• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA DI SMA A YOGYAKARTA (Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari Kompetensi Pedagogik) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA DI SMA A YOGYAKARTA (Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari Kompetensi Pedagogik) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMA A YOGYAKARTA

(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari

Kompetensi Pedagogik)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Triyanti Chris Febrina Saragih

NIM. 081424039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM

PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA

DI SMA A YOGYAKARTA

(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari

Kompetensi Pedagogik)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Triyanti Chris Febrina Saragih

NIM. 081424039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Filipi 2:1-4

1

Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada

persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2

karena itu

sempurnakanlah suka citaku dengan ini: hendaklah kamu sehati

sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

3

dengan tidak

mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya

hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain

lebih utama dari pada dirinya sendiri;

4

dan janganlah tiap-tiap orang

hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan

orang lain juga”.

Filipi 4:6

“Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur”.

Karya yang sederhana ini ku persembahkan

untuk my beloved daddy & mommy

dan

semua orang yang telah hadir dalam hidupku

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM

PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA

DI SMA A YOGYAKARTA

(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari

Kompetensi Pedagogik)

Triyanti Chris Febrina Saragih

Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengetahuan guru tentang siswanya yang meliputi (1) bagaimana pengetahuan

guru tentang kemampuan awal siswa; (2) bagaimana pengetahuan guru tentang

motivasi dan keaktifan siswa; (3) bagaimana pengetahuan guru tentang

miskonsepsi siswa; dan (4) bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar

siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA A Yogyakarta. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2012. Subjek penelitian ini adalah guru

fisika dan objek penelitian ini adalah pengetahuan guru. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari

video rekaman proses pembelajaran dan wawancara guru.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) guru mengetahui konsep Q dan W,

merupakan kemampuan awal siswa yang diperlukan siswanya untuk mempelajarai

proses termodinamika dan guru mengetahui persamaan PV = nRT = nKT

merupakan kemampuan awal yang dikuasai siswanya dalam mempelajari

perubahan

∆U; (2) guru men

getahui dan menyadari motivasi dan keaktifan

siswanya yang rendah dalam mempelajari fisika; (3) guru mengetahui grafik

isotermal merupakan miskonsepsi yang terjadi pada siswanya; (4) guru

mengetahui kesulitan siswanya dalam memahami diferensial integral,

mengkonversikan P ke atm dan V ke liter pada proses isobarik, dan perubahan

∆U

pada kekekalan energi, serta konsep volume dan menyelesaikan soal latihan.

(9)

viii

ABSTRACT

The Identification of

Teacher’

s Steps in Learning Based on Students

Condition in Senior High School in Yogyakarta

(A Study To Comprehend One of Competence Aspect of Pedagogical

Competences)

Triyanti Chris Febrina Saragih

Sanata Dharma University

2013

This research aimed to understand (1)

teachers’

knowledge about s

tudents’

initial knowledge; (2)

teachers’ knowledge about students’ motivation and

liveliness; (3) teachers’ knowledge about students’ misconception;

and

(4)

teachers’ knowledge about students’ learning difficulties.

This research was co

nducted at “A” High School in Yogyakarta, started

from April until October 2012. Subject of this research was a physics teacher and

object of this research was the teachers’ knowledge about students. This research

was a qualitative descriptive research and the data collection instrument consisted

of videos recording during learning process and teacher interview.

Result of this research showed that (1) teacher knew the concept of Q and

W the initial ability required by the students to ferreting out students anda teacher

knew the thermodynanimcs equation PV = nRT = NKT is controlled by the ability

of students in the initial study changes

∆U

; (2) teacher knew and realized the

motivation and liveliness of his students was low in learning physics; (3) teacher

knew the isothermal chart is misconception that occurs in students; (4) teacher

knew the students’ difficulties in understanding the concept of

the integral

differential, convert P to atm and V to liters on isobaric process, and the change

Δ U in eternity ene

rgy, as well as the concept of volume and complete the

exercises.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Krsitus atas

kekuatan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Tersusunnya skripsi ini dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan

bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih banyak kepada:

1. Drs. A. Atmadi, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang

telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang

dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga memberikan bimbingan dan

arahan yang sangat berharga bagi penulis.

(11)

x

4. Segenap dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi

Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di

Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan

kepada penulis.

6. Keluargaku tercinta: Bapak A. Saragih Sidauruk, Mamak P. Purba

Sidadolog, Bang Mico dan Rio, Eda Riana, Dedek Agnes dan Oby,

keluarga besar Saragih/Sidauruk, keluarga besar Tulang Purba dan Sinaga,

Namboru dan sepupu-sepupu tercinta, yang selalu mendorong dan

memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas cinta

dan doa yang tiada batas, kesabaran perhatian, kesempatan yang diberikan

baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Sayangku Januaris Edward Gultom S.Sn, terima kasih atas cinta,

dukungan, doa, nasehat, kesabaran, kebersamaan, dan bantuan selama

penulisan skripsi.

8. Sahabatku Dearni Purba, Denny Tarihoran, dan Maryanti Yosefin Tobing

yang selalu mendukung penulis dengan luar biasa.

9. Teman-teman terhebatku:

Afrina,

Enggar,

Fradha,

Fr.Raja, Hana,

Katarina, Leo, Mitha, Sr.Renata, Tinha, dan Yul atas warna-warni yang

dihadirkan dalam perjalanan panjang di Universitas Sanata Dharma.

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...

vi

ABSTRAK ...

vii

ABSTRACT...

viii

KATA PENGANTAR ...

ix

DAFTAR ISI...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xvi

DAFTAR TABEL...

xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

1

B. Rumusan Masalah ...

2

C. Batasan Masalah ...

2

D. Tujuan Penelitian...

2

(14)

xiii

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa ...

6

B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa ...

11

1. Motivasi intrinsik ...

12

2. Motivasi ekstrinsik ...

13

C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa . ...

19

1. Faktor internal siswa ...

20

2. Faktor eksternal siswa ...

21

D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa...

21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...

25

B. Subjek Penelitian ...

25

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...

25

D. Instrumen Pengumpulan Data ...

25

1. Instrumen observasi...

26

2. Instrumen wawancara dengan guru...

26

E. Metode Pengumpulan Data ...

28

F. Metode Analisis Data ...

28

1. Transkipsi data rekaman video dan rekaman wawancara ...

29

2. Kategorisasi data ...

29

(15)

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data ...

