

Namun, inflasi juga terjadi karena proses penurunan nilai mata uang secara terus menerus, harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi biasanya terjadi apabila tingkat harga tinggi tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan maka mengakibatkan daya beli masyarakat semakin lemah dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan menurun. Jadi, Inflasi merupakan keadaan dimana harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan mata uang.

Secara garis besar ada 3 kelompok teori yang membahas tentang inflasi, yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Structural. Santoso,dkk (2013:8).

Nanga (2001: 243), mengatakan bahwa teori kuantitas uang merupakan teori pertama yang membahas tentang inflasi, teori kuantitas uang ini di kemukakan oleh Irving fisher dari mazhab klasik dan Milton Friedman dari kaum monetarist yang menentang pemikiran mazhab Keynesian.

(28)

Irving fisher (1911) berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Teori Fisher ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

M .V = P . T ... (1)

Dimana: M = jumlah uang yang beredar, V = kecepatan peredaran uang, P= harga barang dan jasa dan T = jumlah tranksaksi barang (Trade), dengan diasumsikan bahwa perekonomian akan selalu dalam keadaan full employment, maka faktor T akan selalu konstan. Disamping itu, V dianggap konstan karena setiap uang yang diterima oleh masyarakat terus dikeluarkan lagi, masyarkat memerlukan uang itu hanya untuk melaksanakan tranksaksi saja dan uang diperlukan bukan untuk uang itu sendiri, dengan asumsi velocity/kecepatan uang beredar dan jumlah tranksaksi barang itu tetap/konstan, maka apabila jumlah uang beredar meningkat itu juga akan meningkatkan harga barang. Dengan demikian penyebab utama timbulnya inflasi atau kenaikan harga menurut Fisher adalah karena kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang beredar.

Demikian juga, yang dikemukankan oleh Milton Friedman (1976) dalam bahwa inflasi itu sebagai fenomena moneter dan bahwa kecepatan peredaran uang itu stabil dan konstan. Tetapi berbeda dengan Fisher, Friedman berpandangan pertumbuhan jumlah uang beredar tidak hanya berpengaruh pada tingkat harga atau inflasi, tetapi juga berpengaruh terhadap output dan kesempatan kerja.Nanga (2001: 244).

(29)

Namun, teori kuantitas uang ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes, menurut J.M.Keynes (1936) bahwa kenaikan tingkat harga, dan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar tidak akan menimbulkan peningkatan inflasi, Nanga (2001), Keynes mengatakan bahwa kecepatan peredaran uang (V) merupakan sesuatu yang bersifat dapat berubah-ubah (variable). Sehingga, apabila terjadi kenaikan jumlah uang yang beredar tidak akan menyebabkan perubahan di dalam tingkat harga, dengan kata lain, tingkat harga akan tetap.

Berbeda dengan kaum klasik yang mengasumsikan perekonomian selalu dalam kesempatan kerja penuh, Keynes sebaliknya mengatakan bahwa pengangguran dapat saja terjadi untuk suatu jangka waktu yang panjang atau bahkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Dengan adanya pengangguran, maka suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar (kecuali dalam kasus ekstrim) akan menyebabkan, baik tingkat harga maupun tingkat output mengalami kenaikan. Dengan demikian didalam output tersebut, kenaikan didalam jumlah uang beredar (tidak proporsional), sekalipun kecepatan perputaran uang beredar itu konstan. Nanga (2001: 247).

Selanjutnya Keynes berpendapat bahwa kenaikan harga terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, dimana ditandai dengan permintaan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah barang-barang yang tersedia, sehingga Keynes berpandangan bahwa kenaikan harga dalam jangka pendek bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti pengeluaran komsumsi rumah tangga (C), pengeluaran investasi (I), pengeluaran pemerintah dan pajak, Edgmand (1987).

(30)

Kenaikan inflasi secara terus-menerus dapat menyebabkan menurunya perekonomian di suatu daerah. Faktor utama yang menentukan prestasi ekonomi suatu daerah adalah pengeluaran agregat yang merupakan pembelanjaan masyarakat terhadap barang dan jasa (konsumsi), dalam jangka pendek fluktuasi konsumsi memiliki pengaruh signifikan terhadap fluktasi ekonomi dan jangka panjang keputusan ekonomi akan berpengaruh pada variable-variabel makroekonomi lainnya. Persaulian,dkk (2013: 2).

