• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kemiringan Saluran Terhadap Fenomena Flooding Dengan Gangguan Pada Aliran Udara–Air Dan Udara–Minyak Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kemiringan Saluran Terhadap Fenomena Flooding Dengan Gangguan Pada Aliran Udara–Air Dan Udara–Minyak Tanah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

J

URNAL

T

eknik

M

esin

Vol. 11 No. 2 (2018) 37 - 42

ISSN Media Elektronik: 2655-5670

Pengaruh Kemiringan Saluran Terhadap Fenomena Flooding Dengan

Gangguan Pada Aliran Udara–Air Dan Udara–Minyak Tanah

Hendri Candra Mayana1*

1Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang *hencanmay@gmail.com

Abstract

Some equipments which are used in petroleum industries, chemical industries, steam power-plants and nuclear reactors must avoid the flooding phenomena in order to work at optimal condition. The purpose of this research is to investigate the effects of inclination and obstacle on flooding onset at counter-current water and air-kerosene flows with porous inlet and sharp outlet. The model of obstacle was conformed to industrial application i.e .pipe joining or pipe scaling. Experiments were conducted in a plexyglass pipe of 25.4 mm diameter and 2500 mm length of test section at annular flow pattern. The variation of inclination of ducts are 90o, 80oand 60o. The geometry of the obstacle is a ring with rectangular cross sectional which is installed with a distance 600 mm or 1200 mm from the inlet. The result of the research indicated that the effects of inclination and obstacle of ducts are significant toward flooding onset. Flooding phenomena was indicated with drastic increase of pressure gradient above the liquid inlet. Flooding phenomena happened earlier of larger inclination of the ducts and nearer obstacle of the inlet. This phenomena also early happened at kerosene which have higher viscosity and lower surface tension than water

Keywords:Flooding, Counter-current flow, Inclination, Obstacle

Abstrak

Beberapa peralatan yang dipergunakan dalam industri perminyakan, kimia, pembangkit listrik tenaga uap dan reaktor nuklir harus menghindari fenomena flooding agar unjuk kerjanya dalam kondisi optimal. Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana pengaruh kemiringan saluran dan pengganggu terhadap permulaan flooding pada aliran udara-air dan udara-minyak tanah berlawanan arah dengan inlet cairan porous dan outlet sharp. Model pengganggu yang dipakai dalam penelitian disesuaikan dalam aplikasi industri berupa sambungan pipa maupun endapan kerak (scaling) yang menonjol. Penelitian dilakukan pada daerah pola aliran cincin, mengunakan pipa plexyglass berdiameter 25,4 mm, panjang seksi uji 2500 mm. Variasi kemiringan saluran 90º, 80º dan 60º. Geometri pengganggu berupa cincin berpenampang persegi, dipasang dengan jarak 600 mm atau 1200 mm dari inlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kemiringan saluran dan pengganggu sangat signifikan terhadap flooding. Flooding ditandai dengan naiknya gradien tekanan diatas inlet secara drastis. Flooding lebih awal terjadi pada kemiringan saluran yang lebih besar, pada saluran yang diberi media pengganggu lebih dekat dengan inlet. Fenomena ini juga lebih awal terjadi pada minyak tanah yang memiliki viskositas lebih tinggi dan tenganggan permukaan lebih rendah dibandingkan dengan air.Kata kunci: kata kunci dituliskan dalam 5 kata yang sebaiknya merupakan subset dari judul makalah, ditulis dengan menggunakan huruf kecil kecuali untuk singkatan, dan dipisahkan dengan tanda baca koma untuk antar kata.

Keywords : Flooding, Counter-current flow, Kemiringan, Hambatan.

1. Pendahuluan

Sistem aliran dua fase beranekaragam. Bila dilihat dari fase-fasenya terdiri dari fase gas-cair, gas-padat dan cair-padat. Berdasar kedudukan atau posisi saluran ada aliran mendatar (horizontal), aliran tegak

(vertikal) dan miring, sedangkan bila ditinjau dari arah aliran fase-fasenya maka aliran ini terdiri dari aliran searah dan berlawanan arah. Pada sistem aliran dua fase gas-cair, aliran lapisan cairan ke bawah berlawanan arah dengan aliran gas ke atas ( counter-current flow), banyak dijumpai dalam peralatan

(2)

Jurnal Teknik Mesin (JTM)