31

1. Pelaksanaan Penelitian ...

31

2. Hasil Penelitian ...

32

a) Data penelitian ...

33

b) Transkipsi...

34

B. Analisis dan Pembahasan ...

35

1. Topik data ...

35

2. Kategori data ...

36

a) Kemampuan awal siswa ...

36

b) Motivasi dan keaktifan siswa ...

36

c) Miskonsepsi siswa ...

36

d) Kesulitan belajar siswa...

36

3. Analisis ...

36

4. Pembahasan ...

37

A) Pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa ...

37

B) Pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa ...

40

C) Pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa ...

45

(16)

xv

BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan...

57

B. Saran ...

59

DAFTAR PUSTAKA

...

60

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus ...

60

Lampiran 2

Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah ...

61

Lampiran 3

Transkip Video Penelitian ...

62

Lampiran 4

Transkip Wawancara ...

92

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran di kelas, guru dan siswa sama-sama memiliki peranan

yang penting dan saling mempengaruhi. Pengetahuan guru mengenai siswa tidak

kalah penting dalam proses pembelajaran. Pengetahuan guru tentang para siswanya

akan sangat membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakannya yang akan

diterapkan dalam kelas tersebut selama proses pembelajaran. Dengan mengenal dan

mengetahui siswa, guru dapat melakukan tindakan yang tepat untuk setiap siswa

karena setiap siswa memiliki pengetahuan awal yang berbeda, berasal dari tempat dan

lingkungan berbeda bahkan berasal dari budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru

tidak hanya cukup tahu materi namun juga perlu tahu siswanya.

Pengetahuan guru mengenai siswanya akan terlihat dalam tindakannya di

kelas dan dapat dianalisa melalui perekaman proses pembelajaran di kelas melalui

video menggunakan handycame. Hal tersebut yang mendorong penulis ingin tahu

lebih banyak mengenai segala sesuatu yang dilakukan guru untuk menunjukkan

pengetahuannya tentang siswanya.

(20)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka

penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa?

2. Bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa?

3. Bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa?

4. Bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan guru terkait dengan

pembahasan termodinamika namun tidak menutup kemungkinan ditemukan

pengetahuan guru yang bersifat umum. Penelitian ini juga terbatas pada kemampuan

pedagogi saja atau pada hal-hal yang dilakukan guru dalam pembelajaran dan tidak

membahas materi ajar dalam hal ini materi termodinamika.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diketahui di atas, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan guru mengenai siswa yang

diajarnya dengan rincian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa?

2. Bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa?

3. Bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa?

(21)

Adapun manfaat utama yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini:

1. Bagi Peneliti dan Calon Guru

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar peneliti/calon guru dapat

menambah wawasan mengenai cara-cara guru mengatasi masalah siswa, semakin

tahu tindakan-tindakan yang tepat dilakukan guru setelah mengenal siswanya, dan

semakin tahu pentingnya pengetahuan guru tentang siswa yang diajarnya.

2. Bagi Guru

(22)

4

BAB II

LANDASAN TEORI

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam

bidang tertentu (Hamzah, 2006). Maksud dari pengetahuan (

knowledge

)

adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang

dikarenakan adanya reaksi,

persentuhan, dan hubungan dengan

lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,

keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Pengetahuan

seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas

yang tetap dan yang senantiasa berubah (Jhon Dewey, 1986, dalam

Sadulloh, 2006).

Dalam Suparno (2007), menyatakan pengetahuan bukanlah suatu

tiruan dari kenyataan/realitas (Von Glaserfeld, 1996). Pengetahuan

bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi selalu

merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui

kegiatan seseorang (Bettencourt, 1989, dalam Suparno, 2007). Van

Glaserfeld (1996) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh

struktur konsepsi seseorang waktu seseorang mengalami atau berinteraksi

dengan lingkungannya (Suparno, 2007).

(23)

Pertama adalah pengetahuan tentang kurikulum. Pengetahuan ini

termasuk pengetahuan tentang isi atau materi pokok dan pengetahuan

tentang dokumen kurikulum (atau kurikulum yang tercetak) dimana

perkara materi pokok diorganisir untuk tujuan pengajaran. Yang kedua

adalah pengetahuan tentang strategi pengajaran. Pengetahuan ini tidak

hanya terdiri dari pengetahuan prosedural atau teknis tentang presentasi

isi tetapi juga mencakup pengetahuan tentang teori-teori yang mendasari

prosedur-prosedur teknis. Sebagai contoh, pengetahuan tentang

bagaimana cara memeriksa pengetahuan terdahulu dari siswa didasarkan

pada teori kognitif. Kategori yang ketiga adalah pengetahuan tentang

siswa. Dalam penelitian ini, gagasan Shulman mengenai pengetahuan

tentang pemahaman siswa terdahulu diperluas pada pengetahuan tentang

para siswa secara umum.

Grossman (dalam Sarkim, 2005) menyatakan bahwa pengetahuan

mengenai para siswa tidak hanya terdiri dari pengetahuan tentang

pemahaman siswa terdahulu tapi juga pengetahuan tentang siswa secara

umum, termasuk latar belakang budaya mereka. Pengetahuan tentang para

siswa membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakan mana yang

sesuai diterapkan dalam kelas.

(24)

Pengetahuan guru tentang siswa dapat dilihat dari berbagai hal

namun peneliti membatasi pengamatan dan pembahasan pada hal-hal

sebagai berikut:

A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa

Pada saat anak menerima pelajaran sains secara formal di

bangku sekolah, di dalam dirinya telah terbentuk seperangkat

keyakinan atas dasar pengetahuan awal yang dimiliki tentang

berbagai fenomena-fenomena alam. Dalam kasus

tertentu,

keyakinan-keyakinan dan intuisi tersebut sangat kuat dipegang

oleh anak dan bisa jadi berbeda dengan yang diajarkan melalui

pembelajaran sains di sekolah. Akan tetapi tidak jarang pula

keyakinan yang telah berkembang itu sejalan dengan teori yang

diakui kebenarannya oleh para ilmuwan (Driver, 1983:2-3, dalam

Sarkim, 1998:242). Menurut Sarkim (1998:242) pengetahuan dan

keyakinan yang dimiliki seseorang seperti disebut di atas

dinamakan pengetahuan awal.

(25)

pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan

“teori” mengenai

gejala-gejala fisis di lingkungannya sehari-hari. Namun, belum

tentu intuisi dan teori yang terbentuk itu benar.