Dalam jangka pendek Keynes (1936) mengatakan bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini dan ketika pendapatan meningkat konsumsi juga ikut meningkat tetapi tidak sebesar tingkat pendapatan,menurut Keynes ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari tingkat pendapatan, artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Rifdo (2012).

Teori konsumsi Keynes kemudian di kritik oleh Simon Kuznets (1949), menurut Kuznets ada dua macam fungsi konsumsi, yaitu fungsi konsumsi jangka pendek dan jangka panjang, dalam jangka pendek menunjukkan adanya hubungan yang tidak sebanding antara konsumsi dengan pendapatan disposable, dan dalam jangka panjang menunjukkan adanya hubungan yang sebanding antara konsumsi dengan pendapatan. Nanga (2001: 12).

James S. Duesenberry (1949), bahwa dimana seseorang atau rumah tangga lebih mudah untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya kalau terjadi kenaikan pendapatan, tetapi sebaliknya lebih sulit untuk mengurangi pengeluaran konsumsinya kalau terjadi penurunan pendapatan. Dengan kata lain, seseorang

(31)

atau rumah tangga akan berusaha sedemikian rupa untuk mempertahankan standar hidup atau konsumsi mereka, dan itu dengan cara mengurangi uang tabungan.Nanga (2001: 113).

Menurut Duesenberry teori Keynes tidak mempertimbangkan aspek psikologi seseorang dalam berkonsumsi, sedangkan menurutnya bahwa pengeluaran konsumsi seseorang suatu rumah tangga sangat dipengaruhi oleh posisi (kedudukan) rumah tangga masyarakat sekitarnya, apabila seorang konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetanggahnya yang penghasilannya lebih tinggi, maka orang tersebut cenderung mengikutunya (demonstrations effect).

Mishkin (1984), menyatakan bahwa sepanjang inflasi dilihat sebagai inflasi yang terus-menerus atau jangka panjang, baik ekonom aliran monetaris maupun ekonom alian Keynesian sependapat bahwa inflasi adalah suatu gejala moneter. Santoso (2013: 10),

Selain itu, teori tentang inflasi yang lain dikemukakan oleh Robert Lucas (1969), yang merupakan tokoh dari aliran ekspektasi rasional (Rational Expectation atau Ratex), yang berpendapat bahwa inflasi terjadi jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan ekspektasi, maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output. Aliran Ratex ini sependapat dengan pemikiran Irfing Fisher,yang mengatakan bahwa inflasi merupakan fenomena moneter dan mengatakan bahwa jumlah uang beredar merupakan jumlah uang beredar merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga. Risa Firman (2016)

(32)

Nanga (2001), Teori inflasi juga dikemukakan oleh Kaum Strukturalis, teori ini melihat bahwa inflasi itu sebagai sesuatu yang berakar dari adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural. kaum strukturalis ini pada dasarnya mengkritik kaum monetarist yang memusatkan perhatiannya pada faktor moneter saja, dan kurang memperhatikan fakktor non moneter, seperti faktor struktural dan kelembagaan.

Analisis mereka tentang inflasi lebih difokuskan pada persoalan inflasi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kaum structural mengidentifikasi ada beberapa kendala atau hambatan yang menjadi penyebab kenaikan harga atau inflasi di negara-negara yang sedang berkembang, yaitu: a. Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis. Hal ini disebabkan

karena adanya kendala srtuktural di dalam sector pertanian negara-negara yang sedang berkembang, dimana didominasi berada di tangan usaha pertanian raksasa non kapiitalis yang terdorong untuk memaksimumkan laba, atau ditangan usaha pertanian gurem yang beroperasi hampir-hampir hanya di tingkat subsistensi dan hampir tidak terkait ke dalam perekonomian pasar. b. Kendala devisa, kendala ini timbul karena nilai pertumbuhan penerimaan

devisa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan barang impor yang meningkat berkenaan dengan usaha-usaha pembangunan yang semakin cepat, pertumbuhan penduduk, dan upaya industrialisasi yang pesat yang berlangsung dalam suatu lingkungan dengan teknologi yang masih terbatas, ketidakseimbangan structural dan mobilitas faktor yang tidak sempurna. c. Kendala fiscal, yaitu kendala berupa tidak mencukupinya sumberdaya

(33)

keterlibatan pemerintah dalam perekonomian, tetapi penerimaan pemmerintah jarang meningkat cukup pesat untuk mengimbangi kenaikan pengeluaran.