Vol . 11 No. 2 (2018) 37 – 42

industri perminyakan, industri kimia, dan pusat pembangkit tenaga uap. Bila debit cairan atau gas melebihi harga kritisnya maka sebagian cairan ada yang terangkat ke atas searah dengan gas dan fenomena ini yang disebut flooding. Peristiwa

floodingdapat dijumpai dalam reaktor nuklir. Bila inti reaktor menjadi kering sebagian atau seluruhnya, kemudian diusahakan pembasahan dari atas (guna pendinginan), air yang masuk ke inti mengalir ke bawah dilawan oleh uap yang ke atas hasil dari perpindahan panas atau flashing karena penurunan tekanan dan mengakibatkan gagalnya usaha pendinginan. Hal ini disebut dengan LOCA (loss of cooling accident).

Selain itu flooding juga dapat dijumpai dalam peralatan-peralatan lain yang mengunakan aliran dua fase berlawanan arah, minsalnya dalam kondensor, evaporator, kolom distilasi, reaktor kimia gas-cair. Kondisi flooding ini merupakan transisi aliran berlawanan arah menjadi searah. Sebenarnya

fenomena ini tidak diinginkan terjadi pada peralatan, karena dapat mempengaruhi kinerja peralatan tersebut, yang pada akhirnya merugikan industri

Banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadinya flooding pada suatu aliran dalam pipa, diantaranya geometri saluran, posisi saluran, viskositas cairan dan adanya pengganggu pada saluran. Seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa peneliti sebelumnya mengenai fenomena terjadinya flooding serta hal-hal yang menpengaruhi terjadinya flooding.

Untuk melakukan pengujian pengaruh ukuran pipa pada pipa vertikal, kondisi masukan, tegangan permukaan dan viskositas cairan terhadapflooding[1]. Penelitian tentang pengaruh tegangan permukaan terhadap terjadinya flooding, dari hasil penelitiannya menemukan bahwa fenomena flooding pada pipa vertikal dipengaruhi oleh tegangan permukaan [2]. Untuk melakukan penelitian pengaruh posisi injector gas pada saluran vertical berdiameter 0,019 m.

Flooding selalu dimulai dari bawah dengan adanya penyempitan saluran oleh film cairan. Dengan mempelajari efek geometri saluran terhadap flooding

dengan propertis cairan.

Eksperimen flooding pada pipa miring dengan variasi kemiringan dan viskositas cairan [3]. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa semakin besar viskositas cairan (air, air campur CMC) maka flooding terjadi pada kecepatan udara yang lebih rendah, dan pada kemiringan yang lebih besar. Dengan melakukan studi eksperimen pengaruh pipa berdiameter kecil (6,7,8 dan 9 mm), sudut orientasi (30o-60o) dan sifat cairan (air dan minyak tanah) terhadap permulaan flooding [4]. Flooding akan lebih awal terjadi pada diameter pipa lebih besar (9mm), sudut orientasi lebih besar fluida bervikositas tinggi.

Pernyataan dengan adanya pengganggu aliran film,

flooding terjadi pada kecepatan gas yang lebih rendah

(flooding lebih awal terjadi) [5]. Semakin besar diameter pengganggu, flooding lebih mudah terjadi. Untuk diameter pengganggu 30 mm permulaan

flooding terjadi di daerah injector udara, pada diameter 26 mm permulaanflooding terjadi di daerah pengganggu aliran. Bahwa pengganggu pada aliran film dapat mempengaruhi terjadinya floodingbaik itu mengenai jarak dari pengganggu maupun geometri dari pengganggu tersebut [6]. Semakin besar diameter pengganggu, flooding lebih muda terjadi dan posisi pengganggu aliran mempengaruhi terjadinyaflooding

semakin jauh dari injector cairan flooding lebih mudah terjadi.

2. Metode Penelitian Bahan penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Udara sebagai gas kerja, sebagai cairan adalah air dan minyak tanah. Penelitian dilakukan pada suhu kamar.

Tabel 1 Sifat fisis fluida kerja

Fluida Kerja ρ (kg/m3) μ (kg/m.s) σ (N/m2)

Udara 1.2 1.8 x10-7

-Air 1000 1.0 x10-3 72 x10-3

Minyak Tanah 775 1.3 x10-3 27 x10-3

Alat penelitian

Peralatan yang dipergunakan pada penelitian ini secara skematis diperlihatkan pada gambar berikut ini.