Menurut Driver (Sarkim, 1998:243), pengetahuan awal

mempunyai ciri-ciri:

1.

Bersifat sangat personal,

artinya pengetahuan sangat

bervariasi meskipun mengacu pada pokok yang sama;

2.

Tampak tidak koheren,

artinya bahwa pengetahuan tersebut

seringkali tidak sesuai dengan pengalaman sebelumnya dan

dal ini digunakan untuk menjelaskan atau meramalkan

dalam konteks kepentingan yang berbeda-beda pula;

3.

Bersifat stabil,

artinya sekalipun sudah mengikuti pelajaran

di sekolah siswa tidak memodifikasi pengetahuannya

meskipun pengetahuan itu sudah dicoba diubah oleh guru

dengan

menunjukkan

bukti

bertentangan

dengan

pengetahuan yang dimiliki siswa;

4. Pemikiran anak

didominasi oleh persepsi

yang disebabkan

penalaran didasarkan pada peristiwa-peristiwa terobservasi;

5.

Pusat perhatian siswa terbatas

yang mengakibatkan ruang

(26)

6.

Pusat perhatian lebih pada perubahan

bukan pada keadaan,

di mana hal ini sangat terkait dengan perhatian siswa yang

terbatas.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti

entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain (Suparno,

1997:61). Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang diajarkan dengan

pengertian yang sudah dipunyai sehingga pengertiannya

dikembangkan. Proses tersebut antara lain:

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan

manusia dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan

alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang

telah ia punyai.

2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap

kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru,

diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun secara

lemah.

(27)

menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran

seseorang.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih

lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah

situasi yang baik untuk memacu belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan

dunia fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah

diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang

memperngaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa ciri-ciri

kegiatan belajar adalah menghasilkan perubahan-perubahan

tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu yang

belajar, sehingga bagi siswa belajar berarti mencoba memahami

apa yang disampaikan dalam proses belajar mengajar dengan

pengetahuan yang telah dimiliki atau mengkonstruksi struktur

dasar baru yang merupakan perpaduan antara yang telah dimiliki

dengan yang baru (Ardiyanti, 2006:8). Dengan demikian sangatlah

penting mengetahui pengetahuan awal siswa.

(28)

mengakibatkan restrukturisasi konsep siswa. Keyakinan tersebut

juga membawa konsekuensi pada perlunya guru memahami

adanya konsepsi awal siswa agar guru dapat merancang dan

melaksanakan pembelajaran yang membantu siswa dalam

melakukan restrukturisasi konsepsinya. Siswa sudah memiliki

konsepsi tentang berbagai hal yang telah diamati atau dialaminya.

Apabila siswa mengalami atau melihat sesuatu yang tidak cocok

dengan konsep yang ada pada dirinya, siswa akan mengubah

konsepnya.

Menurut Suparno (2005), perubahan konsep terdapat dua

jenis, yaitu perubahan konsep yang kuat dan yang lemah.

Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengubah

konsep lamanya secara menyeluruh menjadi konsep yang baru

(akomodasi) ketika berhadapan dengan hal yang baru. Perubahan

konsep

yang

lemah

terjadi

bila

orang

tersebut

tetap

mempertahankan konsep awalnya dan hanya menambah atau

memperincinya (asimilasi) bila orang tersebut berhadapan dengan

hal yang baru.

(29)

B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa

Menurut Sugeng Paranto (1981:3) defenisi motivasi adalah

sebagai daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong

untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi

kebutuhannya. Motivasi sangat erat hubungannya dengan

kebutuhan dan dorongan yang bersemayam dalam diri siswa.

Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan

kebutuhan yang ada pada dirinya menuntut akan pemenuhan.

Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi, maka selama itu pula

yang bersangkutan belum merasakan adanya kepuasan pada dirinya.

Rasa puas inilah yang senantiasa mendorong seseorang untuk

bertindak atau melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya.

(30)

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan

adalah yang ingin dicapai oleh seoang individu, mengarahkan

perilaku, dalam hal ini perilaku belajar.

Sardiman (2012) membagi motivasi menjadi dua macam,

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi intrinsik

(31)

dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.

2. Motivasi ekstrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari

luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar menjelang ujian

supaya mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh

teman-temannya sebagai anak yang pintar. Atau ada juga yang

belajar karena takut dihukum oleh gurunya karena mendapat

nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan guru.

Jadi, yang penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu

tetapi hadiah berupa pujian atau karena takut hukuman.

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivai yang di dalamnya aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang

tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam

kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting, sebab

kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah,

dan kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses

belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

(32)

Bagaimana guru menunjukkan persetujuan kepada

murid-murid?

Kalimat-kalimat apa yang guru-guru gunakan dalam pujian

mereka?

Jenis penghargaan apa yang guru berikan?

Peringatan-peringatan apa yang guru berikan?

Hukuman apa yang diberikan kepada siswa?

Bagaimana guru membangkitkan kepedulian siswa?

Bagaimana

guru

menaikkan

antusiasme

dalam

mengerjakan suatu tugas?

Bagaimana guru membangkitkan semangat kelas?

Bagaimana guru-guru melibatkan murid-murid yang tidak

aktif dalam pekerjaan mereka?

Dengan cara-cara apa guru memberikan apresiasi pada

pencapaian-pencapaian murid?

Sobry (2010) mengemukakan ada beberapa strategi yang

bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar

siswa:

Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada

(33)

Hadiah.

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan

memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat

lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan

termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

Siangan atau kompetisi.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya

untuk

meningkatkan

prestasi

belajarnya,

berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

Pujian.

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat

membangun.

Hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan

saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan

dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan

berusaha memacu motivasi belajarnya.

Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk

belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian

maksimal ke peserta didik.

(34)

Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual

maupun kelompok.

Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Selain pemberian motivasi, guru juga dapat mengaktifkan

siswa dalam belajar dengan membuat pelajaran itu menjadi

menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta

mengesankan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan

sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh

hasil yang optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang

berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh komponen

belajar mengajar, misalnya siswa, guru, sarana dan prasarana

belajar. Menurut Uzer Usman, dkk (1993:88, dalam Wahyu,

2010), prinsip-prinsip untuk mengaktifkan siswa adalah sebagai

berikut:

Prinsip motivasi.