Bagi kaum strukturalis, kenaikan jumlah uang beredar adalah faktor permisif yang memungkinkan spiral inflasi membentuk diri dan menjadi kumulatif, dan gejala yang demikianme rupakan gejala kekakuan structural yang mempengaruhi tekanan-tekanan inflasi, dan bukan sebab inflasi itu sendiri (Kirkpatrick and Nisson,1987). Nanga (2001:249)

Dalam Working Paper BI (2013), Menurut teori strukural ada dua masalah structural yang dapat mengakibatkan inflasi. Pertama, penerimaan ekspor tidak elastis, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sector lainnya. Kedua, masalah produksi bahan makanan dalam negeri yang tidak elastis, yaitu pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat dengan pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita sehingga harga makanan dalam negeri cenderung meningkat.

Dari pemaparan teori diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa inflasi memiliki dampak yang sangat buruk terhadap perekonomian, inflasi yang tinggi sebenarnya, mencerminkan perekonomian yang tinggi pula apabila inflasi tersebut dapat dikendalikan atau dititik aman, tetapi apabila inflasi terus mengalami kenaikan, atau inflasi tidak stabil maka akan berdampak pada redistribusi pendapatan ( dimana pendapatan riil seseorang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya menurun), menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya investasi, dan terganggunya stabilitas ekonomi, sampai dengan menurunkan perekonomian makro.

(34)

2. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sukirno (2013), untuk mengukur inflasi, indikator yang sering gunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikomsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa, Badan Pusat Statistik (2017). Menurut Bank Indonesia (2017) inflasi yang diukur IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran yaitu:

Tabel 2.1:

Kelompok indeks harga konsumen menurut kelompok pengeluaran

No Kelompok Sub kelompok

1 Bahan makanan Padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya, daging dan hasil-hasil-hasilnya, ikan segar,ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, bahan makanan lainnya.

2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Makanan jadi, minuman non alcohol, tembakau dan minuman beralkohol.

3 Perumahan Biaya tempat tinggal, bahan bakar, penerangan,air,perlengkapan rumah tangga, penyelenggaraan rumah

4 Sandang Sandang laki-laki, sandang wanita, sandang anak-anak, barang pribadi dan sandang lainnya

5 Kesehatan Jasa kesehatan,obat-obatan, jasa perawatan jasmani dan kosmetik

6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga

Jasa pendidikan,kursus-kursus/pelatihan, perlengkapan/peralatan,pendidikan,rekreasi, olahraga

7 Transportasi, komunikasi dan jasa keungan.

Transportasi, komunikasi,pengiriman, sarana dan penunjang transportasi, jasa keuangan Sumber : Bank Indonesia

(35)

3. Perhitungan Inflasi

Menurut Mankiw (2007) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga atau tingkat inflasi. Perhitungan IHK dapat dirumuskan sebagai berikut:

IHKn = ∑ 𝑃 𝑛

𝑃 𝑛−1 (𝑃(𝑛 −1).𝑄0)

∑𝑃0.𝑄0 ……….…(2)

Dimana : IHKn = Indeks Harga Konsumen pada bulan ke-n, Pni = harga pada bulan ke-n, Pn-1 = harga pada bulan ke n-1, Pn-1 Q0 = nilai konsumsi pada bulan ke n-1, dan P0Q0 = nilai konsumsi pada bulan dasar.

Setelah diperoleh IHK, maka inflasi dapat diketahui, perhitungan inflasi dengan laju inflasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝜋𝑛 = 𝐼𝐻𝐾𝑛−𝐼𝐻𝐾𝑛 −1

𝐼𝐻𝐾𝑛 −1 𝑥100% ... (3) Dimana : 𝜋𝑛 = inflasi pada bulan ke-1, IHKn= indeks harga konsumen pada bulan ke-n, IHKn-1 = indeks harga konsumen pada bulan sebelumnya.

4. Jenis-Jenis Inflasi

Sukirno (2013: 333) membedakan jenis-jenis inflasi berdasarkan sumber atau penyebabnya, yaitu antara lain inflasi tarikan permintaisan (demand pull inflation), inflasi desakan biaya (cost-push inflation), dan inflasi diimpor.

a. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi terikan permintaan atau biasa disebut dengan inflasi sisi permintaan merupakan inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran agregat (AS) atau produksi agregat.