(3)

250 cm 120 cm 60 cm 60 cm Posisi Posisi Injektor INLET Penampung Flooding OUT LET  Model Penggang gu

Gambar.1 a; Skema alat uji, b; Model seksi uji dan model media pengganggu Keterangan; 1. Penampung flooding 2. Inlet porous 3. Penjebak udara 4. Saluran uji

5. Manometer kolom air 6. Outlet sharp 7. Injektor udara 8. Flowmeter udara 9. Pressure gauge 10. Tabung udara 11. Kompresor 12. Flowmeter air 13. Pompa 14. Penampung air

3. Hasil Dan Pembahasan

MekanismeFloodingpada saluran tanpa media

pengganggu

Permulaan flooding pada saluran tanpa pengganggu selalu dimulai dari bawah, di daerah dekat pemasukan udara, ini menunjukkan bahwa gangguan pada lapisan cairan akibat interaksi antara muka fase gas–cair berlawanan arah semakin ke bawah semakin besar. Gangguan aliran ini akan semakin besar apabila kecepatan gas dinaikkan.

MekanismeFloodingpada saluran pakai media

pengganggu

Penempatan pengganggu di sepanjang saluran mempunyai pengaruh terhadap mekanisme flooding. Lapisan cairan yang terbentuk pada dinding sangat halus akan menjadi tidak halus ketika melewati gangguan. Adanya pengganggu berbentuk cincin berpenampang persegi di dinding saluran dalam, akan mempersempit keliling permukaan lapisan cairan.

Dengan keliling yang lebih kecil, tebal lapisan cairan akan lebih besar untuk kondisi laju cairan yang sama. Permulaan flooding selalu dimulai dekat media pengganggu.

FenomenaFloodingpada posisi saluran vertikal

(90º)

Debit udara meningkat

Gambar. 2 Fenomenafloodingpada saluran vertikal (90º)

FenomenaFloodingpada saluran miring (80º dan

60º)

Debit udara meningkat

Gambar 3 Fenomena Flooding pada posisi saluran miring (80o)

Kecepatan Gas dan cairan

Dari hasil pengamatan fenomena flooding dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Secara umum proses terjadinya flooding pada posisi vertikal dan miring sama. Terjadinya interaksi antara udara dan cairan pada saluran, namun belum begitu besar pengaruhnya (a), disaat penambahan debit udara pada permukaan lapisan cairan mulai muncul gelombang (b), seiring dengan penambahan debit udara gelombang yang muncul bertambah besar, sehingga sebagian dari cairan sudah ada yang terangkat ke atas (c,d). Pada saat debit udara berada pada titik maksimum hampir seluruh dari cairan naik ke atas (e).

(b)

(a) (b) (c) (d) (e)

(4)

Jurnal Teknik Mesin (JTM)

Vol . 11 No. 2 (2018) 37 – 42

Pada prinsipnya pengaruh kemiringan saluran terhadap fenomena flooding secara mekanisme tidak begitu nampak, namun berpengaruh pada awal terjadinyaflooding,dimana pada posisi vertikal lebih awal terjadi dari pada posisi miring untuk debit cairan dan udara yang sama. Hal ini disebabkan pada posisi miring, aliran cairan yang terjadi pada saluran tidak sempuna membentuk aliran cicin, lebih cenderung lapisan cairan tebal kearah kemiringan. Sehingga gangguan yang terjadi pada aliran tidak merata, yang mengakibatkan gaya dorong cairan ke atas lebih besar.

Kecepatan Gas dan Cairan Saat Flooding

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 JL*^0.5 (m/s) Jg *^ 0. 5 (m /s ) TP P G.1 P G.2 Linear (Wallis C=1) 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 JL*^0.5 (m/s) Jg *^ 0. 5 (m /s ) Vertikal (90 derajat) M iring (80 derajat) M iring (60 derajat) Linear (Wallis C=1) 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Jl*^0.5(m/s) Jg *^ 0 .5 ( m /s ) Air M inyak Tanah Linear (Wallis C=1)

Gambar.4. Hubungan kecepatan udara dan kecepatan cairan saat

floodingterhadap; (a) Jarak media pengganggu yang berbeda, (b) Berbagai variasi kemiringan saluran, (c) Pada Air dan Minyak Tanah