(35)

ganjaran, hukuman, atau penugasan untuk berbagai

perbaikan.

Prinsip latar atau konteks.

Guru perlu mengetahui tentang pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan perasaan serta pengalaman yang dimiliki para

siswanya. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan

pelajaran baru yang hendak diajarkan guru kepada siswa.

Apa yang telah diketahui anak akan lebih menarik minat

anak apabila dikaitkan dengan pelajaran baru, akibatnya

siswa akan lebih mudah menangkap dan cepat memahami

bahan pelajaran.

Prinsip fokus.

Hendaknya dalam pembelajaran difokuskan pada satu arah

atau pola tertentu. Tanpa suatu pola pelajaran akan

terpecah-pecah dan para siswa akan sulit memusatkan

perhatian. Titik pusat itu akan tercipta melalui upaya

merumuskan

masalah

yang

hendak

dipecahkan,

merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau

merumuskan konsep yang hendak ditemukan.

Prinsip sosialisasi.

(36)

membedakan hubungan dengan guru, dengan sesama

temannya, dan hubungan dengan sesama masyarakat.

Prinsip ini sangat penting dalam rangka pembentukan

kepribadian anak.

Prinsip individualis.

Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan

tersendiri baik dalam hal bakat, minat, kecerdasan, sikap,

maupun

kebiasaan.

Maka

hendaklah

guru

tidak

memperlakukan siswa seolah-olah sama.

Prinsip menemukan.

Guru sebenarnya tidak perlu menjelaskan seluruh

informasi kepada anak. Memberikan kesempatan kepada

mereka untuk mencari dan menemukan informasi tersebut.

Informasi yang disampaikan guru hendaknya ang bersifat

mendasar dan memancing siswa untuk mengail informasi

selanjutnya, sehingga suasana kelas tidak membosankan

bahkan sebaliknya akan menjadi bergairah.

Prinsip pemecahan masalah.

(37)

tujuan

yang

diharapkan,

maka

guru

hendaknya

melengkapinya dengan tetap menghargai pendapat mereka.

C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar siswa adalah keadaan dimana anak didik

atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (dalam Abu

Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:74). Setiap siswa pada

prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencari kinerja

akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari

tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga,

kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok

antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

(38)

proses belajar sehingga mereka memperoleh prestasi belajar di

bawah rata-rata (Uzer dan Setiawati, 1992:99).

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak

jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan muncunya

kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan

berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak

masuk sekolah, dan sering bolos sekolah. Secara garis besar,

faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam

yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa.

1. Faktor internal siswa

Faktor

internal

siswa

meliputi

gangguan

atau

kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti

rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti

labilnya emosi dan sikap.

(39)

2. Faktor eksternal siswa

Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar

siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yakni:

a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan

hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya

kehidupan ekonomi keluarga.

b) Lingkungan

perkampungan/masyarakat,

contohnya:

wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman

sepermainan (per group) yang nakal.

c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak

gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi

guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Guru yang telah mengajarkan materi tertentu dalam jangka

waktu lama, maka guru akan tahu materi atau konsep yang

dianggap sulit bagi siswanya. Guru yang mengetahui kesulitan

siswa akan melakukan penekanan pada materi yang sulit tersebut,

mengulang-ulang hal sulit, dan mengingatkan.

D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa

(40)

bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal,

kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,

gagasan intuitif atau pandangan yang naif.

Secara lebih rinci, Fowler (1987, dalam Suparno, 2005:5)

memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan

konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh

yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan

hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut Suparno (2005),

beberapa faktor penyebab miskonsepsi siswa antara lain adalah dari

siswa itu sendiri, dari guru, buku/teks, konteks, dan cara mengajar.

Tabel 2.1 Sebab-sebab miskonsepsi siswa

Guru/Pengajar  Tidak menguasai bahan, tidak kompeten

 Salah tulis, terutama dalam rumus

 Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa

 Siswa tidak tahu membaca buku teks

 Buku fiksi sains kadang-kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca

(41)

Konteks  Pengalaman siswa

 Bahasa sehari-hari berbeda

 Teman diskusi yang salah

 Keyakinan dan agama

 Penjelasan orangtua/orang lain yang keliru

 Konteks hidup siswa (TV, radio, film yang keliru)

 Perasaan senang/tidak senang; bebas atau tertekan

Cara mengajar  Hanya berisi ceramah dan menulis

 Langsung ke dalam bentuk fisika

 Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa

 Tidak mengoreksi PR yang salah

 Model analogi

 Model praktikum

 Model diskusi

 Model demonstrasi yang sempit

Non-miltiple Intelligences

Guru harus memperhatikan miskonsepsi yang terjadi pada

siswanya sebelum memulai pembelajaran agar tidak mengalami

kesulitan dalam menanamkan konsep yang benar. Secara garis

besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi

miskonsepsi adalah:

Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan

siswa.

Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.

Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.

(42)
(43)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang

menekankan pada keadaan yang seadanya dan berusaha mengungkapkan

fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Peneliti tidak

membuat manipulasi apapun, hanya mengamati, mencatat, dan merekam apa

yang terjadi (Suparno, 2007).

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang guru fisika kelas XI di SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah menengah atas yaitu SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 hingga

Agustus 2012.

D. Instrumen Pengumpulan Data

(44)

Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam penelitian ini, materi pokok bahasan

ditentukan oleh guru sesuai dengan perencanaan dan alur pembelajaran yang

sesungguhnya di kelas. Hal ini dilakukan agar hasil yang tampak dalam

rekaman video merupakan pengetahuan dari guru dan tidak ada campur

tangan dari peneliti. Instrumen pengumpulan data selain menggunakan

‘hand-cam’

peneliti juga menggunakan:

1. Instrumen observasi

Metode observasi atau pengamatan merupakan suatu aktivitas untuk

pengumpulan data, dengan cara mengamati dan mencatat mengenai

kondisi-kondisi, proses-proses, dan perilaku-perilaku subyek penelitian.

Observasi dititikberatkan kepada setiap kejadian yang berhubungan

dengan interaksi guru dengan siswa, keadaan siswa di kelas tersebut, cara

guru mengajar di kelas tersebut, dan bertujuan untuk membiasakan siswa

dengan adanya proses perekaman pembelajaran yang terjadi dalam kelas

tersebut. Observasi difokuskan pada kejadian-kejadian yang berkaitan

dengan cara guru memahami siswa dan mengetahui miskonsepsi yang

dialami oleh siswa serta kesulitan belajar siswa. Observasi ini dilakukan

untuk mendapatkan data yang memberikan sebuah gambaran mengenai

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para siswanya dalam aktivitas

pembelajaran di kelas.