(36)

b. Inflasi Desakan Biaya

Inflasi desakan biaya atau (cost-pull inflation) merupakan inflasi yang terjadi dikarenakan harga dari suatu sumber daya mengalami kenaikan atau dinaikkan, kenaikan biaya ini terjadi biasa dikarenakan biaya produksi juga mengalami kenaikan sehingga produksi juga ikut menurun, yang mengakibatkan penawaran akan suatu barang tersebut juga menurun.

c. Inflasi diimpor

Inflasi ini merupakan inflasi yang terjadi dikarenakan harga barang-barang impor mengalami kenaikan, apabila barang impor merupakan barang penting dalam kegiatan produksi perusahaan, contohnya kenaikan harga minyak.

Sedangkan dalam perspektif islam inflasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu natural inflation dan human error inflation menurut Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M-1441M). Suheri (2007).

Menurut al-Maqrizi, natural inflation merupakan inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregat (AS) atau naiknya permintaan agregat (AD), dan orang tidak mempunyai kendali dalam hal mencegahnya. Sedangkan human error inflation merupakan inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri, sesuai dengan QS. Ar-Rum/30: 41.

                      

Terjemahnya:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka , agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

(37)

Menurut Quraish Shihab (2002), kerusakan yang dimaksud dalam ayat diatas adalah segala sesatu yang tidak lagi memenuhi nilainya, apabila sesuatu tidak memiliki nilai lagi maka kegunaannya sudah tidak ada lagi, dan sesuatu yang kehilangan nilai yang disebabkan oleh perilaku manusia, perilaku manusia disini tidak dijelaskan secara terkhusus karena perilaku manusia yang dimaksud dalam ayat ini ialah segala perbuatan manusia yang dapat menyebabkan kerusakan, maka Allah SWT memberikan dampak buruk kepada manusia, berharap agar manusia insaf dan kembali kejalannya. Menurut al-Maqrizi (1364M-1441M) salah satu manusia yang dapat menyebabkan inflasi adalah korupsi dan pajak yang berlebihan dan pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan.

B. Hari Besar

Menurut Wikipedia (2018), hari besar atau hari raya adalah sebuah hari khusus, hari khusus ini berbeda-beda di setiap Negara atau kebudayaan. Hari raya biasanya ditandai dengan perayaan-perayaan bagi kelompok yang bersangkutan dan mungkin juga dengan diliburkannya kantor dan sekolah secara umum. Di Indonesia hari raya kebanyakan berdasarkan hari perayaan dari suatu agama tertentu.

Di Indonesia ketika hari raya tiba, biasanya mempengaruhi tingkat harga barang dan jasa, dikarenakan permintaan masyarakat terlalu tinggi sedangkan jumlah barang yang tawarkan sedikit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2013) dan Puspa Ayu (2016), bahwa terdapat pengaruh hari

(38)

besar dan inflasi di Indonesia. Menurut Puspa Ayu (2016: 67), hari raya idul fitri menyumbangkan inflasi, pola perilaku inflasi ialah inflasi mulai meningkat menjelang hari raya dan mulai menurun ketika hari raya tersebut selesai. Penelitian Bank Indonesia (2013), mengatakan bahwa ramadhan memiliki pengaruh signifikan terhadap inflasi dan komoditas yang cenderung mengalami kenaikan pada Hari Besar ialah seperti beras, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam.

Sedangkan Akmal dan Abbasi (2010), bahwa Ramadan tidak memilik dampak signifikan terhadap harga barang di Pakistan dan keseluruhan IHK tidak meningkat ketika ramadan. Hanya beberapa barang tertentu. Dan, Arini (2015), mengatakan bahwa hari raya galungan tidak signifikan sebagai komponen musiman yang mempengaruhi IHK Provinsi Bali. Partologi (2017), mengatakan bahwa hari raya idul fitri dan natal dalam jangka panjang dan pendek tidak berpengaruh terhadap tingkat harga.

C. Kerangka Pikir

Puspa ayu (2016), Inflasi sering terjadi disaat hari besar atau menjelang hari raya, seperti hari Raya Idul Fitri, dari sinilah kita dapat melihat bahwa hari besar memang memiliki hubungan terhadap tingkat harga. Dalam melihat pengaruh hari besar terhadap inflasi, maka data yang digunakan adalah data IHK. Dan berdasarkan Working Paper BI (2013), biasanya apabila menjelang hari-hari besar, seperti hari Raya Idul Fitri atau dibulan Ramadhan, inflasi cenderung meningkat, dan peningkatan harga barang tersebut biasanya didominasi dari beberapa komoditas utama, seperti bahan makanan (beras, daging ayam, daging

(39)

sapi dan telur,dll), pakaian dan lain sebagainya. Dari penelitian Bank Indonesia dan Puspa Ayu membuktikan bahwa memang ada pengaruh hari besar terhadap inflasi.