Hasil pengukuran keceptan gas (udara) pada saat

floodingditampilkan pada Gambar 4 di atas. Terlihat bahwa flooding lebih awal terjadi pada kecepatan gas(udara) yang lebih rendah. Untuk saluran yang mengunakan media pengganggu lebih awal terjadi

flooding dari pada saluran tanpa media pengganggu. Hal ini karena pembentukan sumbatan pada saluran akibat adanya gangguan pada aliran. Pada kemiringan saluran yang lebih besar dari posisi horizontal

flooding lebih awal terjadi. Flooding lebih awal terjadi pada aliran udara-minyak tanah, yang memiliki viskositas lebih besar dan tegangan permukaan lebih kecil. Hasil pengukuran ini juga dibandingkan dengan korelasi Wallis.

Gradien Tekanan yang terjadi saatFlooding

a. Gradien Tekanan di atasinlet

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0.0000 0.00020.0004 0.00060.0008 0.0010 0.00120.0014 0.00160.0018 0.0020 Debit Udara (m3/s) G ra d. Te ka na n ( Pa /m ) TP PG.1 PG.2 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0.00000.00020.00040.0006 0.00080.0010 0.00120.00140.00160.0018 0.0020 Debit Udara (m3/s) G ra d .T e ka na n (P a/ m ) Vertikal (90 derajat) M iring (80 derajat) M iring (60 derajat) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0.00000.0002 0.00040.00060.0008 0.00100.00120.00140.0016 0.00180.0020 Debit Udara (m3/s) G ra d .T e ka n an (P a/ m ) Air Minyak Tanah

Gambar 5. Hubungan antara gradient tekanan di atasinletcairan dengan debit udara terhadap ; (a) media pengganggu; (b)

variasi kemiringan saluran; (c) air dan minyak tanah

Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat dimana fenomena flooding ditandai dengan kenaikan gradien tekanan secara drastis di atasinletcairan. Kemiringan saluran dan media pengganggu yang dipasang pada saluran berpengaruh terhadap gradien tekanan.

Semakin besar kemiringan saluran dari posisi horizontal, maka gaya gravitasi yang mempengaruhi berat gelombang akan mempengaruhi gradien tekanan yang terjadi. Semakin besar gaya gravitasi yang (a) (b) (c) (a) (b) (c)

(5)

terjadi semakin besar pula gradien tekanan yang ditimbulkan. Jadi Semakin besar kemiringan saluran maka gradien tekanan yang terjadi pun semakin besar. Dengan adanya media pengganggu pada saluran, mengakibatkan gradien tekanan yang terjadi di atas inlet cairan cukup tinggi saat flooding. Karena terjadinya penyempitan pada saluran dan terjadinya perubahan fase, dari satu fase menjadi dua fase di atas inlet cairan, kemudian gradien tekanan menjadi berfluktuasi karena pola aliran dua fase yang melewati saluran tidak merata, cenderung plug-flow (aliran sumbatan)

b. Gradien Tekanan di bawahinlet

Gradien tekanan dibawah inlet cairan pada saat sebelum terjadinya flooding, gradien tekanan cenderung konstan, ada pun kenaikannya secara perlahan-lahan sangat kecil sekali. Kenaikan itu terjadi seiring dengan dinaikkannya debit udara yang diinjeksikan. Pada saat mencapai puncaknya, terjadilah yang dinamakan flooding yang kemudian gradien tekanan secara perlahan-lahanpun menjadi turun. Turunnya gradien tekanan ini, disebabkan karena fluida yang berada di bawahinletcairan sudah cenderung berganti menjadi satu fase yaitu fase gas, saat terjadi flooding, sebagian fase air terbawa oleh fase gas ke atas inlet cairan.

0 50 100 150 200 250 300 0.0000 0.0002 0.00040.0006 0.0008 0.0010 0.00120.0014 0.0016 0.0018 0.0020 Debitr Udara (m3/s) G ra d. Te ka na n ( Pa /m ) TP PG.1 PG.2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.0010 0.0012 0.0014 0.0016 0.0018 0.0020 Debit Udara (m3/s) G ra d. T ek a na n ( Pa /m ) Vertikal (90 derajat) M iring (80 derajat) M iring (60 derajat) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 0.0000 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.00100.0012 0.0014 0.0016 0.0018 0.0020 Debit Udara (m3/s) G ra d. Te ka n an ( Pa /m ) Air Minyak Tanah

Gambar 5. Hubungan antara gradient tekanan di bawahinletcairan dengan debit udara terhadap ; (a) media pengganggu; (b) variasi

kemiringan saluran;(c) air dan minyak tanah

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa; Pengaruh kemiringan saluran dan media pengganggu sangat senifikan terhadapflooding.