2. Instrumen wawancara dengan guru

(45)

yaitu peneliti bebas mengemukakan pertanyaan yang mendukung untuk

penelitian kepada guru yang menjadi subyek dalam penelitian ini.

Wawancara dengan guru dilakukan di luar kelas menggunakan handycam.

Pertanyaan wawancara didasari hasil rekaman video pembelajaran,

dimana ada bagian dari video pembelajaran (klip) yang digunakan dalam

wawancara. Kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 kisi-kisi pertanyaan wawancara

Kisi-kisi pertanyaan Tujuan

Berapa lama Bapak mengajar? Mengajar di kelas berapa saja?

Mengungkap latar belakang guru mengajar (lamanya mengajar dan kelas siswa yang diajar)

Bagaimana metode yang digunakan Bapak dalam mengajar? Atas dasar apa menggunakan metode tersebu?

Mengungkap alasan guru dalam memilih suatu metode di dalam pembelajaran

Mengapa Bapak meminta beberapa siswa untuk maju menjelaskan jawabannya sedangkan ada siswa lain yang tidak diminta untuk menjelaskan di depan kelas? Apa perbedaannya?

Mengungkap tujuan guru meminta siswa menjelaskan jawabannya di depan kelas

Bagaimana strategi Bapak dalam

memberikan pertanyaan

bimbingan/pancingan?

Mengungkap alasan guru memberikan pertanyaan bimbingan

Bagaimana cara Bapak mengetahui kesulitan/miskonsepsi pada diri siswa?

Mengungkap pengetahuan guru akan kesulitan/miskonsepsi siswa

Dalam pembelajaran Bapak sering melakukan pendekatan ke siswa, tujuannya apa?

Mengungkap pengetahuan guru akan pendekatan terhadap siswa

Dalam pembelajaran Bapak sering melakukan pendekatan, keliling, dan membimbing siswa, bagaimana dengan pengelolaan waktu?

Mengungkap pengetahuan guru akan pengelolaan waktu

Apakah dengan cara memberi soal Bapak dapat mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi atau konsep yang ingin dicapai?

Mengungkap pengetahuan guru akan pemahaman siswa

Bagaimana Bapak memilih soal yang dijadikan soal latihan?

Mengungkap alasan guru dalam memilih soal latihan

Mengapa Bapak menjelaskan lagi konsep, diulang dan diulang lagi? Apakah konsep tersebut benar-benar

(46)

penting?

Dari pengalaman Bapak mengajar, apakah siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang selalu Bapak ulang ? Bagaimana Bapak tahu bahwa siswa mengalami kesulitan?

Mengungkap pengetahuan guru akan kesulitan yang dialami siswa

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi proses pembelajaran di

kelas dengan perekaman video dan diperkuat dengan wawancara terhadap

guru. Rekaman proses pembelajaran guru didahului dengan observasi

sebanyak tiga kali pertemuan kemudian selanjutnya dilakukan pengambilan

data (dengan menggunakan alat bantu handycam) sebanyak tiga kali

pertemuan (satu pertemuan dua jam pelajaran dan satu jam pelajaran sama

dengan empat puluh lima menit). Dalam penelitian ini, kelas yang diteliti

adalah kelas XI IPA-2 sebanyak 30 siswa. Pembelajaran yang dilakukan

hanya di dalam kelas saja dengan seorang guru lelaki dan siswa heterogen

(putera dan puteri). Selain pengumpulan data observasi di dalam kelas,

wawancara juga akan digunakan dalam pengumpulan data untuk memperkuat

hasil observasi rekaman video pembelajaran mengenai berbagai bentuk

pengetahuan guru tentang para siswa.

F.

Metode Analisis Data

(47)

1. Kemampuan awal siswa

2. Motivasi dan keaktifan siswa

3. Miskonsepsi yang dialami siswa

4. Kesulitan belajar siswa:

Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan materi-materi

penting atau dirasa sulit

Guru mengingatkan materi yang sudah dipelajari

Tahapan dalam proses analisa data meliputi:

1. Transkipsi data rekaman video dan rekaman wawancara

Proses transkripsi ini merupakan penyajian kembali bagian-bagian

tertentu dari rekaman video yang sesuai dengan topik-topik data yang akan

diteliti dalam hal ini tentang pengetahuan guru fisika mengenai siswanya

dan pengaruhnya terhadap aktivitas pembelajaran yang akan diulas

kedalam bentuk narasi.

2. Kategorisasi data

(48)

3. Penarikan kesimpulan

(49)

31

BAB IV

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. DATA

1. Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan di satu sekolah menengah atas swasta di

Yogyakarta yaitu SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Sekolah ini

merupakan sekolah yang heterogen dengan mengambil sampel yang

berjumlah 31 siswa. Penelitian dilakukan di kelas XI IPA-2 dengan

materi Termodinamika.

Subjek dari penelitian ini adalah guru fisika dan objeknya adalah

pengetahuan guru tentang siswanya dan pengaruhnya terhadap

aktivitas pembelajaran serta alasan guru yang diduga mendasarinya.

Penelitian ini hanya dilakukan di satu sekolah dengan satu guru

dengan harapan penelitian ini fokus dalam mengetahui tentang

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya.

(50)

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 14, 19, dan 21

Mei 2012. Penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas yaitu kelas XI

IPA-2. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan peneliti

sebagai pengamat sekaligus memfoto (dengan alat bantu kamera)

beberapa peristiwa penting dan satu orang teman bertugas merekam

proses pembelajaran (dengan alat bantu handycam). Pengamatan yang

dilakukan peneliti bertujuan untuk berjaga-jaga jika ada suatu

peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh handycam.

Setelah pengambilan data di kelas, peneliti kemudian memutar

kembali video rekaman secara berulang-ulang untuk mendiskripsikan

dan menemukan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya

serta

mentranskip

rekaman

video

tersebut.

Bentuk-bentuk

pengetahuan guru tentang siswanya diidentifikasi melalui tindakan

guru selama proses pembelajaran. Setelah peneliti menemukan

bentuk-bentuk

pengetahuan

guru

tentang

siswanya,

peneliti

melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh informasi

tentang alasan dari tindakan guru. Proses wawancara juga direkam

dengan

handycam

sehingga peneliti dapat mencatat hasil wawancara

dengan lengkap. Wawancara dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada

tanggal 3 Mei, 16 Juli dan 13 Agustus 2012.