Sedangkan dalam Akmal dan Abbasi (2010), mengatakan bahwa Ramadan tidak memilik dampak signifikan terhadap harga barang di Pakistan dan keseluruhan IHK tidak meningkat ketika Ramadan, tetapi hanya beberapa barang tertentu. Arini (2015), mengatakan bahwa hari raya galungan tidak signifikan sebagai komponen musiman yang mempengaruhi IHK Provinsi Bali. Dan, Partologi (2017), mengatakan bahwa hari raya idul fitri dan natal dalam jangka panjang dan pendek tidak berpengaruh terhadap tingkat harga.

BPS (2017) IHK adalah suatu indeks yang mengukur tingkat inflasi. Data IHK merupakan data runtun waktu (time series), dan memiliki efek musiman, dan efek musiman ini dapat terjadi satu kali atau lebih. Perubahan yang terjadi pun berbeda-beda dalam waktu kejadian, arah maupun besarnya.Menurut Bank Indonesia (2017), IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran, yaitu; kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan olah raga, dan kelompok transportasi dan komunikasi.

(40)

Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran Penelitian Makanan Jadi, Minuman Dan Tembakau Olahraga Bahan Makanan Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Inflasi Hari Besar (Ramadhan, dan Hari Raya)

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada dilapangan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrika, menurut J Scumpeter, ekonometrika adalah aplikasi dari metode spesifik dalam ilmu ekonomi (di segala bidang) yang berusaha untuk memperoleh hasil dalam rangka (numerical result) dan membuktikan (verification) teori-teori ekonomi.Firdaus (2011).

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan, dimana data yang dikumpulkan dari bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian jurnal-jurnal, karya ilmiah, web site, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan dan Bank Indonesia kantor perwakilan Sulawesi Selatan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

(42)

adalah seperti data Tingkat Inflasi dan data Indeks Harga Konsumen berdasarkan kelompok pengeluaran di Provinsi Sulawesi Selatan, yang bertepatan dengan hari-hari besar khususnya pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, periode tahun 2012-2017. Periode 2012-2017 diambil, disebabkan model analisis ARMA merupakan regresi time series yang membutuhkan minimal 30 jumlah orde.

C. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Provinsi Sulawesi Selatan, yang dilakukan di kantor Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Cabang Sulawesi Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik:

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan (library research), yaitu yang dilakukan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti ataupun dengan cara browsing di internet untuk mencari artikel-artikel atau data-data yang dapat membantu hasil dari penelitian.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang langsung dilakukan ditempat atau instansi-instansi terkait yang menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun instansi terkait ialah antara lain, Badan Pusat

(43)

Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan.

E. Analisis Data

1. Model Analisis

Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh Hari Besar terhadap Inflasi adalah metode analisis Auto Regressive Moving Average (ARMA), yang lebih dikenal sebagai metodologi Box-Jenkins, karena ARMA merupakan metode yang dapat melihat pengaruh seasonal dalam kurun waktu data tertentu, dan menggunakan data time series, karena menurut BPS, model ARMA sangat baik ketepatannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang ketepatan permamalannya kurang baik, biasanya akan cenderung flat (mendatar/konstan) untuk periode yang cukup panjang.

Wei (1994) mengatakan time series adalah serangkaian pengamatan terhadap suatu variabel yang diambil dari waktu ke waktu dan dicatat secara berurutan menurut urutan waktu kejadian dengan interval waktu yang tetap. Data yang dianalisis time series haruslah stasioner dalam varian dan mean. Beberapa model time series diantaranya ialah model autoregressive (AR), model moving

average (MA), model autoregressive moving avarage(ARMA), dan model

autoregressive integrated moving avarage(ARIMA). Santoso (2013).

Untuk melihat dampak Hari Besar (Ramadhan dan Idul Fitri), dalam model akan dimasukkan dummy variable, yakni bulan jatuhnya Hari Besar (bulan terjadinya Hari Besar = 1, Bulan Non Hari Besar = 0).