Flooding ditandai dengan naiknya gradien tekanan di atas inlet cairan secara drastis. Flooding lebih awal terjadi pada saluran yang mengunakan media pengganggu, pada posisi saluran vertikal (pada sudut kemiringan yang lebih besar), serta pada minyak tanah yang memiliki viskositas lebih besar dan tegangan permukaan yang rendah.

Pada debit cairan dan udara yang sama, gradien tekanan di atas dan dibawahinletcairan, pada saluran yang diberi pengganggu lebih besar terjadi dibandingkan dari saluran yang tidak berpengganggu. Baik itu pada saluran kemiringannya besar maupun yang kecil, begitu juga untuk jenis cairan yang berbeda.

Daftar Pustaka

[1] Chung K.S, Liu, C.P, Tien, C.L, 1980, ‘Flooding in Two Phase Counter Current Flow-II’, Physico Chemical Hydrodynamice, vol.I PP. 209-220.

[2] Gardner, G.S, 1983, Glooded Counter Current Two Phase Flow in Horizontal Tube and Channels, Int.J, Multi phase Flow, Vol.17, No.4, PP. 367-382

[3] Wibawa E.J. dan Indarto, 2002,Studi Eksperimen Flooding pad Pipa Miring dengan Variasi Kemiringan dan Viskositas Cairan,Tesis, Program Pascasarjana UGM Yogyakarta. [4] Mouza, A.A, Paras, S.V, Karabelas, A.J, 2003, Incipient

Flooding in Inclined Tubes of Small Diameter. Int. J. Multiphase Flow 29. 1395-1412

[5] Danang, 2004, Pengaruh Jarak Pengganggu Terhadap Permulaan Flooding Inlet Smooth dan Outlet Sharp, Tesis, Program Pascasarjana UGM Yogyakarta

[6] Seno D., 2004, Pengaruh Gangguan Terhadap Permulaan Flooding Aliran Gas-Cair Berlawanan Arah Pada Saluran Vertikal Dengan Inlet dan Outlet Bellmouth, Tesis, Program Pascasarjana UGM Yogyakarta

(a)

(c)

Gambar

Gambar 3 Fenomena Flooding pada posisi saluran miring (80 o )
Gambar 5. Hubungan antara gradient tekanan di atas inlet cairan dengan debit udara terhadap ; (a) media pengganggu; (b)
Gambar 5. Hubungan antara gradient tekanan di bawah inlet cairan dengan debit udara terhadap ; (a) media pengganggu; (b) variasi

Referensi

Dokumen terkait

rod criteria , konfigurasi dua pada komposisi 18 buah elemen bakar dengan reflektor Be masih dapat diaplikasikan untuk konfigurasi teras awal dengan reaktivitas core excess

serta penurunan kadar kalsitriol akibat berkurangnya massa ginjal pada gagal ginjal kronik. Peningkatan kadar fosfat dalam darah, yang sebagian besar dalam bentuk

Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah untuk memberikan gambaran rancangan desain sistem kendali temperatur uap pada superheater dengan menggunakan metode Fuzzy

Analisis ekonomi menunjukkan bahwa proyek Bank Sampah Induk Cimahi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah Kota Cimahi: Pemkot Cimahi dapat menghemat biaya

4991/LS-BJ/2016 Pembayaran Sharing Dana Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Yang Dijamin Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Bagian Bulan Juli 2016 Untuk RSUD dr.. Sosodoro 0,00

Pelayanan gizi institusi industri atau tenaga kerja adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan banyak yang sasarannya di pabrik, perusahaan atau

Objektif yang ingin dicapai di dalam kajian kualiti air ini ialah: (1) mengkaji sistem saliran ke Tasik Kejuruteraan, kampus UKM Bangi; (2) menentukan kualiti

b) apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku dengan alasan yang tidak dapat diterima secara obyektif oleh Panitia Pengadaan, maka Jaminan