2. Hasil penelitian

(51)

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya telah terungkap.

Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Data penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan observasi (peneliti

mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung) dan perekam

kegiatan pembelajaran dengan

handycam

. Dari data yang

diperoleh, ternyata sebagian besar dari apa yang teramati dan

dicatat oleh peneliti telah terekam juga oleh handycam.

Data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru diperoleh dari tiga kali pertemuan, pertemuan I terdiri

dari 2 JP, pertemuan II terdiri dari 1 JP, dan pertemuan III terdiri

dari 2 JP dilakukan di kelas. Pertemuan tersebut yaitu:

1. Pertemuan I (14 Mei 2012), membahas tentang proses-proses

termodinamika.

2. Pertemuan II (19 Mei 2012), membahas usaha termodinamika

dan mengerjakan soal-soal latihan.

3. Pertemuan III (21 Mei 2012), membahas latihan soal.

(52)

fisika, guru menempuh pendidikan calon guru di sebuah universitas

swasta terkemuka di Yogyakarta pada fakultas keguruan program

sarjana S1 pendidikan fisika. Sebelum lulus dari pendidikan guru,

beliau sudah menjadi tentor di salah satu lembaga bimbingan

belajar yaitu Neutron selama 1 tahun, dan beliau juga ditawarkan

oleh kepala sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta mengajar di

sekolah tersebut. Beliau diminta (ditawarkan) mengajar karena

pada saat itu guru fisika di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta hanya

satu guru, kebetulan guru fisika satu-satunya di sekolah tersebut

akan segera menyelesaikan pengurusan berkas-berkas dari sekolah

tersebut karena telah lolos dalam ujian seleksi PNS (pegawai negeri

sipil). Dan akhirnya guru menetap mengajar hanya di satu sekolah

selama 20 tahun dengan kondisi siswa yang heterogen. Guru

mengajar semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 3.

b. Transkipsi

(53)

sampai peneliti yakin bahwa data-data yang diperlukan telah

ditranskip semua. Transkipsi data video proses pembelajaran guru

dapat dilihat pada lampiran 3, transkip data wawancara guru dapat

dilihat pada lampiran 4.

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Pada bagian ini akan dibahas bentuk-bentuk pengetahuan guru fisika

tentang siswanya, yang akan tampak pada deskripsi hasil observasi

rekaman video pembelajaran. Peristiwa-peristiwa yang menunjukkan

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya dibuat dalam topik

data, kemudian topik-topik data yang memiliki kesamaan makna

dikelompokkan dalam satu kategori. Setelah itu, dilakukan pembahasan

pada tiap kategori data dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya. Pembahasan didasarkan pada

hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan dan teori yang ada, serta

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti. Hasil wawancara

digunakan untuk mengungkap pengetahuan-pengetahuan guru yang

mendasari tindakannya sebagai pengetahuan guru tentang siswanya.

1. Topik data

(54)

topik data diberi kode (koding) yang berupa suatu kata yang

menunjukkan isi dari topik tertentu. Topik data dari video proses

pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 5.

2. Kategori data

Dari topik data yang memiliki kesamaan makna dikelompokkan

dalam satu kategori data. Kategori data merupakan gagasan abstrak

yang mewakili makna yang sama dalam sekelompok topik data.

Kategori data dibuat sendiri oleh peneliti dengan membandingkan

topik-topik data satu dengan data yang lain. Pembuatan kategori data

disesuaikan dengan teori dan data yang diperoleh, seperti di bawah ini:

a. Kemampuan awal siswa

b. Motivasi dan keaktifan siswa

c. Miskonsepsi siswa

d. Kesulitan belajar siswa:

Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan

materi-materi yang penting atau dirasa sulit

Guru mengingatkan materi yang sudah dipelajari.

3. Analisis

(55)

guru yang bersangkutan. Dalam memberikan pertanyaan wawancara

peneliti berusaha untuk tidak mengarahkan jawaban guru pada jawaban

yang diinginkan oleh peneliti, sehingga alasan yang diberikan guru pada

setiap tindakannya murni dari pengetahuan guru. Karena keterbatasan

peneliti dalam wawancara dimana peneliti kurang bisa mengembangkan

pertanyaan dan menggali jawaban dari guru, sehingga tidak semua

tindakan yang dilakukan guru berhasil dicari tahu alasannya. Pertanyaan

wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.

4. Pembahasan

Pengetahuan yang dimiliki guru dalam penelitian ini adalah

pengetahuan guru tentang siswa. Pengetahuan guru tentang siswa dapat

diketahui dengan mengamati perilaku dan tindakan guru pada saat

mengajar di kelas. Peneliti membatasi pengungkapan pengetahuan guru

mengenai pengetahuan siswa. Pengetahuan guru tentang siswa yang akan

dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti yaitu pengetahuan guru

yang terdiri dari: (1) pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa,

(2) pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa, (3)

pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dialami siswa, dan (4)

pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa.

A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa

(56)

disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting diketahui guru

sebelum memulai pembelajarannya.

Pengetahuan guru mengenai

kemampuan awal dapat terlihat dari penyajian permasalahan yang

dihadapkan oleh siswa.

Dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit

ke 11.12), guru menggali kemampuan awal siswa tentang defenisi Q dan

W sebelum memasuki materi proses termodinamika. Peneliti menduga

dari tindakan guru menggali kemampuan awal yang harus dimiliki siswa

sebelum mempelajari hal baru adalah sebagai pengetahuan guru tentang

kemampuan awal siswa. Peneliti melihat kemampuan awal yang guru gali

seperti defenisi panas Q dan usaha W, proses-proses termodinamika, dan

persamaan PV = nRT = nKT adalah kemampuan awal yang harus siswa

miliki sebelum memasuki materi baru.

Dari hasil pengamatan peneliti tampak bahwa guru mempunyai

pengetahuan tentang kemampuan awal siswa. Hal tersebut diperkuat oleh

pernyataan guru melalui transkip wawancara seperti berikut ini:

P: apa tujuan Bapak dengan bertanya kepada siswa apa itu definisi Q dan W sebelum memasuki materi?