(44)

Secara umum model regresi dummy dengan m variabel predictor kualitatif dapat dituliskan dalam bentuk:

𝑌𝑡 = 𝛽0+ 𝛽1𝐷1𝑡+ 𝛽2𝐷2𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑚𝐷𝑚𝑡 + 𝜀𝑡

Dimana β0 adalah intersep dan β1, β2,….βm adalah koefisien parameter terkait dengan variabel dummy D1t, D2t,,…Dmt dimana εt adalah residual model regresi dummy, Gudjarati (1978) dalam Berlian, dkk (2014).

Adapun ketentuan variabel dummy dijelaskan sebagai berikut:

Dt = 1 : bulan terjadinya hari besar, 0 : lainnya

Dt-1 = 1 : satu bulan sebelum terjadinya hari besar, 0 :lainnya

Dt+1 = 1 :satu bulan setelah terjadinya hari besar, 0 : lainnya

Ketentuan variabel dummy ini diambil, berdasarkan penelitian Berlian, dkk (2014), yang dapat disimpulkan bahwa Inflasi menurut kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki pola dimana terjadi kenaikan yang cukup signifikan ketika dua bulan sebelum terjadinya hari raya, dan satu bulan sesudah terjadinya hari raya Idul Fitri. Dan kenaikan yang memberikan pengaruh yang signifikan pada inflasi adalah saat satu bulan sebelum terjadinya hari raya Idul Fitri atau ketika terjadi bulan Ramadhan.

Setelah melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel dummy, selanjutnya menentukan model AR. Model AR menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya merupakan fungsi linier dari sejumlah Yt

(45)

actual sebelumnya. Sedangkan secara umum persamaan Model Autoregressive (AR) adalah sebagai berikut:

𝑌𝑡 = 𝜃0+ 𝜃1𝑌𝑡−1 + 𝜃2𝑌𝑡−2+ ⋯ + 𝜃𝑝𝑌𝑡−𝑝 + 𝜀𝑡

Dimana Y adalah variabel dependen, Yt-1, Yt-2, Yt-p adalah kelambanan (lag) dari Y dan p adalah orde atau tingkat AR dan εt adalah residual.

Kemudian menentukan model MA, model MA ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya. Adapun persamaan Model Moving Average (MA) secara umum adalah sebagai berikut:

𝑌𝑡 = 𝛿0+ 𝛿1𝜀𝑡−1+ 𝛿2𝜀𝑡−2 + ⋯ + 𝛿𝑞𝜀𝑡−𝑞

Dimana εt adalah residual, εt-1, εt-2, εt-q adalah kelambanan (lag) dari residual dan q adalah orde atau tingkat MA.

Sehingga model teoritis penelitian dapat ditulis dengan persamaan berikut:

𝑌𝑡 = 𝑎0+ 𝛽𝑖𝐷𝑡 7 𝑖=1 + 𝜃𝑝𝑌𝑡−𝑝 𝑝 𝑝=1 + 𝛿𝑞𝜀𝑡−𝑞 𝑞 𝑞=1 + 𝜇𝑖 Keterangan:

Yt = Kelompok Indeks Harga Konsumen (kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, dan kelompok transportasi)

(46)

Dt = dummy variabel untuk penanggalan masehi (1 = bulan yang jatuh pada Hari Besar, 0 = bukan Hari Besar, i = 2007-2016)

θp = koefisien autoregresive (AR) δq = koefisien moving average (MA) μi = white noise dari ARMA model p,q = orde ARMA

ao = Intercept (Konstanta)

2. Uji Stasioner Melalui Correlogram

Widarjono (2013) dalam Puspa Ayu (2016)Kestasioneran data bisa dilihat dari plot time series. Untuk melihat kestasioneran data dalam means bisa dilihat dari perhitungan ACF. ACF (Autocorrelation Function)yang menjelaskan seberapa besar korelasi data yang berurutan pada runtun waktu. ACF untuk data Inflasi diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

𝜌𝑘 = 𝛾𝑘 𝛾0 Dimana: 𝛾𝑘 = ∑(𝑌𝑡− Ӯ)(𝑌𝑡+𝑘− Ӯ) 𝑛 𝛾0 = ∑(𝑌𝑡− Ӯ)2 𝑛

ρ

k adalah ACF pada kelambanan k, n adalah jumlah observasi dan ӯ merupakan rata-rata. Nilai ACF ini akan terletak pada -1 dan 1. Untuk mengetahui stasioner atau tidak, maka interval dengan keyakinan 95% atau α= 5% untuk

ρ

k adalah :

ρ

k = ±1,96 (SE) atau

ρ

k

= ±

1,96 (√1/n). Jika nilai koefisien

(47)

ACF terletak didalam interval tersebut maka, menerima hipotesis Ho bahwa

ρ

k sama dengan nol, berarti data stasioner. sehingga Hipotesisnya yaitu;

Ho :

ρ

k= 0 ( Data Stasioner)

Ha :

ρ

k≠ 0 ( Data Tidak Stasioner) 3. Unit Root Test (Uji Akar Unit)

Untuk meenguji stasioneritas data, juga dapat digunakan uji akar unit (Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller, dalam Uji Akar Unit ini dengan menggunakana uji Dickey Fuller(DF) dan nilai kritis Mac Kinnon. Dimana dalam uji Dickey Fuller, menariknya jika hipotesis bahwa δ = 0 atau ρ <1 ditolak (yaitu, data time series bersifat stasioner), atau dengan melihat nilai t-hitung Uji DF > nilai t-t-hitung nilai kritis MacKinnon dimana artinya H0 ditolak (data time series bersifat stasioner).

4. Identifikasi Model

Agus Widarjono (2016: 275) mengatakan bahwa setelah mendeteksi masalah stasionaritas data maka selanjutnya adalah identifikasi model ARMA. Model baku yang digunakan untuk pemilihan model ARMA yang melalui collegram yaitu autocolleration function (ACF) dan partialautocorrelation function (PACF). PartialAutocorrelation Function (PACF) merupakan korelasi antara Yt dan Yt-k setelah menghilangkan efek antara Y yang terletak antaraYt dan Yt-k tersebut. Secara ringkas pemilihan model ARMA dapat disajikan dalam tabel di bawah ini:

(48)

Model Pola ACF Pola PACF

AR (p) Menurun secara

eksponensial

Menurun drastis pada lag tertentu

MA (q) Menurun drastis pada lag tertentu

Menurun secara eksponensial ARMA (p,q) Menurun secara

eksponensial

Menurun secara eksponensial

5. Uji Diagnosis Model ARMA(Uji Residual)

Dalam menentukan model ARMA yang terbaik, harus dipilih model yang seluruh parameternya signifikan, kemudian juga asumsi residual bersifat white noise. Suatu model bersifat white noise artinya residual dari model tersebut telah memenuhi asumsi identik (varian residual homogen) serta independen (antar residual tidak berkolerasi). Pengujian asumsi white noise dilakukan dengan menggunakan uji Ljung-Box.

Hipotesa :

H0 :

ρ

1 :

ρ

2 :….:

ρ

k= 0

(

tidak bersifat white noise

)

Ha :

ρ

1 :

ρ

2 :….:

ρ

k≠ 0 ( bersifat white noise)

F. Definisi Oprasional Variabel

Adapun variabel yanng digunakan dalam penelitian ini ialah:

1. Inflasi didefiniskan sebagai suatu indeks yang digunakan dalam menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk maupun rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data Inflasi berdasarkan kelompok pengeluarannya pada bulan yang bertepatan dengan hari besar, serta sebelum dan setelah terjadinya hari

(49)

besar, dengan periode 2012-2017, dan data Inflasi yang digunakan dalam satuan persen.

2. Hari besar (Ramadhan dan Idul Fitri), adalah sebuah hari khusus, hari khusus ini berbeda-beda di setiap Negara atau kebudayaan. Hari raya biasanya ditandai dengan perayaan-perayaan bagi kelompok yang bersangkutan dan mungkin juga dengan diliburkannya kantor dan sekolah secara umum. Data hari besar diambil dari data bulan yang bertepatan dengan hari besar (Ramdhan dan Hari Raya Idul Fitri) tersebut.

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan beribukota Makassar terletak antara 0012’- 80 lintang selatan dan 116048’- 122036’ Bujur timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah utara dan Teluk Bone serta Provinisi Sulawesi Tenggara di sebelah Timur. Batas sebelah Barat dan Timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores.

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat memiliki luas sebesar 46.083,94 km persegi yang meliputi 21 Kabupaten dan 3 Kota. Kabupaten Luwu Utara adalah kabupaten terluas dengan luas 7.365,51 km persegi atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,39 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki luas terkecil adalah kota pare-pare dengan luas 99,33 km persegi atau luas kota pare-pare merupakan 0,22 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya seperti pada tahun 2016 jumlah penduduk mencapai 8,606,375 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 14.951jiwa/km2. Kepadatan penduduk di provinsi Sulawesi Selatan memiliki kondisi yang

(51)

berbeda-beda. Kepadatan penduduk pada suatu wilayah ialah salah satu indicator perkembangan dan kemajuan wilayah yang bersangkutan.