G: kalo Q kan Q sudah pernah diajarkan dikelas satu Q=mc∆T yaitu panas,

kalo W itu kan mengingat kembali di sebelum ini kan Teori Kinetik Gas usaha gitu lho

P: berarti untuk mengingatkan apa yang sudah pernah dipelajari gitu ya pak? G: ya ho oh..

(57)

G: ya ini kan waktu bahas sebelum ini kan ada Teori Kinetik Gas, itu kan ada bagian namanya isobar ada isovolum ada isotermik dan sebagainya kan mengingat lagi nek isovolum itu apa lalu mengingat lagi lagi

Guru menyatakan bahwa guru tahu siswa telah mempelajari usaha

W dengan mengatakan

“kemarin di.. usaha ki opo?” yaitu mengenai

rumus W = F.s.

Pernyataan guru “kemarin di.. usaha ki opo?” menyatakan bahwa

usaha W pernah dipelajari siswa, hal itu menunjukkan kemampuan siswa

mengenai usaha W tersebut. Guru juga memberikan pernyataan sederhana

yang disampaikan kepada siswa menunjukkan bahwa sebelumnya hal-hal

tersebut telah dipelajari sebelumnya atau guru terlihat menunjukkan

pengetahuan guru mengenai kemampuan awal siswa.

Kutipan pernyataan yang disampaikan guru:

G:

ayo tuli

s..”termodinamika adalah ilmu yang mempelajari

hukum-hukum

dasar yang dipatuhi oleh (Q) dan usaha (W).

Pada suatu sistim yang mengalami proses termodinamika. Yang

termasuk proses termodinamika...”

yang kemarin sudah

bukan?

(video, 14 Mei 2012)

G:

”isovolume. Kalo prosesnya dari isovolum dulu baru ke isobar.

Kalo langsung prosesnya dari I langsung ke F. Nah kita cari

satu per satu. Saya akan memberi contoh satu proses dulu untuk

proses IAF, nanti IF dan IBF kamu yang nyari..semuanya

dengarkan..ditanyakan W

IAF

brapa?

∆U

IAF

brapa? kemudian

Q

IAF

brapa?

yang pertama dulu W, bagaimana proses mencari

W? yang kemaren sama seperti ini apa?

W

IAF

= luas IAF, dong

ra?” (video,

19 Mei 2012)

G:

”nanti ketika anda mencari WIF

bagaimana mencari W

IBF

juga

akan tahu, sekarang yang berikutnya

∆U.

Kemaren waktu kita

bahas PV = nRT = nKT, kemaren sama dengan? brapa? PV =

nRT = NKT = 2/3 NE

K

atau = 2/3 N.., NE

K

itu apa?

(video, 19

(58)

G:

’nah s’karang kita lanjutkan

yang kemarin A. Proses

proses

gas, ada apa?” (video, 19 Mei 2012)

Pernyataan guru

“yang kemaren sudah, yang kemaren

sama

seperti, kemaren sudah kita bahas, yang kemarin ada apa”

menunjukkan

bahwa hal-hal yang disampaikan guru tersebut pernah dipelajari

sebelumnya. Pernyataan tersebut dapat mengungkap kemampuan awal

siswa karena guru tahu siswa telah mempelajarinya.

Dengan demikian, guru mengetahui kemampuan awal siswa terlihat

dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara. Guru mengetahui bahwa

siswa memiliki pemahaman awal. Hal tersebut terlihat dari pembelajaran

yang berlangsung dengan baik, ketika guru bertanya tentang materi yang

sudah pernah dipelajari sebelumnya siswa dapat menjawab pertanyaan

guru dan mengikuti pembelajaran.

B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa

Dari hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara, pengetahuan

guru tentang motivasi dan keaktifan siswa dalam penelitian ini terungkap.

Pengetahuan tersebut adalah guru mengetahui siswanya mempunyai

motivasi dan keaktifan yang rendah dalam mempelajari fisika.

Menurut guru dalam wawancara:

“anak sekarang kesadaran diri

untuk belajar serius itu kurang kebanyakan seneng main lari sana sini,

nek belajar kui yo ogah-ogahan mesti meneng ae pas guru ngajar di

(59)

Dari pengamatan peneliti, selama pembelajaran siswa terlihat tidak

terlalu aktif dalam mengikuti pembelajaran, tidak ada siswa yang

mengerjakan soal secara suka rela untuk maju ke depan kelas, siswa akan

maju jika guru yang meminta atau menunjuk secara langsung. Hal lain

yang menunjukkan siswa mempunyai motivasi rendah adalah hanya ada

satu siswa saja yang bertanya secara langsung kepada guru selama

pembelajaran dan siswa terlihat sibuk mencatat apa yang guru bicarakan

dan guru tulis di papan tulis.

Guru berusaha menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dengan

memberi lelucon, melakukan tanya-jawab dengan siswa, dan memberi

latihan soal.

Dalam pembelajaran tanggal Mei 2012 (rekaman video menit ke ),

menunjukkan

metode

tanya-jawab

yang

guru

terapkan

untuk

mengaktifkan siswanya. Selama pembelajaran, metode yang guru

terapkan terlihat efektif karena kelas menjadi lebih hidup dan aktif. Tidak

hanya itu, guru juga menambahkan alasan kenapa guru menjelaskan

dengan cara melakukan tanya-jawab kepada siswa yaitu untuk

menghemat waktu.

(60)

guyonan karena besok yang dimaksud yaitu hari minggu (dalam hal ini

guru bercanda). Guru memberi lelucon dengan tujuan supaya kelas tidak

tegang dan untuk memecahkan suasana yang ada.

Pemberian motivasi berupa membantu kesulitan belajar anak

didik secara individual maupun kelompok terungkap dalam penelitian ini.

Guru membantu kesulitan belajar siswa secara individual dengan

menjawab pertanyaan siswa dan guru tidak langsung membantu siswa

namun guru memberi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah sehingga

siswa secara tidak langsung siswa sendirilah yang berpikir.

Dalam proses pembelajaran tanggal 21 Mei (rekaman video menit

ke 49.75), guru membantu siswa untuk memahami konsep mesin carnot.

Guru membantu siswa memahami mesin carnot dengan menggambar

tampungan air. Guru membantu siswa dalam memahami mesin carnot

dengan cara guru menggambar tampungan air dengan tujuan untuk

memancing atau menggali pemahaman siswa. Guru memotivasi siswa

dengan cara menggambar tampungan air.