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2008-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012-2017 Tahun Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa)

2012 8.100.222 2013 8.342.047 2014 8.060.401 2015 8.520.304 2016 8.606.375 2017 8.690.294

Sumber :BPS Provinsi Sulawesi Selatan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Walaupun pada tahun 2014 mengalami penurunan, akan tetapi dari kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 cenderung mengalami kenaikan.

H. Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu data IHK yang merupakan data runtun waktu, atau data IHK (Indeks Harga Konsumen) perbulan selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2017. Data runtuk waktu atau time series digunakan dalam penelitian ini untuk melihat apakah ada pengaruh

(52)

musiman terhadap variabel penelitian ini. Adapun data Laju Indeks Harga Konsumen dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.2:

Data Laju Inflasi Harga Konsumen Secara Umum pada Tahun 2012-2017

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Januari 1.12 1.19 1.11 -0.17 1.22 1.12 Februari 0.44 0.73 0.30 -0.27 -0.08 0.75 Maret 0.34 0.25 0.03 0.50 0.08 -0.18 April 0.34 -0.10 0.36 0.33 -0.39 0.33 Mei -0.52 -0.24 -0.16 0.31 -0.03 -0.24 Juni 0.60 0.55 0.30 0.73 0.45 0.97 Juli 0.65 3.03 1.17 1.19 1.04 0.93 Agustus 1.25 1.48 0.40 0.37 -0.44 -0.26 September -0.22 -0.10 0.25 0.54 0.32 -0.07 Oktober -0.13 -0.74 0.41 -0.08 0.00 -0.31 November -0.13 -0.76 1.41 0.26 0.45 0.28 Desember 0.59 0.84 2.75 0.70 0.30 1.04

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

Dari data yang dirilis oleh BPS dapat dilihat bahwa setiap bulan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Indeks Harga Konsumen terus mengalami peningkatan, dimana pa da tahun 2012 Ramadhan terjadi pada bulan juli dan agustus dimana Inflasi pada bulan juni yaitu meningkat sebesar 0,65 dan 1.25 kemudian begitu pula pada tahun 2017, dimana bulan

(53)

Ramadhan bertepatan dengan bulan mei dan juni dimana Indeks Harga Konsumen pada bulan juni yaitu sebesar mengalami penurunan sebesar 0,24 pada awal ramadhan kemudian meningkat menjadi 0,97 dimana bertepatan pada hari raya,secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa setiap tahun pada bulan ramadhan inflasi akan mengalami peningkatan kemudian kembali menurun setelah terjadinya bulan ramadhan.

I. Analisis Data

1. Regresi Variabel Dummy

Dalam melihat penelitian ini digunakan regresi variabel dummy untuk melihat pengaruh hari besar terhadap komoditas utama inflasi di provinsi Sulawesi Selatan. Dengan melihat p-value dari hasil olah data regresi variabel dummy kita dapat mengetahui apakan hari besar berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Berikut tabel estimasi p-value dummy variabel.

Tabel 4.3:

Estimasi p-value Dummy Variabel

Variabel Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7

D1 0,0135 0,0045 0,1751 0,1376 0,9425 0,7654 0,3960 D-1 0,0811 0,3507 0,3505 0,8041 0,6828 0,6324 0,2765 D+1 0,2190 0,3725 0,9515 0,1679 0,8956 0,2546 0,7685 Sumber: EViews 9

Keterangan: D1: bulan Ramadhan; D-1: 1 bulan sebelum bulan Ramadhan; dan D+1: 1 bulan setelah Ramadhan. Y1: Inflasi kelopok bahan makanan; Y2: Inflasi kelompok makanan jadi; Y3: Inflasi

Gambar

Tabel 1.1    Laju Inflasi Perbulan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
Tabel 1.3: Matrix Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran Penelitian     Makanan Jadi, Minuman Dan Tembakau  Olahraga  Bahan Makanan Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Inflasi Hari Besar (Ramadhan, dan Hari Raya)
Gambar 4.1: collegram dari data inflasi kelompok bahan makanan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Membangun Aplikasi Pengadaan Barang dan Jasa pada