(61)

salah tidak didengar oleh siswa lain. Dengan membantu kesulitan yang

dihadapi siswa baik secara individual maupun kelompok, siswa menjadi

terdorong untuk belajar lebih giat karena merasa apa yang menjadi

kesulitannya terbantu oleh guru.

Dalam pembelajaran tanggal 21 Mei 2012 (rekaman video menit

ke 63.67), terlihat guru memotivasi siswa dengan memberi guyonan

untuk membuat suasana, kemudian guru mencoba menggali pemikiran

siswa dengan cara tanya-jawab kepada siswa. Dari data analisis guru

mencoba menggali pemikiran siswa dengan cara melakukan tanya-jawab

kepada siswa. Pada saat memberikan penjelasan guru berusaha

menyisipkan guyonan kepada siswa dengan tujuan untuk mencairkan

suasana supaya siswa tidak mengantuk dan bosan, siswa termotivasi

untuk belajar dan tidak jenuh.

Dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit

23.63), guru meminta seorang siswa membacakan materi pengantar

proses isotermal pada buku acuan. Banyak hal menunjukkan dalam

pembelajaran guru menggunakan metode meminta siswa membacakan

materi pengantar untuk mengaktifkan siswa. Selama pembelajaran

terlihat metode yang guru gunakan efektif dalam mengaktifkan siswa.

(62)

guru berusaha mengaktifkan siswa dengan cara melakukan tanya-jawab

kepada siswa setelah guru meminta seorang siswa membacakan

pengertian proses adiabatik. Tidak hanya itu, menurut guru pada saat

siswa diminta membacakan pengertian proses adiabatik itu akan

membantu pemahaman siswa sekaligus (semua siswa).

Selanjutnya,

guru mengaktifkan siswa dengan cara guru

berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa lalu guru meminta dua orang

siswa maju mengerjakan soal post test di papan tulis

“udah denger dulu..

kita kerjain bersama, kamu maju sama kamu (nunjuk 2 siswa maju ke

depan) kerjakan di depan!”

(video pembelajaran tanggal 21 Mei menit ke

35.32). Guru meminta dua orang siswa maju ke depan mengerjakan

bersama di papan tulis karena siswa mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan persoalan yang ada.

(63)

C. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa

Pada miskonsepsi ini guru tidak secara langsung terlihat

mengetahui miskonsepsi siswa namun guru mengetahui adanya

miskonsepsi saat membahas soal. Hal tersebut ditekankan pada tindakan

guru yang menjelaskan kembali dan dalam wawancara guru juga

menyatakan bahwa siswa dapat belajar dari kesalahan sehingga siswa

menjadi ingat dan tahu maksudnya.

Dalam pembahasan soal guru menemukan adanya kesalahan

pemahaman tentang proses isotermal. Guru menunjukkan kesalahan siswa

dengan menjelaskan dengan gambar grafik dan mengingat yang telah

dipelajari sebelumnya sehingga siswa benar-benar tahu kesalahannya.

Miskonsepsi yang terjadi terungkap pada kutipan data di bawah ini:

Gambar 4. Guru mengoreksi pekerjaan siswa

G: mana ada isotermal? S1: yang IF itu pak?

(64)

Gambar 4. Guru menggambar grafik isotermal

S1: berarti yang itu bukan isotermal ya

G: lha iyow..jadi isotermal. Kalo ini bukan isotermal.

Dari kutipan transkip di atas tampak bahwa guru mendekati dan

melihat pekerjaan seorang siswa, guru menemukan bahwa siswa

mengalami miskonsepsi pada grafik isotermal kemudian guru memberikan

koreksi terhadap perkerjaan siswa untuk meluruskan kesalahan konsep

yang dialami oleh siswa. Terkadang guru menjelaskan dijadikan satu kelas

menjelaskan ke semua anak bukan personal supaya anak tidak mengalami

kekeliruan yang sama, seperti terungkap pada transkip wawancara di

bawah ini:

P: ini disini pak kan terlihat siswa ada kekeliuran yang dialaminya pada saat Bapak berkeliling ee melihat pekerjaan siswa tersebut Bapak kan terlihat memberikan koreksi dan berkata “mana ada isotermal”, mungkin di catatan siswa itu kan dia menulis isotermal gitu kan pak, kira-kira Bapak tahu ndak kenapa siswa tersebut bisa keliru salah konsep seperti itu pak? G: nah disitu kan grafike lurus jadi itu bukan isotermal, nek isotermal kui kan

gambare parabola, maka saya memberikan koreksi terhadap siswa tersebut untuk meluruskan kesalahan konsep yang dia buat sendiri begitu..

P: apakah hal mengoreksi pekerjaan siswa selalu Bapaka lakukan?

G: ya ha ah selalu nanti kan saya jadikan satu kelas gitu lho menjelaskan ke semua anak bukan personal supaya mereka tidak mengalami kekeliruan yang sama.

(65)

proses pembelajaran sebagai contoh di grafik isotermal. Kemudian guru

memberikan koreksi terhadap perkerjaan siswa dan menggambarkan grafik

isotermal untuk meluruskan kesalahan konsep yang dialami oleh siswa.

D. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara, guru

memiliki pengetahuan mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam

menguasai materi. Guru mampu menunjukkan pengetahuannya mengenai

kesulitan dalam memahami materi dengan berbagai bentuk tindakan,

sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Berbagai macam tindakan yang dilakukan guru yang menunjukkan

pengetahuannya mengenai kesulitan belajar siswa seperti yang dilakukan

guru yang terekam dalam video pembelajaran.

Guru menjelaskan ulang diferensial integral, menunjukkan dengan

gambar maupun grafik, pemberian analogi, memberi kesempatan siswa

bertanya, mengingatkan soal yang sering muncul di UN, memberi

penekanan konsep penting, mengingatkan konsep, memberi penekanan

asal rumus, dan memberi kebebasan pada siswa untuk berkreasi.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi pertanyaan wawancara ...................................................
Tabel 2.1 Sebab-sebab miskonsepsi siswa
Tabel 3.2 kisi-kisi pertanyaan wawancara
Gambar 4. Guru mengoreksi pekerjaan siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian POC dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah polong, panjang polong dan jumlah

[r]

[r]

Maka hasil output dari pengolahan data sebagai

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Gambaran umum indikator pembuatan keputusan karir Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2011/2012 memiliki hasil: (1) pemahaman diri terhadap kekuatan dan

[r]

[